Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

GENERAL ANESTESI FACE MASK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Sebagai Dokter Muda Stase Anestesi di


RS PKU Muhammadiyah Delanggu

Disusun Oleh :
Sandhy Hapsari Andamari
H2A010046

Dosen pembimbing :
dr. Runik Istanti, SpAn

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
General anestesi merupakan suatu teknik menghilangkan rasa sakit
seluruh tubuh secara sentral atau mempengaruhi sistem saraf pusat disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Trias anestesi terdiri dari
analgesi, hipnotik dan relaksasi. Tahap awal dari anestesi umum adalah
induksi. Induksi anestesi adalah peralihan dari keadaan sadar dengan reflek
perlindungan masih utuh sampai dengan hilangnya kesadaran akibat
pemberian obat obat anestesi.
Indukasi dapat dilakukan secara inhalasi, intravena, intramuscular atau
perrektal. Induksi inhalasi sering disebut juga induksi lambat karena
membutuhkan waktu yang lama. Obat obat anestesi yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui inhalasi antara lain : N2O, halothan, enflurane, ether,
isoflurane, sevoflurane, metoxiflurane dan trilene.
Induksi inhalasi diberikan dengan meminta pasien untuk menghirup
campuran gas anestesi dengan udara dan oksigen dengan memakai face mask
atau sungkup muka. Umumnya induksi inhalasi dilakukan pada bayi dan anak
anak.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi general anestesi face mask
General anestesi adalah meniadakan rasa nyeri secara sentral
disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Biasanya
dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang memerlukan
ketenangan pasien dan waktu pengerjaan yang panjang.2
B. Indikasi general anestesi face mask
Indikasi untuk menggunakan teknik general anestesi dengan sungkup
muka3 :
1. Untuk tindakan yang singkat (0,5 jam 1 jam) tanpa membuka
rongga perut
2. Keadaan umum pasien cukup baik (status fisik ASA I atau ASA II)
3. Lambung harus kosong
C. Kontra Indikasi
1. Operasi di daerah kepala dan jalan nafas
2. Operasi dengan posisi miring atau tertelungkup
D. Persiapan pra anestesi
1.

Anamnesis
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia
sebelumnya sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada halhal yang perlu mendapatkan perhatian khusus, misalnya alergi,
mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak napas pasca bedah,
sehingga kita dapat merancang anesthesia berikutnya dengan lebih
baik. Kita harus pandai-pandai memilih apakah cerita pasien
termasuk alergi atau efek samping obat.

Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya


untuk eliminasi nikotin yang mempengaruhi sistem kardiosirkulasi,
dihentikan beberapa hari untuk mengaktifkan kerja silia jalan napas
dan 1-2 minggu untuk mengurangi produksi sputum. Kebiasaan
minum alcohol juga harus dicurigai akan adanya penyakit hepar
2.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut,
lidah relatif besar sangat penting untuk diketahui apakah akan
menyulitkan tindakan. Leher pendek dan kaku juga akan
menyulitkan intubasi. Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut
terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut
mallampati dibagi menjadi 4 gradasi
Pemeriksaan

rutin

lain

ialah

pemeriksaan

derajat

Mallampati serta inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua


sistem organ tubuh pasien.2
3.

Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai
dengan dugaan penyakit yang sedang dicurigai. Banyak fasilitas
kesehatan yang mengharuskan uji laboratorium secara rutin
walaupun pada pasien sehat untuk bedah minor, misalnya
pemeriksaan darah kecil (Hb, leukosit, masa pendarahan dan masa
pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien di atas 50 tahun ada
anjuran pemeriksaan EKG dan foto thorax.

4.

Klasifikasi status fisik4


Untuk menentukan prognosis, ASA (American Society of
Anesthesiologists) membuat klasifikasi berdasarkan status fisik
pasien pra anestesi yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu:

ASA 1

Penderita normal sehat dengan bagian yang membutuhkan

ASA 2

pembedahan terlokalisasi
Penderita dengan gangguan
terkontrol

ASA 3

dengan

baik

sistemik

(hipertensi

ringan,

ringan,

tetapi

diabetes

terkontrol, usia lanjut)


Penderita dengan gangguan sistemik berat yang membatasi
kehidupannya ( angina, kegagalan miokardium yang baru

ASA 4

saja terjadi)
Penderita dengan

ASA 5

mengancam kehidupan (penyakit jantung, paru atau ginjal)


Penderita sekarat yang mungkin tidak dapat bertahan dalam

gangguan

sistemik

berat

yang

24 jam dengan atau tanpa pembedahan.


5.

Premedikasi4
Premedikasi adalah pemberiaan obat 1-2 jam sebelum
induksi anestesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi,
rumatan, dan bangun dari anestesia, diantaranya :
a. Meredakan kecemasan dan ketakutan
b. Memperlancar induksi anesthesia
c. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
d. Meminimalkan jumlah obat anestetik
e. Mengurangi mual-muntah pasca bedah
f. Menciptakan amnesia
g. Mengurangi isi cairan lambung
h. Mengurangi reflex yang membahayakan

6.

Puasa4
Refleks laring mengalami penurunan selama anesthesia.
Regusgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan
napas merupakan resiko utama pada pasien-pasien yang menjalani
anestesi. Untuk meminimalkan resiko tersebut, semua pasien yang
dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesia umum harus

dipantangkan dari masukan oral (puasa) selama periode tertentu


selama induksi anestesia.
Pada pasien dewasa umumnya puasa 6 8 jam, anak kecil
4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Makanan tak berlemak
diperbolehkan 5 jam sebelum induksi anestesi. Minuman bening,
air putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk keperluan minum obat
air putih dalam jumlah tebatas diperbolehkan 1 jam sebelum
induksi anestesia. Pada anak anak yang diberi ASI atau susu
formula sebaiknya dipuasakan antara 4 8 jam.3,4
7.

Face Mask (Sungkup Muka)


a.

Definisi
Sungkup muka adalah alat yang menyungkup muka pasien
khusus pada daerah mulut dan hidung. Mempunyai ukuran
sesuai dengan kelompok usia pasien dan bentuk yang hamper
sama, yaitu segitiga dengan variasi tertentu sesuai dengan
produsennya. Khusus untuk bayi dan anak ada yang berbentuk
bulat dan transparan dengan ukuran tersendiri disesuaikan
dengan besarnya area mulut hidung.4

b.

Macam macam sungkup muka8


1) Terbuka
Biasanya digunakan untuk memberikan tambahan oksigen.
Tidak memerlukan segel ketat terhadap wajah pasien dan
sering terjadi kebocoran udara. Oleh karena itu, masker ini
tidak digunakan untuk mengelola pasien dengan aman.
2)

Tertutup
Masker ini
dirancang
untuk
Gb. 1 Hudson Oxygen Mask

memberikan segel lengkap disekitar mulut dan hidung.


Penggunaannya efektif dan lebih aman karena jarang terjadi
kebocoran udara disekitar masker, namun diperlukan
keterampilan untuk menggunakannya. Masker tipe ini
sering digunakan dalam resusitasi dan anesthesia umum.
Rim

Bagian bagian masker

Connector

Gb.2. Bagian bagian masker

Body

Connector merupakan bagian yang terbuat dari plastik keras


atau metal yang dibuat dengan diameter 22mm berguna untuk
menghubungkan dengan air-bag. Rim merupakan bagian yang lembut
dan berbentuk kantong berisi udara. Sehingga dapat menutup wajah
pasien.
Penggunaan face mask dapat memfasilitasi pengaliran oksigen
atau gas anestesi dari sistem breathing ke pasien dengan pemasangan
face mask dengan rapat. Lingkaran dari face mask disesuaikan dengan
bentuk muka pasien. Orifisium face mask dapat disambungkan ke
sirkuit mesin anestesi melalui konektor. Tersedia berbagai disain face
mask. Face mask yang transparan

dapat mengobservasi uap gas

ekspirasi dan muntahan. Face mask yang dibuat dari karet berwarna
hitam cukup lunak untuk menyesuaikan dengan bentuk muka yang
tidak umum. Retaining hook dipakai untuk mengkaitkan head scrap

sehingga face mask tidak perlu terus dipegang. Beberapa macam mask
untuk pediatrik di disain untuk mengurangi dead space.
Ventilasi yang efektif memerlukan jalan nafas yang bebas dan
face mask yang rapat/tidak bocor. Teknik pemasangan face mask yang
tidak tepat dapat menyebabkan reservoir bag kempis walaupun klepnya
ditutup, hal ini menunjukkan adanya kebocoran sekeliling face mask.
Sebaliknya, tekanan sirkuit breathing yang tinggi dengan pergerakan
dada dan suara pernafasan

yang minimal menunjukkan adanya

obstruksi jalan nafas.

c.

Ukuran face
mask

d.

Teknik memegang face mask7


Bila face mask dipegang dengan tangan kiri, tangan
kanan digunakan untuk melakukan ventilasi dengan tekanan
positif dengan memeras breathing bag. Face mask dipasang
dimuka pasien dan sedikit ditekan pada badan face mask
dengan ibu jari dan telunjuk. Jari tengah dan jari manis menarik
mandibula untuk ekstensi joint atlantooccipital. Tekanan jarijari harus pada mandibula, jangan pada jaringan lunak yang
menopang dasar lidah karena dapat terjadi obstruksi jalan
nafas. Jari kelingking ditempatkan dibawah sudut jaw dan
digunakan untuk jaw thrust manuver yang paling penting untuk
dapat melakukan ventilasi pasien.

Pada situasi yang sulit, diperlukan dua tangan untuk


mendapatkan jaw thrust yang adekuat dan face mask yang
rapat. Karena itu diperlukan seorang asisten untuk memompa
bag. Obstruksi selama ekspirasi dapat disebabkan

karena

tekanan kuat dari face mask atau efek ball-valve dari jaw thrust.
Kadang-kadang sulit memasang face maks rapat kemuka.
Membiarkan gigi palsu pada tempatnya (tapi tidak dianjurkan)
atau memasukkan gulungan kasa ke rongga mulut mungkin
dapat menolong mengatasi kesulitan ini. Ventilasi tekanan
normalnya jangan melebihi 20 cm H2O untuk mencegah
masuknya udara ke lambung.
Kebanyakan jalan nafas pasien dapat dipertahankan
dengan face mask dan oral atau nasal airway. Ventilasi dengan
face mask dalam jangka lama dapat menimbulkan cedera akibat
tekanan pada cabang saraf trigeminal atau fasial. Disebabkan
tidak adanya tekanan positif pada jalan nafas selama nafas
spontan, hanya diperlukan tekanan minimal pada face mask
supaya tidak bocor. Bila face mask dan ikatan mask digunakan
dalam jangka lama maka posisi harus sering dirubah untuk
menghindari cedera. Hindari tekanan pada mata, dan mata
harus diplester untuk menghindari resiko aberasi kornea.
e.

Langkah langkah anestesi umum face mask


1) Berikan O2 100% 5 L/menit selama 3-5 menit
2) Induksi dengan tiopental (4-6 mg/kg berat badan) atau
propofol (2 mg/kg berat badan)
3) Pasien geriatri dosisnya dikurangi, sedang alkoholis
dinaikkan dosisnya.
4) Setelah pasien tertidur (refleks bulu mata menghilang),
sungkup wajah ditempelkan rapat-rapat menutupi mulut dan
hidung pasien.
5) Buka jalan napas pasien ekstensikan leher.
6) Buka / putar dial agent inhalasi dan N2O.
7) N20 diberikan 50%-70% dari volum semenit. Oksigen
diberikan 30%-50% dari volum semenit.

8) Halotan/enfluran/Isofluran/Sevofluran

diberikan

dengan

konsentrasi 2%, kemudian tiap lima kali inspirasi,


kosentrasinya tingkatkan secara bertahap sampai diperoleh
kedalaman anestesi yang diinginkan.
9) Konsentrasi diturunkan jika anestesi terlalu dalam.
10) Lakukan rumatan anestesi.
11) Halotan/enfluran/isofluran/sevofluran dihentikan beberapa
menit sebelum operasi.
12) N2O dihentikan ketika akhir penjahitan kulit.
13) Berikan O2 saja sampai pasien terbangun.
E. Obat obatan yang digunakan
PREMEDIKASI
1) Benzodiazepine
Golongan benzodiazepine bekerja sebagai hipnotik, sedative,
anxiolitik, amnestik, antikonvulsan, pelumpuh otot yang bekerja di
sentral. Obat yang sering digunakan oleh anestesiologi adalah
Diazepam (valium), Lorazepam (Ativan) dan Midazolam (Versed),
diazepam dan lorazepam tidak larut dalam air dan kandungannya
berupa propylene glycol.
Obat ini dimetabolisme di hepar, efek puncak akan muncul
setelah 4 - 8 menit setelah diazepam disuntikkan secara I.V dan
waktu paruh dari benzodiazepine ini adalah 20 jam. Dosis ulangan
akan menyebabkan terjadinya akumulasi dan pemanjangan efeknya
sendiri.
Efek Benzodiazepine :
Dapat

menimbulkan

amnesia,anti

kejang,

hipnotik,

relaksasi otot dan mepunyai efek sedasi, efek analgesik tidak


ada,menurunkan aliran darah otak dan laju metabolism.
Dosis Diazepam
Awitan aksi : IV < 2 menit, Rectal < 10 menit, Oral 15 menit-1 jam

10

Lama aksi : IV 15 menit- 1 jam, PO 2-6 jam 5

Premedikasi : iv/im/po/rectal 2-10 mg

Sedasi : 0,04-0,2 mg/kg BB

Induksi : iv 0,3-0,6 mg/kg

Antikonvulsan : iv 0,05-0,2 mg/kg BB setiap 5-10 menit dosis


maksimal 30 mg, PO/rectal 2-10 mg 2-4 kali sehari 5

Dosis Midazolam
Obat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti
konvulsif, dan anteretrogad amnesia. Durasi kerjanya lebih pendek
dan kekuatannya 1,5-3x diazepam.
Dosis :

Premedikasi : IM 2,5-10 mg, PO 20-40 mg

Sedasi : IV 0,02-0,05 mg

Induksi : IV 50-350 g/kg5

Efek samping obat :

Takikardi, episode vasovagal, komplek ventrikuler


premature, hipotensi

Bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi

Euphoria, agitasi, hiperaktivitas

Salivasi, muntah, rasa asam

Ruam, pruritus, hangat atau dingin pada tempat


suntikan

2) Opioid
Morphine, meperidine, fentanyl, sufentanil, alfentanil, and
remifentanil merupakan golongan opioid yang sering digunakan
dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik.
Efek opioid

11

Dapat menyebabkan penekanan pusat nafas, ditandai dengan


penurunan frekuensi nafas. Opioid juga bisa merangsang refleks
batuk pada dosis tertentu
Dosis :
Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal 10-20
mg setiap 4 jam
Induksi

: iv 1 mg/kg

Awitan aksi

: iv < 1 menit, im 1-5 menit

Lama aksi : 2-7 jam 5


3) Petidin
Penggunaannya untuk nyeri sedang sampai berat, untuk
menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea karena acute
pulmonary edema dan acute left ventricular failure.
Dosis Oral/ IM/SK :
Dewasa :

Dosis lazim : 50150 mg setiap 3-4 jam jika perlu,

Injeksi intravena lambat : dewasa 1535 mg/jam.

Anak-anak oral
Dosis : 1.11.8 mg/kg setiap 34 jam jika perlu.

Untuk sebelum pembedahan


Dosis dewasa : 50 100 mg IM/SK

Petidin dimetabolisme terutama di hati

4) Fentanil
Digunakan sebagai analgesic dan anastesia
Dosis :
Analgesic : iv/im 25-100 g atau 1-3 g/kgbb
Induksi : iv 5-40 g/ kg BB
Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menit

12

Lama aksi : iv 30-60 menit, im 1-2 jam


Efek samping obat :
Bradikardi, hipotensi, Depresi saluran pernapasan, apnea, Pusing,
penglihatan kabur, kejang, Mual, muntah, pengosongan lambung
terlambat, Miosis

INDUKSI DAN RUMATAN ANESTESIA


Induksi anesthesia adalah tindakan untuk membuat pasien dari
sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya
anesthesia dan pembedahan.
1. Propofol
Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia
intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan.
Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam
anastesia umum, pada pasien dewasa dan pasien anak anak usia
lebih dari 3 tahun. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak
berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml
= 10 mg) dan pH 7-8. 2,3
Propofol

adalah

98%

protein

terikat

dan

mengalami

metabolisme hati untuk metabolit glukuronat, yang akhirnya


diekskresikan dalam urin.
Efek Klinis: hilangnya kesadaran dengan cepat, dengan waktu
pemulihan yang cepat dan langsung kembali pada kondisi klinis
sebelumnya, menekan refleks laring, insiden rendah mual dan
muntah pasca operasi dan reaksi alergi atau hipersensitivitas.
Efek propofol :
Pembuluh darah dimana tekanan dapat turun sekali disertai
dengan peningkatan denyut nadi, menurunkan frekuensi pernafasan

13

dan volume tidal, menimbulkan apnoe setelah diberikan dosis


induksi yang bisa berlangsung lebih dari 30 detik
Dosis dan penggunaan
a. Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.
b. Sedasi : 25 to 75 g/kg/min IV.
c. Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150 g/kg/min
IV (titrasi sampai efek yang diinginkan), bolus IV 25-50 mg.
d. Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik
atau apabila digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang
lain.
e. Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan
konsentrasi yang minimal 0,2%.
f. Propofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus
berada dalam lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam
kondisi sudah terbuka lebih dari 6 jam untuk mencegah
kontaminasi dari bakteri.
Propofol tidak diizinkan untuk digunakan pada anak-anak
berusia kurang dari 3 tahun. Ada laporan kematian tak terduga pada
anak-anak karena asidosis metabolik dan kegagalan miokard setelah
penggunaan jangka panjang di ICU.
2. Ketamin
Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena
sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri
kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah muntah ,
pandangan kabur dan mimpi buruk.
Ketamin juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi
sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti
anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena.
Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien
akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda

14

khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan


nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak
disadari (cataleptic appearance), seperti gerakan mengunyah,
menelan, tremor dan kejang. Itu merupakan efek anestesi
dissosiatif yang merupakan tanda khas setelah pemberian Ketamin.
Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik,
sehingga

bisa

meningkatkan

tekanan

darah

dan

jantung.

Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan


vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Dosis
Dosis induksi adalah 1 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 10
mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB
dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.
Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau
kontinyu. Pemberian secara intermitten diulang setiap 10 15
menit dengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.
Dosis obat untuk menimbulkan efek sedasi atau analgesic adalah
0,2 0,8 mg/kg IV atau 2 4 mg/kg IM atau 5 10 g/kg/min IV
drip infus.
Efek samping
Peningkatan sekresi air liur, agitasi dan perasaan lelah ,
halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot
dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu
ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata
dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.
RUMATAN ANESTESIA
Rumatan anesthesia dapat dilakukan secara :
1. Intravena (TIVA)
2. Inhalasi
3. Campuran intravena dan inhalasi

15

Rumatan anestesia biasanya mengacu trias anestesia yaitu tidur


ringan (hypnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan
agar pasien selama bedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot
lurik yang cukup. Anestesia inhalasi yang umum digunakan, yaitu :
1. HALOTAN
Halotan berbentuk cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak
mudah terbakar dan tidak mudah meledak meskipun dicampur
dengan oksigen, tidak iritatif dan mudah rusak bila terkena cahaya,
tetapi stabil disimpan memakai botol warna gelap.1,5,6
Dosis
Dosis untuk induksi inhalasi adalah 2-4%, dosis untuk
induksi anak 1.5 2%. Pada induksi inhalasi kedalaman yang
cukup terjadi setelah 10 menit. Dosis untuk pemeliharaan adalah 1
2%, dan dapat dikurangi bila digunakan juga N2O atau narkotik.
Pemeliharaan pada anak 0.5 2%. Waktu pulih sadar sekitar 10
menit setelah obat dihentikan.
Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan Eliminasi
Obat anestesi inhalasi di absorbsi di paru, setelah itu di
distribusikan ke seluruh tubuh.Metabolisme obat anestesi inhalasi
secara oksidasi dan reduksi di dalam reticulum endoplasma hepar.
Eliminasi sebagian besar secara ekshalasi lewat paru,
sebagian kecil melalui urin. Hasil metabolism sebagian besar
diekskresi lewat urin sebagian kecil diekskresi lewat paru. 1,5,6
Efek Farmakologi

Terhadap SSP
Terhadap pembuluh darah otak menyebabkan vasodilatasi,
sehingga aliran darah otak meningkat, oleh karena itu tidak
dipilih untuk anestesi pada kraniotomi. Peningkatan tekanan
intracranial dapat diturunkan dengan hiperventilasi. 1,5,6

Terhadap sistem Kardiovaskular

16

Pada sistem kardiovaskular tergantung dosis, tekanan darah


menurun akibat depresi pada otot jantung, makin tinggi
dosisnya depresi makin berat. Pada bayi, halotan menurunkan
curah jantung karena turunnya kontraktilitas miokardium dan
menurunnya laju jantung.
Halotan dapat menyebabkan Ventrikel Ekstra Sistole
(VES), Ventrikel Takikardia (VT) dan Ventrikel Fibrilasi (VF).
1,5,6

Terhadap sistem respirasi


Pada konsentrasi tinggi, menimbulkan depresi pusat nafas,
sehingga pola nafas menjadi cepat dan dangkal, volume tidal
dan volume nafas semenit menurun dan menyebabkan dilatasi
bronkus. 1,5,6

Terhadap ginjal
Halotan pada dosis lazim secara langsung akan menurunkan
aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus, tetapi efek ini
hanya bersifat sementara dan tidak mempengaruhi autoregulasi
aliran darah ginjal. 1,5,6

Terhadap hati
Pada konsentrasi 1,5 vol%, halotan akan menurunkan aliran
darah pada lobules sentral hati sampai 25-30%. Penurunan
aliran darah pada lobulus sentral ini menimbulkan nekrosis sel
pada sentral hati yang diduga sebagai penyebab dari hepatitis
post-halothane. Kejadian ini akan lebih bermanifes, apabila
diberikan halotan berulang dalam waktu yang relatif singkat.

Penggunaan Klinik
Halotan digunakan terutama sebagai komponen hipnotik
dalam pemeliharaan anestesia umum. Disamping efek hipnotik,
halotan juga mempunyai efek analgetik ringan dan relaksasi otot
ringan. Pada bayi dan anak-anak yang tidak kooperatif, halotan

17

digunakan untuk induksi bersama-sama dengan N2O secara


inhalasi.1,5,6
2. ENFLURAN
Enfluran adalah obat anestesi inhalasi yang bebentuk cair, tidak
mudah terbakar, tidak berwarna, tidak iritatif, lebih stabil
dibandingkan halotan, induksi lebih cepat dibanding halotan, tidak
terpengaruh cahaya dan tidak bereaksi dengan logam. 1,5,6
Dosis
1)

Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi


adalah 2-3% bersama dengan N2O.

2)

Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya


berkisar antara 1- 2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar
antara 0,5-1%.1,5,6

Absorbsi Dan Distribusi, Metabolism, Dan Eliminasi


Setelah diabsorbsi dari paru ke dalam darah, enfluran akan
didistribusikan ke seluruh tubuh. Kelarutan enfluran dalam lemak
lebih rendah dibandingkan halotan. Ekskresi melalui paru dan
sebagian kecil melalui urin. 1,5,6
Efek Farmakologik

Terhadap SSP
Pada dosis tinggi menimbulkan twitching (tonik-klonik)
pada otot muka dan anggota gerak. Hal ini terutama dapat
terjadi bila pasien mengalami hipokapnia. Obat ini tidak
dianjurkan pemakaiannya pada pasien yang mempunyai
riwayat epilepsy walaupun pada penelitian terbukti bahwa
enfluran tidak menimbulkan bangkitan epilepsi. Walaupun
menimbulkan vasodilatasi serebral, tetapi pada dosis kecil
dapat dipergunakan untuk operasi intrakranial karena tidak
menimbulkan peningkatan tekanan intracranial.

Terhadap sistem Kardiovaskular

18

Hipotensi dapat terjadi akibat menurunnya curah jantung. 1,5,6

Terhadap respirasi
Pada sistem respirasi tidak meningkatkan sekresi bronchial
dan ludah, tidak meningkatkan iritabilitas faring dan laring. 1,5,6

Terhadap ginjal
Enfluran menurunkan aliran darah ginjal, menurunkan laju
filtrasi glomerolus dan akhirnya menurunkan diuresis. Harus
berhati-hati

menggunakan

enfluran

pada

pasien

yang

mempunyai gangguan fungsi ginjal. 1,5,6

Terhadap hati
Terjadi gangguan fungsi hati yang ringan setelah pemakaian
enfluran yang sifatnya reversible. 1,5,6

Terhadap uterus
Menimbulkan depresi tonus otot uterus, namun respon
uterus terhadap oksitosin tetap baik selama dosis enfluran
rendah. 1,5,6

Terhadap otot
Meningkatkan relaksasi, tapi untuk laparotomi masih perlu
penambahan pelumpuh otot. 1,5,6

3. ISOFLURAN
Isofluran adalah obat anestesi isomer dari enfluran, merupakan
cairan tidak berwarna dan berbau tajam, menimbulkan iritasi jalan
nafas jika dipakai dengan konsentrasi tinggi menggunakan sungkup
muka. Tidak mudah terbakar, tidak terpengaruh cahaya dan proses
induksi dan pemulihannya relatif cepat dibandingkan dengan obatobat anestesi inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih lebih
lambat dibandingkan dengan sevofluran. 1,5,6
Dosis

19

1)

Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi


adalah 2-3% bersamasama dengan N2O.

2)

Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya


berkisar antara 1-2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar
antara 0,5-1%.4,5,6

Pada pasien yang mendapat anestesi isofluran kurang dari 1 jam


akan sadar kembali sekitar 7 menit setelah obat dihentikan.
Sedangkan pada tindakan 5-6jam, kembali sadar sekitar 11 menit
setelah obat dihentikan. 1,5,6
Efek Farmakologi1,5,6

Terhadap sistem saraf pusat


Efek depresinya terhadap SSP sesuai dengan dosis yang
diberikan. Kelebihan lain yang dimiliki oleh isofluran adalah
penurunan konsumsi oksigen otak. Sehingga dengan demikian
isofluran merupakan obat pilihan untuk anestesi pada
kraniotomi,

karena

tidak

berperngaruh

pada

tekanan

intrakranial, mempunyai efek proteksi serebral dan efek


metaboliknya yang menguntungkan pada tekhnik hipotensi
kendali. 1,5,6

Terhadap sistem kardiovaskular


Efek depresinya pada otot jantung dan pembuluh darah
lebih ringan dibanding dengan obat anesetesi volatil yang lain.
Tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil selama anestesi.
Dengan demikian isofluran merupakan obat pilihan untuk obat
anestesi pasien yang menderita kelainan kardiovaskuler.

Terhadap sistem respirasi


Isofluran juga menimbulkan depresi pernafasan yang
derajatnya sebanding dengan dosis yang diberikan.

Terhadap otot rangka

20

Menurunkan tonus otot rangka melalui mekanisme depresi


pusat motorik pada serebrum, sehingga dengan demikian
berpotensiasi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi.

Terhadap ginjal
Pada dosis anestesi, isofluran menurunkan aliran darah
ginjal dan laju fitrasi glomerulus sehingga produksi urin
berkurang, akan tetapi masih dalam batas normal. Toksisitas
pada ginjal tidak terjadi.

4. SEVOFLURAN
Sevofluran dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna,
tidak eksplosif, tidak berbau, stabil di tempat biasa (tidak perlu
tempat gelap), dan tidak terlihat adanya degradasi sevofluran
dengan asam kuat atau panas. Obat ini tidak bersifat iritatif
terhadap jalan nafas sehingga baik untuk induksi inhalasi. Proses
induksi dan pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan obatobat anestesi inhalasi yang ada pada saat ini.
Dosis
1) Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi
adalah 3,0-5,0% bersama-sama dengan N2O.
2) Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya
berkisar antara 2,0-3,0%, sedangkan untuk nafas kendali
berkisar antara 0,5-1%.
Efek Farmakologi1,5,6

Terhadap sistem saraf pusat


Efek depresinya pada SSP hampir sama dengan isofluran.

Terhadap sistem kardiovaskuler


Sevofluran relatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia.
Tahanan vaskuler dan curah jantung sedikit menurun, sehingga
tekanan darah sedikit menurun. Pada 1,2-2 MAC sevofluran
menyebabkan penurunan tahanan vaskuler sistemik kira-kira

21

20% dan tekanan darah arteri kira-kira 20%-40%. Curah


jantung akan menurun 20% pada pemakaian sevofluran lebih
dari 2 MAC. Dibandingkan dengan isofluran, sevofluran
menyebabkan penurunan tekanan darah lebih sedikit.
Sevofluran tidak atau sedikit meyebabkan perubahan pada
aliran darah koroner. Sevofluran menyebabkan penurunan laju
jantung. Penelitian-penelitian menyebutkan bahwa penurunan
laju jantung tidak sampai menyebabkan bradikardi.

Terhadap sistem respirasi


Menimbulkan depresi pernapasan dan dapat memicu
bronkhospasme.

Terhadap otot rangka


Efeknya terhadap otot rangka lebih lemah dibandingkan
dengan isofluran. Relaksasi otot dapat terjadi pada anestesi
yang cukup dalam dengan sevofluran. Proses induksi,
laringoskopi dan intubasi dapat dikerjakan tanpa bantuan obat
pelemas otot.

Terhadap hepar dan ginjal


Sevofluran menurunkan aliran darah ke hepar paling kecil
dibandingkan dengan enfluran dan halotan. Ada beberapa bukti,
sevofluran menurunkan aliran darah ke ginjal, tetapi tidak ada
bukti hal ini menyebabkan gangguan fungsi ginjal pada
manusia.

5. DESFLURAN
Desfluran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun
dan efek klinisnya sama dengan isofluran. Desfluran sangat mudah
menguap

dibandingkan

dengan

agen

volatile

yang

lain.

Memerlukan alat penguap khusus (TEC-6).


Dosis
Untuk induksi, disesuaikan dengan kebutuhan.

22

Efek Farmakologi

Terhadap sistem Kardiovaskular


Menurunkan resistensi vascular sistemik, menyebabkan
turunnya tekanan darah. Peningkatan konsentrasi desfluran
dengan cepat menyebabkan peningkatan tekanan darah, laju
jantung, dan katekolamin. Keadaan ini bisa dikurangi dengan
memberikan klonidin, fentanil, atau esmolol. Desfluran tidak
meningkatkan aliran darah koroner.

Terhadap sistem respirasi


Menyebabkan menurunnya volume tidal dan meningkatnya
frekuensi nafas sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan
CO2. Desfluran bersifat iritatif, sehingga tidak ideal untuk
induksi.

Penggunaan Klinik
Desfluran digunakan terutama sebagai komponen hipnotik
dalam pemeliharaan anestesia umum. Disamping efek hipnotik,
desfluran juga mempunyai efek analgetik yang ringan dan relaksasi
otot ringan.
6. N2O (NITROGEN OKSIDA)
N2O adalah anestesi lemah dan harus diberikan dengan
konsentrasi besar (lebih dari 65%) agar efektif. Paling sedikit
20%atau 30% oksigen harus diberikan sebagai campuran, karena
konsentrasi N2O lebih besar dari 70-80% dapat menyebabkan
hipoksia. N2O tidak dapat menghasilkan anestesia yang adekuat
kecuali dikombinasikan dengan zat anestesi yang lain, meskipun
demikian, karakteristik tertentu membuatnya menjadi zat anestesi
yang menarik, yaitu koefisien partisi darah / gas yang rendah, efek
anagesi

pada

konsentrasi

subanestetik,

kecilnya

efek

kardiovaskuler yang bermakna klinis, toksisitasnya minimal dan

23

tidak mengiritasi jalan napas sehingga ditoleransi baik untuk


induksi dengan masker.
Efek anestesi N2O dan zat anestesi lain bersifat additif,
sehingga pemberian N2O dapat secara substansial mengurangi
jumlah zat anestesi lain yang seharusnya digunakan. Pemberian
N2O akan menyebabkan peningkatan konsentrasi alveolar dari zat
anestesi lain dengan cepat, oleh karana sifat efek gas kedua dan
efek konsentrasi dari N2O. Efek konsentrasi terjadi saat gas
diberikan dengan konsentrasi tinggi. Semakin tinggi konsentrasi
gas diinhalasi, maka semakin cepat peningkatan tekanan arterial
gas tersebut.
Absorpsi, Distribusi Dan Eliminasi
Absorbsi dan eliminasi nitorus oksida relatif lebih cepat
dibandingkan dengan obat anestesi inhalasi lainnya, hal ini
terutama disebabkan oleh koefisien partisi gas darah yang rendah
dari N2O. total ambilan N2O oleh tubuh manusia diteliti oleh
Severinghause. Pada menit pertama, N2O (75%) dengan cepat akan
diabsorbsi kira-kira 1.000 ml/menit. Setelah 5 menit, tingkat
absorbsi turun menjadi 600 ml/menit, setelah 10 menit turun
menjadi 350 ml/menit dan setelah 50 menit tingkat absorbsinya
kira-kira 100 ml/menit, kemudian pelan-pelan menurn dan
akhirnya

mencapi nol. Konsentrasi N2O yang

diabsorbsi

tergantung antara lain oleh konsentrasi inspirasi gas, ventilasi


alveolar dan ambilan oleh sirkulasi, seperti koefisien partisi
darah/gas dan aliran darah (curah jantung).
N2O akan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.
Konsentrasi di jaringan adalah berbanding lurus dengan perfusi per
unit volume dari jaringan, lamanya paparan dan koefisien partisi
darah / jaringan zat tersebut. Jaringan dengan aliran darah
besar/banyak seperti otak, jantung, hati dan ginjal akan menerima

24

N2O lebih banyak sehingga akan menyerap volume gas yang lebih
besar. Jaringan lain dengan suplai darah sedikit seperti jaringan
lemak dan otot menyerap hanya sedikit N2O, ambilan dan
penyerapan yang cepat menyebabkan tidak terdapatnya simpanan
N2O dalam jaringan tersebut sehingga tidak menghalangi pulihnya
pasien saat pemberian N2O dihentikan.N2O dieliminasi melalui
paru-paru dan sebagian kecil diekskresikan melalui kulit.
Efek Farmakologi

Terhadap sistem saraf pusat


Berkhasiat analgesia dan tidak mempunyai khasiat hipnotik.
Khasiat analgesianya relatif lemah akibat kombinasinya dengan
oksigen. Pada konsentrasi 25% N2O menyebabkan sedasi
ringan. Peningkatan konsentrasi menyebabkan penurunan
sensasi perasaan khusus seperti ketajaman, penglihatan,
pendengaran, rasa, bau dan diikuti penurunan respon sensasi
somatik seperti sentuhan, temperatur, tekanan dan nyeri.
Penurunan perasaan membuat agen ini cocok untuk induksi
sebelum pemberian agen lain yang lebih iritatif. N2O
menghasilkan analgesi sesuai besarrnya dosis. N2O 50% efek
analgesinya sama dengan morfin 10 mg. Bukti menunjukkan
bahwa N2O memiliki efek agonis pada reseptor opioid atau
mengaktifkan sistem opioid endogen. Area pusat muntah pada
medula tidak dipengaruhi oleh N2O kecuali jika terdapat
hipoksia.
Nitrous oksida tidak mengikuti klasifikasi stadium anestesi
dari guedel dalam kombinasinya dengan oksigen dan sangat
tidak mungkin mencoba memakai nitrous oksigen tanpa
oksigen hanya karena ingin tahu gambaran stadium anestesi
dari guedel.

25

Efeknya terhadap tekanan intrakranial sangat kecil bila


dibandingkan

dengan

obat

anestesi

yang

lain.

Dalam

konsentrasi lebih dari 60%, N2Odapat menyebabkan amnesia,


walaupun masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
Terhadap susunan saraf otonom, nitrous oksida merangsang
reseptor alfa saraf simpatis, tetapi tahanan perifer pembuluh
darah tidak mengalami perubahan.

Terhadap sitem kardiovaskuler


Depresi ringan kontraktilitas miokard terjadi pada rasio
N2O : O2 = 80% : 20%. N2O tidak menyebabkan perubahan
laju jantung dan curah jantung secara langsung. Tekanan darah
tetap stabil dengan sedikit penurunan yang tidak bermakna.

Terhadap sistem respirasi


Pengaruh terhadap sistem pernapasan minimal. N2O tidak
mengiritasi epitel paru sehingga dapat diberikan pada pasien
dengan asma tanpa meningkatkan resiko terjadinya spasme
bronkus. Perubahan laju dan kedalaman pernapasan (menjadi
lebih lambat dan dalam) lebih disebabkan karena efek sedasi
dan hilangnya ketegangan.

Terhadap sistem gastrointestinal


N2O tidak mempengaruhi tonus dan motilitas saluran cerna.
Distensi dapat terjadi akibat masuknya N2O ke dalam lumen
usus. Pada gangguan fungsi hepar, N2O tetap dapat digunakan.

Terhadap ginjal
N2O tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada
ginjal maupun pada komposisi urin.

Penggunaan Klinik
Dalam praktik anestesia, N2O digunakan sebagai obat dasar
dari anestesia umum inhalasi dan selalu dikombinasikan dengan

26

oksigen dengan perbandingan N2O : O2 = 70 : 30 (untuk pasien


normal), 60 : 40 (untuk pasien yang memerlukan tunjangan oksigen
yang lebih banyak), atau 50 : 50 (untuk pasien yangberesiko
tinggi). Oleh karena N2O hanya bersifat analgesia lemah, maka
dalam penggunaannya selalu dikombinasikan degnan obat lain
yang berkhasiat sesuai dengan target trias anestesia yang ingin
dicapai.

BAB III
KESIMPULAN
General anestesi adalah meniadakan rasa nyeri secara sentral disertai
dengan hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Biasanya dimanfaatkan
untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu
pengerjaan yang panjang.2 Salah satu cara memberikan obat anestesi melalui
inhalasi adalah menggunakan sungkup atau face mask.
Dalam melakukan tindakan anestesi perlu dilakukan persiapan pra
anestesi dengan mengetahui riwayat penyakit sebelumnya, pemeriksaan fisik,
penilaian status fisik dan dianjurkan untuk puasa.
Penggunaan obat obatan disesuaikan dengan keadaan pasien dilihat
dari dosis, indikasi, kontra indikasi serta efek samping.

27

DAFTAR PUSTAKA
1. Wargahadibrata,

Himendra

A.

Anestesiologi

Untuk

Mahasiswa

Kedokteran.Bandung : Saga Olahcitra.2011


2. Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M. Ruswan. Petunjuk Praktis
Anestesiologi Edisi 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia. 2007
3. Muhardi M, Roesli T, Sunatrio, Ruswan D. Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1989.
4. Mangku, Gde.; Senapathi, Tjokorda Gde Agung Senaphati. Ilmu Anestesi
dan Reanimasi. Jakarta : Indeks Jakarta. 2010
5. Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology 10th edition.
Singapore : Mc Graw Hill Lange. 2007
6. Tjay Tan H.; Rahardja Kirana. Obat Obat Penting : Kasiat, Penggunaan
dan Efek Efek Sampingnya Edisi 6. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo Gramedia. 2010
7. Morgan, G. Edward. 2005. Clinical Anesthesiology, 4th Edition. Mc GrawHill Companies, Inc. United State
8. Negus A and Nicholas Boyd. 2011. Update In Anesthesia : Using a face
mask during anesthesia. New Zealand

28

Anda mungkin juga menyukai