Anda di halaman 1dari 19

OPERASIONAL PEMBIAYAAN BANK SYARIAH

A. Bank dalam System Perbankan


1. Pengertian Bank
Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banco yang berarti
bangku (kursi). Definisi mengenai bank yang dikemukakan oleh para ahli
perbankan pada hakekatnya tidak jauh berbeda, kalaupun ada perbedaan
hanyalah akan tampak pada tugas atau usahanya saja.
Menurut Simorangkir (2003:1) definisi bank dapat dikemukakan
sebagai berikut : Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk
memberikan kredit dan jasa-jasa, baik dengan modal sendiri atau dengan
dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga, maupun dengan jalan
memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
Undang-Undang Pokok Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, pasal 1 butir 2 menjelaskan bank dalam definisi berikut : bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Maka jelaslah bahwa bidang pekerjaan dari bank adalah meliputi
kasir, perantara kredit, pencipta uang giral dan badan pembiayaan.
Sehingga dari berbagai definisi bank tersebut, timbul pendapat bahwa bank

63

dapat dikelompokkan menurut fungsinya, yaitu bank sebagai penerima


dana dan bank sebagai pemberi kredit.
2. Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya
Dilihat dari segi fungsinya bank dapat diperinci sebagai berikut
(Suyatno, dkk, 2001:17):
a. Bank sentral (Central Bank) adalah Bank Indonesia sebagai dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan yang didirikan berdasarkan
Undang-Undang No.13/1968.
b. Bank Umum (commercial Bank) adalah bank yang dalam pengumpulan
dananya menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan
dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.
c. Bank Tabungan (Saving Bank) adalah bank yang dalam pengumpulan
dananya menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam
usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga.
d. Bank Pembangunan (Development Bank) adalah bank yang dalam
pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk
deposito dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan
panjang, serta dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka
menengah dan panjang di bidang pembangunan.
e. Bank Desa (Rural Bank) adalah bank yang menerima simpanan dalam
bentuk uang dan natura (padi, jagung, dan sebagainya) dan dalam
usahanya memberikan kredit jangka pendek dalam bentuk uang maupun
dalam bentuk natura kepada sector pertanian dan pedesaan.

64

3. Prinsip-prinsip Perbankan
Pada dasarnya ada tiga prinsip yang harus diperhatikan oleh bank,
meliputi: (Simorangkir, 2003:107)
a. Prinsip Likuiditas
Yang dimaksud dengan likuiditas yaitu kemampuan suatu bank
dalam melunasi kewajiban-kewajibannya yang segera dapat ditarik.
Kewajiban-kewajiban harus dilunasi tepat pada waktunya. Setiap saat
nasabah berhak melakukan penarikan selama simpanan gironya
mencukupi. Hal inilah mengharuskan tiap bank berjaga-jaga agar alat
likuid (mudah dicairkan dalam uang tunai) tersedia.
Untuk memelihara likuiditas, bank mengadakan cadangan yang
terdiri dari cadangan primer dan cadangan sekunder. Cadangan
primer di Indonesia adalah kas, saldo rekening giro pada Bank
Indonesia dan jaminan kliring. Sedangkan cadangan sekunder adalah
kertas berharga yang segera dapat diuangkan, dengan resiko yang
sangat minimum. Fungsi utama dari cadangan sekunder adalah untuk
membantu keperluan likuiditas, karena dapat dicairkan dengan cepat.
b. Prinsip Solvabilitas
Yang dimaksud dengan solvabilitas bank adalah kesanggupan
untuk membayar semua utang dari aktiva yang dimilikinya atau dengan
kata lain kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan. Utang yang

65

dimaksud di sini yaitu utang-utang bank kepada pihak ketiga, jadi tidak
termasuk utang kepada pemegang saham.
Untuk mengetahui tingkat solvabilitas suatu bank dapat
dilakukan dengan dua cara:
1) Pertama, jika bank sudah sedemikian parahnya sehingga
operasinya (kegiatannya) terpaksa dihentikan. Dalam keadaan
yang demikian, bank dinilai dengan cara apakah mampu membayar
utang-utangnya. Aktiva-aktiva yang dimiliki bank harus dinilai
menurut nilai likuidasi, artinya menurut harga jual aktiva-aktiva
tersebut. Biasanya nilai likuidasi lebih rendah dari nilai aktiva bank
seandainya berada dalam keadaan beroperasi.
2) Kedua, perbandingan antara aktiva (material) dengan seluruh
utang, semakin besar rasio tersebut, maka semakin besar
kemungkinan bahwa bank tersebut mampu membayar utangnya,
baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
c. Prinsip Rentabilitas
Yang

dimaksud

rentabilitas

atau

profitabilitas

adalah

kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba. Dengan laba, bank


akan lebih mampu melaksanakan operasinya. Dan laba itu pula
merupakan penilaian ketrampilan pimpinan. Pimpinan bank yang
cakap dan trampil umumnya dapat mendatangkan keuntungan yang
lebih besar daripada pimpinan yang kurang cakap.

66

Setiap

bank

dalam

menyalurkan

dana-dananya

sering

menghadapi masalah yang saling bertentangan antara keamanan dan


keuntungan (safety and profitability). Bank umum yang menyalurkan
dana-dana ke sisi aktiva yang mudah dicairkan dengan uang tunai
(likuid), umumnya memperoleh tingkat bunga yang relative rendah.
Pilihan lain adalah menyalurkan dana-dana yang tidak mudah
dicairkan (kurang likuid) disertai dengan menghasilkan tingkat bunga
yang relative lebih tinggi dengan resiko yang lebih besar. Untuk menilai
rentabilitas suatu bank dapat dipergunakan dengan perhitungan ratio,
yaitu : perbandingan antara laba bersih (sebelum dikurangi pajak)
dengan hak pemilik. Yang dimaksud hak pemilik (net worth atau net
equity) adalah bagian hak pemilik/pemegang saham sesudah
kewajiban-kewajiban berupa utang-utang jangka pendek, menengah,
dan utang-utang lainnya dipenuhi. Ratio dapat menjadi ukuran daya
suatu bank mencari laba.
4. Hubungan Bank Sentral dengan Bank Umum dan Bank BPR

67

Hubungannya sebagai bankers bank, bank sentral dianggap sebagai


banknya bank dan lender of last resort. Bank sentral diangggap pemberi
pinjaman pada tingkat terakhir.
5. Hubungan Bank dengan Nasabah

Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur


yang paling terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa
melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat
percaya untuk menempatkan uangnya, pada produk-produk perbankan
yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat
tersebut, bank dapat memobilisir dana dari masyarakat, untuk ditempatkan
pada banknya dan bank akan memberikan jasa-jasa perbankan.
Berdasarkan dua fungsi utama dari suatu bank, yaitu fungsi pengerahan
dana dan penyaluran dana.

68

6. Penghimpunan Dana Bank

7. Penyaluran Dana Bank

69

8. Tinjauan Filosofis Atas Penyaluran Dana

9. Tingkat Ketertagihan

70

10. Penilaian Kepada Calon Debitur

B. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Akhir tahun 1999, bersamaan dengan dikeluarkannya UU
perbankan, maka muncullah bank-bank syariah umum dan bank umum
yang membuka unit usaha syariah. Sejak beroperasinya Bank Muamalat
Indonesia (BMI), sebagai bank syariah pertama pada tahun 1992, data
Bank Indonesia per 30 Mei 2007 menunjukkan bahwa saat ini perbankan
syariah nasional telah tumbuh cepat, ketika pelakunya terdiri atas 3 Bank
Umum Syariah (BUS) antara lain : Bank Muamalat, Bank Syariah
Mandiri, 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 106 Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS), sedangkan asset kelolaan perbankan syariah nasional
per Mei 2007 telah berjumlah Rp 29 Triliun. Perkembangan bank umum

71

syariah dan bank konvensional yang membuka cabang syariah juga


didukung dengan tetap bertahannya bank syariah pada saat perbankan
nasional mengalami krisis cukup parah pada tahun 1998 (Antonio,
2001:71).
Menurut Antonio (2001:22), bank islam atau selanjutnya disebut
dengan bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa disebut dengan bank
tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berdasarkan pada Al Quran dan Hadits Nabi
Muhammad SAW atau dengan kata lain bank islam adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat islam.
2. Asas dan Tujuan Bank Syariah
Berdasarkan asas operasional bank syariah berdasarkan pasal 2
UU No. 21 tahun 2008, disebutkan bahwa perbankan syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi
ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Selanjutnya terkait dengan tujuan bank
pembangunan

nasional

dalam

rangka

meningkatkan

keadilan,

kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.


Menurut Hidayat (2008:61), sebagai suatu system keuangan yang
berdasarkan syariat islam, maka menurutnya, arah dan tujuan didirikannya
keuangan islam mestilah untuk mewujudkan tujuan syariah (maqasid al-

72

syariah). Secara umum, tujuan syariah dikategorikan kepada pendidikan


(tarbiyah), keadilan (adalah), dan kesejahteraan umat (maslahatul amah).
Berikut adalah tujuan dari bank syariah menurut Warkom Sumintro:
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara islam
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar
terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan
lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha
tersebut selain dilarang dalam islam, juga telah menimbulkan dampak
negative terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya
kemandirian usaha.
d. Pola hubungan kemitraan (musyarakah dan mudharabah), penjual dan
pembeli (murabahah, salam, dan istishna), sewa menyewa (ijarah),
debitur dan kreditur dalam pengertian equity holder (qard).
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank
syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang

73

diakibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat


antara lembaga keuangan.
3. Fungsi Bank Syariah
Dalam beberapa literature perbankan syariah, bank syariah
dengan beragam skema transaksi yang dimiliki dalam skema non-riba
memiliki setidaknya empat fungsi, yaitu:
a. Fungsi Manajer Investasi
Fungsi ini dapat dilihat pada segi penghimpunan dana oleh bank
syariah, khususnya dana mudharabah. Dengan fungsi ini bank syariah
bertindak sebagai manjer investasi dari pemilik dana (shahibul maal)
dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang
produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan
keuntungan yang akan dibagi hasilkan antara bank syariah dan
pemilik dana.
b. Fungsi Investor
Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor
(pemilik dana). Sebagai investor, penanaman dana yang dilakukan
pada sector-sektor yang produktif dengan resiko yang minim dan tidak
melanggar ketentuan bank syariah. Selain itu, dalam menginvestasikan
dana bank syariah harus menggunakan alat investasi yang sesuai
dengan syariah.
c. Fungsi Sosial

74

Fungsi social bank syariah merupakan sesuatu yang melekat pada


bank syariah.
d. Fungsi Jasa Keuangan
Fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidaklah
berbeda dengan bank konvensional, seperti memberikan layanan
kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of credit, letter of
guarantee, dan lain sebagainya.
4. Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Batasan-batasan

bank

syariah

yang

harus

menjalankan

kegiatannya berdasar pada syariat islam, menyebabkan bank syariah


harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan
dengan syariat islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2001:112).
Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
1) Wadiah yad al-amanah (trustee depository)
2) Wadiah yad adh-dhamanah (guarantee depository)
b. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
1) Al-Mudharabah : Penyerahan sejumlah dana dari shohibul maal
kepada mudharib untuk tujuan kerjasama bisnis, yang hasilnya

75

akan dibagi sesuai kesepakatan (nisbah bagi hasil). Dalam


pembiayaan mudharabah, bank sebagai shohibul maal, dan
nasabah sebagai mudharib.
2) Al-Musharakah : Musyarakah berasal dari kata syirkah yang
berarti pencampuran. Kongsi modal untuk melakukan suatu bisnis
tertentu. Hasilnya dibagi sesuai perjanjian nisbah bagi hasil.
Musyarakah lebih dekat dengan istilah penyertaan.
c. Prinsip Jual Beli (Sale and Purchase)
Prinsip ini merupakan suatu system yang menerapkan tata cara jual
beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang
dibutuhkan nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang,
kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Tiga jenis jual beli
yang dijadikan acuan utama dalam pembiayan modal kerja dan
investasi perbankan syariah, yaitu:
1) Baial murabahah : jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Pembiayaan yg dilakukan
oleh bank kepada nasabah yang timbul dari transaksi jual beli suatu
barang. Bank menambahkan margin keuntungan diatas harga
pokok, dan total harga ini yang harus diangsur oleh nasabah
(debitur). Murabahah disebut juga al bai bi tsaman ajil (jual beli
dengan harga tambahan), juga disebut al-bai muajjal (jual beli
dengan angsuran).

76

2) Bai As-salam : pembelian barang yang diserahkan dikemudian


hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Objek al-salam
adalah al-dayn (financial assets). Pembiayaan yang dilakukan oleh
bank kepada nasabah atas jual beli komoditas tertentu, dengan
harga tertentu, dan penyerahan komoditas dilakukan di masa yang
akan datang. Transaksi ini bersifat kontrak. Sering digunakan pada
transaksi pasar future.
3) Bai Al-istishna : kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat
barang. Dalam kontak ini, pembuat barang menerima pesanan dari
pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk
membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah
disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Obyek alistishna adalah al-ayn (benda). Pembiayaan yang dilakukan oleh
bank kepada nasabah untuk menghasilkan komoditas tertentu,
dengan harga tertentu, dan penyerahan komoditas dilakukan di
masa yang akan datang. Transaksi ini bersifat kontrak. Sering
digunakan pada pembiayaan untuk kontraktor.
d. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Ijarah adalah transaksi sewamenyewa. Terkait pembiayaan, bank sebagai pihak yang menyewakan
barang/jasa (ajir) yang manfaatnya (ajran) diterima oleh nasabah

77

sebagai penyewa (mustajir). Maka, penyewa membayar imbalan


(ajru). Al-ijarah terbagi menjadi dua jenis:
1) Ijarah, sewa murni.
2) Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan
beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang
pada akhir masa sewa. Pembiayaan yang dilakukan oleh bank
kepada nasabah untuk mendapatkan manfaat barang tertentu, yang
akhirnya terjadi pemindahan hak kepemilikan. Contoh: pembelian
sepeda motor secara leasing.
e. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan
bank.
5. Kegiatan Bank Syariah
Berikut adalah kegiatan bank syariah (Booklet Perbankan
Indonesia, Vol 4, Maret 2007):
a. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan investasi, antara lain:
1) Giro berdasarkan prinsip wadiah.
2) Tabungan berdasarkan prinsip wadiah dan atau mudharabah.
3) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
b. Menyalurkan dana melalui:
1) Prinsip jual beli berdasarkan akad meliputi:
a) Murabahah

78

b) Istishna
c) Salam
2) Prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain:
a) Mudharabah
b) Musyarakah
1) Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain:
a) Ijarah
b) Ijarah muntahiya bittamlik
2) Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh.
3) Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad
antara lain:
a) Wakalah
b) Hawalah
c) Kafalah
d) Rahn
c. Membeli, menjual dan atau menjamin atas resiko sendiri surat-surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
berdasarkan prinsip syariah.
d. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan
oleh Pemerintah dan/atau BI.
e. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah.
f. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah
berdasarkan prinsip syariah.

79

g. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan


dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga
berdasarkan prinsip syariah.
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat
berharga berdasarkan prinsip wadiah yad amanah.
i. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip
wakalah.
j. Memberikan fasilitas letter of credit berdasarkan prinsip syariah.
k. Memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip syariah.
l. Melakukan kegiatan usaha kartu devet, charge card berdasarkan
prinsip syariah.
m. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah.
n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui
oleh Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan Syariah Nasional.
o. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf.
p. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain
dibidang keuangan berdasarkan prinsip syariah seperti sewa guna
usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan.
q. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip
syariah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat

80

harus menarik kembali penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana


ditetapkan oleh Bank Indonesia.
r. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan dalam perundangundangan dan pensiun yang berlaku.
s. Bank syariah dalam melaksanakan fungsi social dapat bertindak
sebagai penerima dana social antara lain dalam bentuk zakat, infaq,
shadaqah, waqaf, hibah, dan menyalurkannya sesuai syariah atas
nama bank atau lembaga amil zakat yang ditunjuk oleh pemerintah.

Nama : Fian Metal Angga P.


NIM : 2014020129
Kelas : Manajemen Semester 5 B1
Referensi:

Bank Indonesia. 2009. Booklet Perbankan Indonesia. Jakarta: Direktorat


Perizinan dan Informasi Perbankan
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Supawi Pawenang. 2016. Modul Operasional Pembiayaan BPR Syariah.
Surakarta: Uniba
Simorangkir. 2003. Dasar-dasar dan Mekanisme Perbankan. Jakarta: Aksara
Persada Indonesia

81

Anda mungkin juga menyukai