1. Definisi
Blighted ovum terjadi ketika ovum yang sudah dibuahi dan berimplantasi di
uterus tidak berkembang menjadi embrio. Dapat pula disebut anembryonic (no
embryo) pregnancy. Kehamilan ini menyebabkan keguguran pada trimester
pertama. Blighted ovum menyebabkan satu dari dua kejadian abortus pada
trimester pertama kehamilan (Rezaee, A. & Gailard,F., 2012)
Kehamilan patologi ini ditandai dengan adanya kantong gestasi yang
terbentuk tetapi tidak terlihat adanya embrio yang berkembang. Biasanya pada
minggu kelima atau keenam kehamilan, embrio akan terlihat melalui pemeriksaan
ultrasonografi. Pada waktu ini, perkembangan fetus mencapai 18 mm di dalam
kantung gestasi tetapi pada blighted ovum, hanya kantung gestasi yang
berkembang sedangkan embrio tidak berkembang. Oleh karena itu, blighted ovum
seringkali disebut kehamilan anembrionik (Todd, N., 2013).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya blighted ovum adalah karena adanya proses kelainan
kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma. Tubuh ibu akan
mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami mencoba untuk
melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi yang
sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel abnormal atau kualitas
sperma/ovum yang buruk (Saifuddin, dkk., 2010).
Infeksi TORCH dan streptokokus, diabetes mellitus yang tidak terkontrol,
rendahnya kadar beta hCG ataupun faktor immunologis seperti adanya antibody
terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Resiko juga akan semakin
meningkat bila usia suami ataupun istri semakin tua karena hal ini berpengaruh
terhadap kualitas sperma atau ovum. Di samping itu faktor paritas juga
berpengaruh dimana semakin banyak jumlah anak yang dimiliki juga dapat
meningkatkan faktr resiko blighted ovum. Kebiasan seperti merokok dan alcohol
turut berperan dalam meningkatkan resiko penyakit ini (Saifuddin, dkk., 2010).
3. Pathogenesis
Pada saat konsepsi, sel telur yang matang bertemu dengan sperma. Namun
oleh karena berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau
terdapat infeksi TORCH), sel telur yang sudah dibuahi tidak dapat berkembang
dengan sempurna dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun
demikian, plasenta akan tetap tertanam dalam rahim dan menghasilkan hormon
hCG dimana hormon ini akan memberikan sinyal ke ovarium dan otak sebagai
pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon
hCG menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, dan
tes kehamilan menjadi positif.
Di samping embrio yang tidak berkembang, kantong kuning telur (yolk sac)
juga tidak ikut terbentuk. Dalam penegakan diagnosisnya dibutuhkan gambaran
ultrasonografi. Jika tidak dilakukan tindakan, kehamilan ini akan terus
berkembang tetapi akan terjadi abortus spontan pada minggu ke 14-16. Lebih dari
80 persen dari aborsi spontan terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan.
Dengan kehilangan pada trimester pertama, kematian embrio atau janin hampir
selalu didahului ekspulsi spontan. Kematian biasanya disertai dengan perdarahan
ke dalam desidua basalis. Hal ini diikuti oleh nekrosis jaringan yang berdekatan
dan merangsang kontraksi rahim dan eksplusi (Cunningham, 2014).
4. Insidensi
Sekitar setengah dari kejadian abortus yang terjadi diakibatkan karena embrio
tidak berkembang sejak dari awal kehamilan (anembryonic pregnancy/blighted
ovum). Sedangkan lima puluh persen sisanya terjadi pada abortus dengan
perkembangan abnormal zigot, embrio, fetus, atau plasenta.
Merokok
Obesitas
Disfungsi tiroid
7. Diagnosis
Pada dasarnya wanita yang mengalami blighted ovum mempunyai hormon
hCG yang meningkat. Invasi endometrium oleh sinsitiotropoblast memproduksi
hormon ini setelah proses implantasi. Hormon hCG semakin meningkat seiring
berkembangnya plasenta walaupun tidak didapatkan adanya pertumbuhan dari
embrio. Oleh karena itu, tes ultrasound (USG) dibutuhkan untuk mendiagnosa
dan mengkonfirmasi bahwa kantung gestasi kosong (Saifuddin, 2010).
Blighted ovum dapat didiagnosa dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG)
dimana pada gambarannya tidak didapatkan adanya fetal pole (gambaran
manifestasi pertama fetus dan terlihat sebagai penebalan pada tepi yolk sac selama
awal kehamilan) dengan USG endovaginal dan:
-
Sebagai tambahan:
-
Tidak adanya yolk sac pada ukuran kantong gestasi >8 mm atau >16
Gambar 1. Kantung gestasi dengan diameter >25 mm tetapi masih belum nampak
adanya fetal pole.
Daftar pustaka
1. Anonim.
Methylergonovine
(Systemic)
available
at
http://www.drugs.com/mmx/methergine.html [diakses tanggal 27 Agustus
2015]
2. Anonim.
Misoprostol
available
http://www.drugs.com/pro/misoprostol.html#BOX [diakses
Agustus 2015]
tanggal
at
27
Available
at