Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) sudah terkenal sebagai bahan
obat dan penghangat,jahe tanaman obat berupa tumbuhan berbatang semu. Jahe
merupakan salah satu temu temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temutemuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma
aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga),
lengkuas (Languas galanga) dantanaman ini mempunyai banyak kegunaan antara
lain sebagai ramu ramuan, rempah rempah,bahan minyak atsiri, bahkan akhirakhir ini menjadi fitofarmaka (Januwati,1999).
Melihat keadaan alam saat ini yang tidak menentu dan berubah-ubah yang dapat
menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh sehingga virus atau bakteri dapat
dengan mudah masuk kedalam tubuh dan menyebabkan beberapa penyakit ringan seperti
flu dan batuk. Saat kita sakit tidak jarang diantara masyarakat mengkonsumsi Antibiotik
dengan alasan agar cepat sembuh.
saya menawarkan gagasan untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang sering
digunakan yaitu dengan mengganti konsumsi antibiotik sintetik dengan antibiotik alami
yang berasal dari bahan alam (tanaman). Masyarakat banyak yang belum mengetahui
bahwa beberapa tanaman juga dapat berfungsi sebagai antibiotik yang tidak kalah bagus
dengan antibiotik sintetik. Selain itu antibiotik alami ini berasal dari bahan alam sehingga
penggunaannya tidak akan berbahaya bagi tubuh dan karena Negara Indonesia
merupakan salah satu Negara yang memiliki tanaman obat terbanyak karena cuaca tropis
dan curah hujan yang melimpah yang memenuhi syarat pertumbuhan tanaman obat setiap
tahunnya. Maka, masyarakat akan dengan mudah mendapatkan antibiotik alami ini tanpa
harus banyak mengeluarkan uang untuk membeli antibiotik.
Penggunaan antibiotik alami ini tidak akan membahayakan tubuh bila dikonsumsi
setiap hari. Justru penggunaan antibiotik alami ini dianjurkan untuk dikonsumsi setiap
1

hari. Karena selain dapat menyembuhkan, antibiotik alami ini dapat mencegah masuknya
virus dan bakteri kedalam tubuh karena fungsinya itu sendiri dapat meningkatkan
kekebalan tubuh kita. Salah satu tanaman obat yang dapat berfungsi sebagai antibiotik
alami yaitu Jahe (Zingiberis officinale).

Menurut Hapsoh, dkk (2008) teknik budidaya tanaman jahe bertujuan


mengkondisikan agar media tanam jahe tetap gembur dan serang, mempermudah
manajemen produksi dan pertumbuhan tanaman serta perkembangan jahe
sehingga potensi produksi lebih tinggi jika dibanding penanaman secara
konvensional.
Tanaman jahe ada 3 jenis yang tumbuh di negara indonesia yang
berdasarkan ukuran, bebtuk dan warna rimpangnya diantara nya Jahe putih/kuning
besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak, Jahe putih/kuning kecil atau
disebut juga jahe sunti atau jahe emprit, dan Jahe merah.
Jahe sangat besar peluangnya untuk dikembangkan di Indonesia karena
didukung oleh iklim, kondisi tanah dan letak geografis yang cocok bagi
pembudidayaan tanaman ini, Teknologi pemanfaatan lahan ternaungi di lahan
tegalan/ladang sangat penting agar lahan lebih produktif. Dari sistem ini, yang
disebut sistem agroforestri, yang mampu memberikan harapan dan nilai ekonomis
yang tinggi.
Prospek usaha jahe memiliki masa depan yang cukup cerah. Jahe banyak
dimanfaatkan sebagai bahan campuran makanan, minuman, kosmetika dan bahan
baku dalam kegiatan industri. Semakin pesatnya kegiatan industri obat-obatan
modern, tradisional dan industri-industri lain yang bermunculan dengan
menggunakan bahan baku jahe menyebabkan permintaan komoditi ini cenderung
meningkat dari tahun ke tahun.
Jahe tidak hanya berprospek di dalam negeri saja tetapi juga memiliki
peluang besar untuk diserap oleh pasar internasional. Segala macam jenisjahe

berpotensi sebagai komoditas eksporyang dikirim dalam bentuk segar, kering,


asinan, minyak atsiri dan oleoresin.
Negara pengimpor jahe gajah saat ini adalah Singapura, Jepang, Jerman,
USA, Kanada, Maroko, Perancis, Hongkong dan Belanda.Dengan demikian usaha
jahe memiliki prospek dan potensi usaha yang cukup menjanjikan (Galeriukm,
2009).
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa minum dua atau tiga cangkir penuh
the jahe dapat mengurangi gejala gout (penyakit radang sendi akibat kelebihan
asam urat), perut kembung atau gangguan pencernaan (akibat terlalu banyak
minum minuman keras).Selain itu jahe juga memiliki khasiat memperlancar
peredaran darah.
Peneliti-penelit modern ternyata member dukungan terhadap penggunaan
ramuan tradisional jahe ini. Dari hasil penelitian, ekstrak jahe, baik dari jahe
segar maupun jahe kering, berkhasiat dalam mengatasi infeksi bakteri, infeksi
jamur, kejang, nyeri, luka serta gangguan lambung, tumor, kram dan reaksi alergi.
Ekstrak jahe yang di teliti adalah sesuai standard gingerol, yaitu ekstrak yang
tidak kehilangan rasa dan aroma jahe yang tajam.
Penelitian terhadap binatang percobaan tikus yang di lakukan di cina dan
Negara-Negara barat, menunjukan bahwa jahe segar ampuh untuk meredakan
nyeri dan infeksi. Percobaan in vitro (laboratorium) memperlihatkan bahwa jahe
menghambat oksidasi (bersifat antioksidan) sehingga dapat mengurangi resiko
penyakit kanker, dan juga menghambat pertumbuhan dari kuman.
1.2.

Tujuan
Kegiatan magang ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan personalia mahasiswa dalam memahami dan
menghayati proses kerja secara nyata di lapangan
2. Memantapkan keterampilan mahasiswa yang di peroleh dari latihan praktek di
kampus

3. Syarat mutlak untuk mengikuti ujian koperensip guna untuk meraih gelar
sarjana
4. Mempelajari dan lebih memahami cara atau teknik budidaya tanaman obatobatan jahe di Balai Benih Induk (BBI) Hortikultura Lubuk minturun Padang
1.3.
Manfaat Magang
1. Kerja peraktek ini dapat menambah informasi dan ilmu pengetahan tentang
budidaya tanaman jahe dari awal hingga akhir
2. Mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja secara langsung
dari tempat kerja peraktek
3. Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan tinggi dan
pemerintah
4. Dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja staf karyawan dengan
adanya mahasiswa yang praktek magang

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1Sejarah Tanaman Jahe
Jahe merupakan tanaman obat dan rempah berupa tumbuhan rumpun
berbatang semu dan merupakan rimpang dari tanaman bernama ilmiah Zingiber
officinale Rosc.Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai
Cina.Oleh karena itu kedua bangsa ini disebutsebut sebagai bangsa yang pertama
kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan
obat-obatan tradisional.
Tanaman jahe di dunia tersebar di daerah tropis, di benua Asia dan
Kepulauan Pasifik. Akhirakhir ini jahe dikembangkan di Jamaica, Brazil,
Hawai,Afrika, India, China dan Jepang, Filipina, Australia, Selandia Baru,
Thailand dan Indonesia. Jahe tumbuh di Indonesia ditemukan di semua wilayah
Indonesia yang ditanam secara monokultur dan polikultur (Hasanah, et al., 2004).
Jahe merupakan salah satu komoditas ekspor rempah-rempah indonesia,
disamping itu juga menjadi bahan baku obat tradisional maupun fitofarmaka, yang
memberikan

peranan cukup berarti dalam penyerapan tenaga kerja dan

penerimaan devisa negara.


Sebagai komoditas ekspor dikemas berupa jahe segar, asinan (jahe putih besar), jahe
kering (jahe putih besar, kecil dan jahe merah), maupun minyak atsiri dari jahe
putih kecil (jahe emprit) dan jahe merah. Volume permintaannya terus meningkat seiring
dengan permintaan produk jahe dunia serta makin berkembangnya industri
makanan dan minuman di dalam negeri yang menggunakan bahan baku jahe.
Dalam dunia perdagangan, penamaan jahe didasarkan kepada daerah
asalnya, misal jahe Afrika, jahe Chochin atau jahe Jamika.Sejak 250 tahun yang
lalu, jahe di Cina sudah digunakan sebagai bumbu dapur dan obat. Di Malaysia,
Filipina, dan Indonesia jahe banyakdigunakan sebagai obat tradisional. Sedangkan

di Eropa pada abad pertengahan, jahedigunakan sebagai aroma pada bir


(Hardianto, 2005).
Daerah utama produsen jahe di Indonesia adalah Jawa Barat (Sukabumi,
Sumedang,Majalengka, Cianjur, Garut, Ciamis dan Subang), Banten (Lebak dan
Pandeglang), Jawa2 Budidaya dan Teknologi Pascapanen JaheTengah
(Magelang, Boyolali, Salatiga), Jawa Timur (Malang Probolinggo, Pacitan),
SumateraUtara (Simalungun ), Bengkulu dan lain-lain (Hasanah, et. al, 2004).
Walaupun demikian sampai saat ini petani belum mendapatkan nilai
tambah yang maksimal dalam usahataninya atau dengan kata lain keuntungan usahatani jahe
masih banyak dirasakan oleh pedagang pengumpul dan para eksportir. Hal ini
disebabkan karena para petani belum menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan
masalah mutu hasil produksi.Dengan demikian banyak ditemukan kegagalan dalam usahatani
yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit terutama penyakit busuk bakteri, harga yang
tidak sesuai dan hasil produksi yang rendah.
Jahe sebagai salah satu rempah-rempah yang penting, rimpangnya banyak
digunakan sebagai bumbu masak, pemberi rasa dan aroma pada biskuit, permen,
kembang gula dan minuman.Jahe juga digunakan pada industri obat, minyak
wangi, dan jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap,
bandrek, sekoteng dan sirup.
Jahe juga bermanfaat untuk sirkulasi darah.Tumbuhan rimpang ini
memiliki khasiat antikoagulan (anti pembekuan darah) yang lebih hebat dari pada
bawang putih atau bawang merah. Jahe juga mampu menurunkan kadar kolesterol
karena bisa mengurangi penyerapan kolesterol dalam darah dan hati. Penelitian
yang dilakukan oleh ahli-ahli di jepang memperlihatkan bahwa jahe dapat
menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi laju aliran darah perifer
(aliran drah tepi).

Jahe mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), minyak tak


menguap (non volatile oil) dan pati.Minyak menguap yang biasa disebut minyak
atsiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedangkan minyak tak
menguap yang biasa disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas
dan pahit.(Mulyono, 2002).
Komponen utama dari jahe segar adalah senyawa homolog fenolik keton
yang dikenal sebagai gingerol. Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas
dan pada suhu tinggi akan berubah menjadi shogaol. Shogaol lebih pedas
dibandingkan gingerol, merupakan komponen utama jahe kering. Dalam jahe
segar telah teridentifikasi 63 senyawa, dimana 31 senyawa pernah dilaporkan dan
20 senyawa baru.
Senyawa yang teridentifikasi antara lain gingerol ([4],[6],[8] dan [10]gingerol), shogaol ([4],[6],[8]) (Gambar 1);[10]-shogaol, [3]-dihidroshogaol,
paradol ([6], [7], [8], [9], [10], [11] dan [13] dihidroparadol, turunan asetil
gingerol, gingerdiol, mono dan turunan di-asetil gingerdiol, 1- dehidrogingerdion,
diarilheptanoid, dan turunan metil eter. Demikian juga dengan senyawa metil [4]gingerol dan metil [8]- gingerol, metil [4]-, metil [6]- dan metil [8]-shogaol, 5deoksigingerols dan metil [6]-paradol. Dalam jahe kering teridentifikasi sebanyak
115 senyawa. Senyawa [6]-, [8]-, [10]- dan [12]-gingerdione juga teridentifikasi.
(Hernani dan Winarti)
Gingerol sebagai komponen utama jahe dapat terkonversi menjadi shogaol
atau zingeron (Gambar 2).Senyawa paradol sangat serupa dengan gingerol yang
merupakan hasil hidrogenasi dari shogaol. Shogaol terbentuk dari gingerol selama
proses pemanasan. Kecepatan degradasi dari [6]-gingerol menjadi [6]-shogaol
tergantung pada pH, stabilitas terbaik pada pH 4, sedangkan pada suhu 100C dan

pH 1, degradasi perubahan relatif cukup cepat (Bhattarai et al. 2001 dalam


Hernani dan Winarti).
Konsentrasi gingerol dari jahe kering akan berkurang dibandingkan dalam
jahe segar, sedangkan shogaol akan meningkat. Pada Gambar 3 ditampilkan
paradol, gingerdion dan zingiberol. Komponen lain adalah senyawa ingenol dan
shogaol mempunyai aktivitas sebagai antivirus (Lee et al dalam Untari (2012).
Komponen utama minyak atsiri jahe adalah seskuiterpen hidrokarbon, dan
paling dominan adalah zingiberen, kurkumen, farnesen, dan sejumlah kecil
bisabolen dan - seskuifellandren. Sejumlah kecil termasuk 40 hidrokarbon
monoterpen seperti 1,8-cineole, linalool, borneol, neral, dan geraniol. Komposisi
seskuiterpen hidrokarbon, antara lain - seskuifellandren, cis-kariofilen,
zingiberene, -farnesen, - dan - bisabolene dan lainnya. Selain itu, terkandung
juga sejumlah kecil limonen, dimana zingiberene dan -seskuiterpen sebagai
komponen utama. Sekitar 50 komponen telah dikarakterisasi dari jahe, antara lain
monoterpenoids [-fellandren,(+)-kamfen, sineol, geraniol, kurkumen, sitral,
terpineol, borneol] dan seskuiterpenoids [-zingiberene, -sesquiphellandrene, bisabolene, (E-E)--farnesene, ar-kurkumen, zingiberol]. Beberapa komponen
merupakan hasil konversi akibat proses pengeringan(Hernani dan Hayani, 2001).
2.2 Klasifikasi Tanaman Jahe
Kedudukan tanaman Jahe dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan
adalah sebagai berikut :
1.

Kingdom

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

2.

Divisi

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

3.

Subdivisi

: Angiospermae (berbiji tertutup)

4.

Kelas

: Monocotyledonae (biji berkeping satu)

5.

Ordo

: Zingiberales

6.

Famili

: Zingiberaceae (temu-temuan)

7.

Subfamili

: Zingiberoidae

8.

Genus

: Zingiber

9.

Spesies

: Zingiber officinale

2.3 Morfologi Jahe


Jahe termasuk tanaman tahunan, berbatang semu, dan berdiri tegak dengan
ketinggian mencapai 0,75 m. Secara morfologi, tanaman jahe terdiri atas akar,
rimpang, batang, daun, dan bunga. Perakaran tanaman jahe merupakan akar
tunggal yang semakin membesar seiring dengan umurnya, hingga membentuk
rimpang serta tunas-tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru. Akar tumbuh
dari bagian bawah rimpang, sedangkan tunas akan tumbuh dari bagian atas
rimpang.
Batang pada tanaman jahe merupakan batang semu yang tumbuh tegak
lurus, berbentuk bulat pipih, tidak bercabang tersusun atas seludang- seludang dan
pelepah daun yang saling menutup sehingga membentuk seperti batang. Bagian
luar batang berlilin dan mengilap, serta mengandung banyak air/ succulent ,
berwarna hijau pucat, bagian pangkal biasanya berwarna kemerahan. Bagian

batang yang terdapat di dalam tanah, berdaging, bernas, berbuku-buku, dan


strukturnya bercabang. Daun terdiri atas pelepah dan helaian. Pelepah daun
melekat membungkus satu sama lain sehingga membentuk batang.
Helaian daun tersusun berseling, tipis berbentuk bangun garis sampai
lanset, berwarna hijau gelap pada bagian atas dan lebih pucat pada bagian bawah,
tulang daun sangat jelas, tersusun sejajar. Panjang daun sekitar 5 25 cm dan
lebar 0,8 2,5 cm. Bagian ujung daun agak tumpul dengan panjang lidah 0,3
0,6 cm. Permukan atas daun terdapat bulu-bulu putih. Ujung daun meruncing,
pangkal daun membulat atau tumpul. Batas antara pelepah dan helaian daun
terdapat lidah daun (Ajijah et al. 1997).
Jika cukup tersedia air, bagian pangkal daun ini akan ditumbuhi tunas dan
menjadi rimpang yang baru. Rimpang jahe merupakan modifikasi bentuk dari
batang tidak teratur.Bagian luar rimpang ditutupi dengan daun yang berbentuk
sisik tipis, tersusun melingkar.
Rimpang adalah bagian tanaman jahe yang memiliki nilai ekonomi dan
dimanfatkan untuk berbagai keperluan antara lain sebagai rempah, bumbu masak,
bahan baku obat tradisional, makanan dan minuman dan parfum. Bunga pada
tanaman jahe terletak pada ketiak daun pelindung.
Bentuk bunga bervariasi: panjang, bulat telur, lonjong, runcing, atau
tumpul. Bunga berukuran panjang 2 2,5 cm dan lebar 1 1,5 cm. Bunga jahe
panjang 30 cm berbentuk spika, bunga berwarna putih kekuningan dengan bercak
bercak ungu merah. Rugayah (1994) menyatakan bunga jahe terbentuk langsung
dari rimpang, tersusun dalam rangkaian bulir ( Spica ) berbentuk silinder.

10

Setiap bunga dilindungi oleh daun pelindung berwarna hijau berbentuk bulat telur
atau jorong. Jahe merupakan tanaman berkelamin dua (hermaprodit). Pada
masing-masing bunga terdapat dua tangkai sari, dua keping kepala sari dan satu
bakal buah. Diameter serbuk sari berkisar antara 77-104 m dengan dinding yang
tebal.
Kepala putik ujungnya bulat berlubang berukuran 0,5 mm, dikelilingi oleh
bulu-bulu yang agak kaku (Melati 2011). Jahe merupakan tanaman yang bersifat
self incompatible (Dhamayanthiet al. 2003) dan posisi kepala putik lebih tinggi
dibandingkan kepala sari (Pillaiet al . 1978), struktur seperti ini mengakibatkan
sistem penyerbukan jahe adalah menyerbuk silang.
Buah berbentuk bulat panjang, berkulit tipis berwarna merah yang memiliki tiga
ruang berisi masing masing banyak bakal biji berwarna hitam dan memiliki
selaput biji (Rugayah 1994). Tetapi pada jahe yang ditanam secara komersial
jarang berbuah dan berbiji yang kemungkinan disebabkan karena tepung sari jahe
steril.

11

III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Kegiatan magang mahasiswa program studi agroteknologi Universitas
Islam Indragiri Tembilahan akan dilaksanakan selama 1 (satu) bulan yaitu mulai
pada tanggal 3 febuari sampai dengan 3 maret 2016.
Adapun lokasi magang bertepat di Balai Benih Iinduk (BBI) Hortikultura
Lubuk Minturun Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Kota Tangah Padang.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan
Bhan yang digunaka dalam budidaya tanaman jahe ialah sebagai berikut:
- Bibit
- Pupuk Kandang
- Pupuk Buatan
- Obat Tanaman
ALAT
Alat yang digunakan dalam teknik budidaya tanaman jahe ialah sebagai
berikut:
- Cangkul
- Skop Garpu
- Sabit
- Alat Penyiram
- Parang
- Tugal
- Tali Plastik
- Semprotan
- Kerangjang
3.3. Metode Pelaksanaan
Pada pelaksanaan kegiatan magang, minggu pertama penulis di berikan
kesempatan untuk melakukan budidaya tanaman jahe selama dua hari, dan dua
hari berikut nya melakukan pemberiaan pupuk pada tanaman obat-obatan jahe,
selanjut nya melakukan kegiatan-kegiatan lainya yang mencangkup dengan
tanaman obat-obatan.
a. Syarat Pertumbuhan
1. Iklim
Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.5004.000 mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe

12

memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di


tempat yg terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
Suhu

udara

optimum

utk

budidaya

tanaman

jahe

antara

20-35C.

2. Media Tanam
Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yg subur, gembur &
banyak mengandung humus. Tekstur tanah yg baik adalah lempung berpasir, liat
berpasir & tanah laterik. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH)
sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum utk jahe gajah adalah 6,87,0.
3. Ketinggian Tempat
Jahe tumbuh baik di daerah tropis & subtropis dengan ketinggian 0-2.000
m dpl.. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.

13

b. Pedoman Budidaya
1. Pembibitan Jahe
Persyaratan Bibit Jahe : Bibit berkualitas adalah bibit yg memenuhi syarat
mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yg tinggi), & mutu fisik. yg
dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yg bebas hama & penyakit. Oleh karena
itu kriteria yg harus dipenuhi antara lain: Bahan bibit diambil langsung dari kebun
(bukan dari pasar).
Dipilih bahan bibit dari tanaman yg sudah tua (berumur 9-10 bulan).
Dipilih pula dari tanaman yg sehat & kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
Teknik Penyemaian Bibit : utk pertumbuhan tanaman yg serentak atau seragam,
bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan.
Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
Penyemaian pada peti kayu : Rimpang jahe yg baru dipanen dijemur
sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan.
Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5
mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari.
Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung
beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur
tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti
kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian
dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu
gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yg paling atas adalah abu
gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah
disemai.

14

Penyemaian pada bedengan : Buat rumah penyemaian sederhana ukuran


10 x 8 m utk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam
rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm.
Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di
atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga
didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami.
Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap
hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya
rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit
berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan
setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & beratnya 40-60 gram.
Penyiapan Bibit Jahe : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari
ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung &
dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4
jam, barulah ditanam.
2. Pengolahan Media Tanam
Persiapan Lahan : Untuk mendapatkan hasil panen yg optimal harus
diperhatikan syarat-syarat tumbuh yg dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman
tanah yg ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yg dibutuhkan tanaman jahe,
maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam
kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan utk mendapatkan kondisi tanah yg gembur
atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan
2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan

15

mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan
belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yg kedua sekitar 2-3
minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis
1.500-2.500 kg.
Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yg kondisi air tanahnya
jelek dan sekaligus utk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah
menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm,
sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur
hara didalamnya, Terutama fosfor (p) & calcium (Ca) dalam keadaan tidak
tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yg masam ini dapat menjadi media
perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp & pythium sp.
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yg sangat diperlukan
tanaman utk mengeraskan bagian tanaman yg berkayu, merangsang pembentukan
bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah & merangsang pembentukan biji.
Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha. Derajat keasaman 6
(agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
3. Teknik Penanaman Jahe.
Penentuan Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara monokultur pada
suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan
produksi & produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe
secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian.

16

Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai


keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
Mengurangi kerugian yg disebabkan naik turunnya harga. Menekan biaya
kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman. Meningkatkan produktivitas
lahan. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya
pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yg
ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe
rawit, buncis & lain-lain. Ada juga yg ditumpang sarikan dengan palawija, seperti
jagung, kacang tanah & beberapa kacang-kacangan lainnya.
Pembutan Lubang Tanam : utk menghindari pertumbuhan jahe yg jelek,
karena kondisi air tanah yg buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi
bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5
cm utk menanam bibit.
Cara Penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan
bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yg sudah disiapkan.
Perioda Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan
sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman
muda akan membutuhkan air cukup banyak utk pertumbuhannya.
4. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan utk
melihat rimpang yg mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman
agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain,
maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yg baik serta pemeliharaan yg benar.

17

Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur


2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi
tanaman pengganggu yg tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan,
sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut
rimpangnya mulai besar..
Pembubunan

Tanaman

jahe

memerlukan

tanah

yg

peredaran

udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan.
Disamping itu tujuan pembubunan utk menimbun rimpang jahe yg kadang-kadang
muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah
dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm.
Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali
pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yg
berfungsi utk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan
pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yg terdiri atas 3-4 batang semu,
umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun
tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
Pemupukan : Pemupukan Organik : Pada pertanian organik yg tidak
menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan & obat-obatan, maka
pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik
atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan
pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal
pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 80
ton per hektar yg ditebar dan dicampur tanah olahan.

18

Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan


jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 1kg per
tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 3 bulan, 4 6 bulan,
& 8 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 3 kg per tanaman.
Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan &
bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman),
tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4
bulan). Pupuk dasar yg digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha.
Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang & pupuk buatan (urea 20
gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha)
pada tanaman yg berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk
nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha).
Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal
tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2
bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar
tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.
Pengairan dan Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air yg terlalu
banyak utk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan
penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya
dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yg utk disemai dan pada saat
pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur
dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yg mendorong pertumbuhan jahe.

19

c. Hama Dan Penyakit


1. Hama Tanaman Jahe
Hama yg dijumpai pada tanaman jahe adalah : Kepik, menyerang daun
tanaman hingga berlubang-lubang. Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman
jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati. Kumbang.
2. Penyakit Tanaman Jahe
a. Penyakit layu bakeri
Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung
kemudian

terjadi

kuning dan mengering.

perubahan

warna

Kemudian

dari hijau

menjadi

batang

menjadi

tunas

busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yg


sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong
akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini
menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yg paling berpengaruh
adalah faktor suhu udara yg dingin, genangan air dan kondisi tanah yg
terlalu lembab.
Pengendalian : Jaminan kesehatan bibit jahe ; karantina tanaman jahe yg
terkena penyakit; pengendalian dengan pengolahan tanah yg baik;
pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%).
b. Penyakit busuk rimpan
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan
tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus
berkembang

akhirnya

menyebabkan

rimpang

menjadi

busuk.

Gejala: Daun bagian bawah yg berubah menjadi kuning lalu layu &
akhirnya tanaman mati.
Pengendalian :

20

1. Penggunaan bibit yg sehat;


2. Penerapan pola tanam yg baik;
3. Penggunaan fungisida.
c. Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui
luka maupun tanpa luka.
Gejala : Pada daun yg bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya
bercak-bercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik
berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yg terserang
bisa mati.
Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit
bercak daun sama halnya dengan cara-cara yg dijelaskan di atas.
d. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara
lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar
lainnya.
3. Pengendalian Hama/Penyakit Secara Organik
Dalam pertanian organik yg tidak menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yg ramah lingkungan biasanya
dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman utk menghindari serangan hama
dan penyakit tersebut yg dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yg
komponennya adalah sbb:
Mengusahakan pertumbuhan tanaman yg sehat yaitu memilih bibit unggul
yg sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari
sejak awal pertanaman.Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
Menggunakan varietas-varietas unggul yg tahan terhadap serangan hama dan
penyakit. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.

21

Menggunakan teknik-teknik budidaya yg baik misalnya budidaya tumpang


sari dengan pemilihan tanaman yg saling menunjang, serta rotasi tanaman pada
setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit
potensial.
Penggunaan

pestisida,

insektisida,

herbisida

alami

yg

ramah

lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yg
dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya
dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yg diperoleh dari
hasil pengamatan. Beberapa tanaman yg dapat dimanfaatkan sebagai pestisida
nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
Tembakau (Nicotiana tabacum) yg mengandung nikotin utk insektisida
kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi utk serangga kecil misalnya
Aphids. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yg mengandung piretrin yg
dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yg menyerang urat syaraf pusat yg
aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah,
nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yg mengandung rotenone utk
insektisida kontak yg diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yg mengandung azadirachtin yg
bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap
seperti wereng & serangga pengunyah seperti hama penggulung daun
(Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif utk menanggulangi serangan
virus RSV, GSV dan Tungro.

22

Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yg bijinya mengandung rotenoid yaitu


pakhirizida

yg

dapat

digunakan

sebagai

insektisida

dan

larvasida.

Jeringau (Acorus calamus) yg rimpangnya mengandung komponen utama asaron


dan biasanya digunakan utk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama
gudang Callosobrocus.
4. Panen
a. Ciri - ciri dan Umur Panen Jahe
Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila
kebutuhan utk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa
ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan
sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe utk
dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua Umur tanaman jahe yg
sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun
berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal
tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan
berlangsung selama 15 hari atau lebih.

23

b. Cara Panen
Cara panen yg baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat
garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka.
Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yg menempel pada rimpang
dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan
atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus
terbuka, tidak lembab dan

penumpukannya jangan terlalu tinggi

melainkan agak disebar.


c. Periode Panen
Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara
bulan Juni Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya
bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada
musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan
rusaknya rimpang & menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan
rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
d. Perkiraan Hasil Panen
Produksi rimpang segar utk klon jahe gajah berkisar antara 15-25
ton/hektar, sedangkan utk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara
10-15 ton/hektar.
5. Pasca Panen
a. Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan utk memisahkan rimpang dari kotoran
berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah
bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik utk pencucian.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air
bertekanan tinggi.

24

Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan
sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yg terlalu lama agar
kualitas dan senyawa aktif yg terkandung didalam tidak larut dalam air.
Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran dan banyak

mengandung bakteri/penyakit.

Setelah

pencucian

selesai, tiriskan dalam tray/wadah yg belubang-lubang agar sisa air cucian


yg tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah
plastik/ember.
b. Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi
bahan yg akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm 7 mm. Setelah perajangan,
timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat
dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
c. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari
atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari,
atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari
dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling
menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam
sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara
yg lembab & dari bahan-bahan disekitarnya yg bisa mengkontaminasi.
Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 C - 60 C. Rimpang
yg akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang
tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yg
dihasilkan.

25

Penyortiran Kering : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yg


telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda
asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah
rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
d. Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yg kering dikumpulkan dalam wadah kantong
plastik atau karung yg bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai
sebelumnya). Berikan label yg jelas pada wadah tersebut, yg menjelaskan
nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
e. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak melebihi 30
C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor,
terhindar dari kontaminasi bahan lain yg menurunkan kualitas bahan yg
bersangkutan, memiliki penerangan yg cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
3.4. Rencana Kerja
Rencana kegiatan magang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Jadwal kegiatan magang

1
1

Mingg
u ke
2
1

NO

Kegiatan

Deskripsi kegiatan

3
- Perkenalan
- Mengamati kegiatan
budidaya tanaman jahe
- Menyusun dan
melengkapilaporan magang
- Mengamati tanaman jahe
- Menyusun dan melengkapi
laporan magang

4
- Melaksanakan
budidaya jahe
- Mengenalkan jenisjenis jahe

-Mengamati budidaya

- Penyiraman

- Melaksanakan
perwatan tanaman jahe
- Pembibitan
- Penyemaian
- Pemangkasan

Tujuan
5
Mengetahui
dmenguasai
kegiatan
teknis di
lapangan
Mengetahui
dan
memahami
budidaya
tanaman jahe
Mengetahui

26

tanaman jahe
- Menyusun dan melengkapi
laporan magang

- Pemupukan
- Pemanenan

dan
mempelajari
serta
memahami
budidaya
tanaman jahe

3.5. Jenis-Jenis Sumber Data


Data yang diambil terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Data primmer merupakan data yang didapatkan berupa data yang belum diolah
dan diperoleh secara langsung dari pimpinan.
2. Data sekunder merupakan data yang didapatkan berupa data yang sudah
dimiliki instansi tersebut

Seperti,struktur organisasi, peta wilayah intansi,

perizina SOP (standar operasional prosedur) dan sebagainya.


3.6. Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya selama pelaksanaan magang merupakan biaya
yang ditanggung oleh mahasiswa magang yang bersangkutan. Adapun komponen
biaya pelaksanaan magang dapat dilihat pada tabel 2 :
Tabel 2. Rencana anggaran biaya pelaksanaan magang

Jenis
Kegiatan
Transportasi

Akomodasi

Komsumsi

NO

Volume
2 kali

Harga Satuan

Jumlah

Rp. 180.000

Rp. 360.000

1 bulan

Rp. 1.000.000

Rp. 1.000.000

30 hari

Rp. 50.000

Rp. 1.500.000

4
Penginapan
30 hari
Rp. 400.000
Rp. 400.000
Total
Rp. 3.260.000
Terbilang : Tiga Juta Dua Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah

27

DAFTAR PUSTAKA
RPJM Desa Argomulyo 2011.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Argomulyo 2011-2015.
Barijadi.1996. Aspek Penguasaan dan Penggunaan Lahan dan Pendayagunaan
Lahan Tegalan (Studi kasus di Kabupaten Malang).
http://repesitory.ipb.ac.id./handle/123456789/966. [17 Mei 2011]
Hapsoh, Yaya. H. Dan Elisa. J., 2010.Budidaya dan teknologi pascapanen
jahe.USU Press. Medan
Hartman, Hsieh. S.C dan Paje, M.M. (2002). Organic Fertilizers and Crop
Productio

IPhilippine.Paper presentaed at Seminar on The Use of Organic

Fertilizer in Cropproduction suweon,South Korea.


Fadilah.(2010). Penapisan senyawa bioaktif dari suku zingiberaceae sebagai
penghambat neuraminidase virus influenza a (h1n1) melalui pendekatan
docking.Tesis.

Pascasarjana

FMIPA.

Derpatemen

Kimia.

Universitas

Indonesia.Depok. Jakarta.
Harimoto, T., And Kawaoka, Y. (2001). Pandemic threat posed by avian influenza
A viruses. Clin Microbiol Rev. 14(1) hal: 129-149.
Mulyono.(2002). Khasiat dan manfaat jahe merah si rimpang ajaib.Agro Media
Pustaka.Jakarta.
Aragaw, M., S. Alamerew, G.H. Michael, dan A. Tesfaye. 2011. Variability of
ginger ( Zin gib e r o ffic in ale Rosc.) accessions for morphological and some
quality traits in Ethopia. Int. J. of Agricultural Research. 6: 444- 457.
Yulianto, F.K. 2010. Analisis kromosom tanaman jahe putih ( Zingiber officinale
var officinale ) dan jahe merah (Z. officinale var rubrum ) [ skripsi ]. Solo :
Fakultas Pertanian Univrsitas Sebelas Maret

28

Sajeev, S., A.R. Roy, B. Iangrai, A. Pattanayak dan B.C. Deka. 2011. Genetic
diversity analysis in the traditional and improved ginger ( Zin gib e r o fficin ale
Rosc.) clones cultivted in North-East India. Scientia Horticulturae 128: 182-188.
Utami, Prapti. 2012. Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit Cetakan
Pertama (45-51). Jakarta : Agro Media Pustaka.
Tim TPC (Tropical Plant Curriculum). 2012. Modul Tanaman Obat Herba Berakar
Rimpan http://seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wp
content/uploads/2013/10/tanaman.obat_.rimpang.pdf diakses pada tanggal 15
Maret 2014.
Ladion Guzman de Herminia. 2002. Tanaman Obat Penyembuh Ajaib Cetakan
Ke-18. Bandung : Indonesia Publishing House.

29

LAMPIRAN
LOG BOOK HARIAN MAGANG

No
.

NAMA

NIM

Hari/

Nama

tangga

kegiata

Pendampin
g kegiatan

Paraf
Isi

pendampin
g

30

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebgai KHL


Tanggal

Jenis kegiatan

Perstasi Kerja (HOK)


Standar

Mahasiswa

Paraf
pembimbing
lapangan

Keterangan

31

Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Kepala Bagian


Produksi Benih
Tanggal

Jenis Kegiatan
Yang Diawasi

Prestasi Kerja Penulis


Jumlah
KHL Yang
Diawasi
(orang)

Prestasi
Kerja
KHL
(Ha/HOK)

Paraf
Pembimbing
Dilapangan

Waktu
Kegiatan
(Jam)

32

Lampiran 3. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten Kepala Bagian


Pembinaan Produsen Benih.
Prestasi Kerja (HOK)
Tanggal

Jenis Kegiatan
Standar

Mahasisw
a

Paraf
Pembimbin
g Lapangan

Keteranga
n

33

34

Anda mungkin juga menyukai