Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis adalah penyakit radang hati yang disebabkan oleh virus hepatitis.
Hepatitis terdiri atas tiga, yaitu hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis Non-A non-B.
Saat ini, sudah ditemukan virus hepatitis C, D, E, F, G dan lainnya. Virus hepatitis G
ditemukan pada tahun 1996. Hepatitis yang akan dibahas disini adalah hepatitis A,
hepatitis B, dan hepatitis C mengingat tingginya prevalensi penyakit tersebut di
Indonesia dibandingkan dengan hepatitis lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Hepatitis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C.
2. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Hepatitis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hepatitis A
1. Pendahuluan
Hepatitis A berupa infeksi hati akut. Karena sifat menularnya maka penyakit ini
disebut juga hepatitis infeksiosa. Penyakit ini masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia karena masih sering menyebabkan KLB. Penyakit ini
termasuk Common Source yang penularan utamanya melaui makanan dan sumber
air, namun bisa juga ditularkan melalui hubungan seksual.
2. Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus hepatitis A HAV, pikorna virus berukuran 27 nm
yaitu virus dengan positive strain RNA. Virus tersebut dikelompokkan ke dalam
Hepatovirus, anggota family picornaviridae.
3. Masa inkubasi
Masa inkubasi adalah 15 sampai dengan 50 hari, rata-rata 28 30 hari.
4. Penularan
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral dari makanan dan minuman yang
terinfeksi dapat juga ditularkan malaui hubungan seksual. Penyakit ini terutama
menyerang golongan social ekonomi rendah yang sanitasi dan higiennya kurang
baik.
5. Gambaran klinis
Gejala Hepatitis A pada orang dewasa di wilayah non Endemis biasanya di tandai
dengan :
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Nausea dan gangguan abdominal, diikuti dengan munculnya ikterus dalam
beberapa hari.
Di sebagian besar Negara berkembang, infeksi virus hepatitis A terjadi pada masa
kanak-kanak umumnya asimtomatis atau dengan gejala sakit ringan. Infeksi yang
terjadi pada usia selanjutnya hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan
laboratorium terdapat fungsi hati.
Penyakit ini mempunyai gejala klinis dengan spektum yang bervariasi mulai dari
ringan yang sembuh dalam 1 2 minggu sampai dengan penyakit dengan gejala
yang berat yang berlangsung sampai beberapa bulan. Lebih jauh, perjalanan
penyakit yang berkepanjangan dan kambuh kembali dapat terjadi dan penyakit
berlangsung lebih dari 1 tahun ditemukan pada 15% kasus; tidak ada infeksi
kronis pada hepatitis A.

Konvalesens sering berlangsung lebih lama. Pada umumnya, penyakit semakin


berat dengan bertambahnya umur, namun penyembuhan secara sempurna tanpa
gejala sisa dapat terjadi. Kematian kasus dilaporkan terjadi berkisar antara 0.1 % 0.3 %, meskipun kematian meningkat menjadi 1.8 % pada orang dewasa dengan
usia lebih dari 50 tahun; seseorang dengan penyakit hari kronis apabila terserang
hepatitis A akan meningkat risikonya untuk menjadi hepatitis A fulminan yang
fatal. Pada umumnya, hepatitis A di anggap sebagai penyakit dengan case fatality
rate yang relative rendah.
6. Pencegahan dan penanggulangan
a. Menemukan dan mengobati (merujuk) penderita ke rumah sakit.
b. Mensterilisasi sumber air bila diperlukan.
c. Memberikan penyuluhan tentang penyakit, hygiene, dan sanitasi.
d. Selidiki cara-cara penularan dengan teknik investigasi epidemiologis, apakah
penularan terjadi dari orang ke orang atau dengan cara common source dan
carilah populasi yang terpajan. Bila ditemukan musnahkan sumber infeksi
Common source.
e. Vaksin hepatitis A harus dipertimbangkan untuk diberikan bagi masyarakat
lain dengan risiko tinggi terkena hepatitis A, misalnya pria homoseksual,
kepada para pemakai obat-obatan terlarang dengan suntikan.

B. Hepatitis B
1. Pendahuluan
Penyakit ini menyerang semua umur, gender, dan ras di seluruh dunia. Hepatitis B
dapat menyerang dengan atau tanpa gejala hepatitis. Sekitar 5% penduduk dunia
mengidap hepatitis B tanpa gejala.
Hanya sedikit saja dari mereka yang terinfeksi hepatitis B (HBV) akut yang
menunjukkan gejala klinis; kurang dari 10 % pada anak-anak dan 30% - 50% pada
orang dewasa denagn infeksi virus hepatitis b (HBV) akut akan berkembang
menjadi penyakit dengan icteric.
2. Etiologi
Penyakit disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus hepatitis b (HVB),
termasuk hepadnavirus, berukuran 42 nm double stranded DNA virus dengan
terdiri dari nucleo capsid core (HBc Ag) berukuran 27 mm, dikeliling oleh
lapisan lipoprotein dibagian luarnya yang berisi antigen permukaan (HBsAg).
HBsAg adalah antigen heterogen dengan suatu common antigen yang disebut a,
3

dan dua pasang antigen yang mutually exclusive yaitu antigen d, y, dan w
(termasuk beberapa subdeterminan) dan r, yang menghasilkan 4 subtipe utama :
adw, ayw, adr dan ayr.
3. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 45 180 hari, rata-rata 60 90 hari. Paling
sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa menentukan HbsAg dalam
darah, dan jarang sekali sampai selama 6 9 bulan; perbedaan masa inkubasi
tersebut di kaitkan dengan berbagai factor antara lain jumlah virus dalam
inoculums, cara-cara penularan dan factor pejamu.
4. Penularan
Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain darah
dan produk darah, air ludah, cairan cerebrospinal, peritoneal, pleural, cairan
pericardial dan synovial; cairan amniotik, semen, cairan vagina, cairan bagian
tubuh lainnya yang berisi darah, organ dan jaringan tubuh yang terlepas.
Cara penularan HBV yang paling sering terjadi antara lain meliputi kontak seksual
atau kontak rumah tangga dengan seseorang yang tertular, penularan perinatal
terjadi dari ibu kepada bayinya, penggunaan alat suntik pada para pecandu obatobatan terlarang dan melalui pajanan nosokomial di rumah sakit.
Penularan seksual dari pria yang terinfeksi kepada wanita sekitar 3 kali lebih cepat
daripada penularan pada wanita yang terinfeksi kepada pria. Hubungan seksual
melalui anal, baik penerima maupun pemberi, mempunyai risiko sama terjadinya
infeksi. Penularan HBV diantara anggota rumah tangga terutama terjadi dari anak
ke anak. Secara umum, kadang-kadang penggunaan pisau cukur dan sikat gigi
bersama dapat sebagai perantar penularan HBV.
Penularan perintal biasa terjadi pada saat ibu pengidap HBV dengan positif
HBeAg. Angka penularan dari ibu yang posif HBsAg. Positif adalah lebih dari 70
% dan angka penularan untuk ibu yang positif HBsAg. Dengan HBsAg negatif
adalah kurang dari 10 %.
Penularan yang kaitkan dengan penggunaan obat suntik para pecanda Napza dapat
terjadi melalui darah yang tercemar HBV melalui alat suntik yang dipakai
bersama baik secara langsung melalui

alat suntik atau karena kontaminasi

perlengkapan untuk menyiapkan obat.


Pajanan nosokomial yang mengakibatkan terjadinya

ularan HBV termasuk

melalui tranfusi darah atau produk darah, hemodialisa, akupunktur dan karena
tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja atau luka lain yang disebabkan karena
tertusuk peralatan yang tajam adalah cara-cara penularan yang dilakukan oleh

petugas rumah sakit. IG, fraksi protein plasma yang dilakukan pemanasan,
albumin dan fibrinolisin dan anggap aman untuk diberikan.
5. Gambaran klinis
Pada penderita yang menunjukkan gejala klinis, timbulnya gejala insidious,
dengan anorexia, gangguan abdominal yang samar-samar, mual dan muntah,
kadang-kadang disertai arthralgia dan rash, dan sering berkembang menjadi
jaundice. Demam mungkin tidak ada atau ringan. Spectrum penyakit dari kasus
tanpa gejala klinis yang jelas dan hanya diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati
sampai dengan kasus hepatitis fulminan yaitu kasus fatal dengan nekrosis hati
akut. CFR pada pasien yang dirawat.
6. Pencegahan
Pemberian imunisasi hepatitis B yang diberikan saat bayi pemberian vaksin pada
minggu pertama kehidupan (10 7 hari) telah berhasil menurunkan
perkembangan penyakit secara signifikan.
C. Hepatitis C
1. Pendahuluan
Perjalanan penyakit ini biasanya insidious, Diagnosa ditegakkan dengan
ditemukannya antibodi virus hepatitis C (anti HCV).
2. Etiologi
Virus hepatitis C adalah virus RNA dengan amplop, diklasifikasikan ke dalam
genus berbeda (Hepacavirus) dari Familia Flaviviridae. Paling sedikit ada 6
genotipe yang berbeda dan lebih dari 90 subtipe HCV yang diketahui saat ini.
Tidak banyak yang diketahui mengenai perbedaan gejala klinis, perjalanan
penyakit sampai terjadi sirosis atau terjadi kanker hati pada orang yang terinfeksi
oleh genotipe yang berbeda. Namun yang diketahui berbeda adalah respons dari
HCV dengan Genotipe yang berbeda terhadap terapi antiviral.
3. Masa inkubasi
Berkisar antara 2 minggu sampai dengan 6 bulan; biasanya 6 - 9 minggu. Infeksi
kronis dapat berlangsung lama sampai dengan 20 tahun sebelum timbulnya gejala
cirrhosis atau hepatoma.
4. Penularan
Cara penularan HCV yang paling umum adalah secara parenteral. Penularan
melalui hubungan seksual pernah dilaporkan terjadi, namun kurang efisien jika
dibandingkan dengan penularan melalui cara parenteral.
5. Gambaran klinis
Gejalanya biasanya disertai dengan anoreksia, gangguan abdominal tidak jelas,
mual dan muntah-muntah, berlanjut menjadi icterus (jaundice) lebih jarang jika
dibandingkan dengan hepatitis B. meskipun infeksi pertama mungkin asimtomatis
5

(lebih dari 90 % kasus) atau ringan, namun sebagian besar (diantara 50 % dan 80
%) akan menjadi kronis. Pada orang yang mengalami infeksi kronis, sekitar
separuh dapat berkembang menjadi cirrhosis atau kanker hati.
D. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati :
Kelemahan, kelelahan, malaise.
Bradikardi (hiperbilirubin berat), ikterik pada sklera kulit membrane mukosa.
Urine gelap diare feses warna tanah liat.
Anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, peningkatan oedema,

asites/acites.
Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, mialgia, atralgia, sakit

kepala, gatal, (pruritus).


Demam, urtikaria, lesi makulopopuler, eritema, splenomegali, pembesaran

nodus servikal posterior.


2. Diagnose dan intervensi keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perasaan
tidak nyaman dikuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Intervensi :
Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makanan sedikit tapi sering
dan tawarkan pagi paling sering.
Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Intervensi :
Kolaborasi dengan individu untuk menetukan metode yang dapat

digunakan untuk sintensitas nyeri.


Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri
Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek

hepatotoksi
c. Hypertrmi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Intervensi :
6

Monitor tanda vital : suhu badan.


Ajarkan klien pnetingnya mempertahankan

cairan

yang

adekuat

(sedikitnya 2000 l / hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya saribuah 2,5


3 liter / hari.
Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
d. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis.
Intervensi :
Jelaskan sebab-sebab keletihan
Sarankan klien untuk tirah baring
Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan

kemampuan dan minat-minat.


Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan

keletihan.
Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap

asertif, teknik relaksasi)


e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
truritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Intervensi :
Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan

dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal.


Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan

kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk.


Pertahankan kelembaban ruangan pada 30 % - 40 % dan dingin.
f. Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus.
Intervensi :
Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
Auskultasi bunyi nafas tambahan
Berikan posisi semi fowler
Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Intoleransi aktivitas b.d peningkatan kebutuhan maetabolisme, kurangnya sumber
energi, keletihan
DO :
SGOT SGPT meningkat
Billirubin total meningkat
Lemah
Anoreksia
Ikterik
DS :

Klien mengeluh badan lemas.

Tujuan :
Aktivitas maksimal dapat tercapai (5 10)
Kriteria :

Memperlihatkan kemajuan aktivitas s.d mandiri.


Respon positif terhadap aktivitas : kelelahan

Renpra :
1. Jelaskan batasan aktivitas klien sesuai kondisi.
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap.
3. Bantu pemenuhan aktivitas yang tidak dapat / tidak boleh dilakukan klien, kalau
perlu libatkan keluarga.
4. Selama bed rest anjurkan mika-miki tiap 2 jam, latihan nafas dalam.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, pemeriksaan, diet, fisioterapi.
2. Resiko / aktual perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan makanan
inadekuat, peningkatan kebutuhan kalori.
DO :
Anoreksia
Mual, muntah
Febris
Lemah
DS :

Mengeluh mual, muntah, tidak ada nafsu makan.

Tujuan :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi (2 3)
Kriteria :

Porsi makan habis


Tidak terjadi penurunan BB

Renpra :
1. Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat, k/p konsultan pada
2.
3.
4.
5.

ahli gizi dan diskusikan makanan yang sesuai dengan klien.


Timbang BB secara berkala jika memungkinkan.
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
Ciptakan suasana yang membangkitkan selera makan : tampilan makanan, sajian
dalam keadaan hangat, makan bersama, suasana yang tenang, lingkungan yang

bersih.
6. Hindari melakukan prosedur yang tidak menyenangkan/yang menyakitkan
sebelum makan.
7. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
8. Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan.
9. Anjurkan klien yang mengalami penurunan nafsu makan untuk : makan makanan
kering saat bangun, makan makanan asin jika tidak ada pantangan, hindari
makanan yang terlalu manis, berlemak, makan kapan saja bila dapat ditoleransi,
makan porsi kecil tapi sering dan rendah lemak.
10. Pantau asupan makan klien.
11. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi dan pemeriksaan labor.
3. Resiko penularan infeksi b.d adanya koloni organisme penyebab infeksi dalam tubuh.
DO :
Pertanda virus hepatitis positif
Terdiagnosa hepatitis
Tujuan :
Tidak terjadi penularan infeksi (selamanya).
Kriteria :

Klien menunjukkan perilaku pencegahan penularan


9

Renpra :
1. Identifikasi penjamu, faktor resiko dan paparan terhadap orang lain
2. Identifikasi terhadap penularan berdasarkan agen penginfeksi : udara, kontak
langsung, sarana angkutan, vektor.
3. Laksanakan tindakan kewaspadaan pencegahan infeksi universal
4. Jelaskan pada klien dan keluarga mengenai penularan dan tanggung jawab klien
dirumah sakit/dirumah yang digunakan dengan dekontaminasi atau sterilisasi.
5. Amankan lingkungan dan peralatan yang digunakan dengan dekontaminasi atau
sterilisasi.
6. Kolaborasi dokter untuk penanganan medis dan pemeriksaan.

4. Kerusakan integritas kulit b.d penumpukan billirubin dibawah kulit.


DO :
Ikterik
Billirubin darah meningkat
DS :

Keluhan gatal pada kulit

Tujuan :
Integritas kulit tidak terganggu (5 10).
Kriteria :

Integritas kulit balik


Keluhan gatal tidak ada
Ikterus tidak ada

Renpra :
1. Kaji dan pantau keadaan kerusakan integritas kulit (warna dan keadaan sekeliling
kulit).
2. Observasi adanya tanda-tanda infeksi.
3. Anjurkan mobilitas pada tingkat tertinggi sesuai kondisi untuk menghindari
periode tekanan yang lama.

10

4. Ajarkan klien / orang terdekat tindakan yang tepat untuk mencegah tekanan yang
5.
6.
7.
8.

lama.
Ajarkan untuk mengenali tanda-tanda awal kerusakan jaringan.
Ubah posisi tiap 2 jam.
Jaga kulit tetap bersih dan kering.
Lindungi permukaan kulit dengan : pelembab, hindari menggaruk dengan kasar,

gunting kuku secara teratur.


9. Tingkatkan masukan protein dan karbohodrat
10. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat jika tidak ada
kontra indikasi.
5. Kurang

pengetahuan

tentang

kondisi,

pengobatan,

perawatan,

pencegahan

kekambuhan, tanda dan gejala komplikasi.


DO :
Klien dan keluarga tidak tahu tentang kondisi, pengobatan, perawatan,
pencegahan kekambuhan, tanda dan gejala, komplikasi.
Tujuan
Klien tahu dan mengerti tentang informasi yang diberikan (1 2 hari)
Kriteria :

Klien mematuhi aturan pengobatan dan perawatan.


Klien dapat menyebutkan apa yang sudah dijelaskan.

Renpra :
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga.
2. Identifikasi faktor penyebab / penunjang yang dapat menghalangi penatalaksanaan
efektif.
3. Beri dan fasilitasi kebutuhan informasi yang cukup untuk klien dan keluarga.
4. Beri kesempatan bertanya dan libatkan dalam perawatan.
5. Beri pujian dan dorongan untuk tindakan / kegiatan positif menyangkut,
kesehatannya yang dilakukan klien / keluarga.
6. Tingkatkan kepatuhan pada kebiasaan sehat : tidur 7/8 jam/hari, sarapan pagi,
olahraga 3-5 x/minggu, singkirkan / kurangi masukan alcohol, lemak, kafein.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hepatitis adalah penyakit radang hati yang disebabkan oleh virus hepatitis.
Hepatitis terdiri atas tiga, yaitu hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis Non-A non-B.
Saat ini, sudah ditemukan virus hepatitis C, D, E, F, G dan lainnya. Virus hepatitis G
ditemukan pada tahun 1996.
Hepatitis A berupa infeksi hati akut. Karena sifat menularnya maka penyakit
ini disebut juga hepatitis infeksiosa.
Hepatitis B dapat menyerang dengan atau tanpa gejala hepatitis. Sekitar 5%
penduduk dunia mengidap hepatitis B tanpa gejala.
Perjalanan penyakit ini biasanya insidious, Diagnosa ditegakkan dengan
ditemukannya antibodi virus hepatitis C (anti HCV).
B. Saran

12

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Kunoli, firdaus J. 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta : CV. TRANS
INFO MEDIA.

13

Anda mungkin juga menyukai