Oleh :
RINGKASAN
Muhamad Yusuf Hidayat. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Sengon
(Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Pada Beberapa Satuan Kelas Lereng. Di
bawah bimbingan Dr.Ir. Basuki Wasis, MS dan Dr. Ir. Sukarman, MS.
Kayu sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan kayu yang bernilai
ekonomis tinggi karena merupakan kayu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
penggunaan, baik sebagai kayu pertukangan maupun sebagai kayu penghara.
Namun pengembangan penanaman Sengon dalam skala luas masih membutuhkan
adanya informasi mengenai kesesuaian penggunaan lahan serta tindakan
pengelolaan yang diperlukan agar hasil serta produktifitas yang diharapkan dapat
ditingkatkan. Untuk itu diperlukan adanya evaluasi sumberdaya lahan untuk
mengetahuai kemungkinan dapat dikembangkan jenis pohon Sengon tersebut.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan jenis
tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) pada beberapa Kelas Lereng di
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Penelitian ini dilakukan dengan sistem matching antara persyaratan
penggunaan
lahan
atau
persyaratan
tumbuh
tanaman
dengan
data
faktor
pembatas
yang
berat
dan
mempengaruhi
terhadap
Tidak Sesuai (N). Lahan memiliki faktor pembatas yang berat dan/atau sulit untuk
diatasi.
Kelas kesesuian lahan potensial untuk Satuan Kelas Lereng 1 dan Satuan
Kelas Lereng 2 adalah S2-wa1. Satuan Kelas Lereng 3, Satuan Kelas Lereng 4
dan Satuan Kelas Lereng 5 adalah S3-wa1. Serta Satuan Kelas Lereng 7 adalah S1
Untuk Satuan Kelas Lereng 6 adalah N-eh1, eh2. Satuan Kelas Lereng 8
adalah N-rc3 dan Satuan Kelas Lereng 9 adalah N-rc3, eh1, lp2. Pada ketiga
Satuan Kelas Lereng tersebut akan sulit dilakukan perbaikan pada karakteristik
lahannya, sebab tergolong ke dalam ordo Tidak Sesuai (N). Lahan memiliki
karakteristik lahan yang sangat berat/sulit untuk diatasi.
Pada lahan-lahan yang tergolong ordo Sesuai (S), peluang untuk
pengembangan jenis tanaman Sengon masih dapat ditingkatkan hasilnya, jika
sebelum penanaman dilakukan perbaikan-perbaikan pada karakteristik lahannya.
Daerah-daerah yang sesuai untuk pengembangan jenis tanaman tersebut
terletak pada kecamatan Cipatat di sebelah tengah dan utara. Antara lain desa
Sumurbandung, Nyalindung, Cirawamekar, Kertamukti dan sebagian desa
Citatah.
ii
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
MUHAMAD YUSUF HIDAYAT
E14202058
iii
SKRIPSI
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
NRP
: E14202058
Program Studi
: Budidaya Hutan
Menyetujui:
Dosen Pembimbing Ke-1
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Tanggal Lulus:
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cimahi pada tanggal 24 Juni 1984. Ayah bernama
Dr. Ir. H. Achmad Hidayat, MSc dan ibu Ir. Hj Tatit Sugiarti, MS sebagai anak ke
empat dari empat bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan di TK IKAWATI Bogor lulus tahun 1990,
SD Negeri Polisi 5 Bogor lulus tahun 1996, SLTP Negeri 4 Bogor lulus tahun
1999 dan SMU Negeri 1 Bogor lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian
Bogor dan diterima pada Jurusan Manajemen Hutan Program Studi Budidaya
Hutan.
Selama menempuh studi di Fakultas Kehutanan penulis aktif menjadi
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan periode 2003-2004,
Kepala Departemen Human Resources Development International Forestry
Student Association periode 2004-2005. Selain itu penulis juga aktif sebagai
Asisten Praktikum mata kuliah Klimatologi Hutan pada Tahun Ajaran 2004-2005
dan sebagai Asisten Praktikum mata kuliah Kesuburan Tanah Hutan pada Tahun
Ajaran 2005-2006.
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini yang berjudul Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman
Sengon (Paraserianthes falcataria) Pada Beberapa Satuan Kelas Lereng (Studi
Kasus di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat), sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.
Basuki Wasis, MS serta Bapak Dr. Ir. Sukarman, MS masing-masing sebagai
dosen pembimbing pertama dan dosen pembimbing kedua yang telah banyak
membimbing dan memberikan arahan serta masukan selama penulisan skripsi.
Ucapan yang sama disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, MSc selaku
penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata serta
Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut selaku penguji dari Departemen Hasil Hutan
atas segala saran yang diberikan. Dekan Fakultas Kehutanan Bapak Prof. Dr. Ir.
Cecep Kusmana, MS yang telah memberikan kesempatan belajar kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan Saudari Teti Suryanti atas bantuan
dalam pengolahan data serta penyelesaian penyusunan peta. Pada kesempatan ini
pula, ucapan terima kasih dan kasih sayang disampaikan kepada kedua orang tua
serta ketiga kakakku yang telah memberikan pengertian dan dorongan, sehingga
studi dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga semua amal kebaikan tersebut mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan ......................................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3
Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) ............................................ 3
Evaluasi Lahan ........................................................................................... 4
Pengertian Evaluasi Kesesuaian Lahan ............................................ 4
Kaidah Klasifikasi kesesuaian Lahan............................................... 5
Prosedur Evaluasi Lahan .................................................................. 6
Kelas Kesesuiaan Lahan .................................................................. 7
Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan ............................................ 7
Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan .......................................... 11
Persyaratan Penggunaan Lahan/Tumbuh ......................................... 11
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ........................................................... 13
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 13
Variabel yang Diamati dalam Penelitian ................................................... 13
Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................... 13
Metode Penelitian ...................................................................................... 14
KEADAAN UMUM WILAYAH ....................................................................... 17
Lokasi Geografis ...................................................................................... 17
Bentuk Wilayah......................................................................................... 17
Penduduk .................................................................................................. 18
Penggunaan Lahan .................................................................................... 18
Iklim .......................................................................................................... 19
Geologi dan Bahan Induk.......................................................................... 21
vii
viii
DAFTAR TABEL
teks
No
Halaman
DAFTAR GAMBAR
teks
No
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
teks
No
Halaman
ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan kehutanan merupakan suatu keharusan bagi bangsa
Indonesia, karena dari sektor kehutanan memberikan kontribusi yang besar bagi
pembangunan nasional. Fungsi dan manfaat yang bisa diperoleh dari sumber daya
alam hutan telah menempatkan hutan dalam peranan yang cukup besar dalam
perolehan devisa negara, perluasan kesempatan kerja, kesempatan berusaha,
pemerataan pembangunan, kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan
(Burhaman et al., 1990). Salah satunya yaitu perkembangan industri kehutanan
baik dalam skala besar maupun dalam skala industri kecil menengah.
Adanya perkembangan ini juga diiringi dengan peningkatan kebutuhan
akan pasokan kayu yang meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah
permintaan dari konsumen. Pasokan kayu yang selama ini diperoleh dari hutan
alam menjadi semakin tidak mencukupi dan membutuhkan alternatif lain untuk
pemenuhan tersebut. Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan akan pasokan
kayu tersebut yaitu dengan adanya hutan yang dikelola oleh masyarakat, seperti di
daerah Jawa Barat yang ketersediaan hutan alamnya sudah semakin terbatas.
Menurut Awang (2001) keberadaan hutan rakyat telah memberikan
sumbangan yang tidak sedikit. Setidaknya menurut Yuniandra (1998 dalam
Awang, 2001) sekitar 70% konsumsi kayu di Pulau Jawa dipenuhi dari hutan
rakyat. Sementara itu menurut Simon (1994 dalam Awang, 2001) disebutkan
bahwa sumbangan hutan rakyat terhadap pembangunan masyarakat antara lain
peningkatan produksi kayu dan hasil ikutan lainnya. Dari segi ekologi juga
meningkatkan proteksi permukaan tanah dari bahaya erosi, menyediakan habitat
yang baik bagi satwa, mengurangi kadar CO2 dan polutan lainnya di udara.
Pemilihan jenis tanaman untuk ditanam pada hutan rakyat sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya kesesuaian lahan, riap pertumbuhan, ketersediaan
tenaga kerja, harga jual dan kemudahan pemeliharaan. Salah satu jenis kayu yang
ditanam di hutan rakyat yaitu jenis tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria).
Kayu sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan kayu yang bernilai
ekonomis tinggi, karena merupakan bahan yang baik untuk peti kemas, papan
dinding, perabot rumah tangga, plywood, kertas, pulp serta kerajinan tangan dan
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan aktual
dan potesial jenis tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) pada beberapa
Satuan Kelas Lereng di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini berupa tabel dan peta kesesuaian lahan untuk
tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) pada beberapa Satuan Kelas Lereng
di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung. Tabel kesesuaian lahan tersebut dapat
dijadikan pedoman untuk pengembangan dan penelitian jenis tanaman Sengon di
masa yang akan datang, khususnya pada daerah yang dijadikan sebagai daerah
penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
lapangan, tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah Regosol, Aluvial,
Latosol. Tanah-tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu
dan kemasaman tanah sekitar pH 6-7 (Santoso, 1993).
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan
potensi lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non
pertanian (Djaenudin et al., 2000).
(Hardjowigeno,
1994
dalam
Suprihartono,
2003)
menyebutkan beberapa kaidah yang perlu ditetapkan dalam evaluasi lahan sebagai
berikut:
-
tentang ruang lingkup, kondisi dan tingkat manajemen yang akan ditetapkan serta
arah dari evaluasi ( Hardjowigeno, 1994 dalam Suprihartono, 2003).
Beberapa hal yang perlu diterapkan dalam evaluasi lahan semi detil antara
lain:
-
Data: merupakan data tapak, atau rata-rata dari Satuan Peta Tanah (SPT)
Kegiatan utama dalam evaluasi lahan menurut FAO (1976, dalam Djaenudin et
al., 2000) dapat dilihat pada Gambar 1.
lahan
dan
informasi-informasi
ekonomi
dan
sosial
Konsultasi Pendahuluan
- Tujuan
- Data dan Asumsi
- Rencana Kerja
Jenis Penggunaan Lahan
- Jenis Umum
- Secara Terperinci
Persyaratan tumbuh
Masing-masing Penggunaan Lahan
Kualitas Lahan
Perbandingan syarat-syarat
penggunaan Lahan dengan
kualitas Lahan
- Perbandingan
- Analisis Sosial Ekonomi
- Analisis Dampak
yang
nyata
terhadap
penggunaan
secara
Tanpa
bantuan
tersebut
pertani
tidak
mampu
mengatasinya.
b) Lahan yang tergolong Tidak Sesuai (N)
BMG/GIS
Survei Tanah
Data iklim
Kualitas Lahan
Penelitian Dasar
Matching
Kesesuaian Lahan
Aktual/fisik
Manajemen Produksi
Kendala Agro-ekologi
Gambar 2. Alur Logika Kesesuaian Lahan (FAO, 1976 dalam Djaenudin et al.,
2000)
10
11
Temperatur
wa
Ketersediaan air
oa
Ketersediaan oksigen
1. Drainase
rc
Media Perakaran
1. Tekstur
2. Bahan kasar (%)
3. Kedalaman tanah
4 Ketebalan gambut
5. Kematangan gambut
nr
Retensi Hara
xc
Toksisitas
1. Aluminium
2. Salinitas/DHL (ds/m)
xn
Sodisitas
1. Alkalinitas (%)
xs
Bahaya sulfidik
eh
Bahaya erosi
1. Lereng (%)
2. Bahaya erosi
fh
Bahaya Banjir
1. Genangan
lp
Penyiapan Lahan
12
2.
3.
4.
Bor tanah (auger/core) tipe belgi untuk mengebor tanah dan mengambil
sample tanah.
13
5.
6.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi pengumpulan data yang berkaitan dengan
penelitian, seperti penelaahan peta topografi, peta penggunaan lahan, data
sekunder seperti data iklim, suhu udara dan hasil survei. Hasil penelaahan ini
digunakan sebagai referensi dalam penentuan lokasi yang dijadikan areal
pengamatan penelitian. Observasi lapangan secara langsung dilakukan untuk
verifikasi lapangan.
2. Tahap Penentuan Areal Pengamatan Penelitian
Penentuan lokasi pengamatan dilakukan atas dasar bentuk wilayah/kelas
kelerengannya. Tahapan yang dilakukan dalam penentuan titik pengamatan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menentukan lokasi yang dijadikan sebagai daerah penelitian. Daerah yang
dideliniasi merupakan areal yang ditanami dengan jenis tanaman Sengon
(Paraserianthes falcataria), informasi ini diambil dari peta penggunaan
lahan Kabupaten Bandung.
b. Hasil dari deliniasi tersebut kemudian dioverlaykan dengan peta topografi
untuk mengetahui kelas-kelas lerengnya.
c. Kelas lereng ditentukan dari garis kontur pada peta topografi dan
pengukuran di lapangan menggunakan Abney level
d. Dari hasil overlay tersebut dapat diketahui jumlah kelompok kelas-lereng
yang ada, dimana titik pengamatan pada peta penggunaan lahan tersebut
ditentukan.
3. Tahap Pengambilan Contoh Tanah
Tahapan pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah dilakukan mengacu
pada Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian
Tanah (2004).
14
15
lahan
atau
persyaratan
tumbuh
16
tanaman,
dengan
data
Lokasi Geografis
Daerah Penelitian terletak di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung,
Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Cipatat terbagi menjadi 12 Desa yaitu Desa
Ciptaharja, Cipatat, Rajamandala Kulon, Nyalindung, Kertamukti, Mandalawangi,
Gunungmasigit,
Citatah,
Cirawamekar,
Mandalasari,
Sumurbandung
dan
Sarimukti.
Secara geografis daerah penelitian terletak antara 06o4625 06o5328
Lintang Selatan dan 107o1900 107o2715 Bujur Timur. Sedangkan secara
administratif termasuk wilayah Kabupaten Bandung. Luas daerah penelitian
125,4966 km2 (BPS Kabupaten Bandung, 2001). Batas-batas administratifnya
adalah di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cipeundeuy dan Cikalong
Wetan, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Padalarang, di sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatam Batujajar, dan di sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Cianjur.
Kecamatan Cipatat terletak pada wilayah lereng-lereng pegunungan yang
membujur dari timur ke barat yaitu Gunung Ketu (561 meter), Gunung Masigit
(754 meter), Gunung Halimun (972 meter) serta Gunung Sanghiangtikoro (397
meter).
Bentuk Wilayah
Daerah penelitian mempunyai bentuk wilayah datar sampai bergelombang.
Ketinggian tempat bervariasi mulai dari ketinggian 250 m dpl sampai ketinggian
1000 m dpl. Memiliki kelerengan yang bervariasi mulai dari 0-8%, 8-15%, 1525% dan yang memiliki kelerengan curam yaitu lebih dari 45% (Fakultas
Pertanian Universitas Padjajaran, 2004).
Wilayah-wilayah yang merupakan daerah perbukitan terdapat di Kecamatan
Cipatat sebelah selatan yaitu pada wilayah desa Ciptaharja, Citatah, serta Gunung
Masigit. Sedangkan pada wilayah Kecamatan Cipatat di sebelah utara pada
umumnya mempunyai bentuk wilayah datar, bergelombang, berombak dan
17
Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Cipatat yaitu 99.838 jiwa dan kepadatan
penduduk 796 jiwa/km2 (BPS Kabupaten Bandung, 2001). Berdasarkan
Monografi Kecamatan Cipatat, (2004) rasio antara jumlah laki-laki dan
perempuan wilayah kecamatan Cipatat yaitu, laki laki 48.508 jiwa sedangkan
perempuan 51.339 jiwa.
Penggunaan Lahan
Tabel 2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Cipatat
Penggunaan lahan
Luas (Ha)
0,012
217
2,71
Tegalan (palawija)
329
4,11
1143
14,28
2342
29,26
Perkebunan karet
543
6,78
Perkebunan kakao
555
6,93
Perkebunan teh
21
0,26
104
1,29
Jati
130
1,62
403
5,03
Kebun pisang
591
7,38
176
2,19
Hutan sekunder
150
1,87
1298
16,21
Jumlah
8003
100
18
Iklim
Data iklim yang digunakan menggunakan data yang dikumpulkan oleh PT.
Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali Unit Pembangkit Saguling dan Cirata.
Untuk wilayah Cirata lama pengamatan selama 11 tahun pengamatan (tahun 1993
2003) dan untuk wilayah Saguling selama 5 tahun pengamatan (tahun 1999
2003) .
Curah hujan
Berdasarkan data curah hujan di daerah penelitian, rata-rata curah hujan
tahunan bervariasi antara 1.747 sampai 2.954 mm/tahun (Tabel 3). Dimana curah
hujan
19
400 m dpl sebesar 23,60C, pada ketinggian 700 m dpl sebesar 21,80C dan suhu
udara pada ketinggian 1000 m dpl sebesar 200C.
Tabel 3. Data Curah Hujan di Daerah Penelitian dan Sekitarnya.
Bulan
Cilakong wetan Cipeundeuy
Januari
314
315
Februari
290
356
Maret
296
297
April
246
204
Mei
264
205
Juni
157
231
Juli
100
51
Agustus
175
155
September
185
188
Oktober
246
300
November
284
223
Desember
202
229
Jumlah
2.758
2.954
Ketinggian tempat (m dpl)
650
300
Sumber: Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (2004)
Cirata
259
208
275
233
170
101
69
66
88
177
164
210
2.120
250
Bandung
214
143
277
211
154
62
58
56
48
95
249
181
1.747
700
20
Jenis Tanah
Menurut Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (2004) tanah-tanah
didaerah penelitian sebagian besar didominasi oleh jenis-jenis tanah Ultisols,
Mollisols, Alfisols dan Inceptisols.
21
Tanah-tanah
yang
berkembang
dari
batu
gamping
dan
kapur
22
23
Tabel 6. Data Karakteristik Lahan (Data Fisik, Kimia, dan Lingkungan) dari Setiap Satuan Kelas Lereng yang Diamati.
Persyaratan
Penggunaan/karakteristik
Lahan
0-3 %
250-400
m dpl
8-15 %
250-400
m dpl
3-8 %
400-700
m dpl
8-15 %
400-700
m dpl
15-25 %
400-700
M dpl
>45 %
400-700
m dpl
15-25 %
700-1000
m dpl
15-30 %
700-1000
m dpl
>45 %
700-1000
m dpl
23,6
23,6
21,8
21,8
21,8
21,8
20
20
20
2.120
-
2.120
-
2.758
-
2.758
-
2.758
-
2.758
-
1.747
-
1.747
-
1.747
-
Terhambat
Baik
Terhambat
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
h
>75
h
>75
h
>75
h
>75
h
50-75
h
50-75
h
50-75
h
<40
h
<40
24,3
72,66
5,43
2,06
20
56
4,5
1,02
16,3
100
7,63
2,4
25,3
63,33
4,76
1,47
20,66
84
6,67
1,68
48,7
100
6,03
0,59
40
100
5,4
0,84
26
83
5,6
2,05
26
83
5,6
2,05
03
Sr
8-15
Sd
3-8
r
8-15
Sd
15-25
b
> 45
sb
15-25
b
15-25
b
>45
sb
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
<5
5-15
>25
Temperatur (tc)
Drainase
Keterangan:
Ketinggian m : meter
dpl : diatas permukaan laut
Erosi
sr : sangat rendah ; r: rendah ; sd: sedang ; b: besar ; sb: sangat besar
Tekstur
h : halus ; ah: agak halus ; s: sedang ; ak: agak kasar
24
Penyiapan Lahan
Di daerah penelitian pada umumnya tidak terdapat singkapan batuan (Tabel
6). Akan tetapi pada beberapa Satuan Kelas Lereng terdapat adanya singkapan
batuan yang muncul ke permukaan (Rock Out Crops) yang bervariasi mulai dari
5% hingga yang lebih dari 25% seperti yang terdapat pada Satuan Kelas Lereng 9.
drainase
yang
terhambat
serta
retensi
hara
yang
25
Djaenudin et al. (2000) tanaman Sengon akan tumbuh baik pada kisaran curah
hujan 1.500 - 2.000 mm/tahun.
Pada Satuan Kelas Lereng 5 memiliki pembatas utama ketersediaan air yang
terlihat oleh karakteristik curah hujan yang sangat tinggi (2.758 mm/tahun),
bahaya erosi yang ditunjukkan oleh kelerengan yang agak curam (15-25%) serta
bahaya erosi yang tinggi. Menurut Djaenudin et al. (2000) tanaman Sengon akan
tumbuh baik pada kelerengan <8% serta bahaya erosi yang sangat rendah.
Pada Satuan Kelas Lereng 7 memiliki faktor pembatas utama retensi hara
yang dikarakterisasi oleh pH yang rendah (5,4), faktor bahaya erosi yang
dikarakterisasi oleh kelerengan yang agak curam (15-25%) serta bahaya erosi
yang besar.
Sedangkan 3 Satuan Kelas Lereng secara garis besar kelas kesesuaian
lahannya termasuk ke dalam kelas Tidak Sesuai (N) (Tabel 7). Lahan memiliki
faktor pembatas yang berat dan/sulit untuk diatasi. Pada Satuan Kelas Lereng 6
kelas kesesuaian lahannya adalah N-eh1, eh2, untuk Satuan Kelas Lereng 8 adalah
N-rc3 dan Satuan Kelas Lereng 9 adalah N-rc3, eh1, lp2.
Pada Satuan Kelas Lereng 6 memiliki faktor pembatas yang sangat berat,
yaitu faktor bahaya erosi yang dikarakterisasi oleh kelerengan yang sangat curam
(>45%) dan bahaya erosi yang tinggi. Pada Satuan Kelas Lereng 8 memiliki
faktor pembatas yang sangat berat, yaitu faktor media perakaran yang
dikarakterisasi oleh kedalaman tanah yang dangkal (<40 cm). Menurut Djaenudin
et al. (2000) tanaman Sengon akan tumbuh baik pada tanah dengan kedalaman
tanah >75 cm.
Sedangkan pada Satuan Kelas Lereng 9 memiliki faktor pembatas yang
sangat berat, yaitu faktor media perakaran yang dikarakterisasi oleh kedalaman
tanah yang dangkal (<40 cm) serta faktor bahaya erosi yang dikarakterisasi oleh
kelerengan yang sangat curam (>45%) dan bahaya erosi yang tinggi.
26
0-3 %
250-400
m dpl
8-15 %
250-400
m dpl
3-8 %
400-700
m dpl
8-15 %
400-700
m dpl
15-25 %
400-700
m dpl
>45 %
400-700
m dpl
15-25 %
700-1000
m dpl
15-30 %
700-1000
m dpl
>45 %
700-1000
m dpl
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
-
S2
-
S3
-
S3
-
S3
-
S3
-
S1
-
S1
-
S1
-
S3
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S1
S2
S1
S2
S1
N
S1
N
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S3
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S2
S2
S3
S3
N
N
S3
S3
S3
S3
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S3-oa1,nr3
S3-nr3
S3-wa1,oa1, nr3
S3-wa1,nr3
S3-wa1,eh1,eh2
N-eh1,eh2
S3-nr3,eh1,eh2
N-rc3
N-rc3,eh1, lp2
Temperatur (tc)
1.Drainase
Keterangan:
Ketinggian m : meter
dpl : diatas permukaan laut
27
28
unsur mikro yang terlalu banyak dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman
(Hardjowigeno, 2003).
Sedangkan pada Satuan Kelas Lereng 3 memiliki faktor pembatas nilai pH
yang tinggi. Nilai pH tanah yang tinggi ini dapat berbahaya bagi tanaman yang
mengakibatkan kandungan garam di dalam tanah menjadi terlalu tinggi sehingga
menyebabkan keracunan bagi tanaman secara umum. Selain itu nilai pH tanah
yang alkalis menyebabkan unsur P terikat oleh Ca++ atau CaCO3 sehingga tidak
tersedia bagi tanaman.
Pada Satuan Kelas Lereng 6 dan Satuan Kelas Lereng 9 memiliki faktor
pembatas bahaya erosi yaitu kelerengan yang sangat curam serta bahaya erosi
(Tabel 7). Kelerengan yang sangat curam mempengaruhi jumlah air hujan yang
meresap atau ditahan oleh massa tanah, mempengaruhi dalamnya air tanah, serta
mempengaruhi besarnya erosi (surface run off). Menurut Hardjowigeno (1993)
akibat dari tingginya erosi mempengaruhi ketebalan solum serta tebal dan
kandungan bahan organik horison A. Di daerah berlereng curam, yang mengalami
erosi terus menerus menyebabkan tanah-tanah bersolum dangkal.
Satuan Kelas Lereng 9 memiliki faktor pembatas singkapan batuan yang
muncul ke permukaan (Rock Out Crops) (Tabel 7). Singkapan batuan yang besar
menyebabkan gangguan dalam perakaran tanaman. Perakaran tanaman akan
terhalangi oleh adanya singkapan batuan ini. Selain itu singkapan batuan ini juga
mempengaruhi dalam penyiapan lahan.
29
yaitu dengan memperbaiki pH tanah serta kelerengan lahan. Untuk Satuan Kelas
Lereng 3 kelas kesesuian lahan potensialnya adalah S3-wa1. Perbaikan
karakteristik lahan yang dilakukan yaitu dengan memperbaiki drainase tanah serta
pH tanah. Satuan Kelas Lereng 4 kelas kesesuian lahan potensialnya adalah S3wa1. Perbaikan karakteristik lahan yang dilakukan yaitu dengan memperbaiki pH
tanah serta kelerengan lahan.
Satuan Kelas Lereng 5 kelas kesesuian lahan potensialnya adalah S3-wa1.
Perbaikan karakteristik lahan yang dilakukan yaitu dengan memperbaiki
kedalaman tanah serta kelerengan lahan. Untuk Satuan Kelas Lereng 7 kelas
kesesuaian lahan potensialnya adalah S1, perbaikan karakteristik lahan yang
dilakukan yaitu dengan memperbaiki kedalaman tanah, pH tanah serta kelerengan
lahannya.
Sedangkan Satuan Kelas Lereng 6 kelas kesesuian lahan potensialnya
adalah N-eh1,eh2. Satuan Kelas Lereng 8 kelas kesesuian lahan potensialnya
adalah N-rc3 dan Satuan Kelas Lereng 9 kelas kesesuian lahan potensialnya
adalah N-rc3, eh1, lp2. Pada ketiga Satuan Kelas Lereng tersebut akan sulit
dilakukan perbaikan pada karakteristik lahannya, sebab tergolong ke dalam ordo
Tidak Sesuai (N). Lahan memiliki karakteristik lahan yang sangat berat/sulit
untuk diatasi.
30
0-3 %
250-400
m dpl
8-15 %
250-400
m dpl
3-8 %
400-700
m dpl
8-15 %
400-700
m dpl
15-25 %
400-700
m dpl
>45 %
400-700
m dpl
15-25 %
700-1000
m dpl
15-30 %
700-1000
m dpl
>45 %
700-1000
m dpl
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
-
S2
-
S3
-
S3
-
S3
-
S3
-
S1
-
S1
-
S1
-
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N
S1
N
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N
N
S1
S1
S1
S1
N
N
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2-wa1
S2-wa1
S3-wa1
S3-wa1
S3-wa1
N-eh1,eh2
S1
N-rc3,
N-rc3,eh1,lp2
Persyaratan
Penggunaan/karakteristik
Lahan
Temperatur (tc)
1. Drainase
Keterangan:
Ketinggian m : meter
dpl : diatas permukaan laut
31
32
kondisi lereng 0-8% teknik yang dapat dilakukan adalah penanaman strip yang
digabung dengan penanaman mulsa menurut kontur (Contour Strip Cropping).
Penanaman strip dan mulsa dapat menghambat laju erosi. Untuk kondisi lereng 815% teknik konservasi tanah yang dapat dilakukan dengan Countour Strip
Cropping, dengan jarak yang lebih pendek, yaitu 5-7 meter. Bentuk dari
penanaman strip dapat dilihat pada gambar 4.
pematang/guludan (Countour Terrace) untuk kemiringan antara 30-50%. Bentukbentuk gambar teras dapat dilihat pada Gambar 5, 6 dan 7.
33
Potensi Pengembangan
Dari hasil penilaian kesesuaian lahan aktual (Tabel 7) dan kesesuaian lahan
potensial (Tabel 8) untuk tanaman Sengon diperoleh bahwa pada beberapa Satuan
Kelas Lereng masih sesuai untuk dikembangkan jenis tanaman Sengon meskipun
tanpa dilakukan perbaikan-perbaikan pada karakteristik lahannya. Akan tetapi
hasil yang diperoleh tidak akan maksimal, karena terdapat pembatas-pembatas
yang cukup mempengaruhi bagi pengembangan jenis tanaman Sengon pada areal
34
tersebut. Peluang untuk pengembangan jenis tanaman Sengon ini masih dapat
ditingkatkan hasilnya, jika sebelum penanaman dilakukan perbaikan-perbaikan
pada karakteristik lahannya.
Faktor pembatas permanen rerata curah hujan yang terlalu tinggi pada
beberapa Satuan Kelas Lereng tidak terlalu berpengaruh bagi jenis tanaman
Sengon meskipun setelah dilakukan perbaikan pada karakteristik lahan. Menurut
Atmosuseno (1999) Sengon memiliki wilayah hidup pada selang yang lebar,
mulai dari ketinggian tempat tempat tumbuh sampai jenis tanah, bahkan iklim
yang dikehendaki pun merupakan iklim yang banyak terdapat di wilayah
Indonesia.
Penanaman tanaman Sengon di areal penelitian memerlukan beberapa
perhatian, sebab pada beberapa daerah penelitian bertopografi miring atau
bergelombang. Penanaman Sengon pada areal yang bertopogafi miring atau
bergelombang menurut Atmosuseno (1999) perlu memperhatikan faktor terpaan
angin kencang. Pada daerah-daerah seperti punggung dan lembah bukit, angin
akan bertiup lebih kencang dibandingkan dengan areal yang datar. Sehingga
diperlukan upaya perlindungan khusus yaitu dengan penanaman secara campuran
(heterogen) dengan pohon jenis lain. Pohon pelindung yang dipilih sebaiknya
lebih tahan terhadap angin kencang, memiliki perakaran yang lebih kuat, berdaun
konifer dan bertajuk tidak rapat.
Perbaikan karakteristik lahan pada areal ini sebaiknya dilakukan oleh
pemerintah daerah, maupun pihak swasta yang berkompeten di bidangnya. Sebab
sebagian besar lahan-lahan di daerah ini tergolong Sesuai Marginal (S3). Selain
itu, perbaikan lahan yang dilakukan membutuhkan biaya yang tinggi serta
perhitungan yang cermat. Contohnya dalam hal perbaikan pH tanah dengan
pengapuran. Pemberian kapur ini memerlukan perhitungan yang cermat sebab
pemberian kapur ini akan cenderung menjadi suatu pemborosan.
Potensi pengembangan Sengon di daerah penelitian juga ditunjang oleh
keadaan sosial ekonomi daerah. Daerah Cipatat memiliki potensi jumlah
penduduk yang cukup tinggi yaitu sebesar 99.838 jiwa (Biro Pusat Statistik,
2001). Jumlah penduduk yang tinggi merupakan jumlah yang potensial untuk
35
tenaga kerja. Selain itu daerah Cipatat merupakan pusat sentra kerajinan tangan
yang sebagian besar menggunakan kayu Sengon sebagai bahan baku.
Daerah-daerah yang sesuai untuk pengembangan jenis tanaman tersebut
terletak di Kecamatan Cipatat di sebelah Tengah dan Utara. Antara lain desa
Sumurbandung, Nyalindung, Cirawamekar, Kertamukti dan sebagian desa
Citatah.
36
Saran
1. Kriteria curah hujan untuk penilaian kesesuaian tanaman Sengon
perlu
37
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2000. Konservasi Lahan. Lembar Informasi Pertanian 02/2000.
Atmosuseno, B.S. 1999. Budidaya, Kegunaan dan Prospek Sengon. Penebar
Swadaya. Jakarta
Awang, S.A. et al. 2001. Gurat Hutan Rakyat di Kapur Selatan. Debut Press.
Jogyakarta.
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Pusat
Penelitan dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor
____________________. 2005. Petunjuk Teknis Analisis kimia tanah, tanaman,
Air, dan Pupuk.. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian. Bogor.
Biro Pusat Statistik. 2001. Kabupaten Bandung Dalam Angka.
Buckman, H.O., dan Brady, N. C. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara.
Jakarta.
Burhaman, Kayano, P., dan Cece, H. 1990. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta.
Braak.1928. di dalam Djaenudin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan
Suharta, N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan Suharta, N. 2000.
Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Bogor.
FAO. 1976. A Frame Work for Land Evaluation [Soil Buletin]. Food and
Agriculture Organization of the United Nations. Rome.Italy. Di dalam:
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan Suharta, N.
2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
____. 1983. Guidlines Land Evaluation for Rainfed Agriculture. Di dalam:
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan Suharta, N.
2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. 2004. Identifikasi Potensi Lahan
Untuk Pengembangan Pertanian (Agribisnis) Lahan Basah dan Lahan
Kering. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika
Pressindo. Jakarta.
38
39
Lampiran 1.
Uraian Satuan Kelas Lereng
No. Satuan Kelas Lereng
Klasifikasi Tanah
( USDA 1998 )
Drainase/Permeabilitas
Fisiografi / Landform
Bentuk Wilayah / Lereng
Makro
Tinggi Tempat (elevasi )
Bahan Induk Tanah
Penggunaan Lahan
: 1
:
: Typic Endoaquepts dan Vertic Endoaquepts
: Terhambat
: Dataran alluvial
: Datar
:03%
: 0-400 m dpl
: aluvium
: sawah irigasi teknis, kebun campuran, dan kebun karet
: 2
:
: Typic Paleudults dan Typic Rhodudults
: Drainase baik
: Dataran volkan tua
: Bergelombang
: 8 15 %
: 0-400 m dpl
: Batuan andesit
: perkebunan karet, tegal, kakao dan kebun campuran
: 3
:
: Vertic Endoaquepts dan Aeric Endoaquepts
: Terhambat
: dataran tektonik
: berombak
: 3 8 %
: 400-700 m dpl
: koluvium.
: sawah irigasi teknis dan sederhana
serta kebun campuran
: 4
:
: Typic Argiudolls dan Typic Dystrudepts
: Drainase baik
: Dataran volkan tua
: Bergelombang
: 8 15 %
: 400-700 m dpl
: tufacies dan andesit
: perkebunan karet dan kebun campuran,
sawah dan tegalan
40
: 5
:
: Typic Paleudults, Typic Dystrudepts
Drainase/Permeabilitas
Fisiografi / Landform
Bentuk Wilayah / Lereng
Makro
Tinggi Tempat (elevasi )
Bahan Induk Tanah
Penggunaan Lahan
: Drainase baik
: perbukitan volkan tua
: berbukit
: 15 25 %
: 400-700 m dpl
: tufacies dan andesit
: perkebunan karet, kebun campuran, kakao,
: 6
:
: Typic Hapludalfs dan Lithic Hapludolls
: Drainase baik
: perbukitan volkan tua
: berbukit
: > 45 %
: 400-700 m dpl
: tufacies breksi dan batu liat.
: hutan jati, kebun campuran, pinus dan tegalan.
: 7
:
: Typic Eutrudepts dan Lithic Hapludolls
: Drainase baik
: perbukitan tektonik
: berbukit
: 15-25 %
: 700-1000 m dpl
: batu liat dan batu gamping
: tegalan dan kebun campuran
: 8
:
: Lithic Hapludolls
: Drainase baik
: perbukitan tektonik kapur
: berbukit
: 15-25 %
: 700-1000 m dpl
: batu kapur/ marmer
: kebun campuran dan tegalan.
41
: 9
:
: Rock Out Crops dan Lithic Hapludolls
: Drainase baik
: perbukitan tektonik kapur
: berbukit
: >45 %
: 700-1000 m dpl
: batu kapur/ marmer
: kebun campuran, semak belukar dan tegalan.
42
Lampiran 2.
Data Analisis Kimia Tanah di Daerah Penelitian
No Satuan Kelas
Profil
Tekstur
Lereng
Pasir
Debu
pH
Liat
H2O
C-Org
KCL
Olsen
Bray-1
P2O5
P2O5
%
1
NH4-Acetat, pH 7
Ca
Mg
Ppm
18
79
5,7
5,1
2,23
II
19
78
5,4
4,8
2,15
51
KB
Na
Jml
KTK
Me/100gr
15
20
24
83
1,1
13
18
24
74
61
III
19
78
5,2
4,7
1,81
0,3
11
15
25
11
87
4,5
4,0
1,31
2,4
12
22
56
II
11
86
4,5
3,9
0,85
2,1
11
20
54
III
14
84
4,5
4,0
0,92
2,4
12
20
58
39
53
5,4
4,9
2,95
3,8
16
22
28
81
II
28
69
4,5
3,8
0,79
0,5
14
23
60
III
34
63
4,4
3,8
0,67
1,1
12
25
49
17
79
4,7
4,1
0,22
0,3
12
15
28
52
II
37
62
7,6
7,3
2,59
65
54
57
17
>100
III
33
65
7,7
7,3
2,23
42
56
60
17
>100
27
17
56
7,6
7,3
2,59
65
54
57
17
>100
II
31
22
47
7,7
7,3
2,23
42
56
60
17
>100
III
31
21
48
7,6
7,4
2,38
29
52
55
15
>100
10
33
57
6,2
4,9
0,86
12
37
24
61
53
>100
II
28
67
6,1
4,7
0,44
10
26
29
56
47
>100
III
33
65
5,8
4,4
0,48
13
24
26
50
46
>100
36
63
5,3
4,0
0,63
0,8
19
34
53
43
>100
II
33
66
5,4
4,1
0,88
0,3
17
32
49
32
>100
III
32
68
5,5
4,2
1,03
0,5
17
34
51
45
>100
15
80
5,6
5,2
2,05
23
17
21
26
83
15
80
5,6
5,2
2,05
23
17
21
26
83
43
Lampiran 3.
Persyaratan penggunaan lahan untuk Sengon (Paraserianthes falcataria)
Kelas Kesesuaian Lahan
Persyaratan Penggunaan/
Karakteristik Lahan
S1
S2
S3
20-28
18-20
28-30
16-18
30-38
<16
>38
1500-2000
900-1500
2000-2500
65-75
600-900
2500-3000
75-85
<600
>3000
>85
Baik sampai
agak baik
Agak cepat
Terhambat
cepat
Sangat terhambat
cepat
h, ah, s, ak
< 15
> 75
h, ah, s, ak
15-35
50-75
k
35-55
40-50
k
> 55
< 50
< 60
< 140
Saprik +
60-140
140-200
Saprik
Hemik +
140-200
200-400
Hemik
Fibrik +
> 200
> 400
Fibrik
> 16
> 50
5,8-7,0
< 35
> 5,5
>7,5
> 0,4
16
35-50
5,5 -5,8
7,0-7,5
0,4
<4
4-6
6-8
>8
>100
75-100
40-75
<40
<8
sr
8-16
r-rd
16-30
b
>30
Sb
FO
F1
F2
>F3
<5
<5
5-15
5-15
15-40
15-25
>40
>25
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Curah hujan (mm)
Lama bulan kering (bln)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Media Perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (cm)
Kedalaman tanah (cm)
Gambut:
Ketebalan (cm)
+ dengan sisipan/pengkayaan
kematangan
<65
Keterangan:
Tekstur h = halus ; ah = agak halus ; s = sedang ; ak = agak kasar
+ = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral
Bahaya erosi sr = sangat ringan ; r = ringan ; sd = sedang ; b = berat ; sb = sangat
berat
Sumber : Djaenudin et al. (2000)
44