Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE MATERNITAS DI RUANGAN NIFAS


(KISTA OVARIUM)

Oleh :
Aditya Rahman
1614901110006

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
TAHAP PROFESI NERS
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
1. Review Konsep Anatomi Sistem reproduksi
1.1 Anatomi

1.2 Fisiologi
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk kelenjer dan tempat
menghasilkan ovum. Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan
dan kiri uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uteri.
Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta
folikel primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya
stroma dengan pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos.
Fungsi ovarium adalah:
- Memproduksi ovum
Hormon

gonodotrofik

dari

kelenjar

hipofisis

bagian

anterior

mengendalikan (melalui aliran darah) produksi hormon ovarium. Hormon


perangsangfolikel (FSH) penting untuk awal pertumbuhan folikel de graaf,
hipofisis mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing Hormon (LH)
dan sekresi luteotrofin dari korpus lutenum.
- Memproduksi hormon estrogen

Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai


sesudah menopause (hormon folikuler) karena terus dihasilkan oleh sejumlah
besar folikel ovarium dan seperti hormon beredar dalam aliran darah.
Estrogen

penting

untuk

pengembangan

organ

kelamin

wanita

dan

menyebabkan perubahan anak gadis pada masa pubertas dan penting untuk
tetap adanya sifat fisik dan mental yang menandakan wanita normal.
- Memproduksi hormon progesterone
Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan pekerjaan yang
dimulai

oleh

estrogen

terhadap

endometrium

yaitu

menyebabkan

endometrium menjadi tebal, lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang
telah dibuahi.
2. Konsep penyakit Kista Ovarium
2.1 Definisi
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008).
Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi
cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam (indung telur) ovarium.
(Kusuma, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuha sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong.Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005: 273)
Kista adalah tumor jinak di yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik,
berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang
berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan.
Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan
tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif
mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan
kesehatan penderitanya.
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik
dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan
mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik

umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan
sifatnya.
Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah
vulva (bagian luar alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah
vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis.
Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar
bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.
2.2 Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor
pemicu yaitu :
2.2.1 Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
g. Zat polutan
2.2.2 Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu
kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab
tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi,
atau terpapar zat kimia tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini
dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
2.3 Tanda dan Gejala
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian
besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau
komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak
menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.

b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.


c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih
lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada
siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
-Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b.

Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering


berkemih.

c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang


menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d.

Nyeri saat bersenggma

-Pada stadium lanjut :


a.

Asites

b.

Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam


rongga perut (usus dan hati)

c.

Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,

d.

Gangguan buang air besar dan kecil.

e.

Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat

penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat


merasa sesak nafas.
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium
seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan
bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan
tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta HCG dan alfafetoprotein.
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium,
akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda
dengan kista ovarium biasa.
2.4 Patofisiolgis
Kista terdiri atas folikel folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh

dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah
normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih
tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH
yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh
folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk
kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel sel yang menempatkan diri pada rongga
abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra
peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan
berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro
intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan
konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal
vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan
estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan
virilisasi. (Price, Wilson, 2006)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista
folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir
dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada folikel yang sudah pecah dan
segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul
langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil,
dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada
kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4
hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul.
Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan
penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan
intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)

2.5 Patway

2.6 Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker
masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun
untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.

2.7 Prognosis
Prognosis untuk kista yang jinak baik. Walaupun penanganan dan
pengobatan kista ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun
hasil pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan
termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia
sekalipun. Angka kelangsungan hidup 5 tahun penderita kista ovarium
stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan sebagian penderita 60-70%
ditemukan dalam keadaan stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut
dengan silent killer. Prognosis dari kista ovarium juga tergantung dari
beberapa hal: stadium, jenis histologis, derajat diferensiasi kista, residu kista,
umur penderita, ukuran kista dan free disease interval. Kista yang timbul pada
wanita usia reproduktif umumnya baik dan tidak menimbulkan dampak. Kista
yang timbul pada wanita menopause tidak boleh diabaikan karena merupakan
gejala dari adanya tumor patologis maupun ganas. Dari tipe kista: kalau kista
jinak umumnya tidak berbahaya namun, sebagian kecil berpotensi untuk
menjadi ganas. Sedangkan , kista ganas berbahaya, bila kista ganas terdeteksi
pada stadium lanjut maka survival rateakan semakin kecil
2.8 Penanganan Medis
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi
oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita
abdomen yang ketat.

3. Rencana asuhan klien dengan penyakit pre eklamsi berat


3.1 Pengkajian
Identitas
Ny.S

Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga


a. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri
pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut,
menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan yang lalu : Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat keluarga : Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
Pemeriksaan fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a.

Kepala
a)

Hygiene rambut

b)

Keadaan rambut

b.

c.

d.

Mata
a)

Sklera

: ikterik/tidak

b)

Konjungtiva : anemis/tidak

c)

Mata

: simetris/tidak

Leher
a)

pembengkakan kelenjer tyroid

b)

Tekanan vena jugolaris.

Dada
Pernapasan

e.

a)

Jenis pernapasan

b)

Bunyi napas

c)

Penarikan sela iga

Abdomen
a) Nyeri tekan pada abdomen.
b) Teraba massa pada abdomen.

f.

Ekstremitas
a) Nyeri panggul saat beraktivitas.
b) Tidak ada kelemahan.

g.

Eliminasi, urinasi
a. Adanya konstipasi
b. Susah BAK

Pemeriksaan penunjang
Data laboratorium

a.

Pemeriksaan Hb

b.

Ultrasonografi

Untuk mengetahui letak batas kista.


3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
a. Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktualatau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan
adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak
atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
b. Batasan Karakteristik
Merintih
c. Faktor yang berhubungan
Agen injuri biologis
Diagnosa 2 : Cemas b.d krisis situasional
a. Definisi
Menggambarkan kehawatiran dengan keaadan yang dialami
b. Batasan Karakteristik
Gelisah
c. Faktor yang berhubungan
krisis situasional
3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam diharapkan nyeri
berkurang dan hilang
Kriteria hasil :

Tampak rileks
Mampu tidur, istirahat dengan baik
Skala nyeri berkurang

b. Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi
Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi:

Rasional
Untuk mengetahui tingkat nyeri

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
- observasi isyarat-isyarat verbal dan non verbal dari
ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola

Mengurangi rasa nyeri

tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.


- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan
anjuran. Pemberian analgetik harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut : prinsip pemberian obat 6

Kolaborasi:

benar (benar nama, benar obat, benar dosis, benar

Analgetik dapat mengurangi nyeri

cara,

benar

waktu

pemberian,

dan

benar

dokumentasi)
- Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat

Membina hubungan saling percaya

mengekspresikan nyeri
- Kaji pengalaman masa lalu individu tentang nyeri

Dapat

membantu

perawat

dalam

memberikan

intervensi berikutnya
- Evaluasi

tentang

keefektifan

dari

tindakan

mengontrol nyeri yang telah digunakan


- Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga

Dapat meningkatkan keefektifan edukasi perawat


Sebagai motivator

- Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,


berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
- Ajarkan

penggunaan

teknik

Dapat mengurangi rasa gelisah

non-farmakologi

(seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik,

Kemadirian

dan distraksi)
- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan

Agar menghindari kejenuhan

respon pasien
- Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat

Menjaga kenyamanan

- Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga


kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi

Dapat melakukan intervensi selanjutnya

keluhan lain

Diagnosa 2 : Cemas b.d krisis situasional


a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelahdilakukantindakanperawatankecemasanibuberkurangatauhilang,
kriteria hasilnya ibu tampak tenang, kooperatif, ibu tampak menerima kondisi yang
dialaminya sekarang
b. Intervensi keperawatan dan rasional
Intervensi
Tenangkan pasien dan kaji tingkat kecemasan

Rasional
Mengatahui seberpa tingkat kecemasan

pasien
-

Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien

Membina hubungan saling percaya

dan perasaan yang mungkin muncul pada saat


melakukan tindakan
-

Berusaha memahami keadaan pasien

- Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan

Empati
Dapat mengurangi gelisah

tindakan dengan komunikasi yang baik


-

Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan

Sebagai konseling

dan meningkatkan kenyamanan


-

Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi

Menggugah apa yang dirasakan pasien

perasaannya
-

Ciptakan hubungan saling percaya

Komunikasi teraupiutik

Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa

Sebagai konseling

menimbulkan kecemasan
-

Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang


membuat cemas dan dengarkan dengan penuh
perhatian

Ajarkan pasien teknik relaksasi

Kemadirian

Anjurkan pasien untuk meningkatkan ibadah dan

Pemenuhan spritual

berdoa

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-

mengurangi kecemasan pasien

obatan

4. Daftar Pustaka
Doengoes, Marilyn E (2000). RencanaAsuhankeperawatan. Edisi 3.EGC. Jakarta.
http://atmeyvriska.blogspot.com/2013/05/askep-kista-ovarium.html diakses

pada

tanggal 21 jini 2014


http://putri-yohana.blogspot.com/2013/02/kista-ovarium.html diakses pada tanggal
21 juni 2014
http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kistaovarium.html diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://jerryns-ilmukeperawatanj-ry.blogspot.com/2013/10/askep-kistaovarium_31.html diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://nurlizaa-anissa.blogspot.com/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista
ovarium.html#.U6ciU7EZJOJ diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://patofis.blogspot.com/2012/04/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21
juni 2014
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media
Aesculapius. FKUI
Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi
Edisi 2. Jakarta; EGC.
Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka.

Banjarmasin,

Desember 2016

Preseptor akademik

Preseptor klinik

(..................................................)

(..............................................)

Anda mungkin juga menyukai