Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara yang tingkat pertumbuhan jumlah

penduduk sangat tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016 mencapai 255 juta jiwa. Namun
sayangnya, pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat tersebut tidak dibarengi
dengan pertumbuhan karakter generasi penerus bangsa ke arah yang lebih baik.
Hal tersebut terbukti dengan mirisnya karakter anak dibawah umur saat ini seperti
tingginya tingkat individualisme, munculnya sikap acuh tak acuh, rendahnya etika
sopan santun, hingga rendahnya kesadaran melakukan kegiatan beragama.
Perkembangan teknologi dan pengaruh dari kebudayaan asing yang tidak
diseleksi menjadi salah satu penyebab semakin buruknya kepribadian anak-anak
saat ini. Sehingga pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting dalam
mengontrol perkembangan karakter anak. Menurut John W. Santrock (2002),
pendidikan karakter merupakan pendekatan langsung untuk pendidikan moral
dengan memberi pelajaran kepada peserta didik tentang pengetahuan moral dasar
untuk mencegah mereka melakukan prilaku yang tidak bermoral atau
membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Permasalahan karakter anak-anak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
juga dirasakan oleh salah satu Sekolah Dasar di Kabupaten Malang. Nama
sekolah tersebut adalah Sekolah Dasar Negeri Sepanjang V. Pernyataan ini
diperkuat dengan pengakuan salah satu guru pengajar di sekolah tersebut, Ibu
Dewi Muntamah. Inti permasalahan di SDN Sepanjang V saat ini yaitu masalah
ketimpangan kemampuan dalam memahami pelajaran di sekolah. Sama seperti
anak zaman sekarang pada umumnya, yang pintar dan menonjol di kelas
cenderung bersifat individualisme. Apalagi jika anak tersebut mendapat perlakuan
khusus dari guru karena kepintarannya. Secara tidak langsung, hal ini membuat
anak-anak yang memiliki keterbatasan kemampuan memahami pelajaran di
sekolah, menjadi bersikap semakin malas karena tidak mendapatkan hak yang
sama dalam pembelajaran di kelas.
Fenomena permasalahan karakter anak tersebut menyadarkan bahwa
sebenarnya karakter ideal anak SD harus berorientasi pada produktivitas yang

tinggi. Produktivitas yang tinggi dapat diterapkan melalui 3E yaitu, Efektif,


Efisien, dan Etika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektif adalah
sekumpulan nilai-nilai yang berkaitan dengan akhlak; nilai mengenai benar atau
salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut masyarakat. Sementara efisien
menurut KBBI yaitu kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat.
Karakter efisien yang diterapkan dalam program ini berkaca dengan karakter
efisien yang dimiliki seorang wirausaha. Seorang wirausaha harus mampu
menggunakan kemampuan yang dimiliki seefisien mungkin untuk menghasilkan
output yang optimum. Begitu pula seharusnya dengan anak-anak yang harus
memaksimalkan bakatnya untuk mampu menjalankan tugas dengan baik dan
tepat. Sedangkan etika menurut KBBI yaitu ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Sehingga diperlunya
kesatuan prinsip 3E yang diterapkan dalam suatu program diharapkan mampu
mengkontrol langsung aktivitas siswa SD. Pelatihan ini diberikan kepada anak SD
agar membuat anak terbiasa untuk melakukan kegiatan sesuai dengan prinsip 3E,
sehingga ketika telah memasuki usia produktif karakter 3E tertanam lekat dalam
kepribadian mereka.
Oleh karena itu penulis memiliki gagasan berupa program yang
dintergrasikan dengan prinsip efektif, efisien, dan etika. Program tersebut adalah
One Day One Change (ODOC) sebagai pembentukan generasi 3E terhadap anak
SD khususnya SDN Sepanjang V Kabupaten Malang. Program ini dilengkapi
dengan kartu kendali yang akan memantau setiap aktivitas anak sesuai dengan
prinsip 3E yang kegiatannya telah terjabarkan didalam kartu kendali.

Anda mungkin juga menyukai