Anda di halaman 1dari 16

Soekarno

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


(Dialihkan dari Sukarno)
Untuk film tentang tokoh ini pada tahun 2013, lihat Soekarno (film).
Perlindungan dari anon
Dr.(H.C.) Ir. H.
Soekarno
Presiden Indonesia ke-1
Masa jabatan
18 Agustus 1945 12 Maret 1967
Perdana Menteri
Daftar[tampilkan]
Wakil Presiden
Mohammad Hatta (19451956)
Didahului oleh
Tidak ada, jabatan baru
Digantikan oleh Soeharto
Perdana Menteri Indonesia ke-11
Masa jabatan
9 Juli 1959 25 Juli 1966
Didahului oleh
Djuanda Kartawidjaja
Digantikan oleh Soeharto
(Ketua Presidium Kabinet)
Informasi pribadi
Lahir Kusno Sosrodihardjo
6 Juni 1901
Bendera Belanda Surabaya, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal 21 Juni 1970 (umur 69)
Bendera Indonesia Jakarta, Indonesia
Kebangsaan
Bendera Indonesia Indonesia
Partai politik
Indonesian National Party logo.gif Partai Nasional
Indonesia
Suami/istri Oetari (19211923)
Inggit Garnasih (19231943)
Fatmawati (19431956)
Hartini (19521970)
Kartini Manoppo (19591968)
Ratna Sari Dewi (19621970)
Haryati (19631966)
Yurike Sanger (19641968)
Heldy Djafar (19661969)
Anak
Dari Inggit[tampilkan]
Dari Fatmawati[tampilkan]
Dari Hartini[tampilkan]
Dari Ratna[tampilkan]
Dari Haryati[tampilkan]

Dari Kartini Manoppo[tampilkan]


Profesi
Insinyur
Politikus
Agama
Islam
Tanda tangan
Gnome-mime-audio-openclipart.svg
Pidato Soekarno pada peringatan Maulud Nabi Muhammad S.A.W
MENU0:00
Pidato Soekarno pada peringatan Maulud Nabi Muhammad S.A.W
Kesulitan mendengarkan berkas ini? Lihat bantuan.
Berkas:Konfrensi Asia Afrika.webm
Soekarno di Konferensi Asia-Afrika
Dr.(H.C.) Ir. H. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno
Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 meninggal
di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun)[note 1][note 2] adalah
Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 19451966.
[5]:11, 81 Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan
bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.[6]:26-32 Ia adalah
Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad
Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah
yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.[6]
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar
yang kontroversial, yang isinya berdasarkan versi yang dikeluarkan
Markas Besar Angkatan Darat menugaskan Letnan Jenderal
Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan
institusi kepresidenan.[6] Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal
Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.[6] Setelah
pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967,
Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada
Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto
menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.[6]
Daftar isi [sembunyikan]
1
Nama
1.1 Achmed Soekarno
2
Kehidupan
2.1 Masa kecil dan remaja
2.2 Sebagai arsitek
2.2.1 Pekerjaan
2.2.2 Pengaruh terhadap karya arsitektur
2.3 Silsilah keluarga
3
Kiprah politik

3.1 Masa pergerakan nasional


3.2 Masa penjajahan Jepang
3.3 Masa Perang Revolusi
3.4 Masa kemerdekaan
3.5 Masa marabahaya
3.5.1 Granat Cikini
3.5.2 Penembakan Istana Presiden
3.5.3 Pencegatan Rajamandala
3.5.4 Granat Makassar
3.5.5 Penembakan Idul Adha
3.5.6 Penembakan mortir Kahar Muzakar
3.5.7 Granat Cimanggis
3.5.8 Pembunuhan karakter
3.6 Masa embargo negara Adi Kuasa
3.7 Masa keterpurukan
4
Sakit hingga meninggal
5
Peninggalan
6
Penghargaan
7
Karya tulis
8
Pidato
9
Budaya populer
9.1 Buku
9.2 Lagu
9.3 Film
10
Catatan
11
Referensi
12
Lihat pula
13
Pranala luar
Nama
Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno oleh orangtuanya.
[5] Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur sebelas tahun
namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya.[5][7]:35-36 Nama
tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata
Yudha yaitu Karna.[5][7] Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam
bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su"
memiliki arti "baik".[7]
Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno
diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama
tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda)[7]:32. Ia tetap
menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda
tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu
tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50
tahun[7]:32. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.

Achmed Soekarno
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis
Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali
berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya,
"Siapa nama kecil Soekarno?"[butuh rujukan] karena mereka tidak
mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya
menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga.
Soekarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika
menunaikan ibadah haji.[8] Dalam beberapa versi lain,[butuh rujukan]
disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Soekarno,
dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang
melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan
pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.
Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
(terjemahan Syamsu Hadi. Ed. Rev. 2011. Yogyakarta: Media
Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9) halaman
32 dijelaskan bahwa namanya hanya "Sukarno" saja, karena dalam
masyarakat Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang
terdiri satu kata.
Kehidupan
Masa kecil dan remaja
Rumah masa kecil Bung Karno
Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden
Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai.[5]
Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang
guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.[5]
Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan
beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam.
[5] Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini
sebelum Soekarno lahir.[9]:4-6, 247-251 Ketika kecil Soekarno tinggal
bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
[5]
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah
ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota
tersebut.[5] Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste
Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.[9] Kemudian pada Juni
1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS)
untuk memudahkannya diterima di Hogere Burger School (HBS).[5]
Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di
ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.[5] Ia
dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang

bernama H.O.S. Tjokroaminoto.[5] Tjokroaminoto bahkan memberi


tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya.[5] Di
Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat
Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin,
Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.[5] Soekarno
kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo
yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo.[5] Nama
organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda
Jawa) pada 1918.[5] Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian
"Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.[9]
Soekarno sewaktu menjadi siswa HBS Soerabaja
Soekarno bersama mahasiswa pribumi TH Bandung tahun 1923. Baris
belakang dari kiri ke kanan: M. Anwari, Soetedjo, Soetojo, Soekarno,
R. Soemani, Soetono/Soetoto(?), R. M. Koesoemaningrat, Djokoasmo,
Marsito. Duduk di depan: Soetono/Soetoto(?), M. Hoedioro, Katamso.
Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921[10], bersama Djoko Asmo rekan
satu angkatan di HBS, Soekarno melanjutkan ke Technische
Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan
mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921,[1]:38 setelah dua
bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar
kembali[1]:38 dan tamat pada tahun 1926.[11] Soekarno dinyatakan
lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis
ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama delapan
belas insinyur lainnya.[1]:37 Prof. Jacob Clay selaku ketua fakultas
pada saat itu menyatakan "Terutama penting peristiwa itu bagi kita
karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa".[1]:37 Mereka
adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo,[12]:167 selain itu ada
seorang lagi dari Minahasa yaitu Johannes Alexander Henricus
Ondang.[12]:167
Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang
merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto.
[5] Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto
Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan
pemimpin organisasi National Indische Partij.
Sebagai arsitek
Bung Karno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal
sebagai arsitek alumni dari Technische Hoogeschool te Bandoeng
(sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan
tamat pada tahun 1926. [note 3] [note 4] [13]
Pekerjaan

Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir.
Anwari, banyak mengerjakan rancang bangun bangunan. Selanjutnya
bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun rumah-rumah
dan jenis bangunan lainnya.
Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang beberapa
rumah dan merenovasi total masjid Jami' di tengah kota. [14]
Pengaruh terhadap karya arsitektur
Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur
yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan
secara maraton dari bulan Mei sampai Juli pada tahun 1956 ke
negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan
Swiss. Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam
menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai
negara yang baru merdeka. [15]
Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia terkait
beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu,
namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan
sebagai pusat pemerintahan pada masa datang. Beberapa karya
dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya
dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M.
Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi.
Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara. [16]
Masjid Istiqlal 1951
Monumen Nasional 1960
Gedung Conefo [16]
Gedung Sarinah [16]
Wisma Nusantara [16]
Hotel Indonesia 1962 [17]
Tugu Selamat Datang[17]
Monumen Pembebasan Irian Barat[17]
Patung Dirgantara[17]
Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan
sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan
ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat
bangunan untuk melakukan sai menjadi dua jalur dalam bangunan
dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi
Masjidil Haram secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk
pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sai
menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf [13]
Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan
pada tahun 1957 [13]
Silsilah keluarga

Raden Soekemi Sosrodihardjo


Ida Ayu Nyoman Rai

Soekarno (1901-1970)

Oetari (menikah 1921;berpisah 1923)

Inggit Garnasih (menikah 1923)

Fatmawati (menikah 1943)

Guntur (l.1944)
Megawati (l.1947)
_Rachmawati_ (l.1950)
_Sukmawati_ (l.1952)
___Guruh___ (l.1953)

Hartini (menikah 1952)

Taufan (1951-1981)
Bayu (l.1958)

Ratna (menikah 1962)

Kartika (l.1967)

Haryati (menikah 1963)

Ayu

Yurike Sanger (menikah 1964)

Kartini Manoppo

Totok (l.1967)

Heldy Djafar (menikah 1966)

Anda mungkin juga menyukai