TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Dasar Teori
kualitas
air
yang
memenuhi
dengan persyaratan
sesuai
dengan
maksud
II-1
(2.1)
Jika diperhatikan dengan seksama, tampak tanda panahnya bermata dua sehingga
reaksi ini dinamai reaksi kesetimbangan. Pada suatu saat reaksi tersebut akan berhenti
karena mencapai titik setimbang sehingga proses korosi pun berhenti. (Sesungguhnya
reaksinya tidak pernah berhenti, tetapi terus berlanjut. Hanya saja, konsentrasi ekivalennya
tidak berubah, atau konsentrasi yang bereaksi setara dengan yang terbentuk). Namun
demikian, kehadiran gas oksigen di dalam air dan rendahnya pH menyebabkan gangguan
pada reaksi kesetimbangan lalu bergeser ke kanan. Pergeseran ini lantas terus melanjutkan
proses korosi pada permukaan ketel. Akibat oksigen dan pH air yang rendah ialah:
Fe(OH)2 + O2 + 2H2O Fe(OH)3
2H2 + O2 2H2O
Fe(OH)2 + 2H+ Fe2+ + 2H2O
(2.2)
(2.3)
(2.4)
II -2
Berikut adalah beberapa masalah yang terdapat dalam air yang dipakai dalam industri :
1. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen [H +] di dalam air. Besarannya
dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H +. pH sangat penting sebagai
parameter kualitas air karena pH mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di
dalam air. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa atau
alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas
7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkali). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.
2. Alkalinitas
Ukuran jumlah ion bikarbonat, karbonat dan karbondioksida dalam air. Pengukurannya
menggunakan cara titrasi volumetri menggunakan asam kuat (asam klorida atau asam sulfat)
dengan indicator asam-basa.
Dikenal dua macam alkalinitas, yaitu :
a. Alkalinitas phenolptalein (TAP)
b. Alkalinitas methyl orange (TAM)
Air untuk umpan boiler biasanya berasal dari air sungai, air laut, air sumur, air hujan atau air
yang telah diproses seperti air minum dan air industri. Karena sifat pelarutannya yang baik,
maka air pada umunya mengandung zat padat terlarut, gas, dan zat padat tersuspensi. Apabila
airair tersebut di atas digunakan untuk umpan boiler, maka beberapa problema seperti
terjadinya kerak, korosi, dan carry over akan muncul di boiler dan peralatan lain yang terkait.
3. Kesadahan
Kesadahan merupakan jumlahan semua kationkation polyvalen (mg/l CaCO 3). Di lapangan
merupakan jumlah ion ion Kalsium, dan ion ion magnesium, merupakan kationkation
dominan dalam air. Kesadahan dalam air dapat disebabkan oleh ion-ion Ca 2+dan Mg2+, juga
oleh ion Mn2+, Fe2+, dan semua kation yang bermuatan dua positif (divalent). Air yang
kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat kapur, darimana
II -3
Kesadahan karbonat : Jumlah kadar ion kalsium dan magnesium yang sama
besarnya dengan jumlah kadar bikarbonat dan karbonat dinyatakan dalam satuan
yang sama.
Kesadahan tetap : Kesadahan yang tersisa setelah air dipanasi dalam waktu yang
lama.
II.1.3 Softener
Softener adalah suatu alat yang digunakan untuk menghilangkan hardness (Ca dan Mg)
yang terdapat dalam air sumber sehingga didapatkan air yang mempunyai pH 7,5-10 dan
kesadahan 0 ppm CaCO3. Softener berupa tabung berisi resin dan air. Fungsi dari resin adalah
menangkap hardness sehingga hardness tidak terbawa ke dalam ketal uap. Karena resin terus
digunakan maka akan mengalami kejenuhan dan perlu dilakukan regenerasi atau pencucian.
Proses regenerasi pada softener yaitu softener yang digunakan untuk melunakan air
sebelum masuk ke feed water tank berisi media resin. Setelah beberapa lama penggunaan
resin, resin tersebut akan mengalami kejenuhan, sehingga harus dilakukan regenerasi.
Regenerasi adalah proses mereaksikan NaCl (garam dapur) dengan resin yang bertujuan
untuk mengaktifkan resin yang telah dipakai sehingga dapat menangkap hardness kembali
dan menghasilkan air yang sesuai dengan ketentuan air pengisi ketel. Reaksi dari proses
regenerasi ini adalah sebagai berikut :
Mg-Resin + Ca-Resin + NaCl Na2-Resin + MgCl2 + CaCl2
(2.5)
II -4
Penyebab
Penanganan
melebihi kapasitas
Regenerasi resin
softener
Fluktuasi dalam air lunak untuk
air baku
Kebocoran resin
Memperbaiki tangki
pengumpul air,dsb
softener
Supplement resin,
Pembengkakan resin
penghilangan oksigen
terlarut dari air baku
Perbaikan softener,
pada resin
resin
II -5
(2.6)
(2.7)
(2.8)
(2.9)
(2.10)
(2.11)
(2.12)
(2.13)
(2.14)
(2.15)
(2.17)
(2.18)
(2.19)
(2.20)
II -6
Air dengan mutu tinggi dapat diperoleh walaupun dengan tingkat regenerasi yang
rendah.
Perbedaan dari susunan ion-ion yang diserap terhadap ion penukar dari resin
Pelunakan adalah penghapusan atau penghilangan ion-ion tertentu yang terdapat dalam
air yang tidak diperlukan dan dapat bereaksi dengan zat-zat lain yang terkandung dalam air
sehingga distribusi dari air dan penggunaannya terganggu. Kesadahan dalam air terutama
disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ juga oleh Mn2+ dan Fe2+ atau semua kation yang
bermuatan dua.
a. Analisa kesadahan total
II -7
II.1.4 Demineralisasi
Demineralisasi adalah suatu proses kimia untuk menghilangkan mineralmineral yang
masih terdapat dalam air ketel. Dalam proses demineralisasi ini dilakukan pengambilan
mineralmineral yang masih ada dalam air ketel melalui pertukan ion. Untuk ini digunakan
dua macam resin yaitu resin kation dan resin anion.
II -8
Resin kation mempunyai ion positif hidrogen H2+ yang ditempelkan pada polimer yang
bermuatan negatif. Ionion hidrogen positif ini dimaksudkan untuk menangkap kation dari
kalsium, magnesium, dan natrium. Berbeda dari resin kation, resin anion mempunyai ion
negatif hidroksida OH yang ditempelkan pada polimer positif. Ion hidroksida negatif ini
digunakan untuk menangkap ionion positif dari sulfat, klorida, dan karbonat. Kation dan
anion yang sudah kotor dengan ionion negatif dan ionion positif ini bisa dibersihkan
(diregenerasi) dengan melakukan asam pada resin kation dan basa pada resin anion (Matsudi,
2005).
Kation yang kotor telah banyak menangkap banyak ionion negatif dan kalsium,
magnesium, dan natrium sehingga terbentuk basa Ca(OH)2, Mg(OH)2, dan Na(OH)2.
Kotoran berupa basa ini dibersihkan dengan menggunakan larutan asam misalnya H 2SO4.
Anion yang kotor mengandung banyak asam H2SO4, HCl, dan H2cO3. Untuk membersihkan
kotoran ini bisa digunakan larutan basa NaOH (Matsudi, 2005).
II -9
Gambar II.2 Prinsip Kerja Deaerator untuk Membuang GasGas yang ada dalam Air Ketel
Air yang keluar dari instalasi demineralisasi masih mengandung gas-gas oksigen dan
amoniak. Untuk mengeluarkan gas-gas ini, air ketel yang keluar dari instalasi demineralisasi
dialirkan ke daerator. Dalam daeraor air disemprotkan melalui sprinkle sehingga menjadi
butir-butir kecil yang kemudian jatuh dan mengalir di atas plat baja, terus ke bawah dan
akhirnya keluar (Matsudi, 2005).
II.1.5 Derajat keasaman (pH) air
Sebagai pengukur sifat keasaman atau kebasaan air diambil nilai pH yang didefinisikan
sebagai logaritma dari pulang baliknya konsentrasi ion hidrogen dalam mol per liter dari tiaptiap jenis. Dengan demikian, pH dari air netral adalah 7. Air yang pH-nya kurang dari 7, sifat
asam, sedangkan yang pH-nya lebih dari itu, bersifat basa. Nilai pH air biasanya didapat
dengan suatu pontensiometer yang mengukur potensial listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion
II -10
II -11
Baik kalsium atau magnesium dapat bereaksi dengan EDTA membentuk senyawa
kompleks. Apabila dalam suatu sampel air terdapat ion-ion magnesium saja kemudian
ditambahkan indikator EBT maka ion magnesium (II) akan mengikat indikator EBT. (H3In)
menghasilkan kompleks berwarna merah (Mg-In), apabila larutan magnesium dititrasi dengan
EDTA maka kompleks Mg-In akan terputus dan membentuk kompleks Mg-EDTA yang lebih
stabil daripada kompleks Mg-In, sedangkan In berada dalam keadaan bebas berwarna biru.
Titrasi dihentikan ketika warna biru jelas telah terbentuk (Atastina, 2005).
Ion kalsium (II) juga dapat bereaksi dengan EBT menghasilkan kompleks Ca-In, tetapi
kompleks ini kurang stabil jika dibandingkan dengan kompleks Mg-In. Sebaliknya kompleks
Ca-EDTA lebih stabil jika dibandingkan dengan kompleks Mg-EDTA. Ini berarti bahwa jika
dalam larutan hanya terdapat ion kalsium (II), dan kemudian dititrasi dengan EDTA maka
perubahan warna akan terjadi jauh sebelum titik akhir tercapai. Untuk mengatasi kekurangan
II -12
Limbah cangkang hasil pengolahan produk ikan jenis kepiting dan udang-udangan
merupakan sumber bahan dasar untuk produksi khitin karena kandungan khitinnya tinggi.
Proses demineralisasi dilakukan dengan tujuan mengurangi kadar mineral yang terdapat
dalam limbah cangkang kepiting maupun udangudangan. Demineralisasi dalam preparasi
khitin dapat dilakukan dengan menggunakan larutan asam yaitu asam klorida encer maupun
EDTA ( Ethilen Diamine Tetra Acetat). Depolimerisasi dan deasetilisasi dapat berlangsung
bila kondisi demineralisasi tidak terkontrol sehingga khitin ataupun kitosan yang dihasilkan
memiliki kualiatas yang rendah. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mencari kondisi
optimum proses demineralisasi. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh suhu dan lama
demineralisasi cangkang rajungan terhadap sifat cangkang terdemineralisasi yang dihasilkan.
Alat yang digunakan adalah unit destruksi makro Kjeldahl, unit distilasi makro Kjeldahl,
buret, oven, muffle, timbangan analitik dan peralatan gelas. Bahan kimia yang digunakan
adalah H2SO4 98%, indikator pp 0,1%, indikator metil merah 0,1%, indicator metilen biru,
HCl teknis, tablet Kjeldahl, kertas saring Whatman.
Bahan baku cangkang rajungan dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan
bagian sisa daging rajungan dikeringkan dengan panas matahari selama 2 hari. Cangkang
kering dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 2 x 2 cm. Dilakukan demineralisasi
cangkang rajungan dengan merendam cangkang yang telah dipotong-potong dengan larutan
Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia
Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS
II -13
menggunakan
waterbath.
Cangkang
terdemineralisasi
dikeringkan
dengan
menggunakan oven pada suhu 600 oC selama kurang lebih 10 jam. Dihitung rendemennya
dan dilakukan analisa cangkang terdemineralisasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peningkatan suhu dan lama proses
demineralisasi akan menurunkan kadar mineral dan kalsium. Perlakuan dengan suhu 65 oC
750 oC dan lama demineralisasi antara 5-15 jam menghasilkan kadar mineral sesuai standard
mutu khitin yaitu kadar mineral kurang dari 2%. Perlakuan terbaik yang memberikan hasil
optimal dalam mengurangi mineral cangkang adalah suhu 85 oC dengan lama waktu 15 jam.
Cangkang terdemineralisai yang diperoleh mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : kadar air
5,364 %, kadar mineral 0,277%, kadar kalsium 0,123%, kadar protein 30,3% dan rendemen
13,21%.
II -14