PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hewan pertama yang benar-benar merupakan hewan daratan adalah reptilian.
Mereka berkembang dari amphibian dalam zaman karbon. Dengan datangnya zaman
permulaan, mereka lebih mampu mengatasi keadaan baru daripada amphibian.
Kelebihan utama reptilia yang paling awal terhadap amphibian adalah perkembangan
telur yang bercangkang dan berisi kuning telur (Kimball, 1999).
Kelas Reptilia suatu kelompok yang beraneka ragam dengan banyak garis
keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000 spesies, sebagian besar
kadal, ular, penyu atau kura-kura dan buaya ini adalah pengelompokan tradisional dan
didasarkan pada kemiripan semua tetrapoda tersebut. Reptilian memiliki beberapa
adaptasi untuk kehidupan didarat yang umunya tidak ditemukan pada amphibian. Sisik
yang mengandung protein keratin membuat kulit reptilia kedap air, sehingga membantu
mencegah dehidrasi di udara kering. Dan masih banyak lagi ciri-ciri khusus dari kelas
reptilia (Campbell, 1999).
Reptilia merupakan sekelompok vertebrata yang menyeseuaikan diri ditempat
yang kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan squama atau carpace
untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kering atau panas.
Nama kelas ini diambil dari model cara hewan berjalan (Latin : reptum = melata atau
merayap) dan studi tentang reptilian disebut Herpetology yang artinya jelata atau
merayap (Yunani : creptes = reptil) (Jasin, 1992).
Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo Serpentes ini adalah seluruh organ
tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri
umumnya vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan
reseptor yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi
dengan Thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya
utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran
darah mangsa (Yatim, 1985).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ordo Rhynchocepholia
Ordo ini diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara
210-220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid.
Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30 cm.
Anggota ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari. Habitat
hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi secara ovipar
dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu lubang seperti
kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun .Anggota
Ordo Rhynchocephalia mempunyai satu familia yaitu Sphenodontidae dan hanya satu
genus Sphenodon. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu Sphenodon punctatus dan
Sphenodon guntheri (Tuatara)(Brotowidjoyo 1989).
terletak
dekat
dengan
perpecahan
antara
Lepidosauromorpha
dan
Tuatara awalnya diklasifikasikan sebagai kadal pada tahun 1831 ketika British
Museum menerima tengkorak. Tetapi terjadi kesalahan klasifikasi sampai 1867, ketika
Albert Gunther dari British Museum mencatat fitur serupa dengan burung, penyu, dan
buaya. Ia mengusulkan ordo Rhynchocephalia (berarti "kepala paruh") untuk tuatara
dan kerabat fosil. Sekarang,kebanyakan penulis lebih suka menggunakan nama agar
lebih eksklusif Sphenodontia untuk tuatara dan kerabat terdekat yang hidup.
Tuatara telah disebut sebagai fosil hidup, yang berarti kelompok mereka tetap
mempertahankan ciri dari zaman sejarah. Namun, pekerjaan taksonomi pada
Sphenodontia telah menunjukkan bahwa kelompok ini telah mengalami berbagai
4
sepuluh sampai dua puluh tahun untuk mencapai kematangan seksual. Perkawinan
terjadi pada pertengahan musim panas. Betina kawin dan bertelur setiap empat tahun
sekali. Selama pendekatan, jantan membuat kulitnya lebih gelap. Dia perlahan-lahan
berjalan di lingkaran sekitar wanita dengan kaki kaku. betina baik akan menyerahkan,
dan memungkinkan jantan maju-mundur ke liang nya Jantan tidak memiliki penis;.
mereka mereproduksi oleh laki-laki mengangkat ekor betina dan menempatkan nya
ventilasi atas miliknya. sperma ini kemudian ditransfer ke perempuan, seperti banyak
proses perkawinan pada burung .
Telur tuatara memiliki shell, lembut seperti perkamen. Dibutuhkan betina antara
satu dan tiga tahun untuk memberikan telur dengan kuning, dan sampai tujuh bulan
untuk membentuk shell. Ia kemudian mengambil antara 12 dan 15 bulan dari kopulasi
sampai menetas. Reproduksi ini berarti terjadi pada dua-untuk interval lima tahun,
paling lambat dalam reptil [14] Wild Tuatara ini. Diketahui masih reproduksi pada
sekitar 60 tahun-tuatara "Henry", sebuah 111-tahun di Southland Museum di
Invercargill, Selandia Baru, menjadi seorang ayah (mungkin untuk pertama kalinya)
pada tanggal 23 Januari 2009.
Jenis kelamin anakan tergantung pada suhu telur, jika telur hangat cenderung
untuk menghasilkan Tuatara jantan, dan betina dihasilkan oleh telur dingin. Telur
diinkubasi pada 21 C (70 F) memiliki kesempatan yang sama sebagai jantan atau
betina. Namun, pada suhu 22 C (72 F), 80% cenderung jantan, dan pada 20 C (68
F), 80% cenderung betina; pada 18 C (64 F) semua anakan akan menjadi betina. Ada
beberapa bukti bahwa seks penentuan tuatara ditentukan oleh faktor genetik dan
lingkungan.
Tuatara mungkin memiliki tingkat pertumbuhan paling lambat reptil pada apapun,
terus tumbuh besar selama 35 tahun pertama hidup mereka. Umur rata-rata sekitar 60
tahun, tetapi mereka dapat hidup sampai lebih dari 100 tahun. Beberapa ahli percaya
bahwa di penangkaran Tuatara bisa hidup selama 200 tahun (Mukayat 1989).
2.6. Spesies
Ada dua spesies yang masih ada, yaitu Spenodhon punctatus dan Spenodhon
guntheri. Ciri S. punctatus berkisar dari hijau zaitun sampai abu-abu ke merah muda
6
atau merah bata gelap, dan selalu dengan bintik-bintik putih. Selain itu, S guntheri
adalah jauh lebih Ada dua spesies yang masih ada yaitu Sphenodon punctatus dan
Sphenodon guntheri. Nama punctatus artinya "melihat", dan guntheri mengacu pada
Albert Gunther. The Brother's tuatara Island (S. guntheri) memiliki kulit coklat zaitun
dengan tambalan kekuningan, sedangkan warna spesies kecil. Sphenodon punctatus ini
dibagi lagi menjadi dua subspesies. Cook Selat Tuatara (subspesies tanpa nama), yang
tinggal di pulau-pulau lainnya di dalam dan dekat Selat Cook, dan tuatara utara
(Sphenodon punctatus punctatus) , yang tinggal di Bay of Plenty, dan beberapa pulau di
utara (Djuhanda 1983).
berderet dan berlunas membentuk perisai dermal mengandung sisik dari bahan tanduk.
Kepala berbentuk pyramid, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi runcing bertipe gigi
poliodont. Mata kecil terletak dibagian kepala yang menonjol di dorsal-lateral. Pipil
vertical dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang
sehingga lubang tersebut hanya Nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi
dorsal ujung moncong dan dilengakapi dengan suatu penutupdari otot yang dapat
berkontraksi secara otomatispada saat buaya menyelam. Lubang telinga terdapat
disebelah caudal mata tertutup oleh lipatan kulit. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif
pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari empat dan
berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput. Jantung uaya mempunyai 4 ruang
namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna yang menyebabkan
terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki foramen panizza. Crocodilia
merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan berjemur disiang hari
untuk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu dimalam hari. Bersifat ovipar, betina
membuat sarang dengan menggali lubang ditanah untuk menyimpan telur. Ordo
Crocodilia mempunyai 3 familia yaitu: Alligatoridae, Crocodilydae, Gavialidae
(Iskandar 2000).
2.8. Famili Aligatoridae
Untuk subordo ini sudah banyak dari species mereka yang punah dan hanya
tersisa dua species alligator saja dimana ukuran meraka dapat mencapai 5 meter dengan
bobot mencapai 1 ton mereka tersebar di amerika serikat dan china, sedangkan untuk
species caiman masih memilik lima species yang tersisa dimana bisa tumbuh hingga 3
meter dengan bobot mencapai 170 kg mereka tersebar dari meksiko hingga argentina.
Black Caiman adalah salah satu species caiman yang terbesar dengan panjang dan berat
bisa menyamai species alligator, serta sering mengancam keberadaan manusia saat
berada disepanjang tepian aliran sungai. Ciri - ciri dari subordo ini adalah :
* Memiliki bentuk kepala yang lebih pendek.
* Moncong membentuk huruf U dan tumpul.
* Habitat di air tawar (hulu sungai).
* Jika bertemu manusia cenderung akan menghindar.
* Rahang atas lebih besar daripada rahang bawah.
* Kelenjar garam tidak berfungsi.
* Dermal Pressure Reseptor (lubang sensor pendeteksi perubahan tekanan air) hanya
8
Sumber : biologigonz.blogspot
11
12
Gavialis Bengawanicus
Gavialis Breviceps
Gavialis Browni
14
Gavialis Curvirostris
Gavialis Hysudricus
Gavialis Leptodus
Gavialis Lewisi
Gavialis Pachyrhynchus
Hewan dengan penutup tubuh terkornifikasi tidak mengalami pergantian kulit, tapi ada
proses penggantian dengan lapisan baru yang juga terkornifikasi yang berasal dari
epidermis di bawahnya. Buaya dewasa memiliki eksoskeleton berupa keeping dermal
dari leher samapai ekor dan terletak di bawah titik dorsal. Keeping dermal ada yang
berbentuk segiempat ada yang oval atau meruncing. Terdapat 3 pasang kelenjar di
bagian bawah kepala, di dalam mulut dan di dalam kloaka.
2.14. Skeleton
Tengkorak buaya meliputi moncong yang panjang, dan sejumlah tulang.
Rahang bawah memanjang sampai ke batas posterior tengkorak. Di bagian ventral
cranium terdapat tulang palatal keras, tepat di atas saluran pernafasan.
terbuka tanpa ada air yang masuk ke paru-paru. Di atas faring terdapat esophagus,
berupa saluran panjang menuju lambung. Lambung terdiri dari fundus yang terbentuk
bulat berukuran besar, dan polorus yang berukuran lebih kecil di sebelah kananya.
Selanjutnya terhubung ke usus halus dan rectum yang menuju kloaka dan anus. Hati
terdiri dari 2 lobus yang terletak pada anterior lambung. Pancreas terletak pada lekukan
duodenum dari usus halus. Saluran hati dan pancreas bermuara ke usus halus bagian
awal. Kloaka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan, ekskresi dan
reproduksi.
2.16. Sistem Sirkulasi
Jantung buaya terdapat pada bagian anteroventral dari toraks, terdiri dari 1 sinus
venosus kecil, 2 serambi dan 2 bilik. Pada buaya, kedua bilik terpisah sempurna, tetapi
tidak demikian pada hewan reptil lainnya. Dareah dari vena mengalir dengan arah
sebagai berikut: (1) Sinus venosus, (2) serambi kanan (3) bilik kanan (4) alteri
pulmonary ke setiap lobus paru-paru (5) vena pulmonary dari paru-paru (6) serambi kiri
(7) bilik kiri. Selanjutnya darah keluar dari jantung melalui sepasang pembuluh aorta
yang melewati dorsal esophagus, pembuluh bagian bawah bercabang menjadi 2 arteri
carotid yang menuju leher dan kepala, sedangkan pembuluh aorta satunya berlanjut ke
arteri.
Subclavian menuju kaki depan. Kedua pembuluh aorta bergabung di bagian
dorsal sebagai aorta dorsal dan bercabang ke berbagai organ di dalam rongga badan dan
ke kaki belakang serta ekor. Darah kotor mengalir dari (1) vena cava anterior di setiap
sisi kepala, leher dankaki depan (2) vena cava posterior yang mengumpulkan darah dari
ginjal dan organrefroduksi (3) vena porta hepatica dari mengumpulkan darah dari
saluran pencernaanyang bercabang ke kapiler di hati dan berperan sebagai pena hepatik
yang pendek dan (4)vena epigastrik yang terdapat di setiap sisi rongga perut,
mengumpulkan darah dari kaki belakang, ekor dan tubuh. Keempat vena mengalirkan
darah kesinus venosus.
2.17. Sistem Respirasi
Udara masuk ke lubang hidung, melewati bagian atas langit-langit keras menuju
rongga hidung yang terdapat di bawah rongga velum, melewati glottis pada faring yang
terletak di belakang lidah. Glottis terdiri dari 3 tulang kartilago dan pita suara, dan
selanjutnya terhubung ke trakea yang berupa cincin kartilago. Trakea memanjang
ke bagian depan toraks, selanjutnya bercabang menjadi 2 bronchi pendek, menuju ke
lobus paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru terdiri dari kapilar pulmonary.
17
18
Alligator lebih memilih habitat air tawar, sedangkan buaya lebih suka hidup di
air payau atau air asin.
2. Perilaku
Buaya relatif lebih agresif dibandingkan dengan alligator. Alligator cenderung
Ini adalah alasan mengapa buaya bisa mentolerir air asin, sedangkan
alligator tidak bisa.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. 2009. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Brotowidjoyo. 1989. Zoologi. Surabaya: Penebar Swadaya.
Campbell, N. A. 1999. Biologi: Edisi Kelima Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.
Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Pebandingan Vertebrata I.Bandung: Armiko.
Iskandar, D. T. 2000. Turtles and Crocodiles of insular Southeast Asia and New Guinea.
Bandung: PAL Media Citra.
Jasin, M. 1992. Sistematika Hewan (Invetebrata dan Vetebrata). Surabaya: Sinar Media.
21
22