10029148
NURHIDAYAH BAKRI
10029171
Gas emisi dari stack juga merupakan penyumbang dalam penurunan kualitas
udara ambient. Adapun gas emisi yang keluar dari cerobong pabrik ke udara
(atmosfir) bergantung dari jenis maupun proses industri tersebut. Gas-gas emisi yang
keluar dari cerobong pabrik dapat berupa:
a. Uap seperti HCl, HF, Hg,
b. Gas-gas seperti NO2, Cl2, H2S, NH3, SO2
c. Partikel seperti debu, logam-logam
Untuk mengurangi tingginya konsentrasi gas-gas emisi yang dibuang ke
udara bebas, perlu dilakukan beberapa pengendalian pencemaran seperti pemilihan
teknologi bersih, penggunaan scrubber, electrostatic precipitator (EP), dll.
3. Gas-gas yang berasal dari letusan gunung berapi, dapat berupa HCl, H2S, SO2, dll.
Amoniak merupakan bahan kimia yang bersifat basa, dalam bentuk gas sangat
bersifat iritan, tidak berwarna dan memiliki bau yang sangat tajam dan membentuk
larutan amonium hidroksida yang dapat menyebabkan iritan dan terbakar. Amoniak
sering digunakan dalam produksi peledakan, farmasi, pestisida, tekstil, bahan bahan yang
terbuat dari kulit bintang, pencegah api,plastic kertas dan bubur kertas, karet, petroleum,
dan sianida.
C. METODE SAMPLING DAN ANALISIS GAS
Ada beberapa metode sampling gas polutan yang biasa digunakan untuk
pemantauan kualitas udara bergantung kepada jenis gas polutan yang akan dianalisis.
Pada bagian ini terutama akan dibahas masalah metode sampling dengan cara
adsorpsi yaitu menggunakan larutan penyerap (absorbser)
Metode penangkapan gas menggunakan larutan penyerap telah banyak dan
telah lama digunakan, karena pengerjaannya cukup sederhana dan memberikan
ketelitian yang cukup tinggi. Larutan penyerap yang digunakan harus dapat
melarutkan gas-gas yang disampling atau harus dapat bereaksi dengan gas-gas
tersebut. Kemudian setelah gas-gas tersebut disampling, maka untuk mengetahui
konsentrasinya dapat digunakan metode spektrofotometri, kromatografi, dan
elektrometri. Adapun peralatan sampling cara adsorpsi yang biasa digunakan untuk
pemantauan kualitas udara ambient adalah impinger.
D. PRINSIP KERJA
Amoniak di udara ambien yang telah diserap oleh larutan penjerap asam
sulfat, akan membentuk amonium sulfat. Kemudian direaksikan dengan fenol dan
natrium hipoklorit dalam suasana basa, akan membentuk senyawa komplek indofenol
yang berwarna biru. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Peralatan pengambilan contoh uji amoniak seperti Gambar 1 (setiap unit
peralatan disambung dengan selang silikon dan tidak mengalami kebocoran)
b. Prefilter
c. Labu ukur 100 mL; dan 1000 mL;
d. Pipet volumetrik 0,5 mL; 1 mL; 5 mL dan 20 mL;
e. Pipet mikro 1 mL
f. Gelas ukur 100 mL
g. Gelas piala 100 mL; 500 mL; 1000 mL dan 2000 mL
h. Tabung uji 25 mL;
i. Spektrofotometer
j. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg
k. Buret 50 mL
l. Labu erlenmeyer 250 mL
m. Kaca arloji
n. Desikator
o. Oven
p. Termometer
q. Barometer; dan
r. Penangas air.
2. Bahan
a. Larutan penjerap
Masukkan 2 mL H2SO4 97% ke dalam labu ukur 1000 mL yang telah berisi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
kurang lebih 200 mL air suling dingin yang diletakkan dalam penangas air es
Larutan diencerkan hingga 1000 mL lalu homogenkan.
Larutan natrium nitroprusida (Na2Fe(CN)5NO.2H2O) 2%
Larutan natrium hidroksida (NaOH) 6,75 M
Larutan natrium hipoklarit (NaOCl) 3,7%
Larutan kerja hipoklorit
Larutan fenol (C6H5OH) 45%
Larutan kerja fenol
Larutan penyangga
Masukkan 50 g Na3PO4.12H2O dan 74 mL larutan NaOH 6,75 M ke dalam
F. CARA KERJA
1. Pembuatan kurva kalibrasi
a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk alat;
b. Siapkan 6 buah tabung uji 25 mL lalu masukkanke dalamnya larutan standar
amonia masing-masing 0,0 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 1,0 mL dan 1,5 mL,
yang mengandung 0 g NH3; 2 g NH3; 4 g NH3; 6 g NH3; 10 g NH3 dan
15 g NH3. Selanjutnya tambahkan larutan penjerap sampai volum 10 mL;
c. Tambahkan berturut-turut ke dalam masing-masing tabung uji 2 mL larutan
penyangga, 5 mL larutan pereaksi fenol dan 2,5 mL larutan pereaksi natrium
hipoklorit lalu dihomogenkan;
d. Tambahkan air suling ke dalam tabung uji sampai tanda tera, lalu
homogenkan dan didiamkan selama 30 menit;
e. Ukur serapan masing-masing larutan pada panjang gelombang 630 nm;
f. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah NH3 (g)
2. Pengujian contoh uji
a. Pindahkan larutan contoh uji ke dalam tabunga uji 25 mL;
b. Tambahkan berturut-turut ke dalam masing-masing tabung uji 2 mL larutan
penyangga, 5 mL larutan pereaksi fenol dan 2,5 mL larutan pereaksi natrium
hipoklorit lalu dihomogenkan;
c. Tambahkan air suling ke dalam tabung uji sampai tanda tera, lalu
homogenkan dan didiamkan selama 30 menit;
d. Masukkan larutan uji ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu ukur
serapannya dengan panjang gelombang 630 nm;
e. Baca serapan contoh uji kemudian hitung jumlah NH 3 yang diperoleh dari
kurva kalibrasi;
f. Lakukan kembali langkah-langkah diatas untuk pengujian blanko dengan
menggunakan 10 mL larutan penjerap.
G. HASIL KERJA
Data-Data Hasil Pengukuran
1. Lama penghisapan pada kalibrasi
Pengukuran ke
1
2
3
4
4
5
= 19,375 detik
2. Volume tabung
Volume nominal
3.
4.
5.
6.
= 500 ml
= 0,5 l
Volume terhitung
= 500,084 ml
= 0,500084 l
Waktu pengambilan contoh uji (t) = 30 menit
Tekanan rata-rata selama pengambilan contoh uji (Pa)
= 754 mmHg
Suhu rata-rata selama pengambilan contoh uji (Ta) = 27 oC
= 300 oK
Jumlah NH3 dari contoh uji berdasarkan kurva kalibrasi (Spektrum Fotometri)
a = 20,793 g
Perhitungan
1. Flow rate (F1=F2=F)
0,500084 60
x
19,375
1
1,548 L /menit
2. Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 oC, 760 mmHg (L)
Rumus :
V=
F1 + F 2
P 298
+t + a x
2
T a 760
= volume udara yang diserap dikoreksi pada kondisi normal 25 oC, 760
mmHg
F1
F2
Pa
Ta
1,548+1,548
754 298
x 30 x
x
2
300 760
V = volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 oC, 760
mmHg
1000
= konversi dari L ke m3
20,793
x 1000
45,748
454,512 g/ Nm
0 , 455 mg/m
Vs=V x
P
298
x o
760 (t + 273)
Dimana :
Vs = Volume udara yang sebenarnya disampling dan dikonversikan pada
tekanan 1 atm dan suhu 25 oC (liter)
V = Volume udara yang disampling (liter)
P = Tekanan udara pada waktu sampling (mmHg)
t
2. Titik Sampling
Disebabkan banyaknya faktor-faktor yang bisa mempengaruhi konsentrasi
zat pencemar di udara, maka sangatlah sukar untuk menetapkan dimana titik
sampling sebenarnya yang harus ditetapkan. Untuk mengatasi masalah ini perlu
dilakukan kajian-kajian analisis dalam hal menentukan titik sampling secara acak
(random) agar data-data analisis kimia yang diperoleh nantinya dari pengambilan
contoh udara pada titik-titik sampling secara random mencerminkan konsentrasi
analit yang dipantau.
Pemantauan kualitas udara ambient biasanya dilakukan pada beberapa
daerah atau areal yaitu:
a. Areal perumahan (urban area)
Pengambilan contoh udara di daerah perumahan/pemukiman perlu
dilakukan karena menyangkut kesehatan masyarakat akibat keterpaparan
(exposure) oleh zat-zat polutan yang dibuang ke udara oleh sumber
pencemaran. Periode lamanya waktu sampling pada areal pemukiman ini
adalah selama 24 jam dengan beberapa macam ketinggian yaitu 0,5; 1; 1,5;
dan 2 meter.
b. Ruang kerja (Workplace)
Ada beberapa tujuan dilakukannya sampling di ruang kerja antara lain
ialah:
seorang pekerja
Untuk menyelidiki keluhan-keluhan pekerja ataupun masyarakat sekitar
industri terhadap gas polutan yang keluar secara tidak disengaja.
Pemantauan titik sampling pada ruangan kerja biasanya sekitar 5 atau
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Kumpulan Modul Praktek Laboratorium Hiperkes Bagi Mahasiswa,
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. DIY, Yogyakarta.
Sumamur, 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT. Toko Gunung Agung,
Jakarta.
11