PENDAHULUAN
terlokalisir sedang dan 15% sudah menyebar.(Siegel et al., 2012 ; Ferlay et al., 2007
; Jemal et al., 2010 ; Grossfeld et al., 2003)
Karsinoma ini bersifat multifokal, yaitu karsinoma yang bisa ditemukan
diberbagai tempat sekaligus. Terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior. Di Amerika Serikat kurang
lebih lebih 95% karsinoma buli buli adalah karsinoma sel transisional, sedangkan
jenis yang lainnya adalah karsinoma sel squamosa (3%), adenokarsinoma (2%) dan
karsinoma sel kecil ( < 1 ).( Scher et al., 2005)
Faktor resiko utama keganasan karsinoma buli-buli terjadi karena rokok,
perokok mempunyai resiko menderita karsinoma buli-buli lebih besar dibandingkan
pada bukan perokok. Pada perokok laki-laki 3 kali beresiko dan pada perokok
perempuan 2 kali beresiko dari pada bukan perokok, karena asap rokok
mengandung bahan karsinogen berupa arylamin, 4-aminobiphenyl (4-ABP),
polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), komponen N-nitoso, heterocyclic amines
dimana terjadi induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat disekitar kita.
Beberapa faktor lain yang beresiko mempermudah seseorang menderita karsinoma
buli-buli adalah pekerja-pekerja di pabrik kimia seperti pabrik cat, pabrik karet,
laboratorium, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon yang terpapar oleh bahan
karsinogen seperti senyawa amin aromatik (2-naftilamin, bensidin, dan 4aminobiphenyl). Demikian pula resiko untuk menderita karsinoma buli-buli terjadi
dikarenakan infeksi saluran kemih, akibat radioterapi, kemoterapi serta akibat
pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat.(Stenzl et al., 2011)
buli. Biaya pemeriksaan sitologi urine apabila dibandingkan dengan sistoskopi jauh
lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat.( Arief dkk., 2007 )
Berdasarkan latar belakang diatas maka dipandang perlu untuk menganalisis
korelasi grading karsinoma sel transisional buli-buli dengan hasil sitologi urine
penderita karsinoma buli-buli karena merupakan deteksi dini sekaligus untuk
memantau perkembangan pasien dengan keganasan buli-buli.
1.4. Manfaat
1.4.1
Keilmuan :
-
1.4.2. Praktis :
-
Sitologi urine sebagai alat deteksi dini terkait penentuan terapi pada
karsinoma buli-buli, sebagai alat yang murah yang dapat dijangkau pada
masyarakat umumnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Anatomi Buli-buli. Mukosa buli-buli terdiri dari epitel transisional bagian tengah terdiri
dari otot detrusor yang saling berayaman, lapisan terluar adalah tunica adventitia.
Buli-buli
berfungsi
menampung
urine
dari
ureter
dan
kemudian
berasal dari arteri umbilicalis. Sedangkan arteri vesicalis inferior yang berasal dari
arteri iliaca interna, memberi vaskularisasi pada bagian bawah buli-buli dan colllum
vesicae. Untuk persarafan pada buli-buli diatur oleh syaraf yang berasal dari plexus
vesicalis dan plexus prostaticus yang merupakan bagian dari plexus hypogastricus
inferior. Untuk sistem saraf simpatis terletak pada T10-L2 sedangkan untuk sistem
saraf parasimpatis terletak pada S2-S4. Pada aliran limfe buli-buli, dari facies
superior dan facies inferolateralis dialirkan ke Inn. iliaca externa. Dari facies posterior
dialirkan ke Inn. iliaca interna dan externa. Dari collum dialirkan ke Inn. iliaca
communis dan Inn. sacralis.(Wibowo et al., 2009 ; Alimsardjono, 2011)
Gambar 2.2 Anatomi Buli-buli. Aliran kelenjar limfe dari buli-buli.(Tudugala, 2011)
10
Gambar 2.3 Histologi Buli-buli. Susunan histologi dari buli-buli yang memiliki dinding otot yang
tebal. (Junqueira et al., 2007)
11
12
13
14
15
skuamosa, tetapi hanya 5% dari kanker kandung kemih yang merupakan karsinoma
sel skuamosa sejati.(Robbins, 2007)
Tumor yang timbul berkisar dari papiloma benign kecil hingga kanker invasif
besar. Papiloma benign adalah struktur mirip daun pakis berukuran 0,2 sampai 1,0
cm dengan bagian tengah fibrovaskular halus dan dibungkus oleh lapisan epitel
transisional yang berdiferensiasi dengan baik. Lesi pada papiloma benigna ini
biasanya tunggal, hampir selalu non-invasif, dan jinak serta jarang kambuh kembali
setelah diangkat. Secara tradisional, karsinoma buli-buli disebut dengan karsinoma
sel transisional, tetapi istilah neoplasma urothelial lebih dianjurkan oleh klasifikasi
konsensus dari International Society of Urologic Pathology (ISUP).
Tumor urothelial dari buli-buli dapat diklasifikasian menjadi 2 yaitu: (1)
Papillary tumors dan (2) Nonpapillary tumors. Papillary urothelial tumors merupakan
bentukan yang paling sering muncul. Dapat muncul pada anak anak maupun pada
orang dewasa, akan tetapi bentukan tumor ini lebih sering muncul pada orang
dewasa dibandingkan pada anak-anak. Tumor ini berbentuk seperti pakis atau
bunga kol pada lumen organ. Papillary urothelial tumor memiliki bagian dasar yang
sempit dengan sebuah bentukan seperti tangkai atau sessile. Setiap bentukan
tangkai mengandung bagian tengah dari jaringan ikat dan pembuluh, serta lipatan
dari supporting epithelial dengan tingkatan ketebalan yang bermacam-macam.
Papillary tumor ini terbentuk dari penebalan urothelium, terdiri dari 7 lapisan sel atau
lebih.(Koss, 2006)
Tabel 2.1 Klasifikasi dan grade dari Papillary tumor pada buli-buli
16
Papilloma
Papillary
tumors
grade
Jumlah
Superficial cells
Pembesaran
Kelainan
lapisan epitel
Tidak lebih
Ada,
inti
Tidak signifikan
Hyperchromasia
Tidak ada
dari 7
Lebih dari 7
kecil
Biasanya
sedikit sampai
walaupun kecil
sedang
beberapa sel
(low
walaupun
ada,
malignant
potential)
Papillary carcinoma
Lebih dari 7
Variable
Sedang
Lebih dari 7
Tidak ada
sampai besar
Sangat besar
grade
III
(high
grade)
Gambar 2.4 Papillary tumors grade I (low malignant potential). Memiliki jumlah lapisan sel yang
lebih dari 7, hanya beberapa sel yang mengalami kelainan hyperchromasia serta adanya perbesaran
inti yang sedikit atau sedang.(Koss, 2006)
17
Gambar 2.5 Papillary carcinoma grade II (low grade). Memiliki jumlah lapisan sel yang lebih dari 7,
25-50% dari sel terjadi kelainan hyperchromasia serta adanya perbesaran inti yang sedang atau besar.
(Koss, 2006)
Gambar 2.6 Papillary carcinoma grade III (high grade). Memiliki jumlah lapisan sel yang lebih dari 7,
lebih dari 50% sel terjadi kelainan hyperchromasia serta adanya perbesaran inti yang sangat besar.
(Koss, 2006)
18
Gambar 2.7 carcinoma in situ. Terbentuk dari tiga atau empat lapisan sel, dan beberapa sisanya
dapat terbentuk dari 15 lapisan atau lebih.(Koss, 2006)
19
Grading tumor telah lama dikenal sebagai salah satu yang paling penting
dalam
menentukan
indikator
prognostik
pada
karsinoma
buli-buli
dengan
20
2, dan grade 3. Pada tahun 2004, anggota dari WHO dan International Society of
Urologic Pathologists mempublikasikan dan merekomendasikan revisi klasifikasi
baru untuk papillary neoplasma.(AUA, 2007)
2.3.3.2 Karsinoma sel skuamosa
Karsioma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli
sehingga sel epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas. Rangsangan
kronis itu dapat terjadi karena infeksi saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateker
menetap
yang
dipasang
pada
jangka
waktu
yang
lama,
infeksi
cacing
21
3. Tumor sekunder, Tumor yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain,
diantaranya adalah prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma, dan
endometrium.
2.3.4 Manifestasi klinis Karsinoma buli-buli
Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit-penyakit lain,
yang termasuk kondisi inflamasi yang melibatkan ginjal dan kandung kemih, yang
menunjukan gejala yang sama. Waspadai apabila ada pasien datang dengan
keluhan hematuria yang bersifat tanpa disertai rasa nyeri, sering kambuh, dan terjadi
pada seluruh proses miksi (hematuria total).
Gejala utama yang paling sering pada karsinoma buli-buli adalah adanya
darah dalam urine (hematuria). Hematuria terjadi 85-90% pada pasien dengan
karsinoma buli-buli. Hematuria dapat dilihat secara langsung maupun berada dalam
level mikroskopik. Gejala ini sering kambuh, seperti juga rasa sakit dan terbakar
ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika selesai urinasi. Pada sebagian kecil penderita
menunjukan gejala iritabilitas vesikal yang menandakan adanya infiltrasi, walaupun
tidak pada semua kasus. Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah
sehingga pasien yang datang meminta pertolongan karena tidak dapat miksi.
Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih
bagian atas atau edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya
penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar
didaerah pelvis.(AUA, 2007 ; ACS, 2012 ; Grossfeld et al., 2003)
22
dari
metastase.
Selain
itu
lymphedema
dari
occlusive
pelvic
23
itu
pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai tindakan pengobatan pada tumor
superfisial. Komplikasi pada pemeriksaan ini jarang terjadi, akan tetapi tidak ada
prosedur yang bebas dari komplikasi, maka dari itu diperlukan antisipasi dari awal
ketika melakukan pemeriksaan. Pada pemeriksaan ini dapat memungkinkan terjadi
nya komplikasi seperti infeksi, perdarahan dan rusaknya dinding buli-buli.(ACS, 2012
; Scher, 2005)
2.3.5.2 Sitologi urine
Sitologi urine adalah ilmu yang digunakan untuk menilai adanya sel-sel yang
abnormal pada urine. Keuntungan dari teknik sitologi ini sangat efektif dalam deteksi
24
dan diagnosis pada high-grade malignant tumors, khususnya pada flat carcinomas
in situ, yang merupakan lesi prekursor utama dari invasive urothelial cancer. Akan
tetapi kriteria sitologi dengan membedakan antara low-grade malignant tumor
dengan sel yang reaktif sering diragukan. Pada insiden karsinoma buli-buli dengan
pasien yang asymptomatic, pemeriksaan sitologi urine memiliki sensitifitas yang
rendah sebagai alat pendeteksi adanya karsinoma buli-buli, tetapi pemeriksaan ini
mempunyai spesifitas yang sangat tinggi. Sitologi urine mempunyai rerata
sensitivitas 35 % dan rerata spesifisitas 94 %. Kelemahan sitologi urine ini adalah
hasilnya tidak bisa didapatkan dengan cepat dan adanya ketergantungan
interpretasi dari pemeriksa.
Sitologi juga berguna dalam menentukan berbagai infeksi virus, khususnya
human polyomavirus, dan efek dari berbagai prosedur terapi. Oleh karena itu,
sitologi pada saluran kemih adalah salah satu metode diagnostik yang paling penting
dalam onkologi urologi. Prinsip dari metode pengambilan spesimen pada sitologi
urine adalah dengan: (1) Voided urine; (2) Catheterisized urine; (3) Direct sampling
techniques (Bladder washings atau barbotage, pengumpulan sel dengan retrograde
catheterization
dari
ureter, dan
direct
brushings).
Pemilihan
dari
metode
pengambilan specimen ini tergantung dari keadaan klinis dan tujuan dari
pemeriksaannya. (Koss, 2006 ; Rhijn et al., 2009 ; Mitra, 2010)
25
Tabel 2.4 Komposisi dari sedimen urin pada sampel urin berdasarkan cara pengambilannya
(Koss, 2006)
Komposisi dari sedimen urin pada sampel urin berdasarkan cara pengambilannya
Voided Urine
Urothelial cell
Squamous cell
Jarang
Catheterized
Bladder
Retrograde
Brushings
Urine
Washings
Cathe
Banyak, dan
Bentuk
Bentuknya
Banyak, dan
biasanya
bermacam-
bermacam-
biasanya
membentuk
macam, dan
macam, dan
membentuk
cluster
membentuk
membentuk
cluster
cluster
cluster
Jarang
Jarang
Tidak ada
Tidak ada
dan newborn
Renal tubuluar
Sering
Jarang
tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sering
Jarang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
26
Gambar 2.8 Superficial umbrella cells. Sel ini biasanya datar dan poligonal, dengan batas-batasnya
yang tajam dan terkadang angular.(Koss, 2006)
27
Gambar 2.9 Sel pada lapisan dalam urothelium. sel ini memiliki batas-batas sitoplasma yang tajam
dan transparan dan sering memanjang berbentuk seprti cambuk.(Koss, 2006)
Gambar 2.10 Cluster dari sel urothelium. Cluster berkumpul dan berbentuk bulat, oval, atau papilar,
batas-batasnya tampak tajam dan komponen normal dari sel urothelium dapat dilihat.(Koss, 2006)
28
Gambar 2.11 Sel tubulus renalis. Sel ini berukuran kecil, dan berbentuk cuboid atau columnar.(Koss,
2006)
Gambar 2.12 Hyalin cast. Terbentuk dari protein material dari eosinofil dan terkadang terdapat sel
tubulus renalis yang melekat dalam jumlah kecil.(Koss, 2006)
29
Gambar 2.13 Granular cast. Granular cast terbentuk dari sel debris bercampur dengan degenerating
renal tubular cells dengan sitoplasma yang bergranuler. (Koss, 2006)
Gambar 2.14 Atypical urothelial cells. Berukuran kecil, memperlihatkan pembesaran nukleus dengan
sedikit perubahan pada rasio nukleus.(Koss, 2006)
30
Gambar 2.15 Tumor papillaris grade I. Tumor ini dalam batas normal atau sedikit abnormal dan
terkadang terdapat sedikit penebalan pada urothelium.(Koss, 2006)
31
lapisan dalam urothelium. Sel ini biasanya terlihat tunggal, dan terkadang
membentuk cluster kecil. Sel ini mempunyai bentuk yang irregular, dengan
sitoplasma basofilik, namun terkadang terlihat sitoplasma eosinofilik. Nukleusnya
biasanya besar, hyperchromatic, dan memperlihatkan kelainan tekstur chromatin.
Pada 1/3 sediment dari penderita flat carcinoma in situ, terlihat populasi sel kanker
yang pleomorfik yaitu sel kankernya memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi
walaupun dengan karakteristik nukleus yang sama. (Koss, 2006)
Gambar 2.16 Carcinoma in situ. Sel ini biasanya terlihat tunggal, dan terkadang membentuk cluster
kecil, sel ini mempunyai bentuk yang irregular.(Koss, 2006)
32
Pemeriksaa foto polos abdomen dan pielografi intra vena (PIV) digunakan
sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki keganasan
disaluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain
melihat adanya defek pada buli-buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional
yang berada di ureter atau pielum, dan dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan
pada ginjal dan saluran kemih yang dsebabkan oleh tumor buli-buli tersebut.
Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya
infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. Foto thorax juga perlu dilakukan untuk
melihat bila ada metastasis ke paru-paru.(Sjahriar, 2009)
2.3.5.4 Ultrasond
Pada pemeriksaan ultrasound dapat ditemukan tumor jika dilakukan scaning
transuretral, selain itu pemeriksaan ini lebih secara lebih tepat mengetahui lingkup
invasi dan stadium tumor. Pemeriksaan ini mudah dan tidak ada radiasi. Ultrasound
juga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi jarum pada area
yang dicurigai metastase kanker di abdomen atau pelvis.(ACS, 2012)
2.3.5.5 CT Scan atau MRI
Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya. CT scan
merupakan x-ray detail dari tubuh, yang menunjukkan kelainan dari organ-organ
yang mana tidak ditunjukkan oleh sinar x-ray konvensional. MRI lebih sensitif
dibandingkan CT scan, yang dapat memberikan keuntungan mendeteksi kelenjar
limfe yang membesar didekat tumor yang menunjukkan bahwa kanker telah
menyebar ke kelenjar limfe.(ACS, 2012)
33
T Primary Tumour
34
TX
T0
Ta
Tis
T1
T2
T2a
T2b
T3
T3a
: Microscopically
T3b
T4
: Tumor menginvasi beberapa organ antara lain prostat, uterus, vagina, dinding
pelvis,
dinding abdomen
T4a
T4b
NX
N0
N1
N2
N3
MX
M0
M1
: Metastase jauh
Dari data yang dikumpulkan selama beberapa dekade menunjukan bahwa
sekitar 70%-75% dari karsinoma buli-buli merupakan non muscle invasive tumors.
Dari tumor tersebut, mayoritas (70%-75%) adalah berada pada stadium Ta. Tumor
pada stadium Ta dalam bentukannya merupakan tipikal papillary dan terjadi
35
gambaran solitary lesions pada stadium tersebut. Tumor tersebut sama dengan tipe
karsinoma buli-buli lainnya, memiliki resiko yang tinggi bisa kembali kambuh setelah
reseksi tumor buli transurethral (TURBT). Tumor yang menginvasi membrana
basalis hingga subepithelial jaringan ikat (lamina propria) adalah stadium T1 yang
terdapat sekitar 25% di semua nonmuscle invasive tumors. Tumor pada stadium T1
ini dapat berbentuk papillary atau nodular. Karsinoma buli-buli pada stadium T1 ini
memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan tumor pada stadium Ta yang memiliki
resiko lebih besar progresi ke muscle invasive disease. (AUA, 2007)
2.3.7 Diagnosis Banding Karsinoma Buli-buli
Setiap pasien dengan keluhan hematuria makroskopik atau mikroskopik
harus dilakukan evalusi pemeriksaan lebih lanjut. Pada kasus karsinoma buli-buli
gejala klinis yang timbul menyerupai infeksi pada saluran kemih. Karsinoma buli-buli
dan infeksi saluran kemih keduanya dapat menyebabkan terjadinya hematuria dan
bakteriuria. Bakteriuria sering timbul pada kasus karsinoma buli. Jenis karsinoma
buli-buli yang paling sering terjadi bakteriuria adalah karsinoma sel squamousa bulibuli yaitu sekitar 50% dari seluruh kasus. Infeksi saluran kemih juga dapat
menimbulkan gangguan pada saat berkemih seperti disuria,frekuensi atau urgensi.
Gejala ini juga dapat disebabkan oleh karsinoma in situ (CIS) atau muscle-invasive
bladder cancer. Berikut adalah diagnosa banding pada karsinoma buli-buli :
(Steinberg, 2013)
-Infeksi saluran kemih
-Nephrolithiasis
-Renal cell carcinoma
-Urethral trauma
36
37
38
menetap melalui sebuah stoma. Konduit ini diperkenalkan oleh Bricker pada
tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.
3. Diversi urine kontinen, yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan
membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urine pada volume tertentu).
Urine kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan kateterisasi
mandiri secara berkala. Cara diversi urine ini yang terkenal adalah cara Kock
pouch dan Indiana pouch.
4. Diversi urine orthotopic, yaitu membuat neobladder dari segmen usus yang
kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis
untuk pasien, karena berkemih / miksi melalui uretra dan tidak memakai stoma
yang dipasang diabdomen. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Camey
dengan berbagai kekurangannya dan kemudian disempurnakan oleh Studer dan
Hautmann.
Tabel 2.6 Alternatif terapi setelah TUR Buli-buli (Purnomo, 2011)
STADIUM
TINDAKAN
39
BAB III
40
Sel :
Perubahan histopatologi
Inti
Sitoplasma
N/C Ratio
Kelas 1 :
Tidak ditemukan Sel atipik dan sel
abnormal
Kelas 2 :
Tidak ditemukan Sel ganas, Ditemukan Sel
epitel dengan perubahan radang
Kelas 3 :
Ditemukan Sel-sel atipik
Kelas 4 :
Ditemukan Sel-sel mencurigakan
keganasan
Kelas 5 :
Ditemukan Sel-sel ganas Transisional Cell
Carcinoma
Diteliti :
Terdapat berbagai macam cara untuk menentukan prognosis pada kanker
buli-buli. Saat ini diagnosa pada kanker buli-buli dapat dilakukan dengan biopsi dan
sistoskopi. Kedua prosedur ini tergolong tindakan invasif dan dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman. Oleh karena itu, maka diperlukan detection tool yang dapat
digunakan untuk menentukan grading karsinoma sel transisional. Dari beberapa
sumber penelitian menyebutkan bahwa sitologi urine sangat efektif untuk
mendeteksi high grade pada karsinoma buli-buli.
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
penelitian
ini
adalah
observasional
deskriptif
dan
analitik,
42
antara grading karsinoma sel transisional buli-buli dengan pemeriksaan sitologi urine
di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini dilakukan dengan mencatat
semua penderita kanker buli-buli yang dilakukan pemeriksaan histopatologi sebagai
standar emas dikorelasikan dengan hasil sitologi urine mulai periode Januari 2009
sampai Desember 2012.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit dr. Saiful
Anwar Malang pada tahun 2013.
4.3 Cara Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dari pengolahan data sekunder yang didapat dari rekam
medis pasien bedah kanker buli-buli dengan yang dilakukan pemeriksaan sitologi
urine di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang periode
Januari 2009 sampai Desember 2012.
43
Kriteria Eksklusi:
Besar Sampel
Seluruh penderita kanker buli-buli yang melakukan pemeriksaan sitologi
urine dan diikuti dengan pemeriksaan histopatologi di Instalasi Patologi Anatomi
Malang Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang periode Januari 2009 sampai
Desember 2012.
44
Variabel Bebas
Variabel Tergantung
Kanker Buli-buli
digunakan untuk melihat sel kanker yang terdapat pada sediaan urine.
Biopsi
Adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh untuk dilakukan
pemeriksaan patologi mikroskopik
4.7
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini ialah:
1. Pemeriksaan Histopatologi :
- Jaringan atau organ yang diterima harus dalam keadaan terfiksasi dengan
formalin buffer 10% dan ditutup rapat.
- Pemeriksaan makaroskopis dilakukan oleh dokter, lalu melakukan pencatatan
hasil pemeriksaan. Pada tahap ini dokter juga akan memotong jaringan yang
dicurigai.
- Untuk prosessing jaringan memakai alat tissue prosessor automatic yang
bekerja 18,5 jam. Tahapan prosessing jaringan yaitu:
Fiksasi
45
dan
kimiawi
dan
mencegah
terjadi
dialisis
atau
46
Setelah
itu
dilakukan
Pengeblokkan,
agar
mudah
dipotong
47
48
Pengambilan urine pertama pasien minum air putih 1 gelas air setiap
15 menit untuk 2 3 jam
Urine yang baik untuk diambil adalah urine tengah (mid stream),
yaitu
dan pada
saat
Bila tempatnya jauh, residu yang akan dikirim diberi fiksasi dengan
alkohol 50 % dengan perbandingan 1 : 1 (sama banyak).
Beri identitas pasien pada wadah: nama pasien, umur, tanggal, jenis
kelamin, dokter pengirim.
3. Mendata rekam medis pasien di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit dr.
Saiful Anwar Malang periode Januari 2009 Desember 2012 yang
memenuhi kriteria inklusi.
4. Memenuhi kriteria inklusi yakni memiliki hasil sitologi urine dan hasil bacaan
Patologi Anatomi terkait grading karsinoma sel transisional buli-buli.
49
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Histopatolo
gi
Karsinoma
buli-buli
Well differentiated
Moderate differentiated
Poor differentiated
Analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan uji sebagai berikut:
Uji korelasi pearson atau spearmans rho tergantung dari persebaran data
tersebut normal atau tidak, jika persebaran data normal makan akan digunakan uji
korelasi pearson, jika tidak normal yang digunakan adalah uji korelasi spearmans
rho. Uji pearson atau spearmans rho digunakan untuk mengetahui adanya korelasi
antara Grading karsinoma sel transisional buli-buli dengan hasil pemeriksaan sitologi
urine, Dari uji korelasi tersebut maka akan didapatkan nilai koefisien korelasinya.
Setelah diketahui hasil koefisien korelasi dari uji analisis data tersebut, maka
akan di lihat ke parameter statistik. Berdasarkan parameter statistik menurut Young
yang menyatakan bahwa yang menjadi ukuran interpretasi koefisien korelasi adalah
sebagai berikut: (Sulaiman, 2005)
-
50
Derajat
Hubungan
Lemah-Tak ada
Cukup
Kuat
Kuat sekali
BAB V
HASIL PENELITIAN
51
Jumlah
kasus
149
189
119
42
52
5.2.1
Distribusi Jumlah Kasus Kanker Buli-Buli yang Diperiksa dengan Sitologi Urin
di Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Periode Januari 2009
Desember 2012
Berdasarkan data dari rekam medis pasien dengan pemeriksaan sitologi
urine dengan klinis kanker buli-buli yang dikumpulkan di Instalasi Patologi Anatomi
RSU Dr. Saiful Anwar Malang sejak Januari 2009 - Desember 2012, didapatkan
pasien dengan klinis kanker buli-buli sebanyak 149 kasus. Kasus Kanker buli-buli
yang paling terbanyak didapatkan pada tahun 2012, sedangkan kasus yang paling
sedikit didapatkan pada tahun 2010.
Tabel 5.2.1
53
40
30
20
10
0
2009
2010
2011
2012
Gambar 5.2.1 Distribusi Jumlah Kasus Kanker Buli-Buli yang Diperiksa dengan
Pemeriksaan Sitologi Urine di Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr.
Saiful Anwar Periode Januari 2009 Desember 2012
5.2.2
Distribusi
Jumlah
Kasus
Kanker
Buli-Buli
yang
Diperiksa
dengan
54
Tabel 5.2.2
2009
2010
2011
2012
Gambar 5.2.2 Distribusi Jumlah Kasus Kanker Buli-Buli yang Diperiksa dengan
Pemeriksaan Histopatologi Biopsi/TUR/Operasi di Instalasi Patologi
Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Periode Januari 2009 Desember
2012
5.2.3
55
25
20
15
10
5
0
2009
2010
2011
56
2012
Gambar 5.2.3 Distribusi Jumlah Kasus Karsinoma Sel Transisional yang Diperiksa
dengan Pemeriksaan Histopatologi Biopsi/TUR/Operasi di Instalasi
Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Periode Januari 2009
Desember 2012
Frequency
134
55
189
57
Percent
69,80%
28,60%
100%
Gambar 5.3.1 Jenis Kelamin pasien dengan kasus Kanker Buli-Buli yang diperiksa
dengan pemeriksaan histopatologi biopsi/TUR/operasi di Instalasi
Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari
2009 Desember 2012
5.3.2 Kota Asal atau Domisili pasien dengan kasus Kanker Buli-Buli
Berdasarkan data rekam medis pasien yang dilakukan pemeriksaan
histopatologi biopsi/TUR/operasi dengan klinis kanker buli-buli yang ditemukan di
Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang menunjukkan bahwa
penderita dengan klinis kanker buli-buli yang paling terbanyak berasal dari daerah
Malang dengan jumlah 96 orang atau 50% dari seluruh jumlah pasien yang
dilakukan pemeriksaan histopatologi biopsi/TUR/operasi dan paling sedikit berada
pada kota kediri dan situbondo yang masing-masing berjumlah 1 orang disetiap
kotanya atau berjumlah masing-masing 0,5% dari seluruh jumlah pasien yang ada.
Pada rekam medis juga didapatkan 12 orang yang tidak tertulis jelas atau tidak terisi
domisili orang tersebut.
Tabel 5.3.2 Kota asal atau Domisili pasien dengan kasus Kanker Buli-Buli yang
diperiksa dengan pemeriksaan histopatologi biopsi/TUR/operasi di
Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang Periode
Januari 2009 Desember 2012
Tempat asal
Tulungagung
Banyuwangi
Blitar
Kediri
Frequency
6
3
15
1
58
Percent
3,1%
1,6%
7,8%
0,5%
Lumajang
Malang
Pasuruan
Probolinggo
Situbondo
Trenggalek
Tidak diisi
Total
3
96
43
9
1
3
12
189
1,6%
50,0%
22,4%
4,7%
0,5%
1,6%
6,3%
100,0%
Usia
Gambar 5.3.2 Kota asal atau Domisili pasien dengan kasus Kanker Buli-Buli yang
diperiksa dengan pemeriksaan histopatologi biopsi/TUR/operasi di
Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang Periode
Januari 2009 Desember 2012
5.3.3
59
paling
termuda berusia 10 tahun. Dengan rata-rata total berusia 58 tahun. Kasus paling
banyak terdapat pada usia 61-70 tahun yaitu berjumlah 48 pasien atau 25,4% dari
seluruh pasien.
Tabel 5.3.3 Usia pasien dengan kasus Kanker Buli-Buli yang diperiksa dengan
pemeriksaan histopatologi biopsi/TUR/operasi di Instalasi Patologi
Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2009
Desember 2012
Usia
Frequency
8
18
34
41
48
34
6
0-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
Percent
4,2%
9,5%
18,0%
21,7%
25,4%
18,0%
3,2%
Frekuensi Usia
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Usia
0-30
31-40
41-50
51-60
61-70
60
71-80
81-90
Gambar 5.3.3 Usia pasien dengan kasus Kanker Buli-Buli yang diperiksa dengan
pemeriksaan histopatologi biopsi/TUR/operasi di Instalasi Patologi
Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2009
Desember 2012
5.3.4
diperiksa
dengan
pemeriksaan
histopatologi
Frequency
119
8
7
5
13
6
5
1
1
61
Percent
63%
4,2%
3,7%
2,7%
6,8%
3,2%
2,7%
0,5%
0,5%
21
11,1%
1,6%
100%
3
189
Tabel2 5.3.4 Jenis diagnosa histopatologi pasien dengan kasus Kanker Buli-Buli
Ganas
yang
diperiksa
dengan
pemeriksaan
histopatologi
Frequency
119
8
7
5
139
62
Percent
86%
5,80%
5,00%
3,20%
100%
Frequency
Gambar1 5.3.4 Jenis diagnosa histopatologi pasien dengan kasus Kanker Buli-Buli
yang
diperiksa
dengan
pemeriksaan
histopatologi
Frequency
120
100
80
60
40
20
0
Frequency
63
Gambar2 5.3.4 Jenis diagnosa histopatologi pasien dengan kasus Kanker Buli-Buli
Ganas
yang
diperiksa
dengan
pemeriksaan
histopatologi
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
63
42,3
42,3
42,3
48
32,2
32,2
74,5
Class 4
12
8,1
8,1
82,6
26
17,4
17,4
100,0
149
100,0
100,0
Total
64
17%
class 3
class 4
42%
8%
class 5
32%
Gambar 5.4
5.5 Hasil korelasi Grading Histopatologi dengan Class Sitologi Urine Pada
Diagnosa Penderita dengan Kasus Karsinoma Sel Transisional Buli-buli
di Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Periode Januari 2009
Desember 2012
Berdasarkan data
dari
rekam
medis
pasien
dengan
pemeriksaan
65
Tabel1 5.5 Hasil Korelasi Grading Histopatologi dengan Class Sitologi Urine Pada
Penderita dengan Kasus Karsinoma sel transisional Buli-Buli di Instalasi
Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2009
Desember 2012
Grading Histopatologi
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Karsinoma buli-buli
Grade 1
Grade 2
Grade 3
1
8
4
1
9
2
1
4
1
4
7
Pada tabel 5.5 di atas tampak pada hasil histopatologi grade 1 dengan hasil
sitologi urine kelas 2, 3 dan 4 masing-masing hanya terdapat 1 pasien. Pada hasil
histopatologi grade 2 dengan hasil sitologi urine kelas 2 terdapat 8 pasien, kelas 3
terdapat 9 pasien sekaligus yang paling terbanyak jumlahnya dibandingkan dengan
korelasi yang lainnya, dan kelas 4 dan 5 masing-masing sebanyak 4 pasien. Pada
hasil histopatologi grade 3 dengan hasil sitologi urine kelas 2 sebanyak 4 pasien,
kelas 3 sebanyak 2 pasien, kelas 4 sebanyak 1 pasien dan kelas 5 sebanyak 7
pasien. Walaupun pada korelasi histopatologi grade 2 dengan sitologi urine kelas 3
lebih banyak kasusnya dibandingkan dengan korelasi yang lain, namun pada Uji
Spearmen tidak didapatkan hubungan yang signifikan. (p = 0,00 ; r = 0,228 ; N = 42)
Tabel2 5.5
66
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
HasilSitologiurine
,214
42
,000
,828
42
,000
HasilHistoPA
,339
42
,000
,747
42
,000
1,000
,228
,146
42
42
Correlation Coefficient
,228
1,000
Sig. (2-tailed)
,146
42
42
Sig. (2-tailed)
N
Spearman's rho
HasilHistoPA
HasilHistoPA
BAB VI
PEMBAHASAN
Sampai saat ini pemeriksaan Sitologi urine sering digunakan untuk alat
deteksi dini kanker buli-buli. Pemeriksaan ini diharapkan menjadi alternatif
pendukung dalam mendeteksi adanya kanker buli-buli karena pada pemeriksaan
sitologi urine merupakan tindakan yang tidak invasif, lebih murah, cepat dan objektif
bagi pasien. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
hubungan atau korelasi antara grading karsinoma sel transisional buli-buli dengan
hasil pemeriksaan sitologi urine pada penderita karsinoma buli-buli. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSU Dr Saiful
67
Anwar Malang Januari 2009 Desember 2012 dari data rekam medis, didapatkan
149 pasien dengan diagnosa klinis kanker buli-buli yang sudah dilakukan
pemeriksaan sitologi urine dan didapatkan 119 pasien dengan diagnosa karsinoma
sel transisional yang dilakukan pemeriksaan histopatologi biopsi/TUR/operasi,
dimana 42 orang diantaranya dilakukan dengan pemeriksaan histopatologi
biopsi/TUR/operasi serta dilakukan pemeriksaan sitologi urine.
6.1 Deskripsi Karakteristik Jumlah Penderita Karsinoma Sel Transisional BuliBuli
Berdasarkan pada hasil jurnal penelitian National Cancer Registry pada
tahun 2011 yang menyatakan bahwa populasi penderita karsinoma sel transisional
buli-buli semakin bertambah pada setiap tahunnya, pada data dari rekam medis
pasien dengan diagnosa klinis karsinoma sel transisional buli-buli yang dilakukan
pemeriksaan histopatologi biopsi/TUR/operasi di Instalasi Patologi Anatomi RSU dr.
Saiful Anwar Malang periode Januari 2009 - Desember 2012 didapatkan bahwa
jumlah penderita karsinoma sel transisional buli-buli memang semakin bertambah
setiap tahunnya. Pada tahun 2009 didapatkan sebanyak 22 pasien, pada tahun
2010 didapatkan 30 pasien, pada 2011 didapatkan 33 pasien, dan pada 2012 adalah
yang paling terbanyak dari tahun sebelumnya yaitu 34 pasien. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa penderita karsinoma sel transisional buli-buli semakin
bertambah setiap tahunnya, hal ini diduga karena semakin banyaknya orang yang
terpapar oleh faktor resiko terjadinya karsinoma sel transisional buli-buli seperti
merokok yang merupakan faktor resiko terbesar dalam mengakibatkan karsinoma
sel transisional buli-buli. Pada orang yang perokok lebih beresiko 3 kali lebih mudah
68
karsinogen di urine dapat menyebabkan kerusakan sel pada vesica urinaria yang
mana dapat meningkatkan kesempatan untuk berkembang menjadi kanker.(National
Cancer Registry, 2012 ; ACS, 2012 ; Grossfeld GD et al., 2003)
69
70
dan Tulungagung yang mungkin tidak mempunyai fasilitas untuk melakukan sitologi
urine dan histopatologi, sehingga pasien yang dicurigai menderita kanker buli-buli
dirujuk ke RSU dr. Saiful Anwar Malang untuk melakukan diagnosa yang lebih baik
dan mendapatkan penanganan yang lebih tepat.
6.2.3 Usia Penderita Kanker Buli-Buli
Mengacu pada jurnal penelitian American Cancer Society tahun 2012
menyatakan bahwa usia yang menjadi faktor resiko penderita karsinoma buli-buli
ialah usia diatas 55 tahun. Berdasarkan dari data rekam medis pasien dengan
diagnosa
klinis
kanker
buli-buli
yang
dilakukan
pemeriksaan
histopatologi
71
6.3 Hasil Pemeriksaan Class Sitologi Urine Penderita dengan Diagnosa Klinis
Kanker Buli-Buli
Berdasarkan data dari rekam medis pasien dengan pemeriksaan sitologi
urine dengan klinis kanker buli-buli yang dikumpulkan di Instalasi Patologi Anantomi
RSU Dr. Saiful Anwar Malang sejak Januari 2009 - Desember 2012, didapatkan
pasien dengan klinis kanker buli-buli sebanyak 149 kasus. Kasus kanker buli-buli
yang terbanyak didapatkan pada class II sebesar 63 kasus atau sebesar 42,3 %.
Sedangkan kasus kanker buli-buli yang paling sedikit didapatkan pada class IV yaitu
sebesar 12 kasus atau sebesar 8,1%. Dari 149 kasus tersebut 48 orang diantaranya
setelah dilakukan pemeriksaan histopatologi terdiagnosa kanker buli-buli dan dari 48
orang tersebut, 42 diantaranya adalah karsinoma sel transisional buli-buli.
72
6.4 Hasil korelasi Grading Histopatologi dengan Class Sitologi Urine Pada
Diagnosa Penderita dengan Kasus Karsinoma Sel Transisional Buli-buli
Berdasarkan parameter statistik menurut young yang menyatakan bahwa
yang menjadi ukuran interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
(Sulaiman W, 2005)
-
data
dari
rekam
medis
Derajat
Hubungan
Lemah-Tak ada
Cukup
Kuat
Kuat sekali
pasien
dengan
pemeriksaan
73
Kasus Karsinoma sel transisional Buli-buli yang peneliti lakukan adalah sebagai
berikut:
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
HasilSitologiurine
,214
42
,000
,828
42
,000
HasilHistoPA
,339
42
,000
,747
42
,000
Correlations
HasilSitologiurine
Correlation Coefficient
HasilSitologiurine
1,000
,228
,146
42
42
Correlation Coefficient
,228
1,000
Sig. (2-tailed)
,146
42
42
Sig. (2-tailed)
N
Spearman's rho
HasilHistoPA
HasilHistoPA
Dari hasil analisis data diatas yang peneliti lakukan bahwa didapatkan
koefisien korelasi Histopatologi dengan Class Sitologi Urine Pada Penderita dengan
Kasus Karsinoma sel transisional Buli-buli adalah sebesar 0,23. Dari hasil tersebut
menurut parameter dari young, korelasi antara grading histopatologi dengan Class
sitologi urine pada penderita Karsinoma sel transisional buli-buli yang peneliti
lakukan masuk dalam kategori adanya korelasi yang rendah. Sedangkan menurut
parameter dari bustaman basuki, dari hasil penelitian tersebut masuk dalam derajat
74
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
75
1. Kanker Buli-buli terbanyak di Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar
Malang Periode Januari 2009 Desember 2012 adalah berjenis histopatologi
Karsinoma Sel Transisiona Buli-buli dengan jumlah penderita 86% dari seluruh
kasus Kanker Buli-buli.
2. Kanker Buli-buli di Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Periode Januari 2009 Desember 2012 umumnya berasal dari daerah Malang
dengan jumlah 50% dari seluruh kasus, dengan rata-rata berusia 58 tahun dan
jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 69,8% dari
seluruh kasus.
3. Koefisien korelasi Grading histopatologi dengan Class Sitologi urine pada
penderita dengan kasus Karsinoma Sel Transisional Buli-buli di Instalasi
Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2009
Desember 2012 adalah sebesar 0,23 yaitu termasuk dalam kategori korelasi
yang rendah atau korelasi lemah-tidak ada. Sehingga dari penelitian ini tidak
ada korelasi antara Grading histopatologi dengan Class Sitologi urine pada
penderita dengan kasus Karsinoma Sel Transisional Buli-buli.
7.2
SARAN
Saran dan masukan dari penelitian ini adalah:
76
DAFTAR PUSTAKA
77
DM.
2011.
Pathology
in
Urinary
Bladder,
(Online),
(http://www.webpathology.com/category.asp?id=2&category=2§ion=7,
diakses tanggal 4 Desember 2012).
Robbins SL, Kumar V, Cotran RS. Buku Ajar Patologi. 7th Ed. New York: Elsevier
Inc, 2007:606-608.
Purnomo Basuki B. Dasar-dasar Urologi. Edisi ketiga. Malang: CV Sagung Seto,
2011: 256-261.
78
Rasad S. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2009:283284.
Stenzl A and Witjes JA, Cowan NC, DeSantis M, Kuczyk M, Lebret T, Merseburger
AS, Ribal MJ, Sherif A. Guidlines on Bladder Cancer Muscle-Invasive and
Metastatic. European Association of Urology, 2011:11-12
Arief MI, Santoso A, Djatisoesanto W, Notosoeharjo I, Kusuma SE, Joewarini E, JP
Widodo. Deteksi Sel Transisional Karsinoma Buli-buli dengan Tes NMP-22
dan Sitologi Urine. Jurnal Urologi Indonesia, 2007, 14(1): 1-4
American Urologi Association. 2007. Guidline for the Management of Nonmuscle
Invasive Bladder Cancer (Stages Ta, T1, and Tis), Education and research,
Inc. Press rellease, AUA, p: 4-18
American Cancer Society. Bladder Cancer 2012. Atlanta, Ga: American Cancer
Society, 2012, n.p.
National Cancer Registry Ireland. Cancers Trends of the Kidney, Ureter, Bladder
2011. Ireland, Ga: National Cancer Registry, p:1-3
Vanrhijn BWG, VanderPoel HG, VanderKwast TH. Cytology and Urinary Markers for
Diagnosis of Bladder Cancers. European Association of Urology. 2009, 8:
536-541
Sjamsuhidajat R, De jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2005: 733-802
Mitra PA. Urine Cytologic Analysis : Special Techniques for Bladder Cancer
Detection. Departement patology and Norris Comprehensive Cancer Center.
2010 : 169-171
79
Jakarta:
Balai
Penerbit
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia,2007: 195-197
Vitriana. Evaluasi dan Manajemen Medis Inkontinensia Urin. Bagian Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK UNPAD/RSUP dr.Hasan Sadikin FK
UI/RSUPN dr Ciptomanungkusumo. 2002 : 24-25
80