Anda di halaman 1dari 15

Parameter yang harus dipantau untuk mengukur standard baku mutu kualitas udara dalam

ruangan Rumah Sakit antara lain meliputi kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi.
1. Pengukuran Kualitas Lingkungan Fisik
a. Pengukuran kelembaban udara menggunakan Hygrometer.
b. Pengukuran suhu udara menggunakan Thermometer.2. Pengambilan sampel kimia gas

Pengambilan sampel gas: HC, CO, Ether menggunakan Plastic Bag.a.

Pengukuran debu total Total Suspended Partikulate (TSP) menggunakan Low Volume
Air
Sampler (LVS).

Pengambilan sampel gas: H2S, NH3 , SO2 , Ozone, NO2 menggunakan Impinger
Gas Sampler.

3. Pengambilan sampel mikrobiologi


Sampling mikrobiologis udara dapat diperoleh dengan menggunakan metode settling plates
(peletakan lempeng agar) dan metode mekanik Volumetric Air Sampling (Mertaniasih dkk
(2004)

Metode settling plates. Prinsip metod eini pada peletakan lempeng agar dalam petri
diameter 100 mm yang terbuka akan menampung pengendapan partikel mikroba
udara sekitar 1 m3 selama terpapar 15 menit, menggunakan media sampling standar
brain heart infussion agar atau trypticase soy agar. Metode ini mudah dan tidak
mahal tapi hasilnya tidak betul- betul kuantitatif.

Metode Volumetric Air Sampling merupakan metode kuantitatif yang lebih tepat,
karena partikel udara yang lebih kecil (3 mm) dengan kondisi kelembaban udara akan
tetap tersuspensi di udara, tidak turun mengendap di permukaan suatu lempeng agar
tetapi dengan metode high- velocity- volumetric air sampling, partikel kecil di udara
dapat ditarik dengan kecepatan tinggi ke dalam saluran alat oleh karena suatu pompa
(vacuum pump). Selain itu keuntungan pada partikel ukuran besar yang umumnya di
udara rumah sakit, rerata 10- 15 mm, dapat ditarik masuk ke dalam media cair
(collection fluid) dan terjadi gelembung- gelembung udara yang dapat memecahkan
partikel besar sehingga semua kandungan sel- sel mikroba yang hidup akan terpencar
dan merata menimpa, menempel pada permukaan lempeng agar yang mengandung
nutrisi (brain heart infussion agar atau trypticase soy agar atau Mueller Hinton Agar
dan Saboroud Glucosa Agar), sehingga merefleksi jumlah total mikroba di dalam
udara per satuan m3. Sedangkan untuk random sampling udara yang akurat dan sering
dilakukan menggunakan metode slit sampling atau centrifugal sampling atau staged
sampling. Kecepatan aliran udara harus dikalibrasi dengan tepat untuk menjamin hasil
yang akurat.

Cara Pengambilan Sampel Udara Ruangan


Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1335/ Menkes/ SK/ X/ 2002 tentang standar operasional
pengambilan dan pengukuran sampel kualitas udara ruangan di rumah sakit, cara
pengambilan sampel udara ruangan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel mikrobiologi udara

Waktu pengambilan sampel udara adalah setelah proses sterilisasi dan pembersihan
ruangan.

Lakukan uji fungsi alat microbiology air sampler yang digunakan untuk mengambil
sampel udara.

Lepas kipas dan pelindungnya lalu bungkus dengan kertas, sterilkan dalam autoclave
dengan suhu 12 1C selama 15 menit atau dengan sterilisasi kering dengan suhu 70C
selama 1 jam.

Badan alat didesinfeksi dengan menggunakan alcohol 70 % atau desinfektan lainnya.

Pasang battey pada alat atau adaptor

Pasang kembali kipas dan pelindung pada badan alat.

Atur waktu sesuai dengan lama pengambilan sampel yang direncanakan yaitu 4 menit.

Pasang alat pada piring penyangga / tripod

Siapkan agar strip (media agar)

Tempatkan alat pada titik pengambilan sampel.

Lepaskan media agar strip dari kemasannya dan segera pasangkan pada tempatnya
(pelindung kipas) dengan posisi permukaan agar strip mengarah kipas.

Hidupkan alat.

Tekan tombol start pada remote starter (jarak pengukur dengan alat minimal 3 meter)
tinggalkan ruangan apabila alat sedang beroperasi.

Alat akan berhenti secara otomatis sesuai dengan pengaturan waktu.

Pengukur segera masuk dan mematikan alat.

Lepaskan media agar strip dari tempatnya dan masukkan kembali pada kemasannya,
tutup rapat dan disegel.

Beri keterangan atau label seperlunya antara lain: waktu pengambilan, lokasi/ tempat,
lama pengambilan sampel, dan nama pengukur.

Amankan agar strip dengan cara: lapisi agar strip dengan aluminium foil, simpan pada
cool box (kotak pendingin ) dengan suhu 4- 10 C

Masukkan agar strip pada incubator dengan suhu 30- 35 C dan selama 24 jam (bila
24 jam tidak ada pertumbuhan kuman, pembiakan 24 jam lagi).

Setelah waktu pembiakan kuman selesai, jumlah koloni kuman yang tumbuh dihitung
dengan menggunakan colony counter.

Pengukuran kualits fisik udara

Pengukuran suhu

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer yang dipaparkan pada


ruangan sampai menunjukkan angka yang stabil.

Pengukuran kelembaban relatif, Pengukuran dilakukan dengan menggunakan


hygrometer atau humidity meter yang dipaparkan pada ruangan sampai menunjukkan
angka yang stabil.

Kecepatan aliran udara

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Kata termometer yang dipaparkan selama
15 menit pada ruang kerja

Midget Impinger
Midget Impinger ( alat untuk mengukur kandungan SO2, NO2, Hidrocarbon dan
Ozone). Awalnya digunakan untuk sampling partikulat, namun saat kini lebih banyak
digunakan untuk absorpsi gas. Umumnya jumlah cairan yang digunakan adalah 10 20 ml .
Jika digunakan cairan terlalu banyak dapat menyebabkan kehilangan sampel. 25 ml standar
Midget Impinger adalah 2 bagian kaca impinger dengan bertahap 5ml. Juga tersedia dalam
konfigurasi fritted.
Impingers adalah Pyrex tabung gelembung kaca yang dirancang untuk koleksi
bahaya udara menjadi medium cair. Bila menggunakan sampler udara pribadi, volume yang
diketahui gelembung udara dipompa melalui tabung gelas yang berisi cairan ditentukan
dalam metode. Cairan tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan konsentrasi udara.
Sebuah impinger dapat dipasang pada sisi pompa sampel udara atau dimasukkan ke
sarungnya dan diletakkan di dekat zona bernapas pekerja.
Komponen Midget Impinger

1. Pompa vakum : dibuat dengan sistem vibrasi ganda yang tahan korosi. Kecepatan hisap stabil
dan dapat diatur dengan potensiometer
2. Tabung impinger : tempat reaksi antara kontaminan udara dengan larutan penangkap. Dapat
lebih dari satu tabung.
3. Moisture adsorber : tabung berisi bahan penyerap uap air untuk melindungi pompa dari
korosi.
4. Flow meter : alat pengukur kecepatan aliran udara dengan metoda buble flow
-

Contoh Spesifikasi Midget Impinger Type CS-596 AC

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kapasitas Hisap : Maximum 2, 0 Liter udara/ menit tanpa beban


Teknologi Pengisap : Vibrasi katup ganda
Jumlah Pompa Hisap : 5 unit ( independent)
Pengatur Hisapan : Saklar putar bertahap ( independent)
Lubang Hisap : 5 buah ukuran 1/ 4 inch
Lubang Tiup/ Ukur : 5 buah ukuran 1/ 4 inch
Catu Daya : AC 220V/ 50Hz/ 25VA
Dimensi Mekanikal : Panjang 43 cm, Lebar 21 cm Tinggi 22 cm, Berat + / - 5 kg
Perlengkapan Utama : 5 unit tabung reaksi ( impinger) ; 5 unit tabung pengaman 1 lot selang

fleksibel ( 1/ 4 inch) , 1 buble flow meter.


10. Kemampuan Operasi : 24 Jam ( endurance test) .
Cara Kerja / Prinsip Kerja Midget Impinger
Teknik analisa udara dengan impinger pada hakekatnya terdiri dari beberapa langkah yakni
1.

Menarik udara contoh dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang berisi larutan

penangkap.
2. Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan penangkap baik dengan
3.

metoda konvensional maupun instrumental.


Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara yang dipompa dan
hasil pengukuran dari
Kalibrasi
Bukan merupakan alat kimia analitik, jadi pengkalibrasi dilakukan dengan cara
menghidupkan sesekali agar tidak ada kerusakan pada komponen midget impinger.
Tujuannya untuk mengecek pompa vacum dan perpipaan dalam keadaan baik
Cara Penyimpanan dan Perawatan

Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari air,
asam dan basa. Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan alat . Bahan kimia
yang bereaksi dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan tersebut tidak berfungsi lagi dan
menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan terjadinya ledakan.
Penyimpannya diletakkan di dalam tas penyimpaanya dan diletakkan ditempat yang
aman agar tidak tertindih barang lain. Selain itu tidak diperbolehkan langsung terkena
martahari.

Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja: Standard Nasional


Indonesia (SNI 16-7058-2004)
Pengukuran kadar debu total di udara
tempat kerja
Standard Nasional Indonesia (SNI 16-7058-2004)
Daftar isi
Daftar isi ......................................................i
Prakata ........................................................ii
Pendahuluan ............................................. iii
1..Ruang lingkup ....................................... 1
2.. Istilah dan definisi ............................... 1
3..Cara pengukuran ................................. 1

Prakata
Standar pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja dimaksudkan untuk mewujudkan
keseragaman dalam melakukan pengukuran secara nasional dan dalam rangka upaya
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Standar ini disusun oleh Subpanitia
Teknis Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Panitia Teknis 94S, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Standar ini telah dikonsensuskan di Jakarta pada tanggal 11 Nopemper
2003 yang dihadiri oleh wakil-wakil dari instansi pemerintah, serikat pekerja, perusahaan,
asosiasi profesi dan universitas.

Pendahuluan
Perkembangan industri yang makin pesat di samping berefek positif pada kehidupan juga
menimbulkan problema terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang salah satu
penyebabnya adalah debu yang timbul pada pekerjaan-pekerjaan di tempat kerja sebagai
akibat proses produksi.

Efek yang timbul akibat terpapar debu total di tempat kerja dapat mengurangi kenyamanan
ketika bekerja dan debu-debu jenis tertentu dapat menyebabkan efek negatif pada kesehatan
tenaga kerja. Berdasarkan kenyataan di atas perlu upaya penanggulangan dengan melakukan
pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja menggunakan pengukuran kadar debu
yang di bakukan sebagai SNI.
Pengukuran kadar debu total yang digunakan adalah cara gravimetri. Lingkup standar ini
mecakup prinsip pengukuran, penentuan titik pengambilan contoh uji, peralatan, bahan yang
digunakan, cara pengambilan contoh dan perhitungan kadar debu total di udara tempat kerja.
Teknisi yang menggunakan standar pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja harus
mempunyai kompetensi di bidang ini.

Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja


1 Ruang lingkup
Standar ini menguraikan pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja secara gravimetri
yang meliputi tahap persiapan, pengambilan contoh, penimbangan dan perhitungan kadar
debu total.
2 Istilah dan definisi
2.1
Debu: partikel padat yang terbentuk karena adanya kekuatan alami atau mekanik seperti
penghalusan (grinding), penghancuran (crushing), peledakan (blasting), pengayakan
(shaking) dan atau pengeboran (drilling)
2.2
debu total: debu di udara tempat kerja pada semua ukuran
2.3
Desikator: alat untuk mempertahankan kelembaban di kertas filter pada skala tertentu
2.4
Hidrofobik: sifat yang tidak menyerap uap air
2.5
zona pernapasan
area setengah lingkaran dari lubang hidung tenaga kerja dengan diameter 0,6 m di sekitar
kepala dan bahu
2.6
Flowmeter: alat yang digunakan untuk mengukur laju kecepatan aliran udara
3 Cara pengukuran
3.1 Prinsip: Alat diletakkan pada titik pengukuran setinggi zona pernafasan, pengambilan
contoh dilakukan selama beberapa menit hingga satu jam (sesuai kebutuhan dan tujuan
pengukuran) dan kadar debu total yang diukur ditentukan secara gravimetri.
3.2 Peralatan

a) low volume dust sampler (LVS) dilengkapi dengan pompa pengisap udara dengan
kapasitas 5 l/menit 15 l/menit dan selang silikon atau selang teflon;
b) timbangan analitik dengan sensitivitas 0,01 mg;
c) pinset;
d) desikator, suhu (20 + 1)oC dan kelembaban udara (50 + 5)%;
e) flowmeter;
f) tripod;
g) termometer;
h) higrometer.
3.3 Bahan
Filter hidrofobik (misal: PVC, fiberglass) dengan ukuran pori 0,5 m.
3.4 Prosedur kerja
3.4.1 Persiapan
a) Filter yang diperlukan disimpan di dalam desikator selama 24 jam agar mendapatkan
kondisi stabil.
b) Filter kosong pada 3.4.1 a) ditimbang sampai diperoleh berat konstan, minimal tiga kali
penimbangan, sehingga diketahui berat filter sebelum pengambilan contoh, catat berat filter
blanko dan filter contoh masing-masing dengan berat B1 (mg) dan W1 (mg). Masingmasing
filter tersebut ditaruh di dalam holder setelah diberi nomor (kode).
c) Filter contoh dimasukkan ke dalam low volume dust sampler holder dengan menggunakan
pinset dan tutup bagian atas holder.
d) Pompa pengisap udara dikalibrasi dengan kecepatan laju aliran udara 10 l/menit dengan
menggunakan flowmeter (flowmeter harus dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang
terakreditasi).
3.4.2 Pengambilan contoh
a) LVS pada point 3.4.1 c) di atas dihubungkan dengan pompa pengisap udara dengan
menggunakan selang silikon atau teflon.
b) LVS diletakkan pada titik pengukuran (di dekat tenaga kerja terpapar debu) dengan
menggunakan tripod kira-kira setinggi zona pernafasan tenaga kerja (seperti Gambar.
c) Pompa pengisap udara dihidupkan dan lakukan pengambilan contoh dengan kecepatan laju
aliran udara (flowrate) 10 l/menit.
d) Lama pengambilan contoh dapat dilakukan selama beberapa menit hingga satu jam
(tergantung pada kebutuhan, tujuan dan kondisi di lokasi pengukuran).
e) Pengambilan contoh dilakukan minimal 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal,
pertengahan dan akhir shift kerja.
f) Setelah selesai pengambilan contoh, debu pada bagian luar holder dibersihkan untuk
menghindari kontaminasi.
g) Filter dipindahkan dengan menggunakan pinset ke kaset filter dan dimasukkan ke dalam
desikator selama 24 jam.
3.4.3 Penimbangan
a) Filter blanko sebagai pembanding dan filter contoh ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik yang sama sehingga diperoleh berat filter blanko dan filter contoh masingmasing B2 (mg) dan W2 (mg).
b) Catat hasil penimbangan berat filter blanko dan filter contoh sebelum pengukuran
(lihat3.4.1.b) dan sesudah pengukuran pada formulir seperti pada Lampiran A.

3.4.4 Perhitungan
Kadar debu total di udara dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut dan
hasilnya dicatat pada formulir seperti pada Lampiran B.
(W2 - W1) - (B2 - B1)
C = ----------------------------------- (mg/l)
V
atau
( W2 - W1 ) - ( B2 - B1 )
C = ----------------------------------- x 103 (mg/m3)
V
dengan: C adalah kadar debu total (mg/l) atau (mg/m3);
W2 adalah berat filter contoh setelah pengambilan contoh (mg);
W1 adalah berat filter contoh sebelum pengambilan contoh (mg);
B2 adalah berat filter blanko setelah pengambilan contoh (mg);
B1 adalah berat filter blanko sebelum pengambilan contoh (mg);
V adalah volume udara pada waktu pengambilan contoh (l)

lat Sampling Udara Ambient ( Air Sampler Ambient )


Impinger
Min. Pembelian
1 Unit
Update Terakhir
09 / 01 / 2016

Harga
Hubungi Kami

Unit
1

BINA LABORATORIUM

Jl. Atletik III No. 26, RT.03 RW.13, Arcamanik Endah, Bandung
Indonesia 40293
Kota
Bandung
Login Terakhir
29 / 08 / 2014
Member Sejak
Feb 2011
Atau Hubungi:
08XX-XXX-XXX

Deskripsi Produk

Detail Alat Sampling Udara Ambient ( Air Sampler Ambient )


Impinger
Nama Alat : Air Sampler Impinger ( Alat Sampling Udara Ambien Impinger)
Type : CS-596-AC
Merek : BINALAB
PENDAHULUAN
Analisis dan evaluasi kadar kontaminan udara semakin penting mengingat
pengaruh polutan terhadap kesehatan. Cemaran kimia seperti gas SO2, H2S,
NH3, NOx, debu dll, dapat mengganggu kesehatan para pekerja pabrik,
laboratorium, maupun masyarakat sekeliling.
Metoda analisa kontaminan udara tidak banyak berbeda dengan analisa kimia
lainnya, kecuali diperlukan alat khusus untuk pengambilan contoh dari udara.
Ada beberapa cara sampling dan analisa udara seperti metoda test tube
detector , impinger , dan direct reading atau metoda instrumental. Setiap
metoda mempunyai kelebihan dan kekurangan baik ditinjau dari kecepatan,
ketelitian, harga peralatan dan suku cadang. Kesemua alat di atas masih diimpor.
Di antara tiga metoda di atas, metoda impinger merupakan metoda yang sesuai
untuk kita. Metoda test tube detector amat praktis, cepat dalam pengukuran,
tetapi kurang teliti serta amat bergantung pada pengadaan tube detector yang
sekali pakai terus dibuang. Metoda direct reading , juga amat praktis, tetapi
memerlukan sensor high-tech yang rawan kerusakan, berharga mahal dan
perlu kalibrasi setiap saat. Sedangkan metoda impinger , memang
memerlukan waktu lebih lama tetapi menghasilkan data cukup teliti ( handal) ,
dan luas pemakaian. Peralatan impinger dapat dibuat sendiri, demikian pula
reagen penangkap gas. Impinger sebagai alat sampling udara dapat
dikombinasikan dengan metoda analisa biasa ( titrasi, gravimetri, elektrometri,
spektrofoto meter dan kromatografi) sebagai alat ukur.
Mengingat kebutuhan analisa udara akan semakin meningkat di Indonesia
seirama dengan program Langit Biru , maka di bawah ini ditawarkan peralatan
impinger yang telah dibuat dalam negeri. Peralatan tersebut telah diuji dalam
laboratorium dan telah diterapkan untuk memonitor cemaran udara kerja
berbagai pabrik dan lingkungannya. Secara reguler atau atas permintaan
khusus, Pusat Penelitian Kimia -LIPI dapat mengadakan kursus singkat
penggunaan alat impinger di atas.
PRINSIP DASAR
Teknik analisa udara dengan impinger pada hakekatnya terdiri dari beberapa
langkah yakni ( lihat gambar) :
1. Menarik udara contoh dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang
berisi larutan penangkap.
2. Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan
penangkap baik dengan metoda konvensional maupun instrumental.
3. Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara yang
dipompa dan hasil pengukuran dari ( 2) .
Peralatan impinger secara keseluruhan terdiri dari :

1. Pompa vakum : dibuat dengan sistem vibrasi ganda yang tahan korosi.
Kecepatan hisap stabil dan dapat diatur dengan potensiometer
2. Tabung impinger : tempat reaksi antara kontaminan udara dengan larutan
penangkap. Dapat lebih dari satu tabung.
3. Moisture adsorber : tabung berisi bahan penyerap uap air untuk melindungi
pompa dari korosi.
4. Flow meter : alat pengukur kecepatan aliran udara dengan metoda buble
flow
SPESIFIKASI Type CS-596 AC
1. Kapasitas Hisap : Maximum 2, 0 Liter udara/ menit tanpa beban
2. Teknologi Pengisap : Vibrasi katup ganda
3. Jumlah Pompa Hisap : 5 unit ( independent)
4. Pengatur Hisapan : Saklar putar bertahap ( independent)
5. Lubang Hisap : 5 buah ukuran 1/ 4 inch
6. Lubang Tiup/ Ukur : 5 buah ukuran 1/ 4 inch
7. Catu Daya : AC 220V/ 50Hz/ 25VA
8. Dimensi Mekanikal : Panjang 43 cm, Lebar 21 cm Tinggi 22 cm, Berat + / - 5
kg
9. Perlengkapan Utama : 5 unit tabung reaksi ( impinger) ; 5 unit tabung
pengaman 1 lot selang fleksibel ( 1/ 4 inch) , 1 buble flow meter.
10. Kemampuan Operasi : 24 Jam ( endurance test) .
APLIKASI
Dengan peralatan sampling impinger, berbagai gas dan uap dapat dianalisis
dengan memakai larutan penangkap dan alat ukur yang sesuai ( lihat tabel) .
Contoh Aplikasi Impinger
Gas dan Uap Larutan Penangkap Pengukuran ( SNI 19-7119.8-2005)
Hidrogen sulfida, H2S
Belerang oksida, SO2
Nitrogen oksida, NOx
Amonia NH3
Oksidan ( O3)
Karbon dioksida, CO2
Uap air raksa, Hg
Pestisida Larutan Seng asetat
Tetrakloromerkurat
Larutan Saltzman
Larutan Asam borat
Larutan KI
Larutan Ba-hidroksida
Lar KMnO4/ H2SO4
Etilen glikol Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
S pektrofotometer
Titrasi

AAS
GC/ HPLC
Telah digunakan diberbagai instansi, industri, & Perguruan Tinggi, sejak 1996
Pemesanan : Sutisna Mahpdin 022-7215371, 081321265859

Pencemaran udara berbeda pada satu tempat dengan tempat lain karena adanya
perbedaan kondisi pencahayaan, kelembaban, temperatur, angin serta hujan yang akan
membawa pengaruh besar dalam penyebaran dan difusi pencemar udara yang diemisikan
baik dalam skala lokal (kota tersebut) atau skala regional (kota dan sekitarnya).
1. Kelembaban
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Kandungan uap air
ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi yang akan menentukan
cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan sendirinya juga ikut mengatur suhu
udara.
Fog (kabut) terbentuk ketika udara lembab dan mengembun, jenis partikel cair ini
merugikan karena memudahkan perubahan SO3 menajdi H2SO4. Selain itu fog yang terjadai
di daerah lembab akan menghalangi matahari memanasi permukaan bumi untuk memcah
inversi, akibatnya sering memperpanjang waktu kejadian pencemaran udara.
Kelembaban udara yang relatif rendah (< 60%) di daerah tercemar SO 2 akan
mengurangi efek korosif dari bahan kimia tersebut sedangkan pada kelembaban relative lebih
atau sama dengan 80% di daerah tercemar SO2 akan terjadi peningkatan efek korosif SO2
tersebut.
Kondisi udara yang lembab akan membantu proses pengendapan bahan pencemar,
sebab dengan keadaan udara yang lembab maka beberapa bahan pencemar berbentuk partikel

(misalnya debu) akan berikatan dengan air yang ada dalam udara dan membentuk partikel
yang berukuran lebih besar sehingga mudah mengendap ke permukaan bumi oleh gaya tarik

bumi.
2. Suhu
Salah satu karaktersitik atmosfir yang penting adalah kestabilan atmosfir itu sendiri
yaitu kecenderungan untuk memperbanyak atau menahan pergerakan udara vertikal. Pada
kondisi stabil pergerakkan udara ditahan atau tidak banyak terjadi pergerakkan vertikal.
Kondisi ini dipengaruhi oleh distribusi suhu udara secara vertikal.
Suhu udara menurun 1 C per kenaikan ketinggian 100 meter, namun pada malam
hari lapisan udara yang dekat dengan permukaan bumi mengalami pendinginan terlebih
dahulu sehingga suhu pada lapisan udara di lapisan bawah dapat lebih rendah daripada
atasnya. Kondisi metereologi itu disebut inversi yaitu suhu udara meningkat menurut

ketinggian lapisan udara, yang memerlukan pada kondisi stabil dan tekanan tinggi. Gradien
tekanan pada kondisi tersebut menjadi lemah sehingga angin menjadi lambat yang
menyebabkan penurunan penyebaran zat pencemar secara horisontal. Sementara itu tidak
terjadi perpindahan udara vertikal yang menyebabkan penurunan zat pencemar secara vertikal
dan meningkatkan akumulasi lokal. Hal ini dapat berakibat buruk bagi kesehatan manusia.
Namun inversi dapat menghilang setelah pagi hari ketika radiasi matahari menyinari
permukaan bumi.
Suhu dapat menyebabkan polutan dalam atmosfir yang lebih rendah dan tidak
menyebar. Peningkatan suhu dapat menjadi ketalisator atau membantu mempercepat reaksi
kimia perubahan suatu polutan udara. Pada musim kemarau dimana keadaan udara lebih
kering dengan suhu cenderung meningkat serta angin yang bertiup lambat dibanding dengan
keadaan hujan maka polutan udara pada keadaan musim kemarau cenderung tinggi karena
tidak terjadi pengenceran polutan di udara.
Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkab peningkatan
kelembaban udara relatif sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan pencemar.
Sedangkan pada suhu yang meningkat akan meningkatkan pula reaksi suatu bahan kimia.
Inversi suhu dapat mengakibatkan polusi yang serius karena inversi dapat menyebabkan
polutan terkumpul di dalam atmosfer yang lebih rendah dan tidak menyebar. Selain hal itu
suhu udara yang tinggi akan menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi
pencemar menjadi makin rendah dan sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin
padat sehingga konsentrasi pencemar di udara makin tinggi. Suhu udara yang tinggi akan
menyebabkan bahan pencemar dalam udara berbentuk partikel menjadi kering dan ringan
sehingga bertahan lebih lama di udara, terutama pada musim kemarau dimana hujan jarang
turun.

Selain itu pula pergerakkan udara di atmosfer dapat terjadi secara vertikal maupun
horizontal. gerakan horizontal disebabkan oleh aliran angin, jika angin yang terjadi bersifat
aktif dan kekuatannya cukup, polutan tidak mempunyai waktu cukup untuk mengumpul
karena cepat disebarkan. atmosfer di sekeliling gunung, bukit dan bangunan-bangunan daerah
perkotaan akan memperlambat dan mencegah gerakan angin sehingga mengurangi gerakan
udara horizontal karena gerakan horizontal terbatas dipersi polutan menjadi tergantung pada
pergerakan udara vertikal. Radiasi sinar matahari dapat mempengaruhi kondisi bahan
pencemar oksidan terutama O3 di atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
meningkatnya rangsangan bahan pencemar untuk merusak bahan.
Dengan demikian gambaran klimatologi tertentu, yang bersifat dan berkarakteristik
khusus pada suatu tempat, akan mempengaruhi fluktuasi dan variasi temporal konsentrasi
pencemaran udara di suatu tempat tersebut dan pola klimatologi akan sesuai dengan
karakteristik dan intensitas emisi pencemaran udara yang berasal dari tempat lainnya. Dengan
demikian tinjauan klimatologi pencemaran udara akan berskala temporal dan spasial makro.

Anda mungkin juga menyukai