Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Dasar Teori

II.1.1 Air Industri


Berbagai jenis operasi di industri membutuhkan air yang disebut air industri. Air
industri ini meliputi: air proses, air umpan boiler, air pendingin (cooling water), air sanitasi
dan air limbah. Kelima jenis air ini memerlukan tingkat pengolahan yang berbeda dan secara
umum tingkat pengolahan air industri, akan tergantung pada sumber air darimana air baku
diambil dan juga maksud penggunaan terhadap air hasil olahan tersebut. Pada prinsipnya,
pengolahan air bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi zat yang terkandung dalam
air yang berada dalam bentuk terlarut (ion), bentuk tersuspensi ataupun bentuk koloid hingga
dicapai

kualitas

air

yang

memenuhi

dengan persyaratan

sesuai

dengan

maksud

penggunaannya (Zulkarnain, 2009).


Di dunia industri pun sebagian besar bahan yang dibutuhkan adalah air. Air sangat vital
dibutuhkan karena sifat dan karakteristik dari air yang sangat menunjang untuk proses kimia.
Air industri terbagi menjadi beberapa macam:
a. Air boiler, air dalam bentuk steam yang didapatkan dengan memanaskan air di heater.
Biasanya digunakan untuk penggerak turbin sebagai pembangkit listrik, pemanas pada
HE.
b. Air pendingin, air yang didapatkan dengan jalan memberi aliran angin
c. Menggunakan blower atau kipas sehingga air melepas panas. Biasanya digunakan
untuk pendingin HE, condenser.
d. Air proses, air dari utilitas yang sudah di treatment bebas mineral pengotor dan pH
netral sehingga bisa digunakan untuk melarutkan atau mengencerkan zat dalam proses
reaksi kimia.
e. Air sanitasi, air untuk kebutuhan kebersihan di lingkungan industri.
f. Air limbah, air sisa proses produksi yang membutuhkan treatment yang baik agar bisa
dibuang ke lingkungan dengan aman.
(Zulkarnain, 2009).

II-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1.2 Air Pengisi Boiler
Boiler adalah pesawat yang berfungsi untuk menghasilkan uap. Dengan kata lain adalah
boiler merupakan bagian dari pesawat uap. Uap yang dihasilkan dari boiler masih bersifat
jenuh atau Saturated Steam (Luffy, 2012).
Air umpan ketel yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan masalah seperti
terjadinya kerak (scale), korosi, dan busa. Kerak dapat terjadi akibat presipitasi padatan
dalam air lalu melekat di permukaan dinding ketel. Ini berakibat pada pemanasan lanjut lokal
(local overheating) sehingga fungsi logam ketel sebagai konduktor berkurang atau bahkan
gagal. Beberapa kerak yang sering terbentuk antara lain: kalsium karbonat (kalsit), kalsium
sulfat, magnesium hidroksida, besi oksida, kalsium silikat, dan magnesium silikat.
Terjadi korosi disebabkan oleh pH airnya terlampau rendah, ada gas oksigen di dalam
air, karbondioksida, klor, hidrogen sulfida, dll. Juga adanya garam-garam dan zat padat
tersuspensi. Oksigen di dalam air, apalagi didukung oleh pH yang rendah justru dapat
menambah proses korosi sehingga logam berubah menjadi bentuk bijih logam dalam proses
elektrokimia yang kompleks. Secara umum reaksi korosi bisa ditulis sebagai berikut:
Fe + 2H2O Fe(OH)2 + H2

(2.1)

Jika diperhatikan dengan seksama, tampak tanda panahnya bermata dua sehingga
reaksi ini dinamai reaksi kesetimbangan. Pada suatu saat reaksi tersebut akan berhenti
karena mencapai titik setimbang sehingga proses korosi pun berhenti. (Sesungguhnya
reaksinya tidak pernah berhenti, tetapi terus berlanjut. Hanya saja, konsentrasi ekivalennya
tidak berubah, atau konsentrasi yang bereaksi setara dengan yang terbentuk). Namun
demikian, kehadiran gas oksigen di dalam air dan rendahnya pH menyebabkan gangguan
pada reaksi kesetimbangan lalu bergeser ke kanan. Pergeseran ini lantas terus melanjutkan
proses korosi pada permukaan ketel. Akibat oksigen dan pH air yang rendah ialah:
Fe(OH)2 + O2 + 2H2O Fe(OH)3
2H2 + O2 2H2O
Fe(OH)2 + 2H+ Fe2+ + 2H2O

(2.2)
(2.3)
(2.4)

Berkaitan dengan penyisihan gas, banyak ragam caranya. Karbondioksida misalnya,


bisa dihilangkan dengan cara aerasi (open aerator, degasifier). Adapun oksigen biasanya

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


dihilangkan dengan deaerator, heater deaerator untuk umpan ketel, penambahan sodium
sulfit atau hydrazine. Gas lainnya seperti H2S, NH3, CH4 bisa dihilangkan dengan aerasi
(Widodo, 2009).

Berikut adalah beberapa masalah yang terdapat dalam air yang dipakai dalam industri :
1. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen [H +] di dalam air. Besarannya
dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H +. pH sangat penting sebagai
parameter kualitas air karena pH mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di
dalam air. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa atau
alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas
7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkali). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.
2. Alkalinitas
Ukuran jumlah ion bikarbonat, karbonat dan karbondioksida dalam air. Pengukurannya
menggunakan cara titrasi volumetri menggunakan asam kuat (asam klorida atau asam sulfat)
dengan indicator asam-basa.
Dikenal dua macam alkalinitas, yaitu :
a. Alkalinitas phenolptalein (TAP)
b. Alkalinitas methyl orange (TAM)
Air untuk umpan boiler biasanya berasal dari air sungai, air laut, air sumur, air hujan atau air
yang telah diproses seperti air minum dan air industri. Karena sifat pelarutannya yang baik,
maka air pada umunya mengandung zat padat terlarut, gas, dan zat padat tersuspensi. Apabila
airair tersebut di atas digunakan untuk umpan boiler, maka beberapa problema seperti
terjadinya kerak, korosi, dan carry over akan muncul di boiler dan peralatan lain yang terkait.
3. Kesadahan
Kesadahan merupakan jumlahan semua kationkation polyvalen (mg/l CaCO 3). Di lapangan
merupakan jumlah ion ion Kalsium, dan ion ion magnesium, merupakan kationkation
dominan dalam air. Kesadahan dalam air dapat disebabkan oleh ion-ion Ca 2+dan Mg2+, juga
oleh ion Mn2+, Fe2+, dan semua kation yang bermuatan dua positif (divalent). Air yang
kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat kapur, darimana

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Ca2+ dan Mg2+ berasal. Pengukuran biasanya dilakukan secara volumetri menggunakan
reagent EDTA. Berikut ini adalah macam-macam jenis kesadahan :
a

Kesadahan magnesium : Kesadahan yang tersisa setelah pengendapan kalsium


dengan ammonium oksalat.

Kesadahan karbonat : Jumlah kadar ion kalsium dan magnesium yang sama
besarnya dengan jumlah kadar bikarbonat dan karbonat dinyatakan dalam satuan
yang sama.

Kesadahan non-karbonat : Selisih antara kesadahan (total) dengan kesadahan


karbonat. Kesadahan ini menunjukkan besar ion kalsium dan magnesium yang
berasosiasi dengan anion sulfat, klorida dan nitrat.

Kesadahan tetap : Kesadahan yang tersisa setelah air dipanasi dalam waktu yang
lama.

Kesadahan sementara : Selisih antara kesadahan total dengan kesadahan tetap.


Bikarbonat dalam kadar tinggi akan terurai menjadi karbonat dan bersama dengan
ion Ca mengendap sebagai CaCO3.

II.1.3 Softener

Softener adalah suatu alat yang digunakan untuk menghilangkan hardness (Ca dan Mg)
yang terdapat dalam air sumber sehingga didapatkan air yang mempunyai pH 7,5-10 dan
kesadahan 0 ppm CaCO3. Softener berupa tabung berisi resin dan air. Fungsi dari resin adalah
menangkap hardness sehingga hardness tidak terbawa ke dalam ketal uap. Karena resin terus
digunakan maka akan mengalami kejenuhan dan perlu dilakukan regenerasi atau pencucian.
Proses regenerasi pada softener yaitu softener yang digunakan untuk melunakan air
sebelum masuk ke feed water tank berisi media resin. Setelah beberapa lama penggunaan
resin, resin tersebut akan mengalami kejenuhan, sehingga harus dilakukan regenerasi.
Regenerasi adalah proses mereaksikan NaCl (garam dapur) dengan resin yang bertujuan
untuk mengaktifkan resin yang telah dipakai sehingga dapat menangkap hardness kembali
dan menghasilkan air yang sesuai dengan ketentuan air pengisi ketel. Reaksi dari proses
regenerasi ini adalah sebagai berikut :
Mg-Resin + Ca-Resin + NaCl Na2-Resin + MgCl2 + CaCl2

(2.5)

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Dari reaksi diatas terlihat bahwa natrium dari garam bereaksi dengan resin dan
hardness bereaksi dengan chloride dari garam sehingga resin kembali seperti semula.
Tabel II.1 Penyebab dan cara penanganan pengurangan Kesadahan dari tangki softener
Masalah

Penyebab

Penanganan

Pengambilan air lunak


Peningkatan kesadahan

melebihi kapasitas

Regenerasi resin

softener
Fluktuasi dalam air lunak untuk

Fluktuasi kesadahan pada

satu siklus produksi

air baku

Air produk berkurang

Penurunan kapasitas tukar


resin

Kebocoran resin

Analisa kesadahan berkala


pada air baku dan air
produk
Supplement resin,
penghilangan kontaminan
dari resin dan air baku

Kran rusak, plate

Memperbaiki tangki

pengumpul air,dsb

softener
Supplement resin,

Pembengkakan resin

Oksidasi resin oleh klor

penghilangan oksigen
terlarut dari air baku

Penyerapan kesadaahan yang


tidak maksimal

Kran rusak, Kurangnya

Perbaikan softener,

regenerasi dan backwash

Regenerasi dan backwash

pada resin

resin

a. Pelunakan dan Pengurangan Alkali (Dealkalisasi)


Pengolahan dengan cara ini merupakan suatu metode dimana komponen-komponen
kesadahan dan bikarbonat sebagai komponen M-alkalinitas dihilangkan. Pengolahan ini
dibagi atas beberapa cara antara lain :
1. Pelunakan dengan resin bentuk H dicampur dengan air baku.
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2. Pemisahan pelunakan dengan resin bentuk Na dan H.
b. Pembebasan Mineral dengan Bed Campuran Resin
Metode ini dikerjakan dengan melewatkan air baku kedalam tabung yang berisikan
resin penukar kation asam kuat bentuk H dan resin penukar anion basa kuat bentuk OH yang
dicampur secara homogen. Dengan adanya campuran ini maka air bebas mineral yang
diperoleh mempunyai mutu kemurnian yang tinggi. Reaksi pembebasan mineral yang terjadi :
R (-SO3H)2 + Ca(HCO3)2 R(-SO3)2Ca + 2H2CO3

(2.6)

R (-SO3H)2 + MgSO4 R(-SO3)2Mg + H2SO4

(2.7)

R-SO3H + NaCl R-SO3Na + HCl

(2.8)

RNOH + H2CO3 RNHCO3 + H2O

(2.9)

R(NOH)2 + H2SO4 R(N)2SO4 + 2H2O

(2.10)

RNOH + HCl RNCl + H2O

(2.11)

RNOH + H2SiO3 RNHSiO3 + H2O

(2.12)

Regenerasi resin penukar kation :


Bed H : R(-SO3)2Ca + 2HCl R(-SO3H)2 + CaCl

(2.13)

R(-SO3)2Mg + 2HCl R(-SO3H)2 + MgCl

(2.14)

R-SO3Na + HCl R(-SO3H)2 + NaCl

(2.15)

Regenerasi resin penukar anion :


RNHCO3 + NaOH RNOH + NaHCO3

(2.17)

R(N)2SO4 + 2NaOH R(NOH)2 + Na2SO4

(2.18)

RHCl + NaOH RNOH + NaCl

(2.19)

RNHSiO3 + 2NaOH RNOH + NaSiO3 + H2O

(2.20)

c. Pembebasan Mineral dengan 2 Bed 1 Degasifikasi


Sistem ini terdiri dari tabung kation yang terisi bed H asam kuat dan tabung anion
yang terisi bed OH basa kuat. Setelah kation-kation dalam air baku diganti dengan ion-ion
hidrogen dalam bed-H dan CO2 dihilangkan dalam unit penghilang karbon serta anion-anion
diganti dengan ion-ion hidroksil dalam bed-OH akan diperoleh air bebas ion.
d. Pembebasan Mineral dengan 4 Bed 1 Degasifikasi

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Mutu air yang dihasilkan hampir sama dengan sistem 2 bed degasifikasi yang
ditambah dengan alat pemoles. Alat ini dapat mengurangi jumlah regeneran yang
dipergunakan, waktu regenerasi, dan jumlah air regeneran dari kolom kedua ke kolom
pertama.
e. Pembebasan Mineral dengan Regenerasi Aliran Berlawanan
Keuntungan dari cara ini adalah jumlah regeneran yang digunakan lebih sedikit dari cara
searah, karena :
-

Air dengan mutu tinggi dapat diperoleh walaupun dengan tingkat regenerasi yang

rendah.
Perbedaan dari susunan ion-ion yang diserap terhadap ion penukar dari resin

meningkatkan efisiensi regeneran.


- Resin dapat dipakai seluruhnya (bila dengan aliran searah ada 30% yang tak terpakai).
- Jumlah air pencuci dan waktu regenerasi dapat dikurangi.
f. Pembebasan Mineral dengan Dua Lapisan
Metode ini dilakukan dengan mengisi tabung penukar kation dengan 2 lapisan resin
penukar kation asam kuat dan lapisan resin penukar kation asam lemah. Serta tabung penukar
anion dengan lapisan resin penukar anion basa kuat dan lapisan resin penukar anion basa
lemah.
Keuntungan dengan metode ini :
-

Regeneran yang terpakai mempunyai tingkat efisiensi pemakaian sekitar 60-100%,


karena resin asam lemah dan resin basa lemah diregenerasi dengan regeneran yang

sama dengan regeneran untuk resin asam dan basa kuat.


Pengolahan limbah cair regenerasi cukup mudah karena kandungan asam dan basa

didalamnya cukup rendah.


Jumlah air pencuci dan waktu regenerasi dapat dikurangi.

Pelunakan adalah penghapusan atau penghilangan ion-ion tertentu yang terdapat dalam
air yang tidak diperlukan dan dapat bereaksi dengan zat-zat lain yang terkandung dalam air
sehingga distribusi dari air dan penggunaannya terganggu. Kesadahan dalam air terutama
disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ juga oleh Mn2+ dan Fe2+ atau semua kation yang
bermuatan dua.
a. Analisa kesadahan total

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi
EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation
tersebut. Prinsip analisa yaitu EDTA dapat membuat pasangan kimiawi dengan ion-ion
kesadahan dan beberapa jenis ion lain. Pasangan tersebut lebih kuat daripada hubungan
indikator antara indikator dengan ion-ion kesadahan. Oleh karena itu, pada pH 10 larutan
akan berubah menjadi biru yaitu disaat jumlah molekul EDTA yang ditambahkan sama
dengan ion kesadahan dalam sampel dan molekul indikator terlepas dari ion kesadahan.
b. Analisa kesadahan Ca2+
EDTA akan bergabung dahulu dengan ion Ca2+ kemudian baru dengan ion Mg2+ dan
dengan beberapa jenis ion lain namun tidak sepenuhnya. Konsentrasi ion Ca2+ dapat
ditentukan secara terpisah bila ion Mg dihapuskan dari larutan pada keadaan pH yang
tinggi dimana hampir semua ion Mg mengendap sebagai Mg(OH)2.
(Marsidi,2001).

II.1.4 Demineralisasi
Demineralisasi adalah suatu proses kimia untuk menghilangkan mineralmineral yang
masih terdapat dalam air ketel. Dalam proses demineralisasi ini dilakukan pengambilan
mineralmineral yang masih ada dalam air ketel melalui pertukan ion. Untuk ini digunakan
dua macam resin yaitu resin kation dan resin anion.

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Gambar II.1 Kombinasi kolom resin anion, kation, serta sistem pembuangan CO2

Resin kation mempunyai ion positif hidrogen H2+ yang ditempelkan pada polimer yang
bermuatan negatif. Ionion hidrogen positif ini dimaksudkan untuk menangkap kation dari
kalsium, magnesium, dan natrium. Berbeda dari resin kation, resin anion mempunyai ion
negatif hidroksida OH yang ditempelkan pada polimer positif. Ion hidroksida negatif ini
digunakan untuk menangkap ionion positif dari sulfat, klorida, dan karbonat. Kation dan
anion yang sudah kotor dengan ionion negatif dan ionion positif ini bisa dibersihkan
(diregenerasi) dengan melakukan asam pada resin kation dan basa pada resin anion (Matsudi,
2005).

Kation yang kotor telah banyak menangkap banyak ionion negatif dan kalsium,
magnesium, dan natrium sehingga terbentuk basa Ca(OH)2, Mg(OH)2, dan Na(OH)2.
Kotoran berupa basa ini dibersihkan dengan menggunakan larutan asam misalnya H 2SO4.
Anion yang kotor mengandung banyak asam H2SO4, HCl, dan H2cO3. Untuk membersihkan
kotoran ini bisa digunakan larutan basa NaOH (Matsudi, 2005).

Gambar II.2 Suatu rangkaian proses demineralisasi

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Dari Gambar II.1 tampak bagaimana mineralmineral yang ada dalam air ketel secara
bertahap dibersihkan. Dekarbonator berfungsi mengeluarkan CO2 yang larut dalam air ketel
dengan cara meniupkan udara ke arah atas dalam aliran air yang mengalir ke bawah, sehingga
gas CO2 yang larut dalam air tertiup keluar. Secara fisik proses ini berlangsung seperti
Gambar II.2 berlangsung dalam tangki-tangki baja disertai dengan pompa-pompa penggerak
air dan ditambahkan dengan saringan-saringan (Matsudi, 2005).

Gambar II.2 Prinsip Kerja Deaerator untuk Membuang GasGas yang ada dalam Air Ketel

Air yang keluar dari instalasi demineralisasi masih mengandung gas-gas oksigen dan
amoniak. Untuk mengeluarkan gas-gas ini, air ketel yang keluar dari instalasi demineralisasi
dialirkan ke daerator. Dalam daeraor air disemprotkan melalui sprinkle sehingga menjadi
butir-butir kecil yang kemudian jatuh dan mengalir di atas plat baja, terus ke bawah dan
akhirnya keluar (Matsudi, 2005).
II.1.5 Derajat keasaman (pH) air
Sebagai pengukur sifat keasaman atau kebasaan air diambil nilai pH yang didefinisikan
sebagai logaritma dari pulang baliknya konsentrasi ion hidrogen dalam mol per liter dari tiaptiap jenis. Dengan demikian, pH dari air netral adalah 7. Air yang pH-nya kurang dari 7, sifat
asam, sedangkan yang pH-nya lebih dari itu, bersifat basa. Nilai pH air biasanya didapat
dengan suatu pontensiometer yang mengukur potensial listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


H+ atau dengan bahan celup penunjuk warna, misalnya metil orange atau phenolphtalein
(Linsley, K.Ray, 1986).

II.1.6 Total Dissolved Solid (TDS)


TDS (Total Dissolved Solid / Jumlah Zat Padat Terlarut) adalah ukuran jumlah partikel
padat terlarut, baik berupa senyawa organik maupun senyawa anorganik. Pengertian terlarut
di sini adalah partikel padat di dalam air yang memiliki ukuran di bawah 1 nano-meter.
Pengukuran TDS dilakukan menggunakan alat TDS-Meter, atau biasa juga disebut
Conductivity-Meter, atau PPM-Tester. Umumnya angka yang ditampilkan pada display
adalah nilai ppm (part per million / bagian per sejuta bagian). Jika angka menunjukkan nilai
1, maka zat yang terlarut di dalam air yang diukur sebesar 1 ppm.
Nilai TDS biasanya digunakan untuk beberapa hal berikut ini :
a. Indikasi awal untuk mengetahui layak tidaknya air untuk di konsumsi. Nilai TDS yang
tinggi pada air baku memiliki kemungkinan air tersebut telah tercemar oleh zat-zat
yang berbahaya bagi kesehatan (namun bukan berarti nilai TDS yang rendah memiliki
arti bahwa air yang diuji telah terbebas dari zat-zat yang berbahaya).
b. Indikasi awal layak tidaknya suatu air digunakan sebagai sebagai bahan baku untuk
air minum. Nilai TDS yang tinggi menyebabkan biaya produksi air hingga menjadi
layak minum menjadi tinggi. Makin tinggi nilai TDS suatu air, makin tinggi biaya
yang dibutuhkan untuk memprosesnya menjadi air layak minum.
c. Pengukuran salinitas suatu air asin. Nilai salinitas dibutuhkan untuk industri
pembuatan garam dan tambak air payau.
d. Pengukuran tingkat kesadahan air tanah. Makin tinggi angka TDS suatu air tanah,
makin sadah air tersebut.
e. Penggunaan untuk laboratorium kimia, dan pengujian mineral yang menggunakan
metoda AAS. Nilai TDS pada laboratorium sangat penting diketahui, terutama untuk
pengukuran cemaran mineral pada air aquadest. Aquadest yang tercemar oleh mineral
tak bisa digunakan sebagai air kalibrasi pada mesin AAS, air pengencer larutan kimia,
dan pelarut bahan kimia.

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


f. Proses demineralisasi air menjadi air aquadest (potable water). Proses demineralisasi
adalah proses ekstraksi mineral terlarut dalam air, menggunakan resin atau karbon
sebagai adsorbent.

II.1.7 Total Hardness


Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab
air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+, atau dapat juga disebabkan karena
adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan
Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Cara paling mudah
untuk mengetahui kesadahan air adalah dengan menggunakan sabun. Ketika air yang
digunakan adalah air sadah, maka sabun akan sukar berbiuh, kalaupun berbuih, berbuihnya
sedikit. Kemudian untuk mengetahui jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika
ternyata setelah dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang anda
gunakan adalah air sadah tetap. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi (Atastina,
2005).

Baik kalsium atau magnesium dapat bereaksi dengan EDTA membentuk senyawa
kompleks. Apabila dalam suatu sampel air terdapat ion-ion magnesium saja kemudian
ditambahkan indikator EBT maka ion magnesium (II) akan mengikat indikator EBT. (H3In)
menghasilkan kompleks berwarna merah (Mg-In), apabila larutan magnesium dititrasi dengan
EDTA maka kompleks Mg-In akan terputus dan membentuk kompleks Mg-EDTA yang lebih
stabil daripada kompleks Mg-In, sedangkan In berada dalam keadaan bebas berwarna biru.
Titrasi dihentikan ketika warna biru jelas telah terbentuk (Atastina, 2005).
Ion kalsium (II) juga dapat bereaksi dengan EBT menghasilkan kompleks Ca-In, tetapi
kompleks ini kurang stabil jika dibandingkan dengan kompleks Mg-In. Sebaliknya kompleks
Ca-EDTA lebih stabil jika dibandingkan dengan kompleks Mg-EDTA. Ini berarti bahwa jika
dalam larutan hanya terdapat ion kalsium (II), dan kemudian dititrasi dengan EDTA maka
perubahan warna akan terjadi jauh sebelum titik akhir tercapai. Untuk mengatasi kekurangan

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


ini maka pada analisis kalsium ditambahkan sedikit magnesium yang akan mengikat indikator
lebih stabil (Atastina, 2005).

II.2 Jurnal Aplikasi Industri


OPTIMASI PROSES DEMINERALISASI CANGKANG RAJUNGAN
( Portunus pelagicus) KAJIAN SUHU DAN WAKTU DEMINERALISASI
Erryana Martati, Tri Susanto, Yunianta dan Zohan Efendi
2002

Limbah cangkang hasil pengolahan produk ikan jenis kepiting dan udang-udangan
merupakan sumber bahan dasar untuk produksi khitin karena kandungan khitinnya tinggi.
Proses demineralisasi dilakukan dengan tujuan mengurangi kadar mineral yang terdapat
dalam limbah cangkang kepiting maupun udangudangan. Demineralisasi dalam preparasi
khitin dapat dilakukan dengan menggunakan larutan asam yaitu asam klorida encer maupun
EDTA ( Ethilen Diamine Tetra Acetat). Depolimerisasi dan deasetilisasi dapat berlangsung
bila kondisi demineralisasi tidak terkontrol sehingga khitin ataupun kitosan yang dihasilkan
memiliki kualiatas yang rendah. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mencari kondisi
optimum proses demineralisasi. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh suhu dan lama
demineralisasi cangkang rajungan terhadap sifat cangkang terdemineralisasi yang dihasilkan.
Alat yang digunakan adalah unit destruksi makro Kjeldahl, unit distilasi makro Kjeldahl,
buret, oven, muffle, timbangan analitik dan peralatan gelas. Bahan kimia yang digunakan
adalah H2SO4 98%, indikator pp 0,1%, indikator metil merah 0,1%, indicator metilen biru,
HCl teknis, tablet Kjeldahl, kertas saring Whatman.
Bahan baku cangkang rajungan dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan
bagian sisa daging rajungan dikeringkan dengan panas matahari selama 2 hari. Cangkang
kering dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 2 x 2 cm. Dilakukan demineralisasi
cangkang rajungan dengan merendam cangkang yang telah dipotong-potong dengan larutan
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


HCl 3,0 N dengan perbandingan cangkang dengan larutan HCl adalah 1: 15 (w/v).
Perendaman dilakukan berdasarkan masing-masing faktor suhu dan lama demineralisasi
dengan

menggunakan

waterbath.

Cangkang

terdemineralisasi

dikeringkan

dengan

menggunakan oven pada suhu 600 oC selama kurang lebih 10 jam. Dihitung rendemennya
dan dilakukan analisa cangkang terdemineralisasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peningkatan suhu dan lama proses
demineralisasi akan menurunkan kadar mineral dan kalsium. Perlakuan dengan suhu 65 oC
750 oC dan lama demineralisasi antara 5-15 jam menghasilkan kadar mineral sesuai standard
mutu khitin yaitu kadar mineral kurang dari 2%. Perlakuan terbaik yang memberikan hasil
optimal dalam mengurangi mineral cangkang adalah suhu 85 oC dengan lama waktu 15 jam.
Cangkang terdemineralisai yang diperoleh mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : kadar air
5,364 %, kadar mineral 0,277%, kadar kalsium 0,123%, kadar protein 30,3% dan rendemen
13,21%.

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

II -14

Anda mungkin juga menyukai