Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TERSTRUKTUR

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS : ATONIA UTERI


Pembimbing : Apollonia Wina, S.Si.T.MM.Kes

D
I
S
U
S
U
N
OLEH Kelompok 4 :
Doni Tolanda
Natalia Clear
Perianus Chandra
Vinolia Jade

Akademi Keperawatan Dharma Insan


Pontianak 2010 / 2011

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA


ATONIA UTERI
I.

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
(JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)

B. Etiologi
1. Overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau
2.
3.
4.
5.
6.

paritas tinggi.
Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
Multipara dengan jarak keahiran pendek
Partus lama / partus terlantar
Malnutrisi
Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta,
sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.

C. Fatofisiologi
Overdistensi uterus merupakan factor risiko mayor terjadinya atonia uteri.
Overdistensi uterus dapat disebabkan oleh kehamilan ganda ,janin
makrosomia, polihidramnion atau abnormalitas janin(misal hidrosefalus
berat), kelainan struktur uterus atau kegagalan untuk melahirkan plasenta
atau distensi akibat akumulasi darah di uterus baik sebelum maupun sesudah
plasenta lahir.
Lemahnya kontraksi miometrium merupakan akibat dari kelelahan Karena
persalinan lama atau persalinan dengan tenaga besar.
D. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala yang khas dari atonia uteri jika kita menemukan : uterus
tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segara setelah anak lahir (post
partum primer)

E. Komplikasi
Komplikasi awal :
1. Perdarahan
Pembuluh darah yang tidak terikat dengan baik.Pastikan bahwa
perdarahan tidak berasal dari uterus yang atonik
2. Hematoma
Mengumpulnya darah pada dinding vagina yang biasanya terjadi akibat
komplikasi luka pada vagina. Terlihat pembengkakan vagina/vulva,nyeri
hebat & retensio urine
3. Retensio urine
Maternal harus dianjurkan untuk berkemih,jika tidak bisa kateter.
Menghindari ketegangan kandung kemih
4. Infeksi
Infeksi saat menjahit robekan, jika infeksi jahitan harus dilepas dan
dijahit ulang
Komplikasi Lanjut
1. Jaringan parut dan stenosis (penyempitan) vagina
2. Jaringan parut pada serviks
3. Vesiko-vagina,vesiko-serviks/fistula rekto-vagina
F. Penatalaksanaan atonia uteri
1. Resusitasi : apabila terjadi perdarahan postpartum banyak ,maka
penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan
cepat ,monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan
monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crrosmatch
perlu dilakukan untuk persiapan tranfusi darah.
2. Masase dan kompresi bimanual : masase dam kompresi bimanual akan
menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan.
Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15
detik) ,jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus
berkontraksi dan perdarahan terus berlangsung , periksa apakah
perineum/vagina dan servik mengalami laserasi dan jahit atau rujuk
segera.

3. Jika uterus tidak berkontraksi maka : bersihkanlah bekuan darah atau


selaput ketuban dari vagina dan lobang serviks; pastikan bahwa kandung
kemih telah kosong; lakukan kompres bimanual internal (KBI) selama 5
menit. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit ,keluarkan
tangan perlahan-lahan dan pantau kala 4 dengan tepat . Jika uterus tidak
berkontraksi maka ;Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi
bimanual eksternal; keluarkan tangan perlahan-lahan ;berikan ergometrin
0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi ;pasang infuse
menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit
oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI jika
uterus berkontraksi pantau ibu dengan saksama selama kala 4. Jika
uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera.
4. Pemberian uterotonika
Oksitosin merupakan hormone sintetik yang diproduksi oleh lobus
posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya
meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya
reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif
diberikan lewat infuse dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi
kolaps bisa diberikan oksitosin sangat sedikit ditemukan ,yaitu nausea
dan vomitus, efeksamping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil
prostaglandin. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal,
transvaginal, intravenous, intramuscular dan rectal.
5. Operatif (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka
keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterine yang
berjalan setinggi batas ayas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC,
ligasi dilakukan 2-3cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk
melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang
absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterine diligasi dengan
melewatkan jarum 2-3cm medial vasa uterine, masuk kemiometrium
keluar di bagian avaskuler ligamantum latum lateral vasa uterine.
6. Ligasi arteri iliaka interna (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Identifikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk
melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral
paralel dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka ,ureter ditarik ke
medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka
interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri ,dan dengan
menggunakan benang non absorbable dilakukan dua ligasi bebas berjarak
1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut
arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah
ligasi.
7. Histerektomi (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Histerktomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika
terjadi perdarahan postpartum massif yang membutuhkan tindakan

operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak
terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
8. Kompres bimanual
Kompres bimanual internal (KBI)
a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan
lembut masukan secara obstetric(menyatukan kelima ujung jari)
melalui introitus ke dalam vagina ibu.
b. Periksa vagina dan serviks ,jika ada selaput ketuban atau bekuan darah
pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tidak dapat
berkontraksi secara penuh.
c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan
dinding anterior uterus kearah tangan luar yang menahan dan
mendorong dinding posterior uterus kearah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang.
d. Tekan kuat uterus diantara kedua tangan .Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang
terbuka(bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga
merangsang miometrium untuk berkontraksi.
e. Evaluasi keberhasilan
Jika KBI tidak berhasil dalam 5 menit diperlukan tindakan-tindakan
lain.
1) Berikan 0,2 gram egometrin IM atau misoprosol 600-1000 mcg
perektal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi.
2) Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) pasang infus
dan berikan 500 cc larutan ringer laktat yang mengandung 20 unit
oksitosin
3) Pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan ulangi
KBI
4) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit
,segera rujuk ibu karena hal ini bukan uteri sederhana
5) Sambil membawea ibu ketempat rujukan ,teruskan tindakan KBI
dan infuse cairan hingga ibu tiba ditempat rujukan.
Kompresi bimanual eksternal(KBE)
1. Letakan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding dan dinding
depan korpus uteri dan diatas simfisis pubis
2. Letakan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri ,sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan
untuk mencakup /memegang bagian belakang uterus seluas mungkin
3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan
depan dan belakang agar pembuluh darah didalam anyaman
miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.

II.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Melaporkan keletihan, kurang energi.

2.
3.
4.
5.

6.

Letargi, penurunan penampilan


Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat.
Eliminasi
Distensi usus atau kandung kemih mungkin ada.
Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
Nyeri/Ketidaknyamanan
Mungkin menerima narkotik atau anastesia peridural pada awal
proses persalinan.
Mungkin menunjukan persalinan palsu dirumah
Kontraksi jarang dengan intensitas ringan sampai sedang (kurang
dari 3 kontraksi dalm periode 10 menit)
Dapat terjadi sebelum awitan persalinan(disfungsi fase laten
primer) atau setelah persalinan terjadi (disfungsi fase aktif
sekunder)
Fase laten persalinan memanjang : 20 jam atau lebih lama pada
nulipara (rata-rata adalah 8,5 jam), atau 14 jam pada multipara
(rata-rata adalah 5,5 jam)
Tonus istirahat miometrial mungkin 8 mmHg atau kurang, dan
kontraksi dapat terukur kurang dari 30 mmHgatau dapat terjadi
masing-masing lebih dari 5 menit. Sedangkan tonus istirahat dapat
lebih besar dari 15 mmHg, pada peningkatan kontraksi 50-85
mmHg dengan peningkatan frekuensi dan penurunan intensitas.
Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara
Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi
multiple, janin besar, atau grand multiparitas
Dapat mengalami tumor uterus tidak teridentifikasi

B. Diagnosa keparawatan
1. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan perubahan
tonus otot, keletihan maternal.
2. Resiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan persalinan
yang lama malpresentasi janin.
3. Risiko tinggi perdarahan berhubungan dengan ketidakmampuan uterus
berkontraksi
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Intervensi:
1. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan
perubahan tonus otot, keletihan maternal
Tujuan : Tidak terjadi cedera
HYD :
Mencapai dilatasi serviks sedikitnya 1,2 cm/jam untuk primipara,
1,5 cm/jam untuk multipara pada fase aktif dengan penurunan janin
sedikitnya 1 cm /jam untuk primipara, 2 cm/jam untukmultipara.
Intervensi :

a. Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasi


R/Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostic dan intervensi yang
tepat.Atoni uterus diklasifikasikan primer bila ini terjadi sebelum
awitan persalinan (fase laten) atau sekunder bila ini terjadi
setelah persalinan yang baik (fase aktif)
b. Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai, serta aktivitas dan
istirahat, sebelum awitan persalinan.
R/kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi
sekunder, atau mungkin akibat dari persalinan lama/persalinan
palsu.
c. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
R/Disfungsi kontraksi memperlama persalinan, meningkatkan
resiko komplikasi maternal.
d. Catat kondisi serviks
R/Serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi, menghambat
penurunan janin/kemajuan persalinan.
e. Pantau adanya amnionitis
R/Terjadinya amnionitis secara langsung dihubungkan dengan
lamanya persalinan, sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24
jam setelah pecah ketuban.
f. Anjurkan klien berkemih setiap 1-2 jam. Kaji terhadap
kepenuhan kandung kemih diatas simfisis pubis
R/Kandung kemih penuh dapat menghambat aktivitas uterus dan
mempengaruhi penurunan janin.
g. Kaji derajat dehidrasi .Catat jumlah dan jenis masukan.
R/Persalinan yang lama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan
cairan-elektrolit
serta
kekurangan
cadangan
glukosa,
mengakibatkan kelelahan.
h. Tinjau ulang kebiasaan defekasi
R/Kepenuhan usus dapat menghambat aktivitas uterus dan
mempengaruhi penurunan janin.
i. Gunakan rangsangan putting untuk menghasilkan oksitosin
endogen, atau memulai infuse oksitosin eksogen atau
prostaglandin.
R/Oksitosin mungkin perlu untuk menambah atau memulai
aktivitas miometrik untuk pola uterus hipotonik. Ini biasanya
dikontraindikasikan pada pola persalinan hipertonik.
j. Berikan narkotik atau sedative, seperti morfin ,fenobarbital atau
sekobarbital, untuk tidur sesuai indikasi.
R/Dapat membantu membedakan antara persalinan sejati dan
palsu.Pada persalinan palsu kontraksi berhenti ;pada persalinan
sejati ,pola lebih efektif dapat terjadi mengikuti istirahat.
2. Resiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan persalinan
yang lama malpresentasi janin
Tujuan : Tidak terjadi cedera pada janin
HYD :

Menunjukan denyut jantung janin (DJJ) dalam batas normal, dengan


variabilitas baik, tidak ada deselerasi lambat.
Berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan
dan menurunkan factor risiko yang teridentifikasi.
Intervensi :
a. Kaji DJJ secara manual dan elektronik. Perhatikan variabilitas
,perubahan periodic, dan frekuensi dasar .
R/Mendeteksi respon abnormal, seperti variabilitas yang dilebihlebihkan, bradikardia dan takikardia, yang mungkin disebabkan
oleh stress, hipoksia, asidosis, atau sepsis.
b. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi
melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia.
R/Tekanan istirahat lebih besar dari 30 mmHg atau tekanan
kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu
oksigenasi dalam ruang intravilos.
c. Identifikasi factor-faktor maternal seperti dehidrasi, asidosis
ansietas atau sindrom vena kava.
R/Kadang-kadang prosedur sederhana (seperti membalikan posisi
klien ke rekumben lateral) meningkatkan sirkulasi darah dan
oksigen ke uterus dan plasenta serta dapat mencegah atau
memperbaiki hipoksia janin.
d. Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beritahu dokter bila
frekuensi 2 menit atau kurang
R/Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak
memungkinkan oksigenasi adekuat dari ruang intravilos.
e. Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan
temuan pemeriksaan internal (lokasi fontanel dan sutura cranial).
Tinjau ulang hasil ultrasonografi.
R/Menentukan pembaringan janin, posisi dan presentasi dapat
mengidentifikasi factor-faktor yang memperberat disfungsional
persalinan.
f. Pantau penurunan janin pada jalan lahir dengan hubungannya
dengan kolumna vertebralis iskial
R/Penuruna kurang dai 1 cm/jam untuk primipara atau kurang
dari 2 cm/jam untuk multipara dapat menandakan CVD atau
malposisi.
3. Risiko tinggi perdarahan berhubungan dengan ketidakmampuan
uterus berkontraksi
Tujuan : tidak terjadi perdarahan
HYD :
Dengan dilakukannya tindakan keperawatan diharapkan uterus dapat
berkontraksi kembali sehingga tidak terjadi perdarahan
Intervensi :
a. Monitoring tanda-tanda vital

R/Pernafasan yang cepat menandakan pasien kekurangan suplai


oksigen
b. Resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat
R/Perdarahan yang banyak menyebabkan suplai oksigen
berkurang
c. monitoring jumlah urin
R/untuk mengetahui intake dan output
d. berikan uterotonika ( oksitosin )
R/untuk meningkat kan kontraksi uterus
e. Pemeriksaan golongan darah dan crrosmatch perlu dilakukan
untuk persiapan tranfusi darah.
R/Tranfusi darah dilakukan untuk mengatasi suplai oksigen dan
energi
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
HYD : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tandatanda vital dalam batas normal, tidak terjadi komplikasi.
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
R/Peningkatan suhu menandakan terjadinya imflamasi
b. Usahakan dalam melakukan tindakan KBI tangan harus bersih
R/Mengurangi terjadinya infeksi
c. Kaji kebersihan area sekitar genetalia
Genetalia yang tidak bersih beresiko terhadap terjadinya infeksi
d. Kaji dan catat adanya tanda-tanda infeksi
R/Untuk mengetahui lebih dini adanya infeksi
e. Kaji area/tempat yang memiliki resiko tinggi infeksi
R/mengantisipasi terjadinya infeksi
f. Berikan antibiotic jika perlu
R/antibiotic berperan dalam membunuh kuman

Rencana Perawatan Maternal/Bayi edisi 2


Marilynn E. Doenges
Mary Frances Moorhouse
Alih bahasa : Monica Ester S.Kp
Editor Edisi Bahasa Indonesia :Ellen Panggabean S.Kp

Asuhan Kebidanan IV, dr. Adi Sukrisno, Sp.og, 2010. Transinfo Media Jakarta

Anda mungkin juga menyukai