A.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
Dalam Activity Based Costing (ABC) semua biaya dibebankan ke produk yang menimbulkan
aktivitas atau apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya tersebut dipengaruhi oleh produk yang
dibuat, baik biaya produksi, maupun biaya non-produksi.
ABC atau penentu harga pokok produk berbasis aktivitas merupakan sistem informasi tentang
pekerjaan atau kegiatan yang mengkonsumsi sumber daya dan menghasilkan nilai bagi konsumen.
Defenisi lain ABC adalah suatu informasi yang dapat menyajikan secara akurat dan tepat waktu mnegenai
pekerjaan atau aktvitas yang mengkonsumsi sumber biaya aktivitas untuk mencapai tujuan pekerjaan
produk dan pelanggan. ABC dirancang untuk mengukur harga pokok produk melalui aktivitas-aktivitas.
Biaya-biaya akan diukur dari aktivitas ke produk berdasarkan permintaan tiap-tiap produk terhadap
aktivitas selama proses produksi, sehingga biaya yang timbul masing-masing jenis produk akan terlihat
lebih jelas. Sistem tersebut menerapkan sistem akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga
pokok produk yang lebih akurat.
B.
Alokasi Biaya
Secara tradisional, akuntan membebankan biaya kepada produk hanya berpedoman pada banyak
sedikitnya jumlah unit yang dihasilkan sebagai satu-satunya faktor yang menyebabkan biaya dan aktivitas
muncul. Akuntan menggunakan volume related cost driver untuk membebankan biaya. Setelah ditelusuri
ternyata beberapa biaya dan aktivitas yang muncul bukan dipicu oleh jumlah unit yang diproduksi
sehingga tidak semua biaya overhead yang muncul dipicu oleh jumlah unit yang diproduksi. Dalam hal
ini akuntan harus mengetahui dasar apa yang bisa digunakan untuk mengalokasikan biaya atas aktivitas
dan mengetahui cost driver yang rasional (Cost Driver merupakan faktor-faktor yang menimbulkan
timbulnya biaya).
Dalam ABC, proses identifikasi aktivitas merupakan salah satu bagian yang penting dari tahapan
tahapan pembbebanan biaya overhead pabrik. Tahap pertama pada identifikasi aktivitas, aktivitas yang
luas dikelompokkan ke dalam 4 kategori aktivitas, yaitu :
1.
Unit Level Activities
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan yang dilakukan sekali untuk setiap unit sehingga biaya
produk yang berhubungan dengan aktivitas yang dibebankan berdasarkan jumlah unit yang diproduksi.
Misalnya : jam tenaga kerja langsung. Semakin banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin
banyak juga tenaga kerja langsung dibutuhkan.
2.
Bacth Level Activity
Yaitu berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi sejumlah order tertentu
(batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch sehingga biaya produksi yang berhubungan
dengan aktivitas ini dibebankan berdasrkan jumlah batch yang diproduksi misalnya : biaya set-up mesin.
Semakin banyak unit yang diproduksi tidak mempengaruhi biaya pada aktivitas set-up, tetapi semakin
sering set-up dilakukan maka semakin besar pula biaya set-up mesin
3.
Product Sustaining Activities
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi suatu produk,
pemeliharaan produk, pengembangan produk dan inovasi produk. Beban biaya yang terjadi pada aktivitas
ini dapat ditelusuri pada setiap jenis produk yang dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsumsi tidak
tergantung pada jumlah unit ataupun batch dari produk yang dihasilkan perusahaan. Semakin banyak jenis
produk yang dihasilkan maka semakin sering aktivitas ini dilakukan sehingga semakin besar biaya yang
dibutuhkannya.
4.
E.
1.
2.
3.
4.
5.
F.
Manfaat ABC
Manfaat yang dihasilkan oleh perusahaan yang menerapkan ABC adalah :
a.
Memperbaiki mutu pengambilan keputusan.
Kemampuan ABC menghasilkan informasi biaya produksi yang lebih teliti dapat mengurangi
kemungkinan manajemen melakukan pengambilan keputusan yang salah. Informasi biaya produksi yang
lebih teliti sangat penting bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang sangat tajam.
b.
Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi
biaya overhead.
ABC mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Dengan
demikian informasi biaya yang dihasilkan oleh ABC dapat digunakan oleh manajemen untuk memantau
secara terus menerus berbagai kegiatan yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan
melayani konsumen. Perbaikan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk dan penghilangan kegiatan
yang tidak bernilai tambah bagi konsumen dapat dipertimbangkan oleh manajemen berdasarkan informasi
biaya yang disajikan dengan ABC
c.
Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan.
ABC menyediakan informasi biaya yang dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan
produk, sehingga manajemen akan memperoleh kemudahan dalam mendapatkan infomasi yang relevan
dalam pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka. Jika misalnya
menajemen mempertimbangkan untuk melakukan perbaikan dalam kegiatan set-up fasilitas produksi,
ABC mampu dengan cepat menyediakan informasi batch related activities cost sehingga memungkikan
manajemen mempertimbangkan akibat keputusan mereka terhadap konsumsi sumber daya untuk kegiatan
tersebut.
G. Tujuan dan Peranan ABC
Tujuan ABC digunakan untuk meningkatkan akurasi analisi biaya dengan memperbaiki cara
penulusuran biaya ke objek biaya. ABC digunakan juga untuk berbagai objek biaya yang berbeda yaitu
produk secara individual, kelompok prodeuk yang saling berhubungan dan pelanggan secara individual.
Abc juga sangat membantu perusahaan untuk dapat mengurangi distorsi yang disebabkan oleh sistem
penentuan harga produk tradisional dan mendapatkan biaya produk yang lebih akurat. ABC juga
menyediakan pandangan yang jelas tentang bagaimana perusahaan membedakan produk, jasa, dan
aktivitas yang memberi kontribusi dalam jangka panjang.
Menurut Kamaruddin Ahmad mengatakan bahwa peranan dari sistem ABC :
1.
Pembebanan biaya tidak langsung dan biaya pendukung.
2.
Pembebanan biaya dan alokasi biaya : biaya langsung dan tak langsung.
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pembebanan biaya merupakan suatu proses
pembebanan biaya ke dalam cost poll atau dari cost poll ke objek biaya. Biaya yang langsung dapat
ditelusuri secara langsung ke biaya atau objek biaya secara mudah dapat dihubungkan secara ekonomi.
Biaya yang tidak langsung tidak dapat ditelusuri secara mudah, dan bahkan sulit untuk dihubungkan
secara ekonomi dari biaya atau cost poll ke cost poll atau objek biaya.
H. Keunggulan Activity Based Costing
1.
Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah
langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan
mutu sambil secara simultan memfokus mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana
benar-benar mahalnya biaya manufacturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk
mereorganisasi proses memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.
2.
ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3.
Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar.
4.
Dengan analaisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analaisis yang lebih akurat
mengenai volume yang dilakukan untuk mencari breakevent atas produk yang bervolume rendah.
5.
Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa
kembali proses manufcturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
I.
Kelemahan Acitivity Based Costing
1.
Alokasi, beberapa biaya yang dialokasikan secara sembarangan, karena sulitnya menemukan aktivitas
biaya tersebut. Contoh : pembersihan pabrik dan pengelolaan proses produksi.
2.
3.
Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis. Contoh : iklan, riset, dan sebagainya.
Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, disamping memerlukan biaya yang mahal juga.
Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa ABC memiliki kelemahan yaitu pengalokasian
biaya yang secara sembarangan, pengabaiyan biaya, dan memerlukan biaya yang mahal dan juga waktu
yang cukup lama.
J.
Pengertian ABM.
Activity Based Managenent (ABM) merupakan suatu konsep yang mengerahkan perhatian pada konsumsi
sumber daya terhadap aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga untuk dapat mengetahui
bagaimana suatu perusahaan menggunakan sumber dayanya, maka terlebih dahulu haruslah dipahami
mengenai aktivitas-aktivtas apa sajakah yang telah terjadi didalam perusahaan tersebut. Aktivitas-aktivitas
tersebut merupakan aktivitas yang telah mengkonsumsi sumber daya melalui pengidentifikasian pemicu
biayanya dimana biaya-biaya ini timbul karena dilaksanakannya aktivitas-aktivitas tersebut.
Pengertian dan pemahaman yang baik mengenai berbagai aktivitas yang telah dilaksanakan akan dapat
memberikan pandangan yang baik tentang bagaimana menggunakan, mengelola, dan mengendalikan
sumber daya perusahaan, dan dapat pula digunakan untuk mengetahui peluang yang ada untuk
meningkatkan kinerja perusahaan serta memberi pedoman yang baik untuk menilai kinerja tersebut dalam
rangka untuk mendukung perbaikan berkesinambungan.
Activity Based Management merupakan pendekatan yang terintegrasi yang memfokuskan perhatian
manajemen pada aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dan
meningkatkan laba perusahaan melalau penyediaan nilai pelanggan tersebut dengan menggunakan
informasi yang diperoleh dari Activity Based System, dimana antara ABM dan ABC saling berkaitan satu
sama lain.
K. Dimensi Activity Based Management
Manajemen berdasarkan aktivitas memiliki dua dimensi yaitu sebagai berikut :
a.
Dimensi biaya (cost dimension)
memberikan informasi biaya mengenai sumberdaya, aktivitas, produk dan pelanggan (serta biaya-biaya
lain yang diperlukan), dimana biaya-biaya sumber daya dapat ditelusuri ke aktivitas-aktivitas dan
kemudian di aktivitas tersebut dibebankan ke pelanggan. Dengan demikian, dimensi ini merefleksikan
kebutuhan untuk membagi sumber daya biaya terhadap aktivitas dan biaya aktivitas terhadap objek biaya
seperti pelanggan dan produk agar dapat menganalisis keputusan critical. Keputusan tersebut termasuk
penetapan harga, pengadaan produk dan penetapan prioritas untuk usaha perbaikan.
b.
Dimensi Proses (process dimension)
Memberikan informasi mengenai aktivitas apa saja yang dilaksanakan, mengapa aktivitas tersebut
dilaksanakan dan seberapa baik pelaksanaannya. Dimensi ini menjelaskan mengenai akuntansi
pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas dan lebih memfokuskan pertanggung jawaban aktivitas bukan
pada biaya, dan menekankan pada maksimalisasi kinerja sistem secara menyeluruh bukan pada kinerja
secara individu. Dengan demikian dimensi ini merefleksikan kebutuhan untuk suatu kategori informasi
yang baru mengenai kinerja aktivitas. Informasi ini menunjukkan apa yang menyebabkan pemicu biaya
dan bagaimana pengukuran kinerjanya.
L.
1.
Budaya organisasi
Mencerminkan kerangka berfikir dari karyawan termasuk perilaku, nilai, keyakinan yang dianut
karyawan. Budaya organisasi menunjukkan keterlibatan, kerja sama, serta partisipasi yang tinggi dari
seluruh karyawan. Budaya organisasi sangatlah mendukung keberhasilan dari penerapan ABM di suatu
organisasi.
2.
Top Management Support and Commitment
Penerapan suatu sitem manajemen biaya yang baru seperti ABM dan ABC membutuhkan waktu dan
sumber daya, oleh karena itu dukungan dan peran serta top manajer sangatlah diperlukan untuk
keberhasilan penerapannya
3.
Change Process
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang sudah dirancang menghasilkan perubahan
tersebut. Perbaikan dari proses yang sudah ada sangatlah mendukung keberhasilan penerapannya.
Elemen-elemen dari proses diantaranya daftar dari aktivitas, sekumpulan tujuan, dan tingkatan lanjutan.
4.
Continuing Education
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan serta meningkatkan keahlian
mereka terhadap lingkungan kerja yang cepat sangatlah penting. Keberhasilan penerapan dari program
manajemen biaya yang baru membutuhkan keahlian, peran serta dan kerjasama dari karyawan suatu
organisasi.
M. ABM operasional dan ABM strategis
Cooper dan Kaplan mengelompokkan penerapan ABM kedalam 2 kategori :
1.
ABM Operasional
ABM operasional meningkatkan efisiensi koperasi dan tingkat penggunaan aset serta menurunkan biaya
fokusnya adalah melakukan sesuatu dengan benar dan melakukan aktivitas dengan lebih efisien.
Penerapan ABM operasional menggunakan teknik manajemen seperti aktivitas manajemen, proses
rekayasa ulang bisnis, manajemen mutu total dan pengukuran kinerja.
2.
ABM Strategis berusaha meningkatkan permintaan akan aktivitas dan profitabilitas pada efisiensi
aktivitas saat ini atau efisiensi yang telah ditingkatkan. ABM strategis berfokus pada pemilihan aktivitas
yang tepat untuk operasi. Dengan menggunakan ABM Strategis, perusahaan meningkatkan profitabilitas
melalui pengurangan aktivitas yang tidak menunguntungkan, penghilangan aktivitas yang tidak penting
dan pemilihan pelanggan yang paling menguntungkan. Penerapa ABM strategis menggunakan teknik
manajemen seperti perancangan proses, bauran dini produk pelanggan, hubungan dengan pemasok,
hubungan dengan pelanggan (penetapan harga, ukuran pesanan, pengiriman, pengamasan, dsb),
segmentasi pasar dan saluran distribusi.
Contoh Soal
1.
PT Baju Fashionable memproduksi 2 produk yaitu produk polos dan produk bercorak. Produk PT Baju
Fashionable yang bercorak diproduksi dalam jumlah yang sama dan biaya yang sama dengan produk
polos. Kedua-duanya bervolume tinggi. PT Baju Fashionable melakukan :
a.
40 persiapan untuk setiap produk dan mengeluarkan biaya persiapan sebesar Rp. 900.000 dengan ratarata sebesar Rp 22.500/persiapan
b.
20 perubahan desain untuk setiap produk dan menegluarkan biaya perubahan desain sebesar Rp.700.000
dengan rata-rata sebesar Rp.35.000
c.
Menggunakan 160.000 jam tenaga kerja langsung dan mengeluarkan biaya overhead lain-lain sebesar
Rp.3.200.000 dengan rata-rata sebesar 20 jam tenaga kerja langsung.
Jawab :
Data produksi terakhir PT Baju Fashionable :
PT BAJU Fashionable
Ikhtisar dari Produksi Tahun Terakhir
Polos
Bercorak
Unit yang diproduksi
100.000
50.000
Biaya bahan baku langsung
Per Unit
Rp 10
Rp 15
Total
Rp 1.000.000
Rp 750.000
Tenaga Kerja Langsung
Jam Per unit
1
2
Total Jam
100.000
100.000
Total Biaya
Rp. 1.600.000 Rp 1.600.000
Persiapan
20
20
Perubahan desain
10
10
Overhead
Biaya Tingkat Batch
Biaya Tingkat Produk
Overhead lain-lain
Total Overhead
Total
Rp 1.750.000
Rp 3.200.000
Rp. 900.000
Rp.700.000
Rp. 3.200.000
Rp. 4.800.000
Rp. 9.750.000
Berdasarkan data diatas, direktur PT BAJU Fashionable meminta manajer akuntansinya untuk
menghitung berapa biaya per unit berdasarkan perhitungan system ABC !
PERHITUNGAN :
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC)
PT BAJU Fashionable
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS
Tarif Overhead:
Biaya persiapan tingkat batch
Rp. 900.000:40=Rp. 22.500/persiapan
Biaya per kali perubahan-tingkat produk
Rp. 700.000:20=Rp. 35.000/perubahan
Overhead lain-lain
Rp. 3.200.000:160.000=Rp. 20/jam
TKL
polos
Rp. 1000.000
1.600.000
Bercorak
Rp. 750.000
1.600.000
Total
Rp. 1.750.000
3.200.000
450.000
900.000
350.000
700.000
1.600.000
Rp. 4.750.000
50.000
Rp. 95
3.200.000
Rp. 9.750.000
450.000
350.000
1.600.000
Rp. 5.000.000
100.000
Rp. 50
2.
Pabrik sepatu ARHAN menghasilkan produk, nike dan adidas dan menggunakan sitem penetapan
biaya dimana semua biaya tidak langsung dikumpulkan di dalam suatu poll biaya dan dialokasikan
berdasarkan pada jam mesin. Manajemen blaine memutuskan untuk menetapkan ABC karena studi
tentang biaya mengungkapkan bahwa biaya umum berhubungan dengan aktivitas set up dan aktivitas
desain, banyaknya set up dan banyaknya jam mesin desain merupakan pendorong aktivitas untuk kedua
biaya tersebut dan jam mesin selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya tidak
langsung. Berikut ini informasi operasi tahun sekarang dari pabrik sepatu ARHAN :
Nike
800
Adidas
17.000
Total
17.800
Rp.250
Rp.200.000
Rp.80.000
9.600
120
5.000
Rp.50
Rp.850.000
Rp.425.000
4.400
80
45.000
Rp.1.050.000
Rp.505.000
14.000
200
50.000
Rp.350.000
Rp.250.000
Rp.1.200.000
Rp.1.450.00
0
Menghitung total biaya dan biaya per unit yang dilaporkan untuk kedua produk dengan sisttem
perhitungan harga pokok ABC !
Perhitungan biaya produksi berdasarkan Sistem ABC
Pabrik sepatu ARHAN
Biaya produksi dengan sistem ABC
Tarif Overhead :
Desain : Rp.350.000 : 14.000 jam desain = Rp25/jam
Setup : Rp.250.000 : 200 Setup = 1.250 setup
Overhead lainnya : Rp.1.200.000 : 58.000 jam mesin = Rp 24 per jam mesin
Nike
Adidas
Total
Bahan Baku
Rp.200.000
850.000
Rp.1.050.000
Upah Langsung
Rp.80.000
425.000
Rp.505.000
Overhead :
Rp25x9600 jam desain
240.000
Rp25x4400 jam desain
110.000
350.000
Biaya setup
Rp.1.250x120 setup
150.000
RP.1.250x80 setup
100.000
250.000
Biaya lainnya
Rp 24x5000 jam mesin
120.000
Rp24x45.000 jam mesin
1.080.000
1.200.000
Total biaya
Rp.790.000
Rp.2.565.000
Rp.3.355.000
Unit yang diproduksi
800
17.000
Biaya per unit
Rp.987,50
Rp.150,88
3.
4.
a.
Activity Based Costing ( ABC ) adalah metode pembebanan aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya
pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan,
berdasarkan besarnya aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan
proses dan objek biaya.
Activity Based Managenent (ABM) merupakan suatu konsep yang mengerahkan perhatian pada
konsumsi sumber daya terhadap aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga untuk dapat
mengetahui bagaimana suatu perusahaan menggunakan sumber dayanya, maka terlebih dahulu haruslah
dipahami mengenai aktivitas-aktivtas apa sajakah yang telah terjadi didalam perusahaan tersebut.
Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang telah mengkonsumsi sumber daya melalui
pengidentifikasian pemicu biayanya dimana biaya-biaya ini timbul karena dilaksanakannya aktivitasaktivitas tersebut.
Model ABC
ABC (activity based costing), yaitu menghitung biaya produksi (production cost) berdasarkan
aktivitas yang meliputi biaya pra produksi, biaya produksi, biaya adsminitrasi, dan biaya pemasaran baik
yang variable maupun tetap. Dalam perhitungannya, biaya dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya yang
dapat ditelusur (traceble cost) dan biaya yang tidak dapat ditelusur (non traceble cost). Biaya yang tidak
dapat ditelusur dibebankan/dialokasikan ke produk dengan multi tariff sesuai cost pool masing-masing.
ABC digunakan untuk laporan internal perusahaan sebagai dasar pembuatan keputusan oleh manajemen,
ABC bukan untuk laporan ekternal. Perusahaan yang menggunakan ABC adalah perusahaan yang
memproduksi berbagai jenis barang seperti dalam perusahaan yang menggunakan job order costing.
meskipun
produk
tertentu
tidak yang dianggarkan atau tingkatan aktivitas yang
mengkonsumsi biaya produksi tersebut
diharapkan
2
Tarif BOP ditentukan di depan Tarif alokasi biaya didasarkan pada tingkat
berdasarkan biaya yang dianggarkan atau aktivitas sesungguhnya, bukan akktivitas yang
tingkatan aktivitas yang diharapkan
dianggarkan ataupun yang diharapkan
Laporan Biaya Produksi Metode Full Costing, Variable Costing, dan ABC
Metode Full Costing dan Variable Costing merupakan cara pembuatan perhitungan biaya
produksi berdasarkan perilaku biaya, dimana biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya produksi
variable dan biaya produksi tetap. Sedangkan metode ABC merupakan cara perhitungan biaya produksi
berdasarkan ketelusuran biaya, dimana biaya dikelompokkan menjadi biaya yang dapat ditelusur
(traceable cost) dan biaya yang tidak dapat ditelusur (untraceable cost). Biaya yang tidak dapat ditelusur
dibebankan ke biaya produksi dengan cara alokasi dengan multi tarif. ABC dibahas lebih lanjut di bab
berikutnya.
Penghitungan biaya produksi full costing dipakai untuk pembuatan laporan laba rugi baik untuk
eksternal maupun internal. Biaya produksi metode full costing meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, BOP variable, dan BOP tetap. Penghitungan biaya produksi variable costing dipakai untuk
pembuatan laporan laba rugi internal. Biaya produksi variable costing meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan BOP variable. BOP tetap diakui sebagai biaya periodik. Misalnya perusahaan
konveksi PT. Ridha mempunyai data biaya produksi seperti di tabel VII. 2. Data ini menggunakan data di
bab 4.
Tabel VI.2: Biaya Produksi
c. Produk cacat 20 kaos cacat dengan tingkat penyelesaian BBB 100% dan Konversi 60%, dengan
perhitungan sbb:
Berdasarkan data tersebut, maka dapat dibuatkan laporan biaya produksi kaos Metode
Full Costing bulan Maret seperti dalam tabel VII.3. dan Variable Costing di tabel VII.4. Tabel
VII.3 menunjukkan biaya produksi kaos partai metode full costing per kaos Rp 14.300,
terdiri dari biaya bahan baku Rp7.300; BTKL Rp 4.400; BOP variable Rp 1.200; BOP tetap
Rp 1.400. Sedangkan table VII.4 menunjukkan biaya produksi kaos partai metode variable
costing per kaos Rp 12.900, terdiri dari biaya bahan baku Rp7.300; BTKL Rp 4.400; BOP
variable Rp 1.200. Perbedaan terletak pada pengakuan BOP tetap.
Tabel VII. 3: Laporan Biaya Produksi Metode Full Costing
Perbedaan Laporan Laba Rugi Konvensionan Metode Full Cocting dan Variable Costing
Tabel VII. 5: Lapoaran Harga Pokok Penjualan (Metode Pisik, Rata-rata bergerak)
Pengaruh Penerapan JIT terhadap Perbedaan Full Costing dan Variable Costing
JIT (Just in Time) dapat memperkecil perbedaan laba ke dua metode, karena JIT akan
memungkinkan jumlah produksi sama dengan jumlah yang dijual, sehingga lebih
memungkinkan biaya produksi dibebankan dan biaya periodik sama-sama dibebankan pada
periode terjadinya. Tidak ada biaya produksi (BOP tetap) yang ditangguhkan pembebanannya,
karena semua barang terjual pada periode produksi.
Misalnya PT. Elsa Sari menerapkan JIT sehingga tidak ada perubahan persediaan barang dalam
proses dan barang jadi awal periode dan akhir periode, serta tidak ada produk yang cacat dalam periode
tersebut. Dengan demikian jumlah unit yang diproduksi sama dengan yang dijual, dan persediaan barang
dalam proses dan barang jadi awal dan akhir tidak ada.
Tabel VII.9: Biaya Produksi
Berdasarkan laporan biaya tabel VII.10 disimpulkan biaya produksi per unit kaos partai metode
full costing Rp15.169,41 dibulatkan Rp15.169.
Tabel VII.11: Lapoaran Harga Pokok Penjualan Full Costing (Metode Pisik, Rata-rata bergerak)
Tabel VII. 12: Laporan Laba Rugi Format Konvensional Metode Full Costing
Tabel VII.13: Lapoaran Harga Pokok Penjualan Variable Costing (Metode Pisik, Rata-rata bergerak)
Tabel VII. 14: Laporan Laba Rugi Format Konvensional Metode Variable Costing
Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem
akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan unit /
kuantitas produk yang dihasilkan sebagai dasar pembebanan. Metode pembebanan semacam
ini sering disebut juga Unit Based System. Pada sistem ini biaya-biaya yang timbul dicatat,
dikumpulkan, dan dikendalikan berdasar atas elemen-elemennya ke dalam pusat-pusat
pertanggungjawaban. Dengan cara semacam ini maka biaya-biaya produksi juga ditentukan
menurut banyaknya sumber daya yang diserap oleh masing-masing pusat biaya. Ada dua
metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk yaitu sebagai berikut :
1. Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing)
Metode harga pokok penuh merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produk yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat
tetap maupun variabel. Metode harga pokok penuh ditujukan untuk memenuhi kepentingan
pihak eksternal perusahaan.
2.Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing)
Metode harga pokok variabel merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
mempehitungkan biaya produksi yang bersifat variabel ke dalam harga pokok produksi. Biaya
tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel. Metode harga pokok variabel ini lebih ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak
internal.
Lingkungan teknologi manufaktur maju memerlukan sistem informasi akuntansi yang dirancang
untuk mengelola aktivitas dan mempertahankan keunggulan bersaing. Sistem tersebut
dinamakan akuntansi aktivitas (Activity Accounting) atau disebut pula Activity Based Costing
System (ABC System). Sistem ini juga dapat digunakan untuk menilai kinerja dengan cara-cara
yang baru. Dalam ABC System, aktivitas dianggap sebagai penyebab timbulnya biaya produksi.
Namun lebih dari itu, ABC System juga menekankan pada aspek perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan oleh manajer.
Hongren mendefinisikan ABC Sistem sebagai : is a System that first accumulates the costs
of each activity of an organization and then applies the costs of activities to the products,
services, or other cost objects using appropriate cost drivers. (Charles T. Hongren, Sundem, &
Stratton, 1996 : 502). Secara umum pengertian Activity Based Costing System (ABC
System) adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitasaktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut
kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada
manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan
pengambilan keputusan.
Activity Based Costing System timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk
menghasilkan produk. Kebutuhan akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modem, terdapat
sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis sistem biaya ABC itu sendiri
memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat
ditelusuri.
c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause
cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu
dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap
produk.
e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan
menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut
adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk
variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan
keputusan yang strategik.
g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area
tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.
Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional adalah ketidaktepatan
dalam menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik manufakturing. Hal ini
berbeda dengan sistem biaya ABC yang memberikan informasi biaya yang lebih akurat. Sistem
biaya ABC menelusuri biaya produksi tidak langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan
seluruh fasilitas berdasarkan aktivitas tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan
biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih realistis.
Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya Activity-Based
Costing (ABC) yang dikemukakan oleh Amin Widjaya dalam bukunya Activity-Based
Costing untuk manufakturing dan pemasaran, adalah sebagai berikut:
1.Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya (cost driver) untuk
menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya
tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis
alokasi yang non representatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional
terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya
tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak
dapat diandalkan.
3.Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya ABC
memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi
organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai
organisasi.
4.Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada
sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh
lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir
periode untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.
5.Pada sistem biaya tradisional penentuan tarif suatu produk berdasar aktivitas level unit
(bahan
baku
dan
tenaga
kerja).
Sedangkan
pada ABC System pembebanan
biaya overhead berdasarkan aktivitas berlevel unit maupun non unit sehingga penentuan biaya
lebih akurat karena ditelusuri ke masing-masing produk.
Sistem biaya tradisional mengutamakan satu atau dua pemacu biaya yang berbasis unit
sebagai pembeban biaya sehingga menciptakan biaya produk yang terdistorsi. Distorsi yang
terjadi berupa subsidi silang (crosssubsidy) antar produk, satu produk mengalami kelebihan
biaya (overcosting) dan produk lainnya mengalami kekurangan biaya (undercosting). Tingkat
distorsi yang terjadi tergantung pada proporsi biaya overheadterhadap biaya produksi total.
Semakin besar proporsinya, semakin besar distorsi yang terjadi demikian juga sebaliknya. Hal
inilah yang melandasi dikembangkannya sistem biaya Activity-Based Costing.
Perkembangan aktivitas berdasarkan pembiayaan (ABC system) pada awalnya didasari oleh
adanya perbaikan kecermatan dalam perhitungan biaya produk dalam perusahaa manufaktur
yang pada umumnya menghasilkan banyak produk. Permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan pada umumnya adalah bagaimana menghasilkan banyak jenis produk dengan
membebankan biaya overhead pabrik ke produk-produk tersebut. Dalam aplikasi akuntansi
biaya tradisional, konsep volume-related drivers digunakan untuk membebankan biaya
overhead pabrik ke pabrik, sehingga beban biaya produk yang dihasilkan dari cara
pembebanan ini menjadi tidak akurat. Pada sistem ABC menawarkan dasar pembebanan yang
lebih bervariasi, seperti batch-related drivers, product sustaining drivers dan facility sustaining
drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis produk yan
dihasilkan oleh perusahaan . Dengan berbagai drivers yang sesuai dengan jenis produk yang
dihasilkan maka akuntansi biaya dapat menghasilkan informasi beban biaya produk yang
akurat, sehingga hal ini akan memudahkan pihak manajemen dalam proses pengambilan
keputusan tentang harga jual dan dalam melakukan analisis profitabilitas setiap jenis produk.
Pada perkembangan selanjutnya, ABC system tidak lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk
menghasilkan informasi beban biaya produk yang akurat. ABC sistem pada saat ini merupakan
konsep yang didefinisikan secara luas sebagai sistem informasi untuk memotivasi individu
dalam melakukan improvement terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan untuk
menghasilkan produk/jasa bagi customer. ABC sistem dimanfaatkan untuk mengatasi
kelemahan akuntansi baiaya tradisional yang didesain khusus untuk perusahaan manufaktur.
Semua jenis perusahaan (manufaktur, jasa, dagang) dan organisasi (sektor publik dan nirlaba)
sekarang dapat memanfaatkan ABC system sebagai sistem akuntansi biaya, baik untuk tujuan
pengurangan biaya (cost reduction) maupun untuk perhitungan secara akurat beban biaya fitur
produk/jasa. Jika pada tahap awal perkembanannya, ABC system hanya difokuskan pada biaya
overhead pabrik, sedangkan pada tahap perkembangan selanjutnya, ABC system diterapkan ke
semua biaya, mulai dari biaya desain, biaya produksi, biaya penjualan, biaya pasca jual, sampai
biaya administrasi dan umum. ABC sistem menggunakan aktivitas sebagai titik pusat (focal
point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh karena aktivitas tidak hanya dijumpai di
perusahaan manufaktur, dan tidak terbatas di tahap produksi, maka ABC system dapat
dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi dan mencakup biaya di luar produksi.
Activity-Based Costing (ABC) telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk
masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh sistem biaya tradisional.
Sistem ABC merupakan suatu sistem yang baru sehingga konsepnya masih dan terus
berkembang, sehingga ada berbagai definisi yang menjelaskan tentang sistem biaya ABC itu
sendiri. Beberapa ahli manajemen biaya memberikan defenisi mengenai sistem biaya ActivityBased Costing sebagai berikut :
1. Wayne J. Morse, James R. Davis dan A. L. Hartgraves
Dalam bukunya Management Accounting (1991) memberikan defenisi mengenai Activity-Based
Costing (ABC), sebagai sistem pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya ke objek biaya
dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini didasarkan pada pemikiran
bahwa aktivitas penyebab biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan
dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Sistem ABC ini menelusuri biaya ke produk
sebagai dasar aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.
2. Ray H. Garrison
Dalam bukunya Managerial Accounting (1991) memberikan definisi mengenai Activity-Based
Costing (ABC), sebagai suatu metode kalkulasi biaya yang menciptakan suatu kelompok biaya
untuk setiap kejadian atau transaksi (aktivitas) dalam suatu organisasi yang berlaku sebagai
pemacu biaya. Biaya overhead kemudian dialokasikan ke produk dan jasa dengan dasar jumlah
dari kejadian atau transaksi produk atau jasa yang dihasilkan tersebut.
3. Douglas T. Hicks
Dalam bukunya Activity-Based Costing for Small and Mid-sized Busines An Implementation
Guide (1992) memberikan defenisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai
merupakan sebagai suatu konsep akuntansi biaya yang berdasarkan atas pemikiran bahwa
produk mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas yang menimbulkan biaya. Dalam sistem biaya
ABC ini dirancang sedemikian rupa sehingga setiap biaya yang tidak dapat dialokasikan secara
langsung kepada produk, dibebankan kepada produk berdasarkan aktivitas dan biaya dari
setiap aktivitas kemudian dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi masing-masing
aktivitas tersebut.
4. L. Gayle Rayburn
Dalam bukunya Cost Accounting-Using Cost Management Approach (1993) memberikan
definisi mengenaiActivity-Based Costing (ABC), sebagai suatu sistem yang mengakui bahwa
pelaksanaan aktivitas menimbulkan konsumsi sumber daya yang dicatat sebagai biaya, atau
dengan kata lain bahwa ABC tersebut adalah merupakan pendekatan kalkulasi biaya yang
berbasis pada transaksi. Sistem biaya ABC itu sendiri adalah mengalokasikan biaya ke
transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian
mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas
setiap produk.
5. Charles T. Horngren, Gary L. Sundem dan William O. Stratton
biaya. ABC System berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan
kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya
harus dialokasikan.
2.
The causes of cost can be managed. Penyebab terjadi biaya (yaitu aktivitas) dapat
dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya,
personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas
memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.
Dua keyakinan dasar yang melandasi ABC System tersebut disajikan lebih jelas pada Gambar
3. Pada Gambar 3, menggambarkan bahwa pengelolaan aktivitas ditujukan untuk mengarahkan
seluruh aktivitas organisasi ke penyediaan produk/jasa bagi kepentingan pemenuhan
kebutuhan costumers. Seluruh yang digunakan untuk menghasilkan produk/jasa dinilai
manfaatnya ditinjau dari sudut pandang costumers. Contoh informasi tentang aktivitas
adalah: customers yang mengkonsumsi keluaran aktivitas, value-and non-value-added
activities, resources driver, activity driver, driver quantity, cycle effectiveness (CE), capacity
resource, budget type (fixed type, variable type, step type).
Meskipun secara teoritis dapat diketahui bahwa ABC System memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan, namun tidak semua perusahaan dapat menerapkan sistem ini. Ada dua hal
mendasar yang harus dipenuhi oleh perusahan yang akan menerapkan ABC System, yaitu :
1.
Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan persentase signifikan dari
biaya overhead. Jika biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah
dalam pengalokasiannya pada tiap produk.
2.
Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas
berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar non-unit harus berbeda. Jika berbagai produk
menggunakan semua aktivitasoverhead dengan rasio kira-kira sama, maka tidak ada
masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk mengalokasikan semua biaya
overhead pada setiap produk. Jika berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem
konvensional atau ABC System membebankan overhead pabrik dalam jumlah yang sama.
Jadi perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produknya rendah) dapat
menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah.
Sistem akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik melalui dua tahap
pembebanan yaitu pembebanan biaya overhead seperti sistem akuntansi biaya tradisional.
Perbedaan antara kedua metode tersebut terletak pada dasar pembebanan (cost driver) yang
digunakan. Sistem akuntansi biaya tradisional hanya menggunakan satu dasar pembebanan
(cost driver) yaitu unit produksi, sedangkan ABC Systemmenggunakan lebih dari satu cost
driver sehingga informasi yang dihasilkan juga lebih akurat dan teliti. Tahap-tahap pembebanan
biaya overhead pabrik pada ABC System adalah :
Tahap 1
1.
Biaya overhead pabrik dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang sesuai.
2.
Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost pool yang homogen.
3.
Menentukan tarif untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif dihitung dengan cara
membagi jumlah semua biaya didalam cost pool dengna suatu ukuran aktivitas yang
dilakukan. Tarif pool ini juga berarti biaya per unit pemacu biaya (cost driver).
Tahap II
Aktivitas-aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk
diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi.
Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas
penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan (gerakan bahan dan order pembelian),
aktivitas inspeksi.
3.Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk
Aktivitas-aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai
produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk
mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Contoh aktivitas
yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk,
perekayasaan proses, spesifikasi produk, perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk.
4.Aktivitas Berlevel Fasilitas
Aktivitas berlevel fasilitas adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan
secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk
memproduksi produk namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume
atau bauran produk yang diproduksi. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya : manajemen
pabrik, pemeliharaan bangunan, keamanan, pertamanan, penerangan pabrik, kebersihan, pajak
bumi dan bangunan (PBB), serta depresiasi pabrik.
Cost Pool adalah kelompok biaya yang disebabkan oleh aktivitas yang bersama dengan satu
dasar pembebanan (cost driver). Cost pool digunakan untuk mempermudah manajemen dalam
membebankan biaya-biaya yang timbul. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki
korelasi positif antara cost driver dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung biayabiaya dari transaksi-transaksi yang homogen. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang
dilaksanakan dalam perusahaan, semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk
membebankan biaya-biaya tersebut. Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost poolakan
lebih menjelaskan hubungan sebab-akibat antara biaya yang timbul dengan produk yang
dihasilkan.
Cost pool berguna untuk menentukan cost pool rate yang merupakan tarif biaya overhead
pabrik per unit cost driver yang dihitung untuk setiap kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung
dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran
aktivitas kelompok tersebut.
Cost driver atau pemicu biaya digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output
yang secara struktural berbeda dengan yang digunakan dalam sistem biaya konvensional. Atau
faktor-faktor penyebab yang menjelaskan konsumsi overhead. Cost driver merupakan dasar
yang digunakan untuk membebankan biaya yang terkumpul pada cost pool kepada produk.
Identifikasi cost driver adalah komponen yang penting dalam pengendalian biaya tak bernilai
tambah. Jika kinerja individual dipengaruhi oleh kemampuannya untuk mengendalikan biaya tak
bernilai tambah, maka pemilihan cost driver dan bagaimana cost driver tersebut digunakan
dapat mempengaruhi perilaku para individu. Jika cost driver biaya untuk biaya setup yang dipilih
adalah waktu setup, maka insentif harus diciptakan bagi pekerja agar mereka dapat
mengurangi waktu setup.
PT. Sentosa Jaya Tbk adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk dalam 2 jenis berbeda
yaitu Jenis AB dan BC. Data Keuangan yang terhimpun untuk kedua jeniS produk tersebut adalah sebagai
berikut :
Produk
Keterangan
AB
BC
Volume Produksi ( Unit )
5.000
20.000
Harga Jual ( Rp )
6.000
3.000
Biaya Utama ( Rp )
3.000
1.500
Jam Kerja Langsung
2.500
5.000
Dan akuntan manajemen mengidentifikasikan aktivitas cost pool yang dianggarkan dan Aktivitas sebagai
berikut :
Aktivitas
Anggaran Cost Pool
Aktivitas
Rekayasa
Rp150.000
Jam
Setup
500.000
Jam
Perputaran Mesin
1.500.000
Jam
Pengemasan
100.000
Jumlah
Dan berikut ini aktivitas yang sesungguhnya untuk kedua jenis produk :
Konsumsi / Realisasi
Aktivitas
Total
AB
BC
Rekayasa
6.000
9.000
15.000
Setup
400
600
1.000
Perputaran Mesin
50.000
100.000
150.000
Pengemasan
5.000
20.000
25.000
Diminta :
1.
Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem konvesional (Tradisional)
2.
Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem ABC ?
Jawab :
1.Sistem Konvesional
Total Jam Kerja Langsung ( JKL )= 2.500 + 5.000 = 7.500
Tarif overhead / JKL = Rp2.250.000 / 7.500 = Rp300 / JKL
Biaya Overhead yang dibebankan ke :
Produk
Total
AB
Rp300 x 2.500 = Rp750.000
BC
Rp300 x 5.000 = Rp1.500.000
2.Sistem ABC ( Activity Based Costing )
Unit
5.000
20.000
Overhead / unit
Rp150
Rp75
Aktivitas
Rekayasa
Setup
Perputaran Mesin
Pengemasan
Total Biaya
150.000
500.000
1.500.000
100.000
Konsumsi Aktivitas
15.000
1.000
150.000
25.000
Tarif Aktivitas
Rp10
Rp500
Rp10
Rp4
Tarif
Rp10
Rp500
Rp10
Rp4
Jumlah
9.000
600
100.000
20.000
BO Total
90.000
300.000
1.000.000
80.000
1.470.000
BO / Unit
Rp10
Rp500
Rp10
Rp4
BO / Unit
Rp10
Rp500
Rp10
Rp4
Rp524
Produk BC
30.000.000
6.000.000
36.000.000
20.000
1.800
Produk BC
30.000.000
10.480.000
40.480.000
20.000
2.024
P.T. Ayu Jelita membuat 4 produk A, B, C, dan D dengan data sebagai berikut :
Produk
Unit
Keluaran
A
B
C
D
Jumlah /
Putaran
Produksi
25
25
250
250
Jam Kerja
Langsung /
unit
3
4
7
10
24
Jam
Mesin /
unit
2
4
2
4
2
4
2
4
Biaya
Material /
unit
Rp. 30
75
30
75
Penyelesaian :
a. Kalkulasi biaya konvensional
Jumlah jam tenaga kerja A 25 X 2 = 50
B 25 X 4 = 100
C 250 X 2 = 500
D 250 X 4 = 1000
-----1650
Komponen
Material /
unit
8
5
8
6
A (Rp)
750,0
350,0
1.100,0
823.5
1.923,5
25
77
B (Rp)
1.875
700
2.575
1.647
4.222
25
169
C (Rp)
D (Rp)
7.500
3.500
11.000
8.235
19.235
250
77
18.750
7.000
25.750
16.470
42.220
250
169
Total (Rp)
28.875,0
11.550,0
40.425,0
27.175,5
67.600,5
A
B
C
D
Total Komponen
25 x 8 = 200
25 x 5 = 125
250 x 8 = 2.000
250 x 6 = 1.500 +
--------3.825
Keterangan
Biaya Utama
A (Rp)
1.100,0
B (Rp)
2.575,0
C (Rp)
11.000,0
D (Rp)
25.750
Total (Rp)
40.425,0
Bi Var. Jk Pdk @
Rp. 5/Jam TK
Bi Penjadwalan
@ Rp. 320
Bi Set Up @ Rp.
150/putaran
Bi Penangangan
material @ Rp.
2/komponen
HP Produksi
Unit diproduksi
HP Produksi / unit
250,0
500,0
2.500,0
5.000,0
8.250,0
960,0
1.280,0
2.240,0
3.200,0
7.680,0
450,0
600,0
1.050,0
1.500,0
3.600,0
400,0
250,0
4.000,0
3.000,0
7.650,0
3.160.0
25
126,4
5.205,0
25
208,2
20.650,0
250
83,16
38.450,0
250
153,8
67.605,0
C (Rp)
D (Rp)
A (Rp)
B (Rp)
77,0
169,0
77,0
169,0
126,4
208,2
83,16
153,8
Metode ABC lebih banyak membebankan overhead terhadap produksi dengan volume yang
lebih rendah dan cenderung membebankan secara relatif lebih kecil terhadap produksi dengan
volume yang lebih tinggi.
KASUS 1
P.T Harmoni memproduksi 2 jenis jambangan bunga bermutu tinggi untuk penjualan
domestik dan ekspor, yaitu model antik dan model kontemporer. Direktur eksekutif perusahaan
tersebut memutuskan untuk mengubah sistem penentuan harga pokok berbasis volume ke
sistem harga pokok berbasis aktivitas. Untuk mengetahui pengaruh perubahan sistem harga
pokok, diperoleh data untuk bulan januari 1998 adalah sebagai berikut :
Keterangan
Kuantitas
Biaya utama (BBB + BTKL)
Jam mesin
Biaya pemeliharaan mesin
Gerakan bahan
Biaya pengolahan bahan
Jumlah set up
Biaya set up
Antik
Kontemporer
200.000
50.000
Rp 700.000,- Rp 150.000,500
125
700
100
100
50
Jumlah
250.000
Rp 850.000,625
Rp 250.000,800
Rp 300.000,150
Rp 450.000,-
Dalam penentuan harga pokok berbasis unit, biaya pemeliharaan mesin, biaya pengolahan
bahan, biaya setel dibebankan kepada setiap jenis produk berdasarkan jam mesin.
Diminta :
1.
2.
KASUS 2
P.T Nirwana adalah sebuah perusahaan yang memproduksi komponen pesawat terbang
yang terdiri dari 2 jenis produk. Sistem tradisional sebelumnya terdiri dari dua kategori biaya
langsung (biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ) dan satu pusat
biaya tidak langsung ( biaya overhead pabrik, yang dialokasikan berdasarkan jam tenaga kerja
langsungg ). Tarif alokasi biaya tidak langsung untuk sistem tradisional adalah Rp 230.000,- /
jam tenaga kerja langsung.
Baru-baru ini Tn. Indra Gunawan selaku manajer produksi mencoba
memperbaiki sistem tradisional dengan sistem activity based costing . Untuk biaya
langsung tetap dipertahankan dan mengubah satu pusat biaya tidak langsung dengan 5
pusat biaya tidak langsung dengan rincian sebagai berikut :
Keterangan
1. Penanganan bahan baku
2. Pembubutan
3. Milling
4. Grinding
5. Pengujian
Dasar alokasi
Rp
Rp
Rp
Rp
800,Rp
400,40.000,1.600,30.000,-
Keterangan
Biaya bahan baku langsung Rp 19.400.000,Biaya tenaga kerja langsung Rp 1.500.000,Rp 22.500.000,Jmlh jam tng kerja langsung
25
Jumlah suku cadang
500
2000
Jumlah putaran
20.000
Jumlah jam mesin
150
Jumlah unit (seluruh unit diuji)
10
Rp 119.800.000,-
375
60.000
1050
200
Diminta :
1. Hitung harga pokok perunit dengan sistem kalkulasi biaya tradisional
2. Hitung harga pokok perunit dengan sistem activity based costing
3. Apa keputusan yang akan diambil oleh Tn. Indra Gunawan
KASUS 3
Perusahaan JC memproduksi 4 jenis produk yaitu B1, B2, B3, dan B4 dengan kapasitas
produksi untuk B1 dan B3 sebesar 10 unit sedangkan B2 dan B4 100 unit. Semua
produk tersebut diproduksi dengan menggunakan peralatan dan proses yang sama. Dengan
biaya Overhead pabrik total Rp. 9.924,- . Produksi dari ke empat produk
tersebut memerlukan biaya yang terdiri dari 7 aktivitas, dimana biaya tersebut di alokasikan
ke produk secara tidak langsung. Berikut rincian mengenai aktivitas dan biaya yang
dibebankan:
- Pemesanan material (10% dari biaya material langsung)
- Pengawasan tenaga kerja langsung (Rp 10 per jam tenaga kerjalangsung)
- Menjalankan mesin (Rp 15 per jam mesin)
- Melakukan set up ( Rp 120 per set up)
- Memenuhi pesanan (Rp 125 per pesanan)
- Menangani material (Rp 25 per batch yang ditangani)
- Mengadministrasikan komponen (Rp 500 per komponen)
Data-data yang berhubungan dengan seluruh proses produksi adalah sebagai berikut:
Prod
Biaya
Materia
l
Jam TK
Langsung
B1
B2
B3
B4
TOTAL
BOP
Rp 60
5
Rp 600
50
Rp 180
15
Rp1800
150
Rp2640
220
Rp 264
Jam
Mesin
5
50
15
150
220
2200
Jml
Set
Up
1
3
1
3
8
3300
Jml
Pesana
n
Product
Activities
Komponen
Jml
Pena
nganan
1
1
1
3
3
1
1
1
1
3
3
1
8
8
4
960 1000 200
2000