Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
1. AMALUDDIN EFENDI
2. RIZA FADHILA
(C1F015008)
(C1F015005)
DOSEN PEMBIMBING :
PAULINA LUBIS, S.E., M.EI
DAFTAR ISI
Halaman Depan.......................
Kata Pengantar................i
Daftar isi ....................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............. ...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kebijakan fiskal pada awal masa Pemerintahan Islam.....................................................2
2.2. Kebijakan Fiskal Pada Masa Rasulullah..........................................................................4
2.3. Kebijakan Masa Pemerintahan Khalafaul Rashidin .......................................................6
2.4. Komponen Kebijakan fiskal dalm Islam ........................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15
Lampiran Pertanyaan...........................................................................................................16
KATA PENGANTAR
Bismallahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena izin dan ridhonya
kami dapat merampungkan makalah ini.Selanjutnya shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah menata cara hidup bermasyarakat berdasarkan
ajaran agama yang benar.
Makalah ini membahas tentang Kebijakan Fiskal Pada masa awal Pemerintahan
Islam untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi yang diampu oleh
Ibu Paulina Lubis, SE., M.EI. Kami dalam makalah ini berusaha mengumpulkan referensi
serta berusaha menulis makalah ini dengan sebaik mungkin agar dapat dimengerti oleh
pembaca.
Akhirnya kepada Allah juga kami memohon ampun, sekiranya terjadi kesalahan
dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat, Amin Ya Rabbal Alamin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sistem kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam ?
Apa saja instumen sistem kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam ?
Apa saja sumber penerimaan negara pada masa awal pemerintahan islam ?
Apa saja sumber pengeluaran negara pada masa awal pemerintahan islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
dan
budayanya.
Di
sisi
lain
Rasulullah
s.a.w.
harus
mengendalikan depresi yang dialami oleh kaum muslimin melaui strategi dakwahnya
agar ummat muslim mempunyai keteguhan hati (beriman) dalam berjuang, mentata
perekonomian yang carut marut dengan menyuruh kaum muslimin bekerja tanpa
pamrih dan lain sebagainya.
2
pengikutnya.
Merehabilitasi Muhajirin Mekkah di Madinah.
Meciptakan kedamaian dalam negara.
Mengeluarkan hak dan kewajiban bagi warga negaranya.
Membuat konstitusi negara.
Menyusun sistem pertahanan Madinah.
Meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara.
Namun yang paling utama dibangun oleh Rasulullah s.a.w. adalah masjid karena
dengan adanya masjid menandakan perjungan beliau tidak hanya berada pada tataran
duniawi saja akan tetapi berdimensi akhirat. Jika ini ditafsirkan dengan akal (tafsir bil
rayi) maka sesungguhnya terdapat sesuatu ajaran yang cukup dalam dimana
Rasulullah s.a.w. meletakkan dasar ideologi perjuangan yang selalu bergandengan
antara kepentingan dunia dengan kepentingan akhirat. Sebagai mediasinya adalah
dibangunlah masjid.
Perjuangan dalam tataran ideologi sudah dibenahi, maka rasulullah s.a.w.
melangkah pada tahap berikutnya yaitu dengan mereformasi bidang ekonomi dengan
berbagai macam kebijakan beliau. Seperti diulas panjang di atas bahwa kondisi
ekonomi dalam keadaan nol. Kas negara kosong, kondisi gegrafis tidak menguntungkan
dan aktivitas ekonomi berlajan secara tradisional. Melihat kondisi yang tidak menentu
seperti
ini
maka
Rasulullah
s.a.w. melakukan
upaya-upaya
yang
terkenal
lama
harta
yang
mengendap
di
dalam
Baitul
Maal,
ketika
pendapatan
dan
kekayaan
sehingga
meningkatkan
membagikan tanah sebagai modal kerja. Kebijakan ini dilakukan oleh Rasulullah
s.a.w. karena kaum Muhajirin dan Anshor keahliannnya bertani dan hanya
pertanian satu-satunya pekerjaan yang menghasilkan. Kebijakan beliau sesuai
dengan teori basis, yaitu bahwa jika suatu negara atau daerah ingin ekonominya
maju maka jangan melupakan potensi basis yang ada di negara atau daerah
tersebut.
c) Kebijakan Pajak.
Kebijakan pajak ini adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah muslim
berdasarkan atas jenis dan jumlahnya (pajak proposional). Misalnya jika terkait
dengan pajak tanah, maka tergantung dari produktivitas dari tanah tersebut atau
juga bisa didasarkan atas zonenya.
d) Kebijakan Fiskal Berimbang
Untuk kasus ini pada masa pemerintahan Rasulullah s.a.w dengan metode
hanya mengalami sekali defisit neraca Anggaran Belanja yaitu setelah terjadinya
Fathul Makkah, namun kemudian kembali membaik (surplus) setelah perang
Hunain[5]
e) Kebijakan Fiskal Khusus
Kebijakan ini dikenakan dari sektor voulentair (sukarela) dengan cara
meminta bantuan Muslim kaya. Jalan yang ditempuh yaitu dengan memberikan
pijaman kepada orang-orang tertentu yang baru masuk Islam serta menerapkan
kebijakan insentif.
dan keimanan beliau yang luar biasa, faktor kesenioran diantara yang lain
sehingga wibawa menjadi penentu. Juga faktor kesetiaan dalam mengikuti dan
mendapingi Rasulullah dalam berdakwah menyadarkan kaum muslim bahwa
beliau memang pantas menjadi pengganti raululllah saw. Pemilihan tersebut
berlangsung secara alami tanpa ada interpensi dari Rasulullah saw.
Abu Bakar terkenal dengan keakuratan dan ketelitiannya dalam mengelola
dan menghitung zakat. Tebukti dengan ketelitian dan kehatia-hatiannya beliau
mengangkat seorang amil zakat yaitu Anas.
Pada awal kepemimpinannya beliau mengalami kesulitan di dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sehingga dengan penuh keterbukaan
dan keterusterangan beliau mengatakan kepada ummatnya bahwa perdagangan
beliau tidak mencukupi untuk memenuhi kebtuhan keluarganya. Tentunya dengan
adanya beban sebagai kepala negara akan mengurangi aktivitas dagangnya karena
sibuk mengurus negara.
Kesulitan beliau diketahui oleh khalayak ramai terutama oleh Siti Aisyah
dan dengan kesepakatan bersama selama kepemimpinan beliau baitul maal
mengeluarkan kebutuhan khalifah Abu Bakar yaitu sebesar dua setengah atau dua
tiga perempat dirham setiap harinya dengan tambahan makanan berupa daging
domba dan pakaian biasa. Setelah berjalan beberapa waktu, ternyata tunjangan
tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2.000 atau 2.500 dirham dan
menurut keterangan yang lain mencapai 6.000 dirham pertahun.
Namun yang menarik dari kepemimpinan beliau adalah ketika beliau
mendekati wafatnya, yaitu kebijakan internal dengan mengembalikan kekayaan
kepada negara karena melihat kondisi negara yang belum pulih dari krisis
ekonomi. Beliau lebih mementingkan kondisi rakyatnya dari pada kepentingan
inividu dan keluarganya. Gaji yang selama ini diambil dari baitul maal yang
ketika dikalkulasi berjumlah 8.000 dirham, mengganti dengan menjual sebagain
besar tanah yang dimikinya dan seluruh penjualannya diberikan untuk pendanaan
negara. Sikap tegas seperti ini belum kita temukan di negara kita tercinta ini.
Bahkan yang terjadi sebaliknya, yaitu dipenghujung jabatannya justru
mengeluarkan
kebijakan
yang
dapat
menguntungakan
dirinya.
Enggan
Hanya ada beberapa kebijakan fiskal beliau yang cukup dominan dibandingkan
yang lain yaitu pemberlakuan kembali kewajiaban zakat setelah banyak yang
membangkangnya. Kebijakan berikutnya adalah selektif dan kehati-hatian dalam
pengelolaan
zakat
sehingga
tidak
ditemukan
penyimpangan
di
dalam
pengelolaannya.
b. Masa Kekhalifahan Umar Ibn Khaththab ra
Strategi yang dipakai oleh Amirul Mukminin Umar Ibn Khaththab adalah dengan
cara penanganan urusan kekayaan negara, di samping urusan pemerintahan.
Khalifah adalah penanggung jawab rakyat, sedangkan rakyat adalah sumber
pemasukan kekayaan negara yang manfaatnya kembali kepada mereka dalam
bentuk jasa dan fasilitas umum yang diberikan negara.
Apa yang telah diterapkan oleh Umar Ibn Khaththab pada masa dahulu adalah
serupa dengan apa yang diterapkan oleh pemerintahan Amerika sekarang, dimana
pemimpin negara langsung memeriksa kantor strategi pertahanan negara. Juga
kepala negara mengikuti proses restrukturisasi stabilitas umum dan program
ekonomi negara. Ia diberi kesempatan untuk memberi perhatian dan pengawasan
atas sirkulasi ekonomi[6]
Dalam sambutannya ketika diangkat menjadi khalifah, beliau mengumumkan
kebijakan ekonominya yang berkaitan dengan fiskal yang akan dijalankannya.
Dari pidato yang beliau sampaikan di hadapan khalayak ramai sebagai dasardasar beliau dalam menjalankan kepemimpinannya yang terkenal dengan
sebutan 3 dasar sebagai berikut[7]:
a. Negara Islam mengambil kekayaan umum dengan benar, dan tidak
mengambil hasil dari kharaj atau harta fai yang diberikan Allah kecuali
dengan mekanisme yang benar.
b. Negara memberikan hak atas kekayaan umum, dan tidak ada pengeluaran
kecuali sesuai dengan haknya; dan negara menambahkan subsidi serta
menutup hutang.
c. Negara tidak menerima harta kekayaan dari hasil yang kotor. Seorang
penguasa tidak mengambil harta umum kecuali seperti pemungutan harta
anak yatim. Jika dia berkecukupan, dia tidak mendapat bagian apapun.
Kalau dia membutuhkan maka dia memakai dengan jalan yang benar.
c. Masa Kekhalifahan Utsman Ibn Affan ra
Benda logam yang terbuat dari emas seperti koin, perkakas, ornamen
h. Kafarat
Kafarat adalah denda atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim
pada acara keagamaan seperti berburu di musim haji. Kafarat juga biasa
terjadi pada orang-orang muslim yang tidak sanggup melaksanakan
kewajiban seperti seorang yang sedang hamil dan tidak memungkin jika
melaksanakan puasa maka dikenai kafarat sebagai penggantinya.
2. Kebijakan Pemasukan dari nonmuslim
a. Jizyah
10
Adhruh
dan
Adhriat
membayarnya
pada
perang
Tabuk.
Pembayarannya tidak harus berupa uang tunai, tetapi dapat juga berupa
barang atau jasa sepeti yang disebutkan Baladhuri dalam kitabnya Fhutuh
al-Buldan, ketika menjelaskan pernyataan lengkap perjanjian Rasulullah
s.a.w dengan orang-orang Najran yang dengan jelas dikatakan: ......Setelah
dinilai, dua ribu pakaian/garmen masing-masing bernilai satu aukiyah,
seribu garmen dikirim pada bulan Rajab tiap tahun, seribu lagi pada bulan
Safar tiap tahun. Tiap garmen berniali satu aukiyah, jadi bila ada yang
bernilai lebih atau kurang dari satu aukiyah, kelebihan atau kekurangannya
itu substitusi garmen harus diperhitungkan[10]
b. Kharaj
Kharaj adalah pajak tanah yang dipungut dari kaum nonmuslim ketika
khaibar ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang muslim dan pemilik
lamanya menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai pengganti
sewa tanah dan bersedia memberikan sebagian hasil produksi kepada
negara. Jumlah kharaj dari tanah ini tetap yaitu setengah dari hasil produksi
yang diserahkan kepada negara. Rasulullah s.a.w biasanya mengirim orang
yang memiliki pengetahuan dalam maslah ini untuk memperkirakan jumlah
hasil produksi. Setelah mengurangi sepertiga sebagai kelebihan perkiraan,
dua pertiga bagian dibagikan dan mereka bebas memilih yaitu menerima
atau menolak pembagian tersebut. Prosedur yang sama juga diterapkan di
daerah lain. Kharaj ini menjadi sumber pendapatan yang peting.
Kharaj (tribute soil/pajak, upeti atas tanah) dan jizyah (tribute
capitis/ pajak kekayaan) kedunya juga terdapat pada zaman kekaisaran
Romawi dengan bentuk yang sama, dan merupakan fakta bahwa
11
halnya
dengan
kaum
muslim
hasil
Hamidullah,
Rasulullah
s.a.w
berinisiatif
mempercepat
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kebijakan fiskal telah dikenal dalam ekonomi Islam sejak zaman Rasulullah saw.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang meliputi kegiatan penerimaan dan pengeluaran
negara yang digunakan pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi serta mendorong
pertumbuhan ekonomi. Tujuan yang ingin dicapai oleh kebijakan fiskal adalah kestabilan
ekonomi yang lebih mantap. Mengenai pendapatan negara, Allah telah menggariskan secara
tegas dalam al-Quran beberapa sumber yang boleh dipungut oleh Ulil Amri, misalnya: zakat,
13
Jizyah, fayi, ghanimah, kharaj, dan waqaf. Yang mana ada beberapa prinsip yang harus
ditaati oleh ulil amri dalam melaksanakan pemungutan pendapatan negara, yaitu sebagai
berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Gusfahmi, Pajak, Menurut Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Nasution. Mustafa Edwin, Pengenalan Ekslusif: Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010.
Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
14
[1] Lihat M.A Sabwari, Sistem Ekonomi dan Fiskal Pada Masa Pemerintahan Nabi Muhammad s.a.w dalam
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 2002, Jakarta, halaman 20. pendapat yang sama juga
dapat dilihat pada Nazori Majid, Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf, Relevansinya dengan Ekonomi
Kekinian, 2003, Yogyakarta, halaman 173-174.
[2] Lihat Karnaen A Perwataatmajda, Sejarah Pemikiran Eonomi Islam Diktat Kuliah, Universitas Islam
Negeri SYAHID Jakarta, 2006, halaman 14. lihat juga pada Kadim As-Sadr Kebijakan Fiskal Pada Awal
Pemerintahan Islam, dalam Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Op. Cit. Halaman 74.
[3] Lihat Quthb Ibrahim Muhammad, Kebijakan Ekonomi Umar Bin Khaththab, Terjemahan, 2002, Jakarta,
halaman 23
[4] Nasori Majid. Op. Cit. halaman 223
[5] Op.Cit. halaman 224
[6] Said Ahmad, Al-Idarah Al-Maliyah, halaman 259
[7] Pidato beliau dikutif dari buku Quthb Ibrahim Muhammad; Kebijakan Ekonomi Umar Ibn Khaththab;
Ibid, halaman 34
[8] Lihat M.A. Sabzwari, dalam Karim; Op. Cit. halaman. 34
[9] Sabzwari. Op. Cit. halaman 32
[10] Sabzwari, dalam karnaen. Halaman 32
15
dalam
satu
tahun
sekali),
Khumus(karun/temuan),
muslim)
Penerimaan Negara dari kaum Non Muslim antara lain adalah : Jizyah
(Pajak Penghasilan), Kharaj(Pajak Tanah dan bangunan), Ushr(bea
Impor dan Perdagangan).
Sedangkan sumber pendapatan negara saat ini antara lain adalah :
ini
struktur
pendapatan
negara
masih
didominasi
oleh
alam,bagian
pemerintah
atas
laba
badan
usaha
milik
ada
kewajiban
untuk
membayar
kembali.Perkembangan
penerimaan negara yang berasal dari hibah ini dalam setiap tahun
anggaran bergantung pada komitmen dan kesediaan negara atau
lembaga donatur dalam memberikan donasi (bantuan) kepada
Pemerintah Indonesia.
Dari segi pengeluaran :
Pada masa rasullulah :
17
2. Nama
Kelompok
Pertanyaan
Jawaban
:
:
:
:
kepada
orang
yang
berhak
menerimanya
kekayaan
QS:9.103.
Jenis-jenis
kekayaan
tersebut
dapat
3. Nama
: Agus Salim
Kelompok
: 1 (Satu)
Pertanyaan : Jelaskan bagaimana
proses
pengambilan
anwal
fadilah ?
20
Jawaban
adalah :
Jawaban ini berdasarkan analogi pemakalah dan dan berdasarkan
kebiasaan masyarakat muslim indonesia saat ini karena memang
literatur mengenai hal ini sangat terbatas .
Pertama, ketika seseorang muslim tersebut
sudah
dinyatakan
meninggal maka, para sahabat akan mencari tau siapa saja yang
menjadi ahli waris dari jenajah tersebut. Jika memang dinyatakan
tidak memiliki sanak saudara atau ahli waris lagi maka jenazah akan
diurus dan dilaksanakan fardu kifayahnya.
Kedua, setelah selesai fardu kifayah jenazah muslim tersebut maka
langkah selanjutnya adalah para sahabat dan warga sekitar akan
berunding dan kembali melakukan penelusuran tentang siapa saja
yang menjadi menjadi ahli waris jenazah tersebut. Jika memang
untuk kedua kalinya memang tidak ditemukan atau memang jenazah
tersebut memang tidak memiliki ahli waris. Maka para sahabat dan
warga akan menghitung berapa banyak harta yang dimiliki jenazah
tersebut.
Ketiga, para sahabat dan warga akan mengumumkan jumlah harta
jenazah tersebut dan mengummkan apakah almarum masih memiliki
hutang dan piutang kepada orang lain yang belum di bayar. Bagi
warga yang memerasa memiliki hutang atau piutang kepada si
jenazah ini maka akan di beri waktu tiga hari untuk menyelasikannya.
Keempat,
setelah
hutang
telah
dibayar
dan
piutang
sudah
: Lasmi yhulis
: 12 (dua belas)
21
630
atau
H,
di
sebuah
pada
salah
satu
jalan
22