Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hewan pertama yang benar-benar merupakan hewan daratan adalah reptilian.
Mereka berkembang dari amphibian dalam zaman karbon. Dengan datangnya zaman
permulaan, mereka lebih mampu mengatasi keadaan baru daripada amphibian.
Kelebihan utama reptilia yang paling awal terhadap amphibian adalah perkembangan
telur yang bercangkang dan berisi kuning telur (Kimball, 1999).
Kelas Reptilia suatu kelompok yang beraneka ragam dengan banyak garis
keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000 spesies, sebagian besar
kadal, ular, penyu atau kura-kura dan buaya ini adalah pengelompokan tradisional dan
didasarkan pada kemiripan semua tetrapoda tersebut. Reptilian memiliki beberapa
adaptasi untuk kehidupan didarat yang umunya tidak ditemukan pada amphibian. Sisik
yang mengandung protein keratin membuat kulit reptilia kedap air, sehingga membantu
mencegah dehidrasi di udara kering. Dan masih banyak lagi ciri-ciri khusus dari kelas
reptilia (Campbell, 1999).
Reptilia merupakan sekelompok vertebrata yang menyeseuaikan diri ditempat
yang kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan squama atau carpace
untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kering atau panas.
Nama kelas ini diambil dari model cara hewan berjalan (Latin : reptum = melata atau
merayap) dan studi tentang reptilian disebut Herpetology yang artinya jelata atau
merayap (Yunani : creptes = reptil) (Jasin, 1992).
Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo Serpentes ini adalah seluruh organ
tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri
umumnya vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan
reseptor yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi
dengan Thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya
utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran
darah mangsa (Yatim, 1985).

Reptilia merupakan kelompok hewan darat yang pertama yang sepanjang


hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan
kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini
menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub ordo
tertentu mengalami pergantian kulit . Pergantian kulit secara total terjadi pada anggota
sub-ordo ophidia dan pada anggota sub-ordo lacertilia pergantian kulit terjadi secara
sebagian. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah
mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali
kelenjar kulit (Jasin, 1992).
Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu Aglypha (tidak memiliki
gigi bisa) Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae. Proteroglypha (memiliki
gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka). Contohnya pada Famili Elapidae dan
Colubridae. Solenoglypha (memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada
saat tidak dibutuhkan). Contohnya pada Famili Viperidae. Ophistoglypha (memiliki
gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya) Contohnya pada Famili
Hydrophiidae. Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya
untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah
mangsa (Djuhanda, 1983).
Famili Colubridae memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain
diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan
lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun
dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir
setengah dari spesies ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa
atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia. Gigi bisanya tipe
proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain: Homalopsis, Natrix,
Ptyas, dan Elaphe ( Djuhanda, 1982).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ordo Rhynchocepholia
Ordo ini diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara
210-220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid.
Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30 cm.
Anggota ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari. Habitat
hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi secara ovipar
dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu lubang seperti
kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun .Anggota
Ordo Rhynchocephalia mempunyai satu familia yaitu Sphenodontidae dan hanya satu
genus Sphenodon. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu Sphenodon punctatus dan
Sphenodon guntheri (Tuatara)(Brotowidjoyo 1989).

Gambar 1. Spesies Sphenodon gunteri (Tautara)


Diakses pada 18 Februari 2017
Sumber : biologi.erlangga

Gambar 2. Gambar Spesies Sphenodon punctatus


Diakses pada 18 Februari 2017
Sumber : saints.blogspot
2.2. Karakteristik Ordo Rhynchocepholia
Ciri-ciri Rhynchocepholia adalah sebagai berikut:
3

a.Bentuk tubuh seperti bunglon.


b.Panjang bisa mencapai kira-kira 75 cm.
d.Mempunyai ekor tebal, pada sisi depan terdapat sisik tebal/duri.
e.Mata besar ,kelopak tidak bergerak.
f.Celah cloaka melintang (Phalagiootremata).
g.Pada tengkorak terdapat 2 Fossa (Lekuk Pipih).
2.3. Taksonomi dan Evolusi
Tuatara, dan adik Squamata kelompok mereka (yang termasuk kadal, ular dan
amphisbaenians), tergolong superordo Lepidosauria, takson hanya bertahan dalam
Lepidosauromorpha. Squamata dan tuatara melakukan caudal autotomy (kehilangan
ujung ekor ketika terancam), dan memiliki celah kloaka melintang. Asal usul Tuatara
mungkin

terletak

dekat

dengan

perpecahan

antara

Lepidosauromorpha

dan

Archosauromorpha. Meskipun mirip kadal Tuatara, kesamaan ini dangkal, karena


memiliki beberapa karakteristik yang unik di antara reptil. Bentuk kadal khas adalah
sangat umum untuk amniotes dini; fosil tertua reptil (Hylonomus) menyerupai kadal
modern.

Tuatara awalnya diklasifikasikan sebagai kadal pada tahun 1831 ketika British
Museum menerima tengkorak. Tetapi terjadi kesalahan klasifikasi sampai 1867, ketika
Albert Gunther dari British Museum mencatat fitur serupa dengan burung, penyu, dan
buaya. Ia mengusulkan ordo Rhynchocephalia (berarti "kepala paruh") untuk tuatara
dan kerabat fosil. Sekarang,kebanyakan penulis lebih suka menggunakan nama agar
lebih eksklusif Sphenodontia untuk tuatara dan kerabat terdekat yang hidup.
Tuatara telah disebut sebagai fosil hidup, yang berarti kelompok mereka tetap
mempertahankan ciri dari zaman sejarah. Namun, pekerjaan taksonomi pada
Sphenodontia telah menunjukkan bahwa kelompok ini telah mengalami berbagai
4

perubahan seluruh Mesozoikum, dan sebuah studi molekuler baru-baru ini


menunjukkan bahwa tingkat mereka evolusi molekuler lebih cepat daripada binatang
lain sejauh ini. Banyak dari relung ditempati oleh ordo ini. Bahkan ada kelompok yang
berhasil sphenodontians air yang dikenal sebagai pleurosaurs, yang sangat berbeda dari
tuatara hidup. Tuatara menunjukkan adaptasi cuaca dingin yang memungkinkan mereka
untuk berkembang di pulau Selandia Baru. Adaptasi ini mungkin unik untuk Tuatara
sejak nenek moyang sphenodontian mereka tinggal di iklim jauh lebih hangat dari
Mesozoikum (Sridianti 2013).
2.4. Perilaku
Tuatara aktif pada malam hari, meskipun pada siang harisering berjemur di
bawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuh mereka. Anakan bersembunyi di
bawah kayu dan batu, dan diurnal. Tuatara berkembang di temperatur yang lebih rendah
daripada yang ditoleransi oleh kebanyakan reptil, dan hibernate selama musim dingin.
Mereka tetap aktif pada temperatur serendah 5 C (41F), sementara suhu lebih dari 28
C (82 F) umumnya fatal. Suhu tubuh optimal untuk Tuatara adalah 16-21 C (61-70
F), terendah dari reptil apapun. Suhu tubuh tuatara lebih rendah daripada reptil jenis
lain berkisar 5,2-11,2 C (41-52 F) selama sehari, sedangkan kebanyakan reptil suhu
tubuh sekitar 20 C (68 F). Hasil suhu rendah tubuh karena metabolisme yang lebih
lambat.
Burung laut seperti petrels, prion, dan shearwaters berbagi habitat dengan tuatara
selama musim bersarang burung. Tuatara menggunakan liang burung untuk berlindung
bila tersedia, atau menggali sendiri. Guano burung laut 'membantu untuk
mempertahankan populasi avertebrata karena Tuatara terutama memangsa kumbang,
jangkrik, dan laba-laba. Makanan mereka juga terdiri dari katak, kadal, dan telur
burung dan anak ayam. Telur dan burung laut muda yang musiman tersedia sebagai
makanan untuk tuatara yang dapat menyediakan asam lemak. Tuatara dari jantan
mempertahankan wilayah, dan akan mengancam dan akhirnya menggigit penyusup.
Menggigit bisa menyebabkan cedera serius. Tuatara akan menggigit ketika mendekati
dan tidak akan membiarkan pergi dengan muda (Sridianti 2013).
2.5. Reproduksi
Seekor Tuatara Henry, tinggal di Southland Museum dan Galeri Seni, masih
reproduktif aktif pada usia 111 tahun.Tuatara reproduksi sangat lambat, mengambil
5

sepuluh sampai dua puluh tahun untuk mencapai kematangan seksual. Perkawinan
terjadi pada pertengahan musim panas. Betina kawin dan bertelur setiap empat tahun
sekali. Selama pendekatan, jantan membuat kulitnya lebih gelap. Dia perlahan-lahan
berjalan di lingkaran sekitar wanita dengan kaki kaku. betina baik akan menyerahkan,
dan memungkinkan jantan maju-mundur ke liang nya Jantan tidak memiliki penis;.
mereka mereproduksi oleh laki-laki mengangkat ekor betina dan menempatkan nya
ventilasi atas miliknya. sperma ini kemudian ditransfer ke perempuan, seperti banyak
proses perkawinan pada burung .
Telur tuatara memiliki shell, lembut seperti perkamen. Dibutuhkan betina antara
satu dan tiga tahun untuk memberikan telur dengan kuning, dan sampai tujuh bulan
untuk membentuk shell. Ia kemudian mengambil antara 12 dan 15 bulan dari kopulasi
sampai menetas. Reproduksi ini berarti terjadi pada dua-untuk interval lima tahun,
paling lambat dalam reptil [14] Wild Tuatara ini. Diketahui masih reproduksi pada
sekitar 60 tahun-tuatara "Henry", sebuah 111-tahun di Southland Museum di
Invercargill, Selandia Baru, menjadi seorang ayah (mungkin untuk pertama kalinya)
pada tanggal 23 Januari 2009.
Jenis kelamin anakan tergantung pada suhu telur, jika telur hangat cenderung
untuk menghasilkan Tuatara jantan, dan betina dihasilkan oleh telur dingin. Telur
diinkubasi pada 21 C (70 F) memiliki kesempatan yang sama sebagai jantan atau
betina. Namun, pada suhu 22 C (72 F), 80% cenderung jantan, dan pada 20 C (68
F), 80% cenderung betina; pada 18 C (64 F) semua anakan akan menjadi betina. Ada
beberapa bukti bahwa seks penentuan tuatara ditentukan oleh faktor genetik dan
lingkungan.
Tuatara mungkin memiliki tingkat pertumbuhan paling lambat reptil pada apapun,
terus tumbuh besar selama 35 tahun pertama hidup mereka. Umur rata-rata sekitar 60
tahun, tetapi mereka dapat hidup sampai lebih dari 100 tahun. Beberapa ahli percaya
bahwa di penangkaran Tuatara bisa hidup selama 200 tahun (Mukayat 1989).

2.6. Spesies
Ada dua spesies yang masih ada, yaitu Spenodhon punctatus dan Spenodhon
guntheri. Ciri S. punctatus berkisar dari hijau zaitun sampai abu-abu ke merah muda
6

atau merah bata gelap, dan selalu dengan bintik-bintik putih. Selain itu, S guntheri
adalah jauh lebih Ada dua spesies yang masih ada yaitu Sphenodon punctatus dan
Sphenodon guntheri. Nama punctatus artinya "melihat", dan guntheri mengacu pada
Albert Gunther. The Brother's tuatara Island (S. guntheri) memiliki kulit coklat zaitun
dengan tambalan kekuningan, sedangkan warna spesies kecil. Sphenodon punctatus ini
dibagi lagi menjadi dua subspesies. Cook Selat Tuatara (subspesies tanpa nama), yang
tinggal di pulau-pulau lainnya di dalam dan dekat Selat Cook, dan tuatara utara
(Sphenodon punctatus punctatus) , yang tinggal di Bay of Plenty, dan beberapa pulau di
utara (Djuhanda 1983).

Gambar 3. Sphenodon punctatus


Diakses pada 18 Februari 2017
Sumber : biologi.budisma

Gambar 4. Sphenodono guntheri


Diakses pada 18 Februari 2017
Sumber : duniaiptek
2.7. Pengertian Ordo Crocodilia
Ordo crocodilia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar diantara
reptil lain. Kulit tebal, dan liat karena mengandung kepingan tulang yang tersusun
7

berderet dan berlunas membentuk perisai dermal mengandung sisik dari bahan tanduk.
Kepala berbentuk pyramid, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi runcing bertipe gigi
poliodont. Mata kecil terletak dibagian kepala yang menonjol di dorsal-lateral. Pipil
vertical dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang
sehingga lubang tersebut hanya Nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi
dorsal ujung moncong dan dilengakapi dengan suatu penutupdari otot yang dapat
berkontraksi secara otomatispada saat buaya menyelam. Lubang telinga terdapat
disebelah caudal mata tertutup oleh lipatan kulit. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif
pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari empat dan
berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput. Jantung uaya mempunyai 4 ruang
namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna yang menyebabkan
terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki foramen panizza. Crocodilia
merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan berjemur disiang hari
untuk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu dimalam hari. Bersifat ovipar, betina
membuat sarang dengan menggali lubang ditanah untuk menyimpan telur. Ordo
Crocodilia mempunyai 3 familia yaitu: Alligatoridae, Crocodilydae, Gavialidae
(Iskandar 2000).
2.8. Famili Aligatoridae
Untuk subordo ini sudah banyak dari species mereka yang punah dan hanya
tersisa dua species alligator saja dimana ukuran meraka dapat mencapai 5 meter dengan
bobot mencapai 1 ton mereka tersebar di amerika serikat dan china, sedangkan untuk
species caiman masih memilik lima species yang tersisa dimana bisa tumbuh hingga 3
meter dengan bobot mencapai 170 kg mereka tersebar dari meksiko hingga argentina.
Black Caiman adalah salah satu species caiman yang terbesar dengan panjang dan berat
bisa menyamai species alligator, serta sering mengancam keberadaan manusia saat
berada disepanjang tepian aliran sungai. Ciri - ciri dari subordo ini adalah :
* Memiliki bentuk kepala yang lebih pendek.
* Moncong membentuk huruf U dan tumpul.
* Habitat di air tawar (hulu sungai).
* Jika bertemu manusia cenderung akan menghindar.
* Rahang atas lebih besar daripada rahang bawah.
* Kelenjar garam tidak berfungsi.
* Dermal Pressure Reseptor (lubang sensor pendeteksi perubahan tekanan air) hanya
8

terdapat disekitar rahang.


Subordo ini terbagi menjadi dua infraordo dengan delapan species.
2.8.1. Alligator sinensis
Alligator sinensis adalah salah satu dari 2 jenis aligator dari
keluarga Alligatoridae. Aligator Tiongkok hanya bisa ditemukan di
wilayah sungai Yangtze di Republik Rakyat Tiongkok. Ukuran
tubuhnya lebih kecil dibanding jenis aligator lain, rata-rata mencapai
1,5 m.

Gambar 5 .Alligator sinensis


Diakses pada 18 Februari 2017
Sumber : biologigonz.blogspot
2.8.2. Genus Caiman: Caiman latirostris.
Caiman latirostris adalah jenis reptil yang dapat ditemukan di
Amerika Selatan dan Amerika Timur, termasuk Brasil bagian
tenggara, Argentina bagian utara, Uruguay, Paraguay, dan Bolivia.
Aligator jenis ini ditemukan pada habitat air yang tenang seperti air
payau dan mangrove. Ukuran aligator dewasa panjangnya sekitar 2
sampai 2,5 meter dengan berat 29,2 sampai 62 Kg (64-137 lb).

Gambar 6. Caiman latirostris.


Diakses pada 18 Februari 2017
9

Sumber : biologigonz.blogspot

2.8.3. Genus Melanosuchus : Melanosuchus niger.


Black Caiman adalah buaya yang banyak ditemukan di Amerika
Selatang yang tersebar di perairan Amazone, terutama di kawasan
hutan hujan dan basah. Mereka lebih menyukaisungai dan danau
dengan sedikit gelombang. Buaya jenis ini banyak diburu untuk
diambilkulitnya, karena memiliki nilai jual tinggi. Warna kulitnya
berfungsi sebagai kamuflaseketika mencari mangsa Caiman terdiri
dari berbagai jenis dan mengerami 14 sampai 60telur. Punya 75
macam gigi yang sangat tajam.

Gambar 7. Melanosuchus niger.


Diakses pada 18 Februari 2017
Sumber : biologigonz.blogspot

2.9. Family Crocodylidae


Untuk subordo ini tinggal tiga genus yaitu genus crocodylus, genus mecitops,
genus osteolaemus dan genus tomistoma. Species ini adalah keluarga buaya yang
terbesar dimana ukurannya dapat mencapai ukuran panjang 7 meter dengan bobot
mencapai 2 ton dan species ini tersebar hampir diseluruh benua kecuali daerah kutub.
Ciri - ciri dari subordo ini adalah :
Memiliki bentuk kepala yang lebih panjang.
10

Moncong membentuk huruf V dan tumpul.


Habitat di muaa sungai.
Jika bertemu manusia cenderung akan menyerang.
Rahang atas dan rahang bawah berukuan sama.
Menggunakan kelenjar garam untuk membuang kelebihan garam pada tubuh.
Lubang sensor pendektesi peubahan tekanan air terdapat di seluruh tubuh.
Subordo ini terbagi menjadi tiga infraordo dengan empat belas species.
2.9.1. Crocodylus porosus (Buaya Muara)
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat
mencapai panjang tujuh meter. Buaya ini dibedakan dengan buaya
yang lain berdasarkan sisik belakang kepalanya yang kecil ataupun
tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17 baris dari
depan ke belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu
atau hijau tua terutama pada yang dewasa sedangkan yang muda
berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam, dan pada ekornya
terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam.
Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah
tumbuhan, dan dedaunan. Buaya ini bertelur pada awal musim
penghujan. Telur-telur ini akan terus dijaga oleh induk sampai
menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya jenis ini
menempati habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas.
Makanan utamanya adalah ikan walaupun sering menyerang manusia
dan babi hutan yang mendekati sungai untuk minum. Persebaran
buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesia.

11

Gambar 8. Crocodylus porosus


Diakses pada 18 Desember 2016
Sumber : wikipedia
2.9.2. Crocodylus novaguineae (Buaya Irian)
Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan
dengan buaya yang lain berdasarkan ukuran sisiknya yang lebih besar,
terutama sisik ventralnya. Sisik belakang kepalanya berjumlah 4-7
buah. Sisik D.C.W (Double Crest Whorl) sejumlah 17-20 pasang,
sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah.
Jumlah sisik ventral terdiri atas 23-28 baris dari depan ke belakang.
Ukuran maksimum dapat mencapai 3350 mm untuk jantan dan 2650
mm untuk betina.
Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan
bertelur pada awal musim kemarau, hal ini berlawanan dengan
Crocodylus porosus. Telur-telur ini dijaga oleh induk sampai mereka
dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini menempati habitat
yang sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai
sampai ke pedalaman dengan persebaran meliputi Irian sebelah utara,
mulai dari daerah DAS Memberamo, sampai semenanjung selatan
Papua Nugini.

Gambar 9. Buaya Irian


Diakses pada 18 Desember 2016
Sumber : wikipedia
2.9.3. Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar)

12

Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post


occipital-nya yang berjumlah 2-4 buah. Moncongnya tidak berlunas
tetapi terdapat lunas yang jelas di antara kedua matanya.. Panjang
moncongnya satu setengah sampai satu tiga perempat kali lebarnya.
Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil
dan hanya dapat mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau
tua kecoklatan dan anakan berwarna lebih muda dengan bercakbercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada ekor umumnya
tidak utuh. Buaya air tawar betina bertelur pada awal musim
penghujan. Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar,
sungai atau rawa-rawa. Makanan utamanya adalah ikan. Jenis ini juga
dikenal sebagai buaya siam. Persebarannya meliputi Kalimantan
Timur,dan Jawa.

Gambar 10. Crocodylus siamensis


Diakses pada 18 Desember 2016
Sumber : wikipedia
2.10. Family Gavialidae
Gavialidae ini hanya terdiri dari dua genus saja yaitu gavialis gigantecus dan
tomistoma schlegelii, yang merupakan reptile semi aquatic dengan cirri cirri hampir
serupa dengan buaya tetapi memiliki bentuk kepala dan moncong yang lebih tipis /
ramping lagi daripada subordo crocodylidae. Dengan bentuk moncong dan bentuk
kepala yang sepert ini menyebabkan subordo gavialidae memiliki kekuatan rahang
yang sangat lemah sehingga tidak bias berburu hewan dengan ukuran yang besar seperti
subordo yang lainnya. Moncong yang tipis ini digunakan hanya untuk menangkap
mangsa seperti ikan, kepiting, udang, siput, burung, dan pengerat. Ciri - ciri dari
subordo ini adalah :
* Memiliki bentuk kepala yang pendek.
13

* Moncong membentuk huruf I dan lancip.


* Habitat di air payau / asin (mauara sungai).
* Jika bertemu manusia cenderung akan menyerang.
* Rahang atas dan rahang bawah berukuran sama.
* Menggunakan kelenjar garam untuk membuang kelebihan garam pada tubuh.
* Dermal Pressure Reseptor (lubang sensor pendeteksi perubahan tekanan air) terdapat
diseluruh tubuh.
2.10.1. Genus Tomistoma Schlegelii ( Buaya Senyulong)
Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan
moncongnya yang sangat sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai
5,6 m. Jari kakinya memiliki selaput, dan sisi kakinya berlunas.
Matanya memiliki iris yang tegak. Betinanya bertelur pada awal
musim penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun
dengan sampah tetumbuhan.
Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang
relatif dalam, rawa-rawa, hingga ke pedalaman. Makanan utama
adalah ikan, udang dan juga monyet. Persebaran buaya ini meliputi
Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

Gambar 11. Buaya Senyulong


Diakses pada 18 Desember 2016
Sumber : wikipedia
2.10.2. Genus Gavialis Gangeticus (Gharial)

Gavialis Bengawanicus

Gavialis Breviceps

Gavialis Browni
14

Gavialis Curvirostris

Gavialis Hysudricus

Gavialis Leptodus

Gavialis Lewisi

Gavialis Pachyrhynchus

2.11. Habitat dan Persebaran


Persebaran buaya muara terluas di dunia. Buaya muara memiliki wilayah
perantauan mulai dari perairan teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga
perairan Polinesia (Kepulauan Fiji Vanuatu) termasuk perairan Indonesia dan Australia
serta negara lain di sekitar indonesia. Habitat kesukaan mereka tentu saja perairan
Indonesia dan Australia. Sedangkan Aligator hanya terdapat di dua negara yaitu
Amerika Serikat dan Cina. Alligator Cina terancam punah dan tinggal jenis yang berada
di lembah Yangtze. Alligator amerika ditemukan di Amerika Serikat dari Carolina
sampai Florida dan Sepanjang Gulf Coast. Mayoritas Alligator Amerika tinggal di
Floroda dan Lousiana. Di Floroda sendiri terdapat lebih dari 1 juta Alligator. Amerika
Serikat adalah satu-satunya negara yang memiliki Alligator dan Buaya. Alligator
Amerika tinggal di Air tawar, seperti kolam, rawa-rawa, daratan basah dan sungai
(Widiyanti 2013).
2.12. Struktur Eksternal
Morfologi buaya meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh dan ekor. Anggota
tubuh berukuran pendek dengan jari yang pada bagian ujungnya dilengkapi cakar.
Mulutnya yang panjang dilengkapi dengan gigi, di dekat ujung moncong terdapat 2
lubang hidung. Mata berukuran besar dan terletak lateral, dengan kelopak atas dan
bawah,serta membrane nictatin transparan yang dapat bergerak di bawah kelopak mata.
Telingga berukuran kecil terletak di ukuran mata. Anus terletak di belakang pangkal
kaki belakang.
2.13. Penutup Tubuh
Kulit yang keras membungkus tubuh dan ekor buaya. Sisik berbaris
melebar secara transversal dengan diantaranya terdapat celah dan kulit yang lunak.
15

Hewan dengan penutup tubuh terkornifikasi tidak mengalami pergantian kulit, tapi ada
proses penggantian dengan lapisan baru yang juga terkornifikasi yang berasal dari
epidermis di bawahnya. Buaya dewasa memiliki eksoskeleton berupa keeping dermal
dari leher samapai ekor dan terletak di bawah titik dorsal. Keeping dermal ada yang
berbentuk segiempat ada yang oval atau meruncing. Terdapat 3 pasang kelenjar di
bagian bawah kepala, di dalam mulut dan di dalam kloaka.
2.14. Skeleton
Tengkorak buaya meliputi moncong yang panjang, dan sejumlah tulang.
Rahang bawah memanjang sampai ke batas posterior tengkorak. Di bagian ventral
cranium terdapat tulang palatal keras, tepat di atas saluran pernafasan.

Gambar 12. Skeleton buaya


Diakses pada 18 Desember 2016
Sumber : wikipedia.id
Tulang vertebrata terdiri 5 tipe vertebrata, yaitu: 9 servical, 10 toraks, 5 lumbar, 2
sacral, dan sekitar 39 caudal. Pada vertebrata servical terdapat rusuk servical bebas.
Vertebrata toraks dan sternum di hubungkan oleh rusuk toraks yang mengandung
kartiloago pada bagian ventral. Di antara sternum dan tulang pubis terdapat 7 pasang
rusuk abdominal.
2.15. Sistem Pencernaan
Mulut buaya berukuran besar dapat terbuka lebar dan dilengkapi gigi yang
digunakan untuk menyerang serta mempertahankan diri, selain itu juga untuk menarik
dan memutar mangsa yang berukuran besar. Lidah tipis terdapat di dasar rongga mulut.
Pada bagian belakang lidah, terdapat lipatan melintang, yang berhadapat dengan lipatan
yangterdapat pada langit-langit mulut, jika kedua lipatan menempel, maka rongga
mulut tertutup kearah faring, sehingga ketika buaya berada di dalam air, mulutnya dapat
16

terbuka tanpa ada air yang masuk ke paru-paru. Di atas faring terdapat esophagus,
berupa saluran panjang menuju lambung. Lambung terdiri dari fundus yang terbentuk
bulat berukuran besar, dan polorus yang berukuran lebih kecil di sebelah kananya.
Selanjutnya terhubung ke usus halus dan rectum yang menuju kloaka dan anus. Hati
terdiri dari 2 lobus yang terletak pada anterior lambung. Pancreas terletak pada lekukan
duodenum dari usus halus. Saluran hati dan pancreas bermuara ke usus halus bagian
awal. Kloaka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan, ekskresi dan
reproduksi.
2.16. Sistem Sirkulasi
Jantung buaya terdapat pada bagian anteroventral dari toraks, terdiri dari 1 sinus
venosus kecil, 2 serambi dan 2 bilik. Pada buaya, kedua bilik terpisah sempurna, tetapi
tidak demikian pada hewan reptil lainnya. Dareah dari vena mengalir dengan arah
sebagai berikut: (1) Sinus venosus, (2) serambi kanan (3) bilik kanan (4) alteri
pulmonary ke setiap lobus paru-paru (5) vena pulmonary dari paru-paru (6) serambi kiri
(7) bilik kiri. Selanjutnya darah keluar dari jantung melalui sepasang pembuluh aorta
yang melewati dorsal esophagus, pembuluh bagian bawah bercabang menjadi 2 arteri
carotid yang menuju leher dan kepala, sedangkan pembuluh aorta satunya berlanjut ke
arteri.
Subclavian menuju kaki depan. Kedua pembuluh aorta bergabung di bagian
dorsal sebagai aorta dorsal dan bercabang ke berbagai organ di dalam rongga badan dan
ke kaki belakang serta ekor. Darah kotor mengalir dari (1) vena cava anterior di setiap
sisi kepala, leher dankaki depan (2) vena cava posterior yang mengumpulkan darah dari
ginjal dan organrefroduksi (3) vena porta hepatica dari mengumpulkan darah dari
saluran pencernaanyang bercabang ke kapiler di hati dan berperan sebagai pena hepatik
yang pendek dan (4)vena epigastrik yang terdapat di setiap sisi rongga perut,
mengumpulkan darah dari kaki belakang, ekor dan tubuh. Keempat vena mengalirkan
darah kesinus venosus.
2.17. Sistem Respirasi
Udara masuk ke lubang hidung, melewati bagian atas langit-langit keras menuju
rongga hidung yang terdapat di bawah rongga velum, melewati glottis pada faring yang
terletak di belakang lidah. Glottis terdiri dari 3 tulang kartilago dan pita suara, dan
selanjutnya terhubung ke trakea yang berupa cincin kartilago. Trakea memanjang
ke bagian depan toraks, selanjutnya bercabang menjadi 2 bronchi pendek, menuju ke
lobus paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru terdiri dari kapilar pulmonary.
17

2.18. Sistem Saraf dan Alat Indra


Otak buaya memiliki 2 lobus olfaktori yang panjang, yang terhubung ke cerebral
hemispher yang berukuran besar. Di belakang cerebral hemispher terdapat lobus
optikus. Berikutnya cerebellum berbentuk buah pir dan terletak di tengah, yang
ukurannya lebih besar dari pada yang terdapat pada hewan Amphibia. Medulla
oblongata terletak di bawah cerebellum, dan memanjang ke sumsum tulang belakang.
Di bagian ventral,terdapat saraf optic di lanjutkan infundibulum dan hipofisis. Terdapat
12 pasang saraf cranial dan saraf spinal berpasangan.
Di lidah terdapat syaraf pengecap (taste bud), dan di setiap lubang hidung
terdapatorgan olfaktori. Pada mata terdapat kelenjar lachrymal yang menjaga kornea
atau permukaan bola mata tetap lembab, ketika hewan berada di permukaan air. Telinga
buayamemiliki tipe vertebrata darat. Setiap telinga memiliki saluran auditory eksternal
yang pendek, yang terdapat di bawah daun telinga. Saluran telinga berlanjut ke
membran timpani kemudian rongga timpani. Di dalam rongga timpani atau telinga
tengah terdapat3 saluran semisirkuler dan organ pendengar. Dari setiap rongga timpani,
terdapat tabungeustachian di bagian tengah, yang terhubung ke rongga di atas faring di
belakang rongga hidung.
2.19. Reproduksi
Pada buaya yang masih muda, gonad jantan dan betina tampak serupa. Pada
jantandewasa, 2 testis berbentuk bulat terdapat di dekat batas ventromedial dari ginjal.
Darisetiap testis terdapat sebuah vas deferensi menuju kloaka, yaitu di sebelah anterior
dariureter, yang berlanjut ke penis tunggal yang terdapat pada bagian ventral kloaka.
Pada betina dewasa, terdapat 2 ovarium yang sama, yang melekat dekat ginjal. Di
sebelahanterior dari setiap ginjal terdapat saluran oviduct yang berlanjut ke kloaka.
Telur dariovarium akan masuk ke saluran oviduct, yang merupakan tempat terjadinya
fertilisasi.Selanjutnya telur yang sudah di fertilisasi akan di selaputi albumin,
membrane dancangkang, kemudian di keluarkan dari tubuh betina untuk di tetaskan.

18

Gambar 13. Struktur telur buaya


Diakses pada 18 Desember 2016
Sumber : wikipedia.id
Famili Crocodylidae merupakan hewan yang berkembang biak secara
musiman.Masa kawin pada musim semi ketika air hangat. Famili ini berkembang biak
dengan bertelur dan fertilisasinya secara internal. Setelah melahirkan, induk buaya
melakukan parental care.
Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan
mudahmenyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya
amat buasmenjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan
telur-telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur
denganserasah dedaunan. Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2
meter.
Perkawinannya dilakukan dengan cara yang jantan menaiki yang betina di
air sambil membelitkan ekornya di bawah ekor betinanya untuk bersetubuh. Kirakirasebulan setelah pembuahan, yang betina membuat sarang dekat suatu sungai
kecil.Sarang itu dibentuknya dengan membelakanginya sambil mengaiskan kakinya
untuk mengonggokkan ranting dan dedaunan yang membusuk, hingga menjadi suatu
gundukanyang berlapis-lapis. Telurnya ditempatkan hanya beberapa inci di dalam
gundukan itu.Yang betina selalu memperbaiki kerusakan sarangnya, sambil menjaga
agar sarang beserta semua telurnnya itu tetap lembab dengan selalu merangkak dari air
menuju puncak gundukan. Panas dari tumbuh-tumbuhan yang membusuk pada sarang
itu dapatmembuat telur berada dalam suhu tetap 32 C.
2.20. Perbedaan Buaya Dengan Alligator
1. Habitat
19

Alligator lebih memilih habitat air tawar, sedangkan buaya lebih suka hidup di
air payau atau air asin.
2. Perilaku
Buaya relatif lebih agresif dibandingkan dengan alligator. Alligator cenderung

menghindar ketika bertemu dengan manusia sedangkan buaya akan


menyerang siapapun yang berada di dekatnya.
3. Wana tubuh
Warna tubuh alligator lebih gelap dibandingkan buaya. Warna alligator
kebanyakan kehitaman atau abu-abu, sedangkan buaya berwarna hijau zaitun
atau coklat.
4. Bentuk moncong
Alligators memiliki moncong yang lebih luas berbentuk U, sedangkan
moncong buaya lebih sempit dan berbentuk V.
5. Posisi rahang dan gigi
Pada alligator, rahang atas lebih besar dibanding rahang bawah sehingga
ketika mengatup, rahang atas menutup sepenuhnya rahang bawah sehingga
tidak ada gigi yang mencuat keluar. Sedangkan rahang atas dan rahang bawah
buaya relatif sama sehingga ketika mulutnya mengatup akan nampak gigi yang
mencuat di sela-sela rahang.
6. Kaki belakang
Kaki belakang buaya memiliki pinggiran bergerigi yang tidak terlihat pada
kaki belakang alligator.
7. Dermal Pressure Reseptor (DPR)
DPR adalah lubang sensorik kecil berwarna hitam yang berfungsi membantu
mendeteksi perubahan tekanan air. Buaya dan alligator sama-sama
mengandalkan sensor ini ketika mencari mangsa. Pada alligator, DPR terdapat
hanya di sekitar rahang, sedangkan pada buaya sensor ini terdapat hampir di
seluruh tubuh.
8. Kelenjar garam

Baik buaya dan alligator sama-sama memiliki struktural kelenjar garam


di lidah.

Buaya menggunakan kelenjar garam untuk membuang kelebihan garam


dari tubuh, sedangkan pada alligator kelenjar ini tidak memiliki fungsi.
20

Ini adalah alasan mengapa buaya bisa mentolerir air asin, sedangkan
alligator tidak bisa.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. 2009. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Brotowidjoyo. 1989. Zoologi. Surabaya: Penebar Swadaya.
Campbell, N. A. 1999. Biologi: Edisi Kelima Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.
Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Pebandingan Vertebrata I.Bandung: Armiko.
Iskandar, D. T. 2000. Turtles and Crocodiles of insular Southeast Asia and New Guinea.
Bandung: PAL Media Citra.
Jasin, M. 1992. Sistematika Hewan (Invetebrata dan Vetebrata). Surabaya: Sinar Media.
21

Kimball, J. W. 1999. Biologi Edisi ke Lima jilid Tiga. Jakarta: Erlangga.


Kurniati, M.Pd. Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung: UIN SGD Bandung
Mukayat, D. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Sridianti. 2013. Reptile. Jakarta: Erlangga.
Yatim, W. 1985. Biolog Jilid Dua. Bandung: Tarsito.

22

Anda mungkin juga menyukai