Harun A. LUBIS
Model konsumsi bahan bakar diperoleh melalui survei primer dengan menggunakan
alat pengukur konsumsi bahan bakar dengan memperhatikan pengaruh dari kelandaian
jalan, kekasaran jalan dan kondisi lalu lintas. Untuk komponen biaya operasi
kendaraan lainnya, model diperoleh melalui desk study dengan memperhatikan
kesederhanaan model sebagai dasar pemilihan.
2.2.1
Dalam studi ini diperkirakan ada hubungan yang mendasar antara konsumsi bahan
bakar dan kecepatan, di luar (lepas) dari pengaruh geometrik jalan, kekasaran
permukaan, dan kondisi lalu lintas. Konsumsi seperti itu disebut sebagai konsumsi
bahan bakar dasar yang didefinisikan sebagai konsumsi bahan pada kondisi lalu lintas
bebas (free flow), kelandaian yang relatif datar (0%), dan kekasaran permukaan relatif
tidak mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Konsumsi tersebut selanjutnya disebut
sebagai basic fuel. Dengan demikian spesifikasi model konsumsi bahan bakar dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Konsumsi bahan bakar = basic fuel (1 (kk + kl + kr )) ................... (1)
dimana:
basic fuel dalam liter/1000km
kk = koreksi akibat kelandaian
kl = koreksi akibat kondisi lalu lintas
kr = koreksi akibat kekasaran jalan (roughness)
Dari data hasil pengamatan empiris diperoleh hubungan basic fuel dengan kecepatan
(v) sebagai berikut.
Basic fuel = 0,0284 v2 - 3,0644 v + 141,68 (2)
Gambar 2.1 menunjukkan kurva hubungan antara konsumsi bahan bakar dasar
dengan kecepatan.
120
100
y = 0.0284x 2 - 3.0644x + 141.68
R2 = 0.8089
80
60
40
20
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Gambar 2.1 Kurva Hubungan Antara Konsumsi Bahan Bakar Dasar Dengan
Kecepatan
Sedangkan untuk golongan kendaraan lain, nilai perbandingan konsumsi bahan bakar
dasar relatif terhadap konsumsi kendaraan golongan I, diperoleh :
Tabel 2.2 Faktor Koreksi Konsumsi Bahan Bakar Dasar Kendaraan Golongan I, IIA, dan
IIB
Koreksi Kelandaian negatif (kk)
Koreksi Kelandaian positif (kk)
Koreksi Lalu Lintas (kl)
2.2.2
g < -5%
- 0,337
- 0,158
0% < g < 5%
0,400
g 5%
0,820
0,050
0,185
v/c 0,8
0,253
< 3 m/km
0,035
3 m/km
0,085
Model yang pernah dipakai oleh BIPRAN-Bina Marga untuk studi kelayakan jalan. Model ini
memperhatikan pengaruh dari kecepatan perjalanan dan roughness terhadap konsumsi minyak pelumas.
2.2.3
Ban
Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kondisi atau umur ban. Pertama adalah
rolling frictrion, gesekan antara ban dan permukaan jalan. Kedua adalah gaya
longitudinal dan transversal yang menyebabkan gesekan pada sebagian permukaan
ban. Gaya tersebut terjadi akibat pengereman, akselerasi, dan tikungan. Terakhir
adalah gesekan akibat driving force yang diakibatkan tekanan udara yang terjadi pada
saat kendaraan melakukan tanjakan dan atau pengurangan kecepatan.
Dengan memperhatikan kriteria kesederhanaan dan kemudahan dalam
mengimplementasikan model, maka diusulkan untuk menggunakan model PCI
sebagai berikut :
Golongan I
:
Y = 0.0008848 S - 0.0045333
Golongan II a
:
Y = 0.0012356 S - 0.0064667
Golongan II b
:
Y = 0.0015553 S - 0.0059333
Y = pemakaian ban per 1000 km dan S adalah kecepatan berjalan
(running speed).
2.2.4
Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya suku cadang dan upah montir/tenaga kerja yang
berlaku untuk penghitungan BOK pada jalan tol maupun jalan arteri, sedangkan
menurut model PCI persamaannya dapat dilihat berikut ini :
2.2.5
1.
Suku Cadang
Golongan I
:
Y = 0.0000064 S + 0.0005567
Golongan II a
:
Y = 0.0000332 S + 0.0020891
Golongan II b
:
Y = 0.0000191 S + 0.0015400
Y = pemeliharaan suku cadang per 1000 km
2.
Montir
Golongan I
:
Y = 0.00362 S + 0.36267
Golongan II a
:
Y = 0.02311 S + 1.97733
Golongan II b
:
Y = 0.01511 S + 1.21200
Y = jam montir per 1000 km
Depresiasi
Biaya depresiasi berlaku untuk penghitungan BOK pada jalan tol maupun jalan arteri,
sedangkan menurut model PCI persamaannya dapat dilihat berikut ini :
Persamaan Depresiasi menurut PCI
Golongan I
:
Y = 1/(2,5 S + 125)
Golongan II a
:
Y = 1/(9,0 S + 450)
Golongan II b
:
Y = 1/(6,0 S + 300)
Y = Depresiasi per 1.000 km, sama dengan 1/2 nilai depresiasi dari
kendaraan
2.2.6
Bunga Modal
Menurut model HDM III, biaya bunga modal per kendaraan-km yang dilambangkan
dengan INT dan diekspresikan sebagai fraksi dari harga kendaraan baru diberikan
dalam persamaan berikut ini :
INT = AINT/AKM
dimana :
AINT
AINV
AKM
=
=
=
Pada studi ini bunga modal diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pilihan pemakai tol
atau non tol sehingga tidak terdapat kontribusi penghematan komponen ini terhadap
total BOK.
2.2.7
Asuransi
Nilai Waktu
Sampai saat ini, belum diturunkan suatu besaran nilai waktu untuk kondisi di
Indonesia. Namun demikian, pada studi ini diambil besaran nilai waktu dari Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (IHCM-Indonesia Highway Capacity Manual), yang
besarnya ditampilkan pada Tabel 2.5 berikut ini.
Tabel 2.5 Nilai Waktu Manual Kapasitas Jalan Indonesia untuk Masing-masing
Golongan
Nilai Waktu
(Rp./jam/kendaraan)
Golongan I
3.281,25
Golongan IIA
18.212,00
Golongan IIB
4.971,20