Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh:
DESY FITRI MAULIDIA
1110104000030
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
Pembimbing I
Pembimbing II
Karyadi, PhD
NIP: 19710903 200501 1 007
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
Pembimbing I
Pembimbing II
Karyadi, PhD
NIP: 19710903 200501 1 007
Penguji I
Penguji II
Ernawati, S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB
NIP:19731106 200501 2 003
Karyadi, Ph.D
NIP: 19710903 200501 1 007
Penguji III
LEMBAR PENGESAHAN
SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
materai
RIWAYAT HIDUP
Nama
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
Telepon
: 085772475953
: nenglidya@gmail.com
nenglidya@rocketmail.com
Riwayat Pendidikan
1.
2.
3.
4.
Halaman Persembahan
Bagai sebuah gelas kosong, aku datang ke dunia baru ini,
Bagai bayi yang baru lahir aku hadir ditengah-tengah orang hebat,
Kurang dari sedikit bekal aku bawa, sebagai bekal modal awal aku
meminta ilmu yang lebih pada guruku.
Kini aku tau apa yang tak aku tau
Aku mengerti apa yang tak ku mengerti
Dan aku memahami apa yang aku tidak pahami
Karena tanpamu apa jadinya aku
Satu keyakinanku, guruku takkan membiarkanku sama seperti aku
dulu.
Satu keyakinanku, ridho doa orang tuaku takkan putus kepadaku.
Hanya Terima kasih yang bisa aku berikan teruntuk orang tuaku
dan guruku.
ABSTRACT
Introduction: High number of tuberculosis (TB) cases and low number of
medication achievement which one of cause is drop out makes the treatment
longer. Besides, the number of Multi Drug Resistance (MDR) and complication of
TB will high. Methods: This quantitative cross sectional study was taken from 69
respondent by total sampling at two health centers under the Department of Health
South Tangerang in June 2014. The data was collected through two
questionnaires, they are Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS) and
family support questionnaire. Analyze: Analyze was used univariate and Chi
Square test for bivariate. Result: Persentage of respondents with good family
support are 60.9%, respondents with bad family support are 39.1%. Persentage of
respondents with good medication adherence are 73.9%, and bad medication
adherence are 26.1%. The data result obtained p value = 0.00 which is less than
0.05. Discussion: there is significant relationship between the variables of family
support to variable medication adherence. However, involving the family within
the treatment is best recommend on medication treatment.
Keyword: Family Support, Medication Adherence, Tuberculosis
Reference: 72 (year 2003-2013)
ABSTRAK
Latar Belakang: Tingginya kasus tuberkulosis (TB) dan rendahnya angka
capaian pengobatan yang salah satunya diakibatkan putus obat menyebabkan
pengobatan memakan waktu yang lebih lama. Selain itu, dapat menyebabkan
tingginya kasus Multi Drug Resistance (MDR) dan komplikasi lebih lanjut.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif cross sectional pada 69
responden dengan teknik total sampling di dua Puskesmas dibawah Dinas
Kesehatan Tangerang Selatan pada bulan Juni 2014. Pengumpulan data
menggunakan dua instrumen, yaitu kuesioner kepatuhan Morinsky Medication
Adherence Scale (MMAS) dan kuesioner dukungan keluarga. Analisis: Analisis
data menggunakan analisis univariat dan uji Chi Square pada analisis bivariat.
Hasil: Persentase responden yang memiliki dukungan baik sebesar 60,9%,
dukungan buruk sebesar 39,1%. Persentase responden yang patuh sebesar 73,9%,
dan tidak patuh sebesar 26,1%. Hasil uji Chi Square didapatkan nilai p value =
0,00 yakni lebih kecil dari 0,05. Kesimpulan: hitungan statistik bermakna atau
ada hubungan antara variabel dukungan keluarga terhadap variabel kepatuhan
minum obat. Sehingga disarankan untuk melibatkan keluarga dalam pengobatan.
Kata kunci: Dukungan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat, Tuberkulosis
Daftar Bacaan: 72 (tahun 2003-2013)
KATA PENGANTAR
staff
akademik
yang
telah membantu
penulis
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................. .
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................
RIWAYAT HIDUP .........................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................
ABSTRACT ......................................................................................
ABSTRAK .........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................
DAFTAR BAGAN ........................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................
BAB I : PENDAHULUAN............................................................
A. Latar Belakang
.................................................
B. Rumusan Masalah ................................................
C. Tujuan Penelitian ................................................
1. Tujuan Umum
................................................
2. Tujuan Khusus ................................................
D. Manfaat Penelitian ................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ................................................
A. Tuberkulosis ............................................................
1. Pengertian Tuberkulosis ....................................
2. Faktor-Faktor Terjadinya Tuberkulosis ............
3. Patofisiologi Tuberkulosis....................................
4. Pengobatan Tuberkulosis ....................................
B. Keluarga ....................................................................
1. Pengertian Keluarga..............................................
2. Fungsi Keluarga ................................................
3. Dukungan Keluarga..............................................
C. Kepatuhan ............................................................
1. Pengertian Patuh ................................................
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan....
D. Kerangka Teori.........................................................
E. Penelitian Terkait .....................................................
BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL ............................................................
A. Kerangka Konsep ....................................................
B. Hipotesis ....................................................................
C. Definisi Operasional ................................................
BAB IV : METODE PENELITIAN ..............................................
A. Desain Penelitian ......................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
xiv
xv
xvi
xvii
1
1
8
10
10
10
10
12
13
13
15
17
20
27
27
30
31
34
34
36
41
43
45
45
45
46
49
49
49
49
49
50
51
51
52
54
55
56
58
58
59
59
61
62
63
63
65
65
65
66
67
68
68
68
70
71
72
73
73
74
75
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 3.1
Tabel 5.1
14
22
23
23
47
59
61
63
64
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Patoflow patofisiologi Tuberkulosis ..................................
Bagan 2.2 5 dimensi interaksi ketidakpatuahan .................................
Bagan 2.3 Kerangka Teori .............................................................
Bagan 3.1 Kerangka konsep .............................................................
20
38
42
45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Paket OAT KDT/FDC ...................................................
24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat izin penelitian
Lampiran 2: Informed Consent
Lampiran 3: Kuesioner Dukungan Keluarga
Lampiran 4: Kuesioner Kepatuhan
Lampiran 5: Hasil uji validitas dan reliabilitas
Lampiran 6: Hasil analisis penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. TB juga terbagi atas dua macam yakni TB paru
dan TB ekstra paru (Ormerod dalam Gough, 2011). Peningkatan insiden TB
diketahui sebanyak 2 milyar orang (1/3 populasi di dunia) dan kejadian kasus
baru TB didunia sebanyak 8,6 juta (Lewis dkk, 2007). Pada tahun 1999, World
Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000
kasus baru TB dengan kematian karena TB sekitar 140.000. Di Amerika, ras
Asia memiliki angka TB paling tinggi dibanding ras lainnya yakni 29,3%
(Centers for Disease Control in US dalam Lewis dkk, 2007). Selain itu,
penyakit TB juga menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif,
kelompok ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah. Semenjak tahun 2000,
TB dinyatakan oleh WHO sebagai reemergencing disease, karena angka
kejadian TB yang telah dinyatakan menurun pada tahun 1990-an kembali
meningkat.
Sebagaimana telah dilaporkan dalam laporan Penanggulangan TBC Global
yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, bahwa angka insidensi TB
pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan
46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Sedangkan angka
capaian kasus yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals
(MDGs) ialah sebesar 222 kasus /100.000 penduduk. Demikian pula dengan
dengan Indonesia, dimana angka insiden TB pada tahun 2011 masih mencapai
angka dibawah standar MDGs yakni sebesar 289 kasus /100.000 penduduk,
sebagaimana dalam laporan internasional menyatakan pula bahwa Indonesia
merupakan penyumbang kasus TB terbesar ketiga setelah Cina dan India
(Muttaqin, 2007). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992,
penyakit TB paru di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor dua
terbesar setelah penyakit jantung. Sebagian besar penderita TB paru berasal
dari kelompok masyarakat usia produktif dan berpenghasilan rendah
(Muttaqin, 2007). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995
menunjukkan bahwa penyakit TB adalah penyebab kematian nomor satu dari
golongan penyakit infeksi pada semua kelompok usia. Prevalensi penduduk
Indonesia yang didiagnosis TB paru menurut Riskesdas (2013) oleh tenaga
kesehatan adalah 0,4%, tidak berbeda dengan 2007 Lima provinsi dengan TB
paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%),
Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat (0,4%). Meskipun begitu
harapan untuk hidup bisa diperkirakan sebanyak 22 juta sejak tahun 1995
hingga 2012 (WHO, 2013). Ini terjadi dikarenakan manajemen pengobatan
yang baik.
Penanggulangan di Indonesia dalam memecahkan masalah ini, yakni
dengan melakukan pembagian obat anti tuberkulosis (OAT) secara cumacuma hanya saja terdapat beberapa masalah yang dijumpai seperti kesulitan
penemuan penderita TB paru BTA (+), drop out pengobatan dan
ketidakteraturan berobat. Apabila masalah-masalah ini tidak teratasi, maka
penderita tersebut akan terus menjadi sumber penularan (Perkumpulan
Pemberantasan
Tuberkulosis
Indonesia,
2012).
Sedangkan
panduan
Hasil sementara DRS yang sedang berjalan di Provinsi Jawa Timur juga
menunjukkan hasil yang mendekati.
Pengobatan yang tidak teratur atau kelalaian dalam mengkonsumsi obat,
pemakaian OAT yang tidak atau kurang tepat, maupun pengobatan yang
terputus dapat mengakibatkan resistensi bakteri terhadap obat. Pengobatan
yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap dimasa lalu pun,
juga diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti
tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance (MDR). Hal ini yang harus
dicegah dan ditanggulangi di Indonesia.
Besarnya masalah resistensi terhadap obat TB dan permasalahan
multidrug-resistant tuberculosis tuberculosis (MDR-TB) hingga saat ini masih
tercatat pada level tertinggi. Fakta tersebut mengacu pada laporan terbaru dari
World Health Organization (WHO) yang menampilkan temuan tersebut
berdasarkan survey mengenai resistensi terhadap obat TB. Demikian seperti
dikuti dari situs resmi badan kesehatan dunia tersebut.
Laporan Anti-Tuberculosis Drug Resistance in the World, didasarkan pada
informasi yang dikumpulkan antara tahun 2002-2006 pada 90.000 penderita
TB di 81 negara. Laporan tersebut juga menemukan bahwa extensively drugresistant tuberculosis (XDR-TB), salah satu yang hampir tidak dapat diobati
dari penyakit saluran pernapasan, telah tercatat di 45 negara.
TB MDR adalah kasus TB yang sudah resisten terhadap 2 komponen obat
utama TB lini pertama yaitu Rifampicin dan Isoniazid, sedangkan TB XDR
adalah kasus TB yang sudah resisten MDR ditambah resisten terhadap 1 atau
lebih obat TB lini kedua. Pengobatan TB MDR menggunakan obat TB lini
kedua yang penggunaannya diawasi oleh WHO dengan ketat selama 18-24
bulan. Estimasi jumlah penderita TB MDR kasus baru dan pengobatan ulang
adalah 6100 (WHO, 2013). Indonesia menempati urutan ke 16 diantara 22
negara yang mempunyai beban tinggi untuk MDR TB, sedikitnya sudah ada
ditemukan 8 kasus TB XDR di Indonesia (WHO, 2013).
Komplikasi tuberkulosis yang serius dan meluas saat ini adalah
berkembanganya basil tuberkulosis yang resisten terhadap berbagai kombinasi
obat yang dapat menyebabkan keparahan bahkan tuberkulosis ekstra paru
seperti efusi pleura, TB perikarditis, pneumotorax, TB meningitis, TB
spodilitis, TB pencernaan, dan TB saluran kemih (Mbata, 2013). Sehingga
siapapun yang terpajan dengan galur basil ini, juga dapat menderita TB
resisten multi-obat, yang dalam beberapa tahun dapat mengakibatkan
morbiditas bahkan kematian. Jika sudah demikian, akan memerlukan terapi
yang lebih banyak dan mahal dengan kecenderungan mengalami kegagalan
(Corwin, 2008).
Resistensi terhadap obat dikarenakan perilaku penderita yang tidak patuh
saat pengobatan. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut ialah adanya
dukungan dari lingkungan termasuk sosial dan tenaga kesehatan sebagai
penyampai informasi kepada penderita (WHO, 2003). Perawat sebagai tenaga
kesehatan amat berperan saat menjelaskan pada klien tentang pentingnya
berobat secara teratur sesuai dengan jadwal sampai sembuh. Selain usaha
pencegahan dan menemukan penderita secara aktif-pun seharusnya juga perlu
lebih ditingkatkan dalam rangka memutuskan rantai penularan (Muttaqin,
2007).
Penelitian oleh Ahsan dkk., tahun 2012 menyatakan bahwa salah satu
faktor yang dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan pada penderita dengan
penyakit kronik ialah adanya dukungan keluarga yang baik. Dukungan
keluarga sangat diperlukan terutama pada penderita TB yang juga merupakan
penyakit kronik dan mengharuskan ia mengkonsumsi obat dengan jangka
waktu yang lama, karena keluarga merupakan lini pertama bagi penderita
apabila mendapatkan masalah kesehatan atau meningkat kesehatan itu sendiri.
Merupakan salah satu fungsi keluarga untuk mendukung anggota keluarga
yang sakit dengan berbagai cara, seperti memberi dukungan dalam
mengkonsumsi obat (Plos Medicine, 2007).
Begitu pula penelitian oleh Warsito (2009) yang mengatakan bahwa
dukungan keluarga berpengaruh pada kepatuhan minum obat pada pasien TB
dalam fase intensif. Berbeda dengan penelitian kali ini dimana kedua fase,
baik intensif maupun lanjutan akan dilihat bagaimana tingkat kepatuhannya.
Kecenderungan penderita untuk bosan dan putus obat saat pengobatan karena
sudah memakan waktu lama merupakan salah satu faktor ketidakpatuhan itu
sendiri.
Dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial. Individu yang
termasuk dalam memberikan dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri),
orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.
Beberapa pendapat mengatakan kedekatan dalam hubungan merupakan
sumber dukungan sosial yang paling penting (Rodin dan Salovey dalam Smet
dalam Nursalam, 2007).
B. Rumusan Masalah
Angka insiden TB pada tahun 2011 sebesar 289 kasus /100.000 penduduk,
angka ini masih mencapai angka dibawah standar MDGs yakni 222 kasus
/100.000, sebagaimana dalam laporan internasional menyatakan pula bahwa
Indonesia merupakan penyumbang kasus TB terbesar ketiga setelah Cina dan
India (Muttaqin, 2007). Hasil Riskesdas (2013) menyatakan prevalensi
penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru adalah 0.4%, begitupula hasil
Riskesdas tahun 2007 bahwa Banten memilik prevalensi penduduk dengan TB
sebesar 0.4%. Sedangkan capaian pengobatan yang lengkap dan sembuh di
Indonesia masih rendah yaitu sebesar 6,6%, wilayah Banten yang merupakan
provinsi yang membawahi cakupan populasi peneliti hanya sebesar 6,1%
(Kemenkes RI, 2012).
Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap
dimasa lalu pun, juga diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB
terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance (MDR).
Hal ini yang harus dicegah dan ditanggulangi di Indonesia. Dengan terjadinya
MDR, basil tuberkulosis yang resisten terhadap berbagai kombinasi obat yang
dapat menyebabkan keparahan bahkan tuberkulosis ekstra paru seperti efusi
pleura, tuberkulsis perikarditis, pneumotorax, TB meningitis, TB spodilitis,
TB pencernaan, dan TB saluran kemih (Mbata, 2013).
Hasil dari studi pendahuluan menyimpulkan bahwa dari 3 penderita
dengan kecendrungan tidak patuh, 1 memiliki dukungan keluarga yang baik
dan 2 lainnya memiliki dukungan yang kurang baik. Hal ini mencerminkan
bahwa dukungan dapat mempengaruhi kepatuhan penderita dalam menjalani
pengobatan jangka panjang.
Dari paparan tersebut didapatkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana gambaran demografi jenis kelamin, usia, pekerjaan dan
pendidikan terakhir penderita TB di wilayah Ciputat?
2. Berapa perbandingan penderita yang patuh dan tidak patuh dalam
menjalani pengobatan?
3. Bagaimana gambaran dukungan keluarga terhadap penderita TB di
wilayah Ciputat?
4. Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat
kepatuhan pengobatan penderita TB?
10
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap
tingkat kepatuhan minum obat anti TB pada penderita TB.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi demografi jenis kelamin, usia, pekerjaan dan
pendidikan terakhir penderita TB di wilayah Ciputat.
b. Mengidentifikasi perbandingan penderita yang patuh dan tidak patuh
dalam menjalani program pengobatan.
c. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga terhadap penderita TB
di wilayah Ciputat.
d. Mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat
kepatuhan pengobatan penderita TB
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perawat
Memberikan informasi pentingnya dukungan keluarga terhadap kepatuhan
pengobatan. Meningkatkan peran perawat khususnya dalam meningkatkan
kepatuhan penderita yang dapat digunakan untuk panduan dalam upaya
pencegahan penderita kambuh dengan memberikan konseling kepada
keluarga sehingga mengetahui cara merawat keluarga mereka yang
mengalami Tuberkulosis.
11
2. Bagi Puskesmas
Sebagai masukan dalam penyusunan program khususnya penderita
kambuh terkait dengan pengoptimalan peran keluarga dalam merawat
keluarga yang sakit dalam upaya penanggulangan TB.
3. Bagi Penderita dan Keluarga
Sebagai saran dan gambaran kepada penderita tentang pentingnya
kepatuhan
dalam
memberitahukan
program
keluarga,
pengobatan
bahwa
jangka
dukungan
yang
panjang.
Serta
positif
dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
agen infektif spesifik (organisme dan mikro-organisme) serta manifestasi
kliniknya merupakan karakteristik penyakit tertentu. Penyakit ini dapat menular
baik langsung maupun tidak langsung dari satu orang ke orang lain atau dari
hewan ke orang (Van Den Berg dan M. J. Viljoen, 2007). Selain merupakan
penyakit menular, TB juga digolongkan sebagai penyakit kronik karena jangka
waktu yang diperlukan untuk sembuh dengan pengobatan secara farmako
membutuhkan waktu minimal 6 bulan (WHO, 2013).
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan penyakit kronik memberikan
dampak negatif baik secara klinis maupun finansial. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa ketidakpatuhan pengobatan merupakan penyebab utama
terjadinya hospitalisasi, morbiditas dan mortalitas di berbagai populasi dan
penyakit (Botelho, RJ, Fam Pract, 1992; Wu, DK, Chung, Lennie, 2008 dalam
Scheurer, 2010). Beberapa penelitian dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan
dalam pengobatan, namun hanya beberapa yang efektif. Salah satunya dukungan
sosial yang memiliki hubungan dalam meningkatkan status kesehatan salah
satunya kepatuhan pengobatan (Centers of Disease Controls Noon Conference,
2013). Salah satu dukungan sosial ialah dukungan keluarga, dimana hal tersebut
menjadi fokus penelitian pada kali ini.
12
13
A. Tuberkulosis
1. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) merupakan airborne infection yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, pada umumnya menyerang
bagian paru dengan cara penularannya secara inhalasi/droplet (yaitu pada
saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, bernyanyi atau
bernafas) serta ditandai oleh beberapa gejala saat fase aktif (Centers of
Disease Controls Noon Conference, Javis dalam McLafferty, 2013;
Gough, 2011; Gordon dan Mwandumba dalam Mc Lafferty, 2013; WHO,
2013). Gejala yang timbul pada penderita TB pada saat bakteri tersebut
aktif, dimana pada orang yang sehat (memiliki sistem imun yang baik)
infeksi Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan gelaja apapun,
namun pada orang yang positif terinfeksi TB paru biasanya ditandai
dengan batuk (disertai sputum atau darah), haemoptosis, susah nafas,
letargi, malaise, nyeri dada, kelemahan, hilang berat badan, demam dan
berkeringat di malam hari (WHO, 2013; Health Protection Agency dalam
Gough, 2011). Apabila terdapat gejala tersebut pada satu penderita yang
mengindikasikan TB, maka dapat dilakukan pemeriksaan X-Ray dan kultur
sputum (Jarvis dalam McLafferty, 2013).
Penyakit tuberkulosis dapat menyerang manusia mulai dari usia
anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara lakilaki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada
penderita yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga
masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. Tuberkulosis
14
pada anak dapat terjadi di usia berapa pun, namun, usia paling umum
adalah antara 1-4 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada
usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja
dimana TB paru-paru menyerupai kasus pada penderita dewasa (sering
disertai kavitas pada paru-paru) (Somantri, 2007).
Terdapat 2 jenis penderita dengan TB: 1) Penderita dengan infeksi
TB namun tidak ada tanda dan gejala yang muncul, dikarenakan bakteri
belum aktif (dorman) biasa disebut masa laten. 2) Penderita yang terinfeksi
dan sakit, ditandai dengan adanya tanda dan gejala yang muncul
dikarenakan bakteri sudah aktif menyerang (CDC, 2012; Gough, 2011).
Secara terperinci klasifikasi TB ditampilkan pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1: Sistem Klasifikasi TB (CDC, 2000 dalam Price dan Lorraine,
2005)
Kelas
Tipe
Keterangan
0
Tidak ada pajanan TB
Tidak ada riwayat terpajan
Tidak terinfeksi
Reaksi terhadap tes kulit tuberkulin
negatif
1
Terpajan TB
Riwayat terpajan
Tidak ada bukti infeksi
Reaksi tes kulit tuberkulin negatif
2
Ada infeksi TB
Reaksi tes kulit tuberkulin positif
Tidak timbul penyakit
Pemeriksaan bakteri negatif (bila
dilakukan).
Tidak ada bukti klinis, bakteriologik,
atau radiografik TB aktif
3
TB, aktif secara klinis
Biakan M. Tuberculosis (bila
dilakukan)
Sekarang terdapat bukti klinis
bakteriologik, atau radiografik
penyakit
4
TB, tidak aktif secara klinis Riwayat episode TB, atau
Ditemukan radiografi yang abnormal
atau tidak berubah; reaksi tes kulit
tuberkulin positif; dan
Tidak ada bukti klinis atau
radiografik penyakit sekarang
15
Kelas
Tipe
5
Tersangka TB
Keterangan
Diagnosa ditunda; pasien seharusnya
tidak boleh berada di kelas ini lebih
dari 3 bulan
16
17
2) Asap rokok merusak sistem imun tubuh, yang berarti perokok kurang
mampu melawan infeksi TB.
3) Asap rokok mengurangi efektifitas pengobatan TB yang dapat
memperlama periode infeksi atau memperparah infeksi.
Curry (2007), menyebutkan bahwa dalam mengendalikan infeksi TB
diperlukan pula pengendalian lingkungan, dengan beberapa anjuran yaitu:
(a) Menggunakan ventilasi untuk mengurangi risiko penyebaran TB. (b)
Ventilasi alami dan kipas angin. (c) Menggunakan aliran udara mengarah
keluar untuk mengurangi risiko penyebaran TB. (d) Sistem ventilasi pusat.
(e) Menggunakan tekanan negatif untuk mengurangi risiko penyebaran
TB. (f) Menggunakan Ultraviolet Germicidal Irradiation (UVGI) untuk
mengurangi risiko penyebaran TB; dan (g) Upper Air UVGI And High-ef
ciency Particulate Air (HEPA) Filter Units.
3. Patofisiologi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh sekelompok bakteri yang
disebut Mycobacterium. Mikobakteria yang menyebabkan TB pada
manusia adalah Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis dan
Mycobacterium africanum. TB dapat menyerang bagian tubuh manapun.
Jika menyerang sisi tubuh, termasuk paru-paru, maka disebut TB milier
(Ormerod dalam Gough, 2011). Sedangkan TB yang menyerang selain
paru disebut TB extra-pulmonal. TB pulmonal ditemukan hampir 60%
dari kasus penyakit (Departement of Health dalam Gough, 2011) dan
18
paru-paru
(Pratt
2003
dalam Gough,
2011).
Selain
19
20
Mycobacterium bovin
Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium africanum
4. Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan TB berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka
waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi.
Menurut ATS (Price, 2005), tiga prinsip dalam pengobatan TB yang
berdasarkan pada: (a) Regimen harus termasuk obat-obat multipel yang
sensitif terhadap mikroorganisme. (b) Obat-obatan harus diminum secara
teratur; dan (c) Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu
21
yang cukup untuk menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling
aman dalam waktu yang paling singkat. Dan faktor penting untuk
keberhasilan pengobatan adalah ketaatan penderita dalam meminum
regimen obat.
Menurut Connolly et al. (2007), penggunaan obat dengan jangka
waktu yang lama ini didasarkan pada sifat bakteri, dimana Mycobacterium
Tuberculosis memiliki: antibiotic indifference, biofilms, dormancy,
latency, persisters, dan phenotypic antibiotic resistance. Masing-masing
sifat ini dijelaskan dibawah ini:
a. Antibiotic indifference adalah sub tipe resistensi bersifat fenotip
terhadap antibiotik, yang dikarenakan terjadi penurunan atau tidak
adanya pertumbuhan
bakteri
pada koloni
bakteri.
Umumnya
22
23
etambutol
@250 mgr
3
-
Jumlah
obat
56
48
24
OAT
yang
digunakan
oleh
Program
Nasional
25
Kategori -2 (2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3)
Panduan OAT ini diberikan untuk penderita BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
3.
Penderita kambuh
Penderita gagal
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap
intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Panduan OAT Sisipan Penggunaan OAT lapis kedua misalnya
golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan
kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada penderita baru tanpa
26
indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah
daripada OAT lapis pertama. Disamping itu, dapat juga
meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua.
27
Lengkap:
Adalah
penderita
yang
telah
selama pengobatan.
B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang saling bergantung
satu sama lain baik dukungan secara emosional, fisik, finansial dan
anggota keluarga mengakui dirinya (Stanhope dan Jeanette, 2004).
Menurut KBBI, keluarga adalah: (a) Ibu dan bapak beserta anak-anaknya,
seisi rumah. (b) Orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; dan (c)
28
konseling
keluarga
di
Yogyakarta,
Sayekti
(1994)
29
30
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
mempunyai
2. Fungsi Keluarga
Menurut Hanson dalam Stanhope dan Jeanette (2004), terdapat 6
fungsi pokok keluarga yaitu:
a. Keluarga bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan finansial.
b. Keluarga berungsi dalam sistem reproduksi, yakni memiliki keturunan
sesuai yang diinginkan.
c. Keluarga memberikan perlindungan dari rasa permusuhan.
31
3. Dukungan Keluarga
Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi faktor
kunci dalam penyembuhan klien. Walaupun keluarga tidak selalu
32
Umumnya,
penderita
yang
berisiko
tinggi
membutuhkan
33
informasi
(manfaat
kepatuhan
dan
risiko
ketidakpatuhan)
Dukungan spiritual
Dukungan keluarga merupakan salah satu jenis dari dukungan
sosial dan penting bagi seorang penderita, dukungan keluarga yang baik
atau yang kurang dapat membantu kestabilan medikasi (Chambers et al.,
34
C. Kepatuhan
1. Pengertian Patuh
Menurut WHO dalam konferensi bulan Juni, 2001 menyebutkan
bahwa patuh atau kepatuhan merupakan kecendrungan penderita
melakukan instruksi medikasi yang dianjurkan (National Institute for
Health and Clinical Excellence dalam Gough, 2011). Kepatuhan diartikan
sebagai riwayat pengobatan penderita berdasarkan pengobatan yang sudah
ditetapkan. Kepatuhan minum obat sendiri kembali kepada kesesuaian
penderita dengan rekomendasi pemberi pelayanan yang berhubungan
dengan waktu, dosis, dan frekuensi pengobatan selama jangka waktu
pengobatan yang dianjurkan. Sebaliknya, ketekunan mengacu pada
tindakan untuk melanjutkan pengobatan untuk jangka waktu yang
ditentukan sehingga dapat didefinisikan sebagai total panjang waktu
penderita mengambil obat, dibatasi oleh waktu antara dosis pertama dan
terakhir (Petorson dalam Agency for Healthcare Research and Quality,
2012).
35
36
Gaugh, 2011) dimana bakteri basil tidak akan sensitif terhadap antibiotik
tertentu. Jika hal ini terjadi pada beberapa obat maka terjadi Multi-Drug
Resistance yang bila terjadi pada seorang penderita membuat pengobatan
akan lebih sulit dan kemungkinan besar dalam prognosis penyakit.
Kepatuhan dalam pengobatan akan meningkat ketika penderita
mendapatkan bantuan dari keluarga (Ramirez dalam Glick et al., 2011).
Disamping itu, penderita yang tidak memiliki keluarga atau memiliki
nonsupportive/ nonavailable/ conflicted family
akan mempengaruhi
terminasi pengobatan lebih awal dan hasil yang tidak memuaskan (Glick et
al., 2011).
37
38
Social and
economic factors
Conditions-related
factors
Therapy-related
factors
kemiskinan,
kebutahurufan,
pendidikan
yang
rendah,
39
untuk
mengatur
pengobatan,
dan
harapan
terhadap
dan
terhadap
ketidakterimaan
diagnosis,
terhadap
kesalahpahaman
penyakit,
terhadap
40
kepatuhan
penderita,
maka
petugas
kesehatan
perlu
komplektisitas
regimen
obat,
durasi
pengobatan,
41
D. Kerangka Teori
Kerangka
teori
berisi
prinsip-prinsip
teori
yang
mempengaruhi
42
Infeksi Bakteri
Mycobacterium tuberculosis
5
dimen
si
yang
memp
engar
uhi
kepat
uhan
(WH
O:
2003)
Pemeriksaan
Manifestasi klinis
Positif
Tata laksana
farmakoterapi
Gagal
Kategori 1
resistensi
Kategori 2
Tim kesehatan
Faktor terapi
Faktor pasien
Kepatuhan
Faktor kondisi
Sosial ekonomi:
Ekonomi Sosial
Dukungan Sosial:
Dukungan Keluarga
Keterangan
: Variabel yang diteliti
Bagan 2.3: Kerangka Teori
(Chambers, et al., 2010; Price, 2005; Depkes RI, 2006; WHO, 2003)
Tuntas
43
E. Penelitian Terkait
1. Teuku Fakhruddin (2012) dalam Thesis: Hubungan
Dukungan Sosial
44
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. KERANGKA KONSEP
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel
(Nursalam, 2008). Sedangkan menurut kerangka konsep adalah model
pendahuluan dari sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari
hubungan variabel-variabel yang diteliti (Swarjana, 2012). Menurut Danim
(2003) Variabel terbagi menjadi variabel independen dan variabel dependen,
dimana variabel independen merupakan dukungan keluarga dan variabel
dependen berupa kepatuhan. Variabel-variabel ini yang nantinya akan
dihubungkan.
Dukungan Keluarga
Kepatuhan
B. HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang
dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun/mengarahkan
penelitian selanjutnya (Umar, 2005). Dari penelitian ini, peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum
obat anti TB (OAT) pada penderita TB di Ciputat
45
46
C. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman
untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Pada
penelitian ini terdapat beberapa variabel yang memiliki definisi operasional
terkait peneletian sebagaimana yang tercantum pada tabel 3.1 yaitu:
47
47
Tabel 3.1: Definisi Operasional
No.
1.
Variabel
Jenis
Definisi Operasional
Perbedaan
individu
yang
Cara Ukur
Mengajukan
kelamin
didasarkan
pertanyaan
Usia
pada
seks
atau
Alat Ukur
Kuesioner
Hasil Ukur
1. Laki-laki
Skala Ukur
Nominal
2. Perempuan
gender.
melalui kuesioner
Mengajukan
pertanyaan
2. Dewasa
melalui kuesioner
3. Lansia
Kuesioner
1. Remaja
Ordinal
(Depkes, 2009)
Pekerjaan
Mengajukan
sehari-hari.
pertanyaan
melalui kuesioner
Kuesioner
1. Bekerja
2. Tidak Bekerja
Nominal
48
No.
2.
Variabel
Pendidikan
Definisi Operasional
Pendidikan
formal
yang
Cara Ukur
Mengajukan
Terakhir
pertanyaan
2. Tinggi
melalui kuesioner
(Sisdiknas, 2003)
Dukungan
Persepsi
Keluarga
dukungan
diukur
pasien
terhadap
keluarga
yang
berdasarkan
aspek
Alat Ukur
Kuesioner
Mengajukan
Kuesioner
pertanyaan
pertanyaan,
melalui kuesioner
Nilai tertinggi = 75
70 = Baik
dengan
Hasil Ukur
1. Rendah
25
Menggunakan
Skala Ukur
Nominal
Nominal
Nilai terendah = 25
3.
Kepatuhan
Mengajukan
Kuesioner
dengan
melaksanakan
pertanyaan
pertanyaan
baku
melalui kuesioner
Morinsky, menggunakan
kategori, yaitu:
skala guttman.
>2 = Rendah
Nilai tertinggi = 8
2 = Baik
instruksi
pengobatan
berdasarkan
Morinsky
Medication
Nilai terendah = 0
dari
Nominal
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yakni penelitian
dilakukan pada satu waktu dengan melihat bagaimana dukungan keluarga
yang diberikan saat sedang menjalani pengobatan terhadap kepatuhan
penderita.
49
50
2. Sampel
Sampel atau contoh adalah subunit populasi survei atau populasi survei
itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan
kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar
kemampuan mewakilinya (Danim, 2003). Pada dasarnya ada dua syarat
yang harus dipenuhi saat menetapkan sampel, yaitu representatif
(mewakili) dan sampel harus cukup banyak (Nursalam, 2008). Dalam
penentuan sampel ini, peneliti menggunakan kriteria sampel baik inklusi
maupun eksklusi yang bertujuan untuk membantu mengurangi bias hasil
penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti (Nursalam, 2008).
Kriteria inklusi dari sampel pada penelitian ini sebagaimana berikut:
51
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi pernyataan dari kuesioner
terkait dukungan keluarga yang sudah penderita terima dan kepatuhan dalam
minum obat, sebelum itu peneliti melakukan prosedur di bawah ini:
1. Pembuatan surat izin yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan.
2. Permohonan izin mengambil data dan studi pendahuluan di Puskesmas
terkait.
3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen di Layanan Kesehatan
Cuma-Cuma (LKC) dan Puskesmas Pisangan.
4. Pengolahan data uji validitas dan reliabilitas.
5. Melakukan briefing kepada asisten penelitian sebanyak dua orang.
6. Pengambilan data melalui kuesioner.
7. Pengolahan hasil penelitian.
52
pertanyaan nomor 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 18, 20, 23, dan 24.
Penentuan jawaban kuesioner menggunakan Skala Likert; dimana jawaban
responden memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif
dengan menggunakan rentang skala 1-3 yaitu jarang, kadang-kadang dan
selalu. Skor tertinggi diberikan pada jawaban sangat positif. Dalam
menentukan cut of point pada variabel dukungan keluarga dilakukan uji
distribusi terlebih dahulu menggunakan kolmogrov-smirnov karena jumlah
sampel yang besar yakni > 50 (Dahlan, 2010) dan didapat hasil uji
distribusi tidak normal, sehingga penggunaan cut of point dengan
menggunakan nilai median.
3. Instrumen ketiga adalah kepatuhan, dengan memberikan pernyataan dari
kuesioner baku Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS) yang
terdiri dari 8 pernyataan yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa
Indonesia. Penentuan jawaban kuesioner menggunakan skala Guttman;
dimana yaitu jawaban responden hanya terbatas pada dua jawaban, ya atau
tidak. Nilai tertinggi 8 dan terendah 0. Variabel kepatuhan mengadopsi
dari interpretasi kuesioner asli oleh Morinsky yang dimodifikasi yakni
dengan 2 kategori, dimana 2 sebagai cut of point. Semakin sedikit total
nilai yang dijumlah menandakan kepatuhan yang baik.
53
54
ulang pada penelitian sebenarnya dan didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,934
dengan validitas seluruh pertanyaan valid.
Hasil uji pada instrumen kepatuhan didapatkan nilai K-R20 0,844 dengan
validitas soal, terdapat 1 pertanyaan yang tidak valid pada nomor 5 dengan
nilai negatif. Sehingga dilakukan perubahan redaksi menjadi kalimat positif
dan dilakukan uji ulang pada 20 responden didapatkannilai K-R20 0,78
dengan 2 pertanyaan tidak valid. Kemudian untuk memperkuat hasil validasi
dilakukan uji ulang pada penelitian sebenarnya dan didapatkan nilai K-R20
0,8 dengan validitas seluruh pertanyaan valid.
G. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian.
Oleh karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Menurut Budiarto
(2002) dalam pengolahan data mencakup beberapa hal berikut:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali data yang telah
dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode atau simbol pada data yang
telah terkumpul, baik dengan menggunakan penomoran atau kode lain di
pojok kanan atas data.
55
3. Tabulating
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga data sudah
di-coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar
dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan
data dari kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistik.
56
I. Etika Penelitian
Etika penelitian sangat diperlukan, tidak hanya dari sisi metode, design,
dan cara penulisan (plagiarisme), namun bagaimana cara memperoleh data
juga harus atas persetujuan responden. Menurut Polit dan Beck dalam Ketut
(2012), prinsip-prinsip etika dalam penelitian sebagai berikut:
1. Menghormati otonomi kapasitas dari partisipan penelitian, partisipan harus
bebas dari konsekuensi negatif akibat penelitian yang diikutinya.
2. Mencegah dan meminimalisir hal yang berbahaya.
3. Dalam penelitian, peneliti tidak hanya respek kepada partisipan tetapi juga
pada keluarga dan kerabat lainnya.
4. Memastikan bahwa benefits dan burdens dalam penelitian sudah
dipertimbangkan.
5. Memproteksi privasi partisipan semaksimal mungkin.
6. Memastikan integritas proses penelitian.
7. Membuat laporan tentang hal-hal yang bersifat suspected, alleged, atau
known incidents of scientific misconduct in research.
Hal ini sejalan pula dengan prinsip yang dikeluarkan oleh American
Nursing Ascosiation (ANA), dimana terdapat 6 item, yaitu: azas hak
menentukan pilihan sendiri (Autonomy), azas kemanfaatan (Beneficience),
azas tidak mencederai (Nonmaleficience), azas kerahasiaan (Confidentiality),
azas kejujuran (Veracity), dan azas keadilan (Justice). Pada penelitian ini,
peneliti melakukan beberapa prosedur untuk tetap menjalani etika penelitian
yaitu:
57
yaitu
kerahasiaan
identitas
responden
dengan
hanya
58
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Populasi
Populasi diambil diwilayah Ciputat, tepatnya di Puskesmas Ciputat dan
Ciputat Timur. Kedua puskesmas ini berada di bawah naungan dinas
kesehatan yang sama sehingga penelitian yang dilakukan oleh peneliti berada
di program yang sama yaitu pengembangan wajib puskesmas program
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL). Pengambilan data
responden dan pengisian kuesioner dilakukan di ruang TB yang dibuka pada
hari selasa dan kamis. Program TB yang direncanakan berupa konsultasi
penderita, pemeriksaan dahak, tes mantoux dan pembagian obat secara cumacuma. Namun, untuk fasilitas rontgen masih belum ada. Program
pemberantasan TB ini dilakukan dengan sangat teliti dan hati-hati karena
sudah menjadi program nasional dimana paket obat pada penderita baik anak
maupun dewasa sudah dikemas dalam satu paket, sehingga kesalahan dan
missing dalam pengobatan dapat terkontrol.
Total penderita TB yang terdaftar hingga Juni minggu pertama menurut
jumlah kartu berobat penderita yang peneliti dapat ialah sebanyak 69
penderita, 34 penderita di puskesmas Ciputat Timur dan 35 penderita di
puskesmas Ciputat. Seluruh penderita memenuhi kriteria inklusi peneliti,
sehingga responden diambil dari seluruh penderita. Hal ini sesuai dengan
keinginan peneliti yang menggunakan teknik total sampling.
58
59
B. Analisis Univariat
1. Data Demografi
Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik sampel
penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan
terakhir. Berikut adalah distribusi frekuensi karakteristik responden
penelitian yang didapat dari 69 responden.
Tabel 5.1: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Data Demografi di
Wilayah Ciputat Juni 2014 (n=69)
Demografi
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
34
35
49,3
50,7
14
38
17
20,3
55,1
24,6
Pekerjaan
Bekerja
Buruh
Petani
Bengkel
Wiraswasta
Karyawan
Dagang
Supir
Tidak Bekerja
36
3
1
1
16
10
3
2
33
52,2
8,33
2,78
2,78
44
27,8
8,33
5,56
47,8
Pendidikan Terakhir
Rendah
Tinggi
34
35
49,3
50,7
Usia
Remaja ( 25 tahun)
Dewasa (26-45 tahun)
Lansia ( 46 tahun)
60
61
Patuh
n (%)
Kepatuhan
Tidak Patuh
n (%)
Jenis Kelamin
Laki
Perempuan
25 (73,5)
26 (74,3)
9 (26,5)
9 (25,7)
Usia
Remaja
Dewasa
Lansia
9 (64,3)
29 (76,3)
13 (76,5)
5 (35,7)
9 (23,7)
4 (23,5)
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
27 (75)
24 (72,7)
9 (25)
9 (27,3)
Pendidikan Terakhir
Rendah
Tinggi
26 (76,5)
25 (71,4)
8 (23,5)
10 (28,6)
62
univariat
dalam
penelitian
ini
bertujuan
untuk
63
Dukungan
Baik
Buruk
42
27
60,9
39,1
Kepatuhan
Patuh
Tidak Patuh
51
18
73,9
26,1
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara 2 variabel yaitu
variabel dukungan keluarga dengan variabel kepatuhan minum obat. Uji
bivariat dilakukan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan
95% ( = 0,05).
64
dari 0,05 sehingga uji statistik bermakna. Syarat melakukan uji Chi Square
ialah sel yang mempunyai nilai expected lebih kecil dari 5 maksimal 20%
dari jumlah sel (Dahlan, 2010). Sehingga untuk mengetahuinya dilihat
nilai expected pada masing-masing sel.
Tabel 5.4: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Dukungan Keluarga
terhadap Kepatuhan Minum Obat di Wilayah Ciputat Juni
2014 (n=69)
Kepatuhan
Patuh
Tidak Patuh
n(%)
n(%)
Dukungan keluarga
Buruk
Baik
13 (48,1)
38 (90,5)
14 (51,9)
4 (9,5)
p value
0,000
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Data Demografi
1. Gambaran Jenis Kelamin terhadap Kepatuhan
Pada penelitian ini didapat bahwa pada jenis kelamin laki-laki dan
perempuan cenderung sama, karena persentase antara kedua variabel tidak
ada perbedaan. Namun pada penelitian Hiswani dalam Sahat (2010)
mengatakan ada perbedaan kejadian TB pada jenis kelamin, bahwa lakilaki lebih tinggi dibandingkan perempuan hal ini diakibatkan gaya hidup
laki-laki cenderung lebih banyak merokok dimana merokok dapat
memperparah penyakit tuberkulosis (Public Health Agency of Canada,
2010).
Menurut Riskesdas (2007), prevalensi TB paru pada laki-laki 20 %
lebih tinggi dibandingkan perempuan. Perbedaan angka ini dikarenakan
pada wilayah penelitian yang dilakukan perempuan cenderung lebih
waspada terhadap penyakit yang diderita karena takut menularkan kepada
anaknya sehingga mereka akan mencari pengobatan. Dari infromasi yang
didapat bahwa beberapa suami penderita yang juga terkena infeksi TB
menolak jika dilakukan pengobatan karena akan mengganggu kesibukan
mereka saat dilakukan pemeriksaan. Perbedaan frekuensi tidak hanya
terlihat pada hubungannya dengan kejadian TB, namun juga dengan
kepatuhan responden dalam pengobatan. Hasil persentase dari dua kategori
jenis kelamin menunjukkan tingkat kepatuhan yang sama, artinya tidak
ada perbedaan diantara keduanya dalam tingkat kepatuhan atau bahkan
65
66
bisa dikatakan sama. Hal ini terlihat pula dari hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti terhadap responden, dimana jawaban responden
mengenai hal ini ialah mereka tidak mau menularkan infeksi ini kepada
keluarga terutama anak mereka, mengingat seluruh responden telah
memiliki keluarga.
67
68
69
70
71
memiliki nonsupportive/
72
D. Keterbatasan Penelitian
Kurangnya keterlibatan petugas saat pengambilan data sehingga dalam
pengisian kuesioner, responden kurang antusias.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada
bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Persebaran demografi penderita TB di Wilayah Ciputat tidak terlalu
signifikan berbeda karena selisih angka diantara variabel pembandingnya
tipis. Meliputi: (a) Usia, dimana persebaran usia berada pada usia 28-45
yakni usia yang rentan untuk terjadi infeksi. (b) Jenis kelamin, persentase
pada jenis kelamin laki-laki sebesar 49,3% sedangkan perempuan 50,7%.
Tidak ada perbedaan yang signifikan. (c) Pekerjaan, lebih banyak
penderita TB yang berstatus bekerja dengan angka 52,2% penderita yang
bekerja dan 47,8% penderita yang tidak bekerja. (d) Pendidikan Terakhir,
penderita dengan pendidikan rendah sebanyak 34 responden (49,3%), dan
penderita dengan pendidikan tinggi sebanyak 35 responden (50,7%).
2. Gambaran tingkat dukungan keluarga penderita TB di Ciputat dikatakan
baik karena lebih dari setengah sampel, yaitu 60,9% masuk dalam kategori
baik.
3. Tingkat kepatuhan penderita TB dalam melakukan pengobatan juga
dikatakan baik karena lebih dari setengah sampel, yaitu 73,9% masuk
dalam kategori baik, dengan perbedaan jumlah penderita yang patuh dan
yang tidak patuh sebanyak 51 dan 18 responden.
73
74
B. Saran
1. Puskesmas Ciputat
Pemantauan keluarga diusahakan dengan meminta keluarga untuk
menemani penderita yang butuh pendampingan seperti penderita cacat
fisik atau cacat mental saat ke Puskesmas karena masih ada penderita yang
datang sendiri ke Puskesmas.
2. Puskesmas Ciputat Timur
Evaluasi pada setiap penderita yang berindikasi untuk putus obat
dilakukan agar infeksi dapat disembuhkan. Bisa dengan melakukan
kunjungan rumah penderita sesuai alamat yang tercatat di Puskesmas.
3. Perawat
Sebagai seorang perawat, modifikasi pemberian edukasi setiap kali
pertemuan dengan penderita melalui media baik cetak maupun elektronik
di sekitar ruang tunggu pasien sangat dianjurkan, karena kemungkinan
terjadinya kelalaian dan lupa tidaklah sedikit.
4. Peneliti Lain
DAFTAR PUSTAKA
Agency for Healthcare Research and Quality. (2012).Medication Adherence
Interventions: Comparative Effectiveness Closing the Quality Gap: Revisiting the
State
of
the
Science
diakses
dari
http://www.effectivehealthcare.ahrq.gov/ehc/products/296/1248/EvidenceReport20
8_CQGMedAdherence_FinalReport_20120905.pdf tanggal 6 maret 2014
Ahsan, A., dan Putu Ari Sadhu Permana Hany. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Hipertensi di Poli Jantung RSSA
Malang. Tesis.
Arifin, Zaenal. (2008). Dasar-dasar penulisan karya ilmiah edisi ke 4. Jakarta: Grasindo
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Barker dkk. (2005). Principles of Ambulatory Medicine 7th ed. USA: Lippincott
Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (BIMKMI) vol. 1 No 1
Oktober 2012 diakses dari bimkmi.bimkes.org tanggal 14 November
Budiarto, Eko. (2002). Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta:
EGC
Centers for Disease Control. (2013). CDCs Noon Conference
Centers for Disease Control and Prevention. (2012). Reported Tuberculosis in the United
States, 2011.
Chambers, J. A., Ronan E. O Carroll, Barbara Hamilton, Jennifer Whittake, Marie
Johnston, Cathie Sudlow, dan Martin Dennis. (2010). Adherence to medication in
stroke survivors: a Qualitative comparison of low and high adherence
Connolly L.E., Edelstein PH, & Ramakrishnan L. (2007). Why Is Long-Term Therapy
Required to Cure Tuberculosis? PLoS Med 4(3): e120. doi:10.1371/journal.
pmed.0040120
diakses
dari
http://www.plosmedicine.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pmed.0
040120 tanggal 22 April 2014
Corwin, E.J. (2008). Buku Saku Patofisiologi Ed. 3. Jakarta: EGC
Curry, F.J. (2007). National Tuberculosis Center: Tuberculosis Infection Control: A
Practical Manual for Preventing TB, [inclusive page numbers]. Diakses dari
https://www.ndhealth.gov/Disease/TB/Documents/Infection%20Control.pdf pada
tanggal 4 Juli 2014
Dahlan, M.Sopiyudin. (2010). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika
Danim, Sudarwan. (2003). Riset Keperawatan Sejarah & Metodologi. Jakarta: EGC
75
76
dari
DiMatteo M.R., Giordani PJ, & Lepper HS,. (2002). Patient adherence and medical
treatment outcomes: a meta-analysis. Med Care. 2002 Sep;40(9):794-811. PMID:
12218770.
Fakhruddin, T. (2012). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kepatuhan Minum Obat
Penderita Skizofrenia di Kabupaten Aceh Barat Daya. Tesis.
Fitzpatrick, R., Stanton N., Tracey R., Suzanne S., Williams, dan Gareth. (2005).
Understanding Rheumatoid Arthritis. Routledge: Newyork.
Glick, I.D, Anya H. Stekoll, dan Spencer Hays. (2011). The Role of the Family and
Improvement in Treatment Maintenance, Adherence, and Outcome for
Schizophrenia. Journal of Clinical Psychopharmacology Volume 31, Number 1,
February 2011.
Gough, A. dan Garri Kaufman (2011) Pulmonary Tuberculosis: clinical features and
patient management. Nursing Standard. July 27: vol 25, no 47, page 48-56.
Handayani, Meery. (2011). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan
Minum Obat Pada Penderita Tuberkulosis Paru di Poliklinik Paru RSUP dr. M.
Djamil Padang. Skripsi
Hastono, Sutanto Priyo dan Luknis Sabri. (2011).Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Jeffrey, A. Gliner. (2012). Just The Fact 101 textbook Key Facts, textbook outline,
highlight & Practice Quizzes. Research Methods in Applied Settings: An
Integrated Approach to Design and Analysis 2nd Edition. Study Guide.Cram101:
USA.
Jojor. (2004). Ketidakpatuhan Pasien TB Paru dalam Hal Pengobatan. Skripsi
Journal
of
Plos
Medicine.
(2007).
4(7):
e238.
Diakses
dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17676945 tanggal 27 November 2013
77
78
Measure
for
Social
Support.
Diakses
dari
http://www.fetzer.org/sites/default/files/images/
stories/pdf/selfmeasures/Self_Measures_for_Social_Support_INTERPERSONA
L_SUPPORT_EVALUATION.pdf tanggal 6 maret 2014
79
80
81
Lampiran 1
83
84
85
Lampiran 2
Usia
Bersedia terlibat sebagai responden dalam penelitian Sdri Desy Fitri Maulidia
Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Hubungan
Antara Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita
Tuberkulosis Di Wilayah Ciputat Tahun 2014. Dan sudah dijelaskan manfaat,
kerugian, dan konsekuensi yang akan saya terima serta menjamin kerahasiaan
identitas saya.
Ciputat,
2014
Ttd,
____________________
Lampiran 3
No Responden:
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN
MINUM OAT PADA PASIEN TB
1. Data Demografi
Nama (inisial)
Jenis Kelamin
Usia
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
:................................
:................................
:................................
:................................
:................................
2. Dukungan Keluarga
Berilah tanda ceklist () pada kolom dibawah ini, sesuai dengan apa yang
Anda rasakan.
Tidak
No
Pernyataan
jarang
pernah
Keluarga saya:
1
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Selalu
87
No
Pernyataan
Tidak
pernah
jarang
Selalu
Lampiran 4
3. Kepatuhan Minum Obat
Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan yang Anda rasa dan Anda
lakukan selama pengobatan.
No
Pernyataan
1.
2.
3.
Pernahkah berhenti minum obat dan tidak memberi tahu dokter Anda?
4.
5.
6.
Apakah Anda pernah berhenti untuk minum obat saat tidak ada gejala?
7.
Apakah Anda pernah kesal dengan rencana pengobatan Anda yang lama?
8.
Ya
Tidak
Lampiran 5
1. Instrumen Dukungan Keluarga
Tabel: Nilai reliabilitas dukungan menggunakan pearson product (n = 22)
Cronbach's
Alpha
.906
N of Items
25
90
91
92
2. Instrumen Kepatuhan
Tabel: Nilai realibilitas instrumen kepatuhan menggunakan K-R 20 (n= 16)
B1
B2
B3
B4
P
0.5625
0.0625
0.25
0.125
Q
0.4375
0.9375
0.75
0.875
p*q
0.246094 0.058594 0.1875 0.109375
P
Q
p*q
Sigma p*q
n soal
n-1
Varian total
K-R 20
Ket.
B5
0.9375
0.0625
0.058594
1.261719
B6
B7
B8
0.375
0.1875
0.3125
0.6875
0.625
0.8125
0.234375 0.152344 0.214844
=8
=7
= 4.829167
= 0.844262
= reliable
Tabel: Nilai uji validitas kepatuhan dengan pearson product moment, t tabel
0,497 (n = 16)
Nilai r
Nilai
Pertanyaan
(pearson correlation)
(Sig. 2 tailed)
B1
.751
.001
B2
.629
.009
B3
.797
.000
B4
.006
.655
B5
.594
-.144
B6
.001
.736
B7
.000
.795
B8
.000
.883
Terdapat 1 pertanyaan tidak valid, sehingga dilakukan perubahan redaksi
kalimat negatif menjadi positif, dan tidak merusak makna aslinya. Dilakukan
uji ulang.
93
B1
B2
B3
0.2
0.15
0.15
0.8
0.85
0.85
0.16
0.1275 0.1275
1.1125
=8
=7
= 4.3833333
= 0.77986476
= reliable
B4
0.2
0.8
0.16
B5
0.2
0.8
0.16
B6
0.15
0.85
0.1275
B7
0.2
0.8
0.16
Tabel: Nilai uji validitas kepatuhan dengan pearson product moment, t tabel 0,444
(n=20)
Nilai r
Nilai
Pertanyaan
(pearson correlation)
(Sig. 2 tailed)
B1
.863
.000
B2
.457
.043
B3
.764
.000
B4
.000
.795
B5
.645
.110
B6
.000
.841
B7
.176
.315
B8
.000
.850
B8
0.1
0.9
0.09
94
P
Q
p*q
sigma p*q
n soal
n-1
Varian total
K-R 20
Ket.
B1
B2
B3
B4
B5
0.24637681 0.14492754 0.11594203 0.20289855 0.28985507
0.75362319 0.85507246 0.88405797 0.79710145 0.71014493
0.18567528 0.12392355 0.10249947 0.16173073 0.20583911
B6
0.2173913
0.7826087
0.17013233
1.32955261
B7
B8
0.34782609 0.24637681
0.65217391 0.75362319
0.2268431 0.18567528
=8
=7
= 4.39428815
= 0.79706992
= reliable
Tabel: Nilai uji validitas kepatuhan dengan pearson product moment, t tabel 0,244
(n=69)
Nilai r
Nilai
Pertanyaan
(pearson correlation)
(Sig. 2 tailed)
B1
.714
.000
B2
.682
.000
B3
.652
.000
B4
.752
.000
B5
.306
.011
B6
.772
.000
B7
.511
.000
B8
.823
.000
Lampiran 6
1. Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Dukungan keluarga
N
Normal Parameters
a,b
Kepatuhan
69
69
Mean
66.68
1.75
Std. Deviation
9.444
2.096
Absolute
.189
.249
Positive
.189
.249
Negative
-.174
-.201
1.572
2.069
.014
.000
Valid Percent
Cumulative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Percent
Percent
Valid
Laki-Laki
34
49.3
49.3
49.3
Perempuan
35
50.7
50.7
100.0
Total
69
100.0
100.0
96
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
tidak bekerja
33
47.8
47.8
47.8
Bekerja
36
52.2
52.2
100.0
Total
69
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
rendah
34
49.3
49.3
49.3
tinggi
35
50.7
50.7
100.0
Total
69
100.0
100.0
97
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
remaja
14
20.3
20.3
20.3
dewasa
38
55.1
55.1
75.4
lansia
17
24.6
24.6
100.0
Total
69
100.0
100.0
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
buruk
27
39.1
39.1
39.1
baik
42
60.9
60.9
100.0
Total
69
100.0
100.0
98
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
patuh
51
73.9
73.9
73.9
tidak patuh
18
26.1
26.1
100.0
Total
69
100.0
100.0
Pekerjaan
Pend. Terakhir
usia
Dukungan
Kepatuhan
69
69
69
69
69
Mean
1.51
1.52
3.19
1.96
66.68
1.75
Median
2.00
2.00
4.00
2.00
70.00
1.00
75
.504
.503
1.004
.629
9.444
2.096
-.030
-.089
-.751
.397
89.191
4.394
.289
.289
.289
.289
-1.683
1.333
-2.060
-2.052
-.511
.960
.289
.289
.570
.570
.570
.570
2.836
.933
Minimum
.570
.570
Maximum
34
104
105
220
135
75
25
1.00
1.00
2.00
4601
121
50
2.00
2.00
4.00
62.00
.00
75
2.00
2.00
4.00
70.00
1.00
N
Missing
Mode
Std. Deviation
Skewness
Std. Error of Skewness
Kurtosis
Std. Error of Kurtosis
Sum
Percentiles
99
Missing
Percent
69
100.0%
Total
Percent
0
0.0%
Percent
69
100.0%
JK * kepatuhan Crosstabulation
kepatuhan
patuh
Count
Total
tidak patuh
25
34
% within JK
73.5%
26.5%
100.0%
% within kepatuhan
49.0%
50.0%
49.3%
% of Total
36.2%
13.0%
49.3%
26
35
% within JK
74.3%
25.7%
100.0%
% within kepatuhan
51.0%
50.0%
50.7%
% of Total
37.7%
13.0%
50.7%
51
18
69
73.9%
26.1%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
73.9%
26.1%
100.0%
Laki-Laki
JK
Count
Perempuan
Count
% within JK
Total
% within kepatuhan
% of Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
.943
.000
1.000
.005
.943
.005
b
df
1.000
.005
69
.943
.580
100
Missing
Percent
69
100.0%
Total
Percent
0
Percent
0.0%
69
100.0%
Total
tidak patuh
24
33
% within Pek
72.7%
27.3%
100.0%
% within kepatuhan
47.1%
50.0%
47.8%
% of Total
34.8%
13.0%
47.8%
27
36
% within Pek
75.0%
25.0%
100.0%
% within kepatuhan
52.9%
50.0%
52.2%
% of Total
39.1%
13.0%
52.2%
51
18
69
73.9%
26.1%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
73.9%
26.1%
100.0%
tidak bekerja
Pek
Count
Bekerja
Count
% within Pek
Total
% within kepatuhan
% of Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
.830
.000
1.000
.046
.830
.046
b
df
1.000
.045
69
.831
.523
101
Missing
Percent
69
Total
Percent
100.0%
0.0%
Percent
69
100.0%
Total
tidak patuh
26
34
25.1
8.9
34.0
% within kat_pend
76.5%
23.5%
100.0%
% within kepatuhan
51.0%
44.4%
49.3%
25
10
35
25.9
9.1
35.0
% within kat_pend
71.4%
28.6%
100.0%
% within kepatuhan
49.0%
55.6%
50.7%
51
18
69
51.0
18.0
69.0
% within kat_pend
73.9%
26.1%
100.0%
% within kepatuhan
100.0%
100.0%
100.0%
Expected Count
rendah
kat_pend
Count
Expected Count
tinggi
Count
Expected Count
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
.633
.041
.839
.228
.633
.227
b
df
.785
.224
69
.636
.420
102
Missing
Percent
katusia * kepatuhan
69
Total
Percent
100.0%
0.0%
Percent
69
Total
tidak patuh
9
14
10.3
3.7
14.0
% within kat_usia
64.3%
35.7%
100.0%
% within kepatuhan
17.6%
27.8%
20.3%
29
38
28.1
9.9
38.0
% within kat_usia
76.3%
23.7%
100.0%
% within kepatuhan
56.9%
50.0%
55.1%
13
17
12.6
4.4
17.0
% within kat_usia
76.5%
23.5%
100.0%
% within kepatuhan
25.5%
22.2%
24.6%
51
18
69
51.0
18.0
69.0
73.9%
26.1%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Expected Count
remaja
Count
Expected Count
kat_usia
dewasa
Count
Expected Count
lansia
Count
Expected Count
Total
% within kat_usia
% within kepatuhan
a
Test Statistics
kat_usia
Mann-Whitney U
412.000
Wilcoxon W
583.000
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
-.714
.475
100.0%
103
tidak patuh
13
14
27
20.0
7.0
27.0
% within dukungan
48.1%
51.9%
100.0%
% of Total
18.8%
20.3%
39.1%
-7.0
7.0
38
42
31.0
11.0
42.0
% within dukungan
90.5%
9.5%
100.0%
% of Total
55.1%
5.8%
60.9%
Residual
7.0
-7.0
Count
51
18
69
51.0
18.0
69.0
% within dukungan
73.9%
26.1%
100.0%
% of Total
73.9%
26.1%
100.0%
Expected Count
buruk
Total
Residual
dukungan
Count
Expected Count
baik
Expected Count
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
.000
13.155
.000
15.397
.000
15.271
b
df
.000
Linear-by-Linear Association
15.050
N of Valid Cases
.000
69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.04.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Approx. Sig.
Phi
.057
.633
Cramer's V
.057
.633
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
a. Not assuming the null hypothesis.
69
.000