Anda di halaman 1dari 45

1

Pertemuan VI
SCR,TRIAC,SSR AND H - BRIDGE

1.1. Dasar Teori


SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah sebuah dioda yang memiliki fungsi sebagai
kontroler. SCR terbuad dari gabung dari P dan N yang mana terdiri dari PNPN
( Positive Negative Positive Negative). SCR memiliki 3 Terminal, yaitu anoda,katoda,
dan gerbang terminal. Oleh karena itu, SCR juga dipanggil Trioda. Gerbang di gunakan
sebagai kontrler. Berikut symbol dan bentuk fisik dari SCR:

SSR (Solid State Relay)


SSR adalah komponen yang fungsinya mirip dengan Triac dan Relay. SSR
adalah sebuah pengalih electrical yang sering di gunakan pada tegangan tinggi
(AC) sirkuit, Namun kontrolernya menggunakan tegangan DC. Solid State Relay
terdiri dari 4 pins yang bias dibagi menjadi 2 grup; 2 input dan 2 output pin. Input
pin diberikan tegangan DC, yang mana output pin diberikan tegangan AC.

2
Skematik dan gambari dari objek nyata bias dilihat di Figure 6.2 dibawah .

TRIAC
Triac adalah persamaan dari 2 paralel SCR yang dikaitkan. Pada TRIAC,
arus bias mengalir kembali dan seterusnya tidak seperti SCR yang hanya mengalir
terus pada 1 arah. TRIAC Memiliki 3 terminal, dinamakan terminal 1 (MT1),
Terminal 2 (MT2) dan Gerbang. TRIAC Dibagi kedalam 2 type dari arus rendah
TRIAC yang bias terhubung

oleh arus kuat dari 1 ampere dan tegangan

maksimum dari beberapa raut volt dan Tegangan sedang TRIAC bias terhubung
sampai 40 ampere arus kekuatan dan memiliki tegangan maksimum sampai 1000
volts, maka itu SCR dan TRIAC umumnya digunakan pada tegangan tinggi
pengalih sirkuit. Berikut adalah symbol dan bentuk fisik dari TRIAC.

Fungsi dari SCR ( Silicon Controlled Rectifier) mirip dengan diodanya,


yang bertindak sebagai pengalih. Untuk menjadikan ini simple. SCR itu sama
seperti 2 transistor terhubung pada Reverse. SCR terdiri dari 3 pins, yang mana
itu Anoda, Katoda , Dan Gerbang. Anoda dan Katodan terhubung ketika kita
memberikan arus trigger ke gerbang. TRIAC adala SCR yang bekerja pada 2 arah
(AC) secara umum, caranya we membuat TRIAC mirip pada SCRnya.

H Bridge
Pada praktikum ini, akan menjelaskan aplikasi dari transistor sebagai
pengalih pada sirkuit H-Bridge. H- Bridge adalah sirkuit yang sering digunakan
untuk menyesuaikan pergerakan dari motor DC. H bridge serung digunakan
sebagai aplikasi robotic atau alat yang membutuhkan penggerak di industry.

Figure 6.4 menunjukan sirkuit basic dari H bridge.pada aplikasi ini, biasanya input masuk
ke kiri atas dan masuk ke kanan bawah, dan input nya masuk ke kanan atas dan kiri bawah.
Berikut adalah table input dari efek mereka.

1.2. Tujuan Praktikum


Belajar Karakteristik dari SCR,TRIAC, DAN SSR
Belajar aplikasi dari Transistor Bipolar
1.3. Peralatan
-

Oskiloskop

Kotak Eksperimen

Module Eksperimen 4 Electronic Devices

1.4. Prosedur Praktikum


1. SCR (Silicon Controlled Rectifier)

Table 6.1
Vp2
VG
IG
VRK
ILED

IT = ..

7
VT = .....
Tahan SCR Tertutup
1. Buat Potensio2 sampai LED nya menerang
2. Lalu buat Potensio2 ke posisi minimumnya (CCW).
3. Hitung VRK dan buat POTENSIO1, rendahkan VPS sampai benar sebelum LED mati, catat VRK
dan IRK pada table 6.2 (ulangi proses sampai sukses).
4. Cata VP2 , VRK dan IRK.
Tabel 6.2
VP2
IH = ..

VRK

IRK (mA)

Tabel 6.3
Potensiometer (Posisi)
Minimum
Maksimum

VC

VTriac

10
Tabel 6.4
POTENSIOMETER
MINIMUM
MAKSIMUM

Tabel 6.5
IN1

IN2

VOUT

11
1.5. Analisa

H-bridge adalah sebuah perangkat keras berupa rangkaian yang berfungsi


untuk menggerakkan motor. cara kerja rangkaian H-bridge (Jembatan H), sesuai
dengan namanya rangkaian ini memang terdiri dari 4 saklar yang dirangkai membentuk
huruf H. Perhatikan gambar 1.

12

Gambar 1. Rangkaian H-Bridge


Nah, fungsi utama dari rangkaian H-bridge itu adalah untuk mengubah arah arus listrik di
Motor (M). apakah mengalir dari kiri atau kanan. Perubahan arah arus tersebut digunakan
untuk mengubah putaran motor, searah jarum jam / clockwise (CW) atau berbalik arah
jarum jam/ counterclockwise (CCW).
Lalu caranya bagaimana? Coba kita perhatikan gambar 2.

Gambar 2. (a) Motor Berputar CW, (b) Motor Berputar CCW.


Pada Gambar 2 terdapat dua kondisi berbeda, (a) dan (b). Perhatikan saklar yang aktif.
Gambar (a) menunjukan saklar A dan D yang aktif, sehingga arus listrik dari VCC mengalir
dari arah kiri motor dan menyebabkan motor berputar CW. Sedangkan pada gambar (b)
saklar yang aktif adalah B dan C, sehingga arus listrik mengalir dari arah kanan motor dan
menyebabkan motor berputar sebaliknya (CCW).
Lalu bagaimana degan kombinasi saklar lain yang aktif? Mari kita perhatikan Gambar 3.

13

Gambar 3. Kondisi yang Dilarang pada Rangkaian H-Bridge.


Nah, jika kita mengkombinasikan saklar seperti pada Gambar 3, maka yang terjadi adalah
Hubungan Singkat, alias SHORT, alias Kebakaran (Kalo arus listriknya besar). Oleh sebab
itu kondisi sakalar pada Gambar 3 tidak diperkenankan.
Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan cara kerja dari rangkaian H-bridge dalam
sebuah tabel. Silakan perhatikan tabel berikut.

Nah di atas ada keterangan N/A itu artinya Not Applicable alias ga akan terjadi apa-apa.

14
Oh ya, rangkaian H-Bridge hanya berguna untuk motor DC. Untuk mengubah putaran
motor AC digunakan metode lain, yaitu dengan cara menukar fasa. (Tunggu saja
artikelnya).
Penggunaan rangkian H-bridge tidak sebatas saklar saja, tapi dapat diganti dengan
menggunakan saklar elektronik seperti transistor BJT/MOSFET
Motor arus bolak-balik (motor AC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus bolak-balik (listrik
AC) menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik berupa putaran daripada rotor. Motor listrik arus bolak-balik dapat
dibedakan atas beberapa jenis. Seperti pada motor DC pada motor AC, arus dilewatkan melalui kumparan,
menghasilkan torsi pada kumparan. Sejak saat itu bolak, motor akan berjalan lancar hanya pada frekuensi
gelombang sinus. Hal ini disebut motor sinkron. Lebih umum adalah motor induksi, di mana arus listrik induksi dalam
kumparan berputar daripada yang diberikan kepada mereka secara langsung. Salah satu kelemahan dari jenis motor
AC adalah arus tinggi yang harus mengalir melalui kontak berputar. Memicu dan pemanasan pada kontak-kontak
dapat menghabiskan energi dan memperpendek masa pakai motor. Dalam motor AC umum medan magnet yang
dihasilkan oleh elektromagnet didukung oleh tegangan AC sama dengan kumparan motor. Kumparan yang
menghasilkan medan magnet yang kadang-kadang disebut sebagai "stator", sedangkan kumparan dan inti padat
yang berputar disebut "dinamo". Dalam motor AC medan magnet sinusoidal bervariasi, seperti arus dalam kumparan
bervariasi.

Motor DC adalah jenis motor listrik yang bekerja menggunakan sumber tegangan DC. Motor DC atau
motor arus searah sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung dan tidak langsung/directunidirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang
tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas.

THYRISTOR
Konsep thyristor
Apabila 2 (dua) buah transistor NPN dan PNP
mempunyai karakteristik yang sama, maka kedua transistor tersebut
dikatakan complementary (komplemen). Misalnya, transistor-transistor
2N3904 (NPN) dan 2N3096 (PNP). Kedua transistor ini memiliki nilai-nilai ,
tegangan breakdown, arus nominal dan lain-lain yang sama. Karena itu,
keduanya dikatakan komplemen.
Gambar berikut menunjukkan suatu complementary latch, yaitu cara khusus
untuk menghubungkan transistor-transistor yang komplemen. Suatu
complementary latch dapat berada dalam keadaan menghantar atau tidak
menghantar. Dalam keadaan menghantar dia akan berfungsi sebagai saklar
tertutup dan akan tetap tertutup sampai ada suatu kekuatan dari luar untuk
membukanya. Dalam keadaan tidak menghantar dia akan berfungsi sebagai
suatu saklar terbuka dan akan tetap terbuka sampai ada kekuatan dari luar
menutupnya.

15

Untuk menjelaskan konsep suatu complementary latch, marilah kita ikuti


uraian berikut ini! Pada gambar di bawah ditunjukkan suatu susunan
(gambar a dan b) dan simbol (gambar c) dioda empat lapis (four layer
diode). Komponen ini diklasifikasikan sebagai dioda karena memiliki dua
terminal, yaitu anoda dan katoda. Karena dioda ini memiliki empat daerah,
maka sering disebut dioda PNPN.

Jika diperhatikan pada gambar b, tampak bahwa sebelah kiri merupakan


susunan transistor PNP dan sebelah kanan susunan transistor NPN. Karena
itu dioda empat lapis adalah sama dengan complementary latch.
Dioda empat lapis ini sering disebut dengan Thyristor.
Ciri utama thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan
semikonduktor silikon. Walaupun bahannya sama, namun struktur P-N
junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau
MOS. Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar (switch) daripada
sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang
ditunjukkan pada gambar (a) di atas. Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat
sebagai dua struktur junction PNP dan NPN yang tersambung di tengah

16
seperti pada gambar (b) di atas. Ini tidak lain adalah dua buah transistor PNP
dan NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor dan base. Jika
divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur thyristor ini
dapat diperlihatkan seperti pada gambar berikut.

Terlihat di sini kolektor transistor Q1 tersambung pada base transistor Q2


dan sebaliknya kolektor transistor Q2 tersambung pada base transistor Q1.
Rangkaian transistor yang demikian menunjuk-kan adanya loop penguatan
arus di bagian tengah. Seperti yang kita ketahui bahwa IC = . IB, atau arus
kolektor adalah penguatan dari arus base.
Jika, misalnya, ada arus sebesar IB yang mengalir pada base transistor Q2,
maka akan ada arus IB yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini
merupakan arus base IB pada transistor Q1, sehingga akan muncul
penguatan pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 tidak
lain adalah arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga
makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil
dan hilang yang tertinggal hanyalah lapisan P dan N di bagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur ini merupakan struktur dioda PN
(anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, thyristor
disebut dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju
katoda seperti layaknya sebuah dioda.
Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan diberi
suplai tegangan dari nol sampai tegangan tertentu seperti pada gambar di
bawah? Apa yang terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikkan dari nol? Ya,
betul. Tentu saja lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang ada di
tengah akan mendapatkan reverse-bias (teori dioda). Pada saat ini thyristor

17
disebut dalam keadaan OFF karena tidak ada arus yang bisa mengalir atau
sangat kecil sekali. Arus tidak dapat mengalir sampai pada suatu tegangan
reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan NP ini jenuh dan
hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown. Pada saat itu arus mulai
dapat mengalir melewati thyristor sebagaimana dioda umumnya. Tegangan
ini disebut tegangan breakover (Vbo).

Garis putus-putus menunjukkan peralihan antara daerah cutt-off dan jenuh.


Dibuat putus-putus untuk menujukkan bahwa thyristor berubah secara cepat
antara keadaan ON dan OFF.
Pada saat dalam kondisi OFF, arus sama dengan nol. Apabila tegangan
dioda melebihi Vbo, maka breakover beralih sepanjang garis putus-putus
menuju ke daerah jenuh. Dioda akan beroperasi pada garis sebelah atas.
Selama arus yang melalui lebih besar dari arus genggam (holding current) Ih,
dioda akan terkunci pada kondisi ON. Sebaliknya bila arus yang melewati
dioda lebih kecil dari Ih, maka dioda akan putus (OFF).
Contoh soal:
Sebuah rangkaian seperti di bawah dengan spesifikasi dioda dari datasheet
memiliki tegangan breakover sebesar 10 V. Apabila tegangan masukan naik
menjadi 15 V, berapa arus dioda?
Penyelesaian:
Karena tegangan masukan 15 V lebih besar dari Vbe yang besarnya 10V,
dioda breakover. Secara ideal dioda akan seperti saklar tertutup, sehingga
arusnya:

18

Beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT (programmable


uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor), GTO (gate turn off
switch), dan photo SCR. Namun, pada kesempatan ini, yang akan
dikemukakan hanya komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan
sebutan SCR (silicon controlled rectifier), TRIAC dan DIAC.

SCR (Silicon Controlled Rectifier)


Telah dibahas, bahwa untuk membuat thyristor menjadi ON kita harus
memberi arus trigger lapisan P yang dekat dengan katoda. Caranya dengan
membuat kaki gate pada thyristor PNPN seperti pada gambar di bawah.
Karena letaknya yang dekat dengan katoda, pin gate ini bisa juga disebut pin
gate katoda (cathode gate). Beginilah SCR dibuat dan simbol SCR
digambarkan seperti ilustrasi di bawah. SCR dalam banyak literatur disebut
Thyristor saja.
Susunan SCR hampir sama dengan susunan dioda empat lapis, hanya saja
pada SCR terdapat tambahan satu terminal keluar pada basis transistor PNP
yang disebut Gate.

19

Karakteristik Kurva SCR


Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini ditrigger atau
dipicu menjadi ON, yaitu dengan memberi arus gate. Ternyata dengan
memberi arus gate Ig yang semakin besar dapat menurunkan tegangan
breakover (Vbo) sebuah SCR. Tegangan ini merupakan tegangan minimum
yang diperlukan SCR untuk menjadi ON. Sampai pada suatu besar arus gate
tertentu, ternyata akan sangat mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan
dengan tegangan forward yang kecil sekalipun. Misalnya 1 volt saja atau
lebih kecil lagi. Kurva tegangan dan arus dari sebuah SCR dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

20

Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward
SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus Ig
yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada
gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan hubungannya dengan tegangan
breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan
notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ditunjukkan juga arus Ih, yaitu
arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi, agar SCR tetap ON,
arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas parameter ini.
Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON.
Pada kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan
ON, walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya
cara untuk membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anodakatoda turun di bawah arus Ih (holding current). Pada gambar kurva SCR, jika
arus forward berada di bawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan OFF.
Berapa besar arus holding ini? Umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF dengan menurunkan tegangan anodakatoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor pada umumnya tidak
cocok digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan
untuk aplikasi tegangan AC, karena SCR bisa OFF pada saat gelombang

21
tegangan AC berada di titik nol.
Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah
tegangan trigger pada gate yang menyebabkan SCR ON. Kalau dilihat dari
model thyristor pada gambar, tegangan ini adalah tegangan Vbe pada
transistor Q2. VGT seperti halnya Vsub>be, besarnya kira-kira 0.7 volt
(bahan silikon). Seperti contoh rangkaian gambar berikut ini sebuah SCR
diketahui memiliki IGT = 10 mA dan VGT = 0.7 volt. Maka dapat dihitung
tegangan VIN yang diperlukan agar SCR ini ON, yaitu sebesar:

Untuk memudahkan pemahaman prinsip SCR, berikut terminologi parameter


SCR.
Ig = Gate Current (arus gate)'
Ih = Holding Current (arus genggam)'
Vbo= Breakover Voltage (tegangan breakover)'
VGT= Gate Trigger Voltageikut (tegangan pemicuan gate)'
IGT = Gate Trigger Current (arus pemicuan gate)'
Sudut Penyulutan (Firing Angle) SCR
Telah dikemukakan di awal bahwa SCR atau thyristor pada umumnya tidak
cocok digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan
untuk aplikasi-aplikasi tegangan AC, karena SCR bisa OFF pada saat
gelombang tegangan AC berada di titik nol.

22
Sudut penyulutan adalah sudut yang diperlukan agar SCR tersulut, artinya
ketika SCR diaplikasikan dengan tegangan AC. Untuk membuat ON, SCR
harus disulut dengan sudut tertentu. Sudut ini disebut dengan sudut
penyulutan (firing angle).
Beberapa aplikasi menggunakan pengendali sudut fasa untuk mendapatkan
sudut penyulutan yang tepat agar SCR ON. Berikut adalah contoh aplikasi
pengendalian sudut SCR.

Pada rangkaian tersebut, variabel resistor R1 dan kapasitor C menggeser


sudut fasa sinyal gate. Saat R1 = 0 , tegangan gate (VGT) memiliki fase
yang sama dengan tegangan catu dan SCR hanya berfungsi sebagai
penyearah setengah gelombang, R2 membatasi arus (IGT) pada batas yang
aman.
Pada saat R1 naik, tegangan gate akan tertinggal dibanding tegangan catu
dengan sudut antara 0 sampai 90 derajat.
Sebelum tegangan gate mencapai titik pemicuan, SCR tidak aktif dan arus
beban sama dengan nol. Pada titik pemicuan, tegangan kapasitor cukup
besar untuk memicu SCR. Saat ini terjadi hampir seluruh tegangan catu
diberikan pada beban dan arus beban menjadi tinggi. Secara ideal, SCR akan
tetap ON atau terkunci sampai polaritas tegangan catu terbalik.
Bagian yang diarsir menunjukkan sudut penghantaran atau saat SCR sedang
ON. Karena R1 tidak tetap, sudut fase tegangan dapat diubah. Hal ini akan

23
memungkinkan kita untuk mengatur bagian yang diarsir pada tegangan
catu. Artinya, kita dapat mengatur arus rata-rata yang melalui beban dan
sangat berguna untuk, misalnya, mengubah kecepatan motor, terangnya
lampu, atau temperatur pemanas.
Pada rangkaian pengendali fase RC seperti rangkaian di atas, jangkauan arus
yang dapat dibatasi karena sudut fase hanya bervariasi dari 00 sampai 900,
yang berarti sudut penghantaran berubah dari 1800 ke 900. Tetapi beberapa
rangkaian, kita dapat mengubah sudut fase dari 00 sampai 1800, yang
memungkinkan kita untuk mengubah arus rata-rata dari nol sampai
maksimum.

TRIAC
Boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang uni-directional (satu arah), karena
ketika ON hanya bisa melewatkan arus satu arah saja, yaitu dari anoda
menuju katoda. Struktur TRIAC sebenarnya sama dengan dua buah SCR yang
arahnya bolak-balik dan kedua gate-nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan
pada gambar di bawah. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-directional (dua
arah).

TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat

24
melewatkan arus dua arah. Kurva karakteristik dari TRIAC seperti tampak
pada gambar berikut ini.

Pada data sheet akan lebih rinci diberikan besar parameter-parameter


seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya.
Umumnya besar parameter ini simetris antara yang plus dan yang minus.
Dalam perhitungan desain, bisa dianggap parameter ini simetris sehingga
lebih mudah dihitung.
Sudut Penyulutan (Firing Angle) TRIAC
Rangkaian di bawah menunjukkan rangkaian RC yang memberikan variasi
sudut fase penyulutan gerbang TRIAC. Rangkaian ini dapat mengatur arus
melalui sebuah beban yang besar.

25

Ilustrasi berikut menunjukkan tegangan catu dan tegangan gate yang


tertinggal. Saat tegangan kapasitor cukup besar untuk mencatu arus trigger,
TRIAC akan menghantar. Sekali menghantar, TRIAC akan terus menghantar
sampai tegangan catu kembali ke nol.

DIAC
Kalau dilihat strukturnya seperti gambar di bawah, DIAC bukanlah termasuk
keluarga thyristor, namun prinsip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai
thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N
pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat
menyeberang menembus lapisan ini. Pada DIAC, lapisan N dibuat cukup
tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC
yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP,
sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda.

26
Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk tujuan
ini. Hanya dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat
menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari
anoda menuju katoda dan sebaliknya. Kurva karakteristik DIAC sama seperti
TRIAC, tetapi yang hanya perlu diketahui adalah berapa tegangan
breakdown-nya.
Simbol DIAC seperti tampak pada gambar. DIAC umumnya dipakai sebagai
pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi.
Contohnya adalah aplikasi dimmer lampu yang berikut pada gambar di
bawah.

Jika diketahui IGT dari TRIAC pada rangkaian di atas 10 mA dan VGT = 0.7
volt. Lalu diketahui juga yang digunakan adalah sebuah DIAC dengan Vbo =
20 V, maka dapat dihitung TRIAC akan ON pada tegangan:
V = IGT(R)+Vbo+VGT = 120.7 V
Pada rangkaian dimmer, resistor R biasanya diganti dengan rangkaian seri

27
resistor dan potensiometer. Di sini kapasitor C bersama rangkaian R
digunakan untuk menggeser phasa tegangan VAC. Lampu dapat diatur
menyala redup dan terang, tergantung pada saat kapan TRIAC di picu.
Aplikasi Thyristor
Berikut adalah salah satu contoh aplikasi thyristor digunakan sebagai alarm.

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil)
dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik
untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat
menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang
menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi
sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.
1. - SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah komponen dengan tiga pemicu

yaitu: Anoda(A), Katoda(K) dan Gate(G). SCR atau Tyristor masih termasuk
keluarga semikonduktor dengan karateristik yang serupa dengan tabung
thiratron. Bagian-bagiannya diterangkan sebagai berikut :

28
SCR dirancang untuk menyebababkan aliran yang rata dari anoda ke katoda.
SCR dibangun dari empat lapisan P dan N yang saling berhubungan sebagai
berikut:

- Triac adalah tyristor dengan tiga pemicu ,yang mengatur arus ke dua arah.Ini
sejenis dengan dua komponen SCR dihubungkan secara pararel dan dalam
hubungan dengan inverter. setara dengan dua SCR yang dihubungkan parallel.
Dan dijelaskan sebagai berikut:

Triac dibangun dari 5 lapisan NPNPN


- Diac adalah trysitor yang hanya punya dua kaki. DIAC bukanlah termasuk

29
keluarga thyristor, namun prisip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai
thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N
pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat
menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat
cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC
yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP,
sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda.Adapun
gambar dari struktur dan symbol DIAC sebagai berikut :

2. - Pada SCR

Struktur

: Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan
gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari
empat buah lapis dioda.Adapun gambar dari struktur SCR sebagai
berikut :

30

Karateristik : Adapun karateristik dari SCR yaitu dapat dijelaskan dengan kurva IV SCR berikut ini :

Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward
SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus
Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada
gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya terhadap tegangan
breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan
notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga arus Ih

31
yaitu arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR
tetap ON maka arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di
atas parameter ini.
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan
mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah
thyristor yang uni directional,karena ketika terkonduksi hanya bisa
melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya,
SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan
katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah
sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.

Cara Kerja : Pada prinsipnya SCR dapat menghantarkan arus bila diberikan arus
gerbang (arus kemudi).Arus gerbang ini hanya diberikan sekejap
saja sudah cukup dan thyristor akan terus menghantarwalaupun arus
gerbang sudah tidak ada. SCR tidak akan menghantar atau on,
meskipun

diberikan

tegangan

maju

sampai

pada

tegangan

breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar


jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan
tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir
pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).
o Pada TRIAC
Struktur :

TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak


digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut
thyristor bi directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang
dihubungkan secara paralel berkebalikan dengan terminal gate
bersama. Adapun gambar dari struktur TRIAC sebagai berikut :

32

Karateristik : Adapun karateristik dari SCR yaitu dapat dijelaskan dengan gambar
berikut ini :

Terdapat parameter-parameter seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT,
Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya besar parameter ini simetris
antara yang plus dan yang minus. TRIAC hanya akan aktif ketika
polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan gatenya

diberi

polaritas positif, begitu

juga

sebaliknya.

Setelah

terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang


mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH)
walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka

33
(meng-off-kan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah
arus IH.
Cara Kerja : TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga
dapat melewatkan arus dua arah.Berbeda dengan SCR yang hanya
melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi TRIAC
dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta
dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada
Gate. TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan
pensaklaran.
o Pada DIAC
Struktur

: DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N


pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah
dapat menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC,
lapisan N di buat cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk
menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat juga dipandang
sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa
literatur DIAC digolongkan sebagai dioda. Adapun gambar dari
struktur DIAC sebagai berikut :

34
Karateristik : Adapun karateristik dari

DIAC yaitu dapat dijelaskan dengan

gambar berikut ini :

Untuk mengetahui karateristik dari DIAC yang hanya perlu diketahui


adalah berapa tegangan breakdown-nya. Hanya dengan tegangan
breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus
yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju
katoda dan sebaliknya.Karena DIAC sendiri termasuk sukar dilewati
oleh arus dua arah.
Cara Kerja : Pada prinsipnya diac akan menahan arus kearah dua belah fihak,
tetapi setelah tegangan melampaui suatu harga tertentu, ia akan
menghantar secara penuh.
3. - Fungsi dan karateristik dari SCR yaitu sebuah SCR terdiri dari tiga

terminal yaitu

anoda, katoda, dan gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari
empat buah lapis dioda. SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih
efisien dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar elektronik.
SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi karena SCR
dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari
SCR tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju

35
sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan
menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan
positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus
yang penahan (IH).
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan mengurangi arus
Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah thyristor yang uni directional,karena
ketika terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju
katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan
katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah sumber AC,
proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.

o Fungsi dan karateristik dari TRIAC

yaitu TRIAC tersusun dari lima buah lapis

semikonduktor yang banyak digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga
disebut thyristor bi directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang dihubungkan
secara paralel berkebalikan dengan terminal gate bersama. Berbeda dengan SCR yang
hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi TRIAC dapat dipicu
dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat dihidupkan dengan
menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate. TRIAC banyak digunakan pada rangkaian
pengedali dan pensaklaran. TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih
positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga
sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang
mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate
dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan
mengurangi arus IT di bawah arus IH.

- Fungsi dan karateristik dari DIAC yaitu dapat dijelaskan dengan gambar
berikut ini:

36

Gambar 4.11

Ketika tegangan dari diac bergerak dari tegangan V B,diac break-over dan berperan
sebagai diode penghubung.Peranan ini sama pada kedua arah. Menambahkan
diac pada gerbang triac meningkatkan substansi tegangan penghidupan dari triac
dan dengan demikian didapatkan tenaga yang lebih dalam pengontrolan dalam
tegangan tinggi.
4.

Penggunaan OSILATOR SCR


Osilator

ralaksasi

utamanya

digunakan

sebagai

pembangkit

gelombang

sinusosidal. Gelombang gigi gergaji, gelombang kotak dan variasi bentuk gelombang tak
beraturan termasuk dalam kelas ini. Pada dasarnya pada osilator ini tergantung pada
proses pengosongan-pengisian jaringan kapasitor-resistor. Perubahan tegangan pada
jaringan digunakan untuk mengubah-ubah konduksi piranti elektronik. Untuk pengontrol,
pada osilator dapat digunakan transistor, UJT (uni junction transistors) atau IC (integrated
circuit).
5.

Keuntungan penggunaan SCR pada pengaturan daya adalah SCR dapat mengontrol
tegangan tinggi sehingga SCR dapat melewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt
tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on,
meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut
dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang

37
berupa arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir
pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).
- Keuntungan penggunaan TRIAC pada pengaturan daya adalah TRIAC dapat dipicu
dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat dihidupkan dengan
menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate sehingga TRIAC banyak digunakan pada
rangkaian pengedali dan pensaklaran. TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada
Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu
juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang
mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate
dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah dengan
mengurangi arus IT di bawah arus IH.

6.

Aplikasi SCR
Sebagai rangkaian Saklar (switch control)
Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi
Pengatur motor
Pemanas
AC
Pemanas induksi
Aplikasi TRIAC

Sebagai rangkaian pengaturan daya (power control)

Aplikasi DIAC

38
Sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi.
Aplikasi dimmer lampu
7. Menurut data dan analisis yang dibuat apabila hambatan pada masing masing rangkaian
diatas dikurangi,maka besar tegangan pada masing-masing rangkaian pun juga akan
berkurang baik itu pada rangkaian SCR,SCR dengan Diode,TRIAC,TRIAC DIAC,karena
menurut Hukum Ohm yaitu tegangan sebanding dengan hasil kali antara arus dengan
hambatan, dapat dirumuskan sebagai berikut :
V=IxR
Misal kita ambil contoh yaitu percobaan SCR di mana digunakan resistor sebesar 2,2 K
dan 820

dalam keadaan parallel maka R ekuivalennya adalah

1
+
2,2

1
0,82

0,82 2,2
1
=
= 0,597 dengan IGT = 15 mA =
0,82 x 2,2
1,674

15x10-3 A, VGT = 0,75 v, maka V in = IGT (R) + VGT = 15x10-3 A (0,597) + 0,75 = 0,76 volt.
Sangat jauh berbeda hasilnya apabila menggunakan hambatan seperti hasil perhitungan
hambatan pada rangkaian SCR,di mana Nilai Resistor =

Vin VGt
220 0,75
=
x 103 =
IGt
15

14,6 X 103 = 14,6 K terlihat


bahwa nilai Vin menjadi lebih besar yaitu 220 v.
8. Karena pada DIAC terdapat tegangan BreakOver (Vbo),walaupun pada SCR dan TRIAC
juga terdapat tegangan BreakOver ini, akan tetapi pada DIAC tegangan breakOver ini
sangat penting. Hanya dengan tegangan breakover tertentu barulah DIAC dapat
menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju
katoda dan sebaliknya.Maka dari itu terdapat satu variable tegangan lagi yang harus
ditambahkan pada rumus untuk mencari tegangan pada SCR maupun TRIAC yaitu
V in = IGT (R) + VGT

39
Menjadi
V in = IGT (R) + VGT + Vbo
Penambahan variabel ini tentu saja menambah nilai tegangan Vin sehingga apabila DIAC
dipsang dalam rangkaian nyala lampu pada saat potensio diputar bisa lebih terang dan lebih
redup.Selain itu pengaruh pemasangan Resistor dalam rangkaian juga sangat besar,
karena resistor ini menggeser phasa tegangan VAC sehingga lampu bisa lebih terang dan
lebih redup.
9. Hubungan antara konstanta waktu jaringan RC pada Gate dan besarnya sudut tunda
penyalaan

a) Pada percobaan SCR (Silicon Controlled Rectifier ) dapat disimpulkan bahwa


hasil pengukuran pada SCR memiliki persentase kesalahan relatif yang cukup
besar pada Katoda/Gate (Tegangan Katoda/Gate tegangannya mendekati 0
dikarenakan pada saat itu SCR dikatakan dalam keadaan OFF, di mana
sebelumnya SCR telah ON dengan besar tegangan di Anoda/Katoda dan
Anoda/Gate) dan Resistor saat lampu keadaan terang.
b) Pada percobaan SCR (Silicon Controlled Rectifier ) dengan diode dapat disimpulkan
bahwa hasil pengukuran pada SCR dengan diode memiliki persentase kesalahan relatif
yang lebih besar dibandingkan dengan SCR tanpa diode, yaitu pada Katoda/Gate dan
Resistor.
c) Pada percobaan TRIAC dapat disimpulkan bahwa

hasil pengukuran pada TRIAC

memiliki persentase kesalahan relatif yang lebih besar dibandingkan dengan SCR dan
SCR dengan diode, yaitu pada saat kondisi lampu dalam keadaan terang.

d) Pada percobaan TRIAC dan DIAC dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran
memiliki persentase kesalahan relatif sangat besar dibandingkan dengan SCR,
SCR dengan diode, dan TRIAC. .

40
9. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari masing-masing percobaan yaitu sebagai
berikut:
a. Percobaan SCR

Besar tegangan dari Anoda Ke Katoda serta anoda ke gate paling besar nilainya pada
saat lampu mati.

Terdapat tegangan yang menyebakan sambungan NP pada SCR jenuh dan hilang
yaitu tegangan breakdown .Di mana tegangan breakdown ini menyebabkan nilai
tegangan dari anoda ke katoda dan dari anoda ke gate semakin kecil dari Lampu yang
dalam keadaan mati sampai dalam keadaan terang.
b. Percobaan SCR dengan Diode

Besar tegangan dari Anoda Ke Katoda serta anoda ke gate paling besar nilainya pada
saat lampu mati.

Terdapat tegangan yang menyebakan sambungan NP pada SCR jenuh dan hilang
yaitu tegangan breakdown atau tegangan reverse-bias nilai tegangan menjadi
berkurang bila dibandingkan dengan nilai tegangan pada percobaan lainnya yang
merupakan karateristik dari Diode.
c. Percobaan DIAC

Diac merupakan komponen yang paling sederhana dari keluarga thyristor, semi
konduktor yang terdiri dari tiga lapisan seperti pada transistor pnp. Diac adalah trysitor
yang hanya punya dua kaki. Ini dirancang (di posisi ke yang lain) untuk dihidupkan
oleh tegangan yang lebih besar dari VB nya. Tegangan VB sangatlah kecil.Ada
perbedaan diac dengan VB tegangan berkisar antara +- 10 V sampai 15 V.
d. Percobaan TRIAC dengan DIAC

Besar tegangan dari Anoda Ke Katoda serta anoda ke gate paling besar nilainya pada
saat lampu mati.

Pada DIAC terdapat tegangan breakover (Vbo). Hanya dengan tegangan breakover
tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus, sehingga pada percobaan TRIAC

41
dan DIAC ini nilai Tegangan dari Anoda ke Katoda dan dari Anoda ke Gate lebih besar
bila dibandingkan dengan Percobaan dengan TRIAC saja.

*Multisim

42

43

44

45

Kesimpulan
Dari data hasil percobaan dan analisa hasil percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.

SCR hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Arus yang mengalir hanya dari
anoda ke katoda atau dari anoda ke gate sehingga besar tegangan dari anoda ke
gate atau dari anoda ke katoda lebih besar dibandingkan dengan katoda ke gate,
resistor ataupun pengukuran pada beban.

Pada percobaan SCR dengan dioda nilai tegangan menjadi berkurang karena
pengaruh dari karakteristik dioda yaitu yang mempunyai tegangan reverse bias
tertentu yang menyebabkan sambungan NP pada SCR jenuh dan hilang serta
membuat nilai tegangan menjadi berkurang.

3.

TRIAC dapat mengalirkan arus dalam dua arah sehingga nilai tegangan dari
katoda ke gate pada percobaan TRIAC lebih besar bila dibandingkan dengan
percobaan SCR.

4.

DIAC berfungsi sebagai pemicu TRIAC sehingga pada pecobaan TRIAC dan DIAC
nilai tegangan secara keseluruhan lebih besar bila dibandingkan dengan
percobaan TRIAC saja.

Anda mungkin juga menyukai