Achmed Soekarno
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis
Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali
berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya,
"Siapa nama kecil Soekarno?"[butuh rujukan] karena mereka tidak
mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya
menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga.
Soekarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika
menunaikan ibadah haji.[8] Dalam beberapa versi lain,[butuh rujukan]
disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Soekarno,
dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang
melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan
pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.
Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
(terjemahan Syamsu Hadi. Ed. Rev. 2011. Yogyakarta: Media
Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9) halaman
32 dijelaskan bahwa namanya hanya "Sukarno" saja, karena dalam
masyarakat Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang
terdiri satu kata.
Kehidupan
Masa kecil dan remaja
Rumah masa kecil Bung Karno
Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden
Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai.[5]
Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang
guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.[5]
Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan
beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam.
[5] Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini
sebelum Soekarno lahir.[9]:4-6, 247-251 Ketika kecil Soekarno tinggal
bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
[5]
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah
ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota
tersebut.[5] Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste
Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.[9] Kemudian pada Juni
1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS)
untuk memudahkannya diterima di Hogere Burger School (HBS).[5]
Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di
ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.[5] Ia
dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang
Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir.
Anwari, banyak mengerjakan rancang bangun bangunan. Selanjutnya
bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun rumah-rumah
dan jenis bangunan lainnya.
Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang beberapa
rumah dan merenovasi total masjid Jami' di tengah kota. [14]
Pengaruh terhadap karya arsitektur
Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur
yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan
secara maraton dari bulan Mei sampai Juli pada tahun 1956 ke
negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan
Swiss. Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam
menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai
negara yang baru merdeka. [15]
Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia terkait
beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu,
namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan
sebagai pusat pemerintahan pada masa datang. Beberapa karya
dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya
dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M.
Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi.
Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara. [16]
Masjid Istiqlal 1951
Monumen Nasional 1960
Gedung Conefo [16]
Gedung Sarinah [16]
Wisma Nusantara [16]
Hotel Indonesia 1962 [17]
Tugu Selamat Datang[17]
Monumen Pembebasan Irian Barat[17]
Patung Dirgantara[17]
Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan
sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan
ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat
bangunan untuk melakukan sai menjadi dua jalur dalam bangunan
dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi
Masjidil Haram secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk
pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sai
menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf [13]
Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan
pada tahun 1957 [13]
Silsilah keluarga
Soekarno (1901-1970)
Guntur (l.1944)
Megawati (l.1947)
_Rachmawati_ (l.1950)
_Sukmawati_ (l.1952)
___Guruh___ (l.1953)
Taufan (1951-1981)
Bayu (l.1958)
Kartika (l.1967)
Ayu
Kartini Manoppo
Totok (l.1967)