terakhir pilihannya, Muhammad saw. Sebagai kitab penutup dan juga rasul
penutup, maka Allah memberikan nikmat yang tidak diberikan oleh-Nya
kepada para rasul dan umat-umat yang terdahulu, nikmat tersebut adalah
risalah Islam yang lengkap dan integral berupa Al-Quran dan Sunnah
Rasul-Nya.
Sebagai risalah yang lengkap, berarti risalah Muhammadiyah mencakup
semua lini kehidupan manusia, tidak ada satu lini kehidupan pun yang
luput dari risalah ini. Maka dari itulah Allah menegaskan dalam firman-Nya:
Tidak kami luputkan dalam Al-Quran sesuatu apa pun. (Al-Anam: 38)
Dari ayat tersebut maka kita akan jumpai dalam Al-Quran berbagai
pembahasan mengenai kehidupan manusia; hukum, sosial, budaya, politik,
ekonomi, peradaban, dan yang terpenting adalah pendidikan.
Pendidikan merupakan satu dari pembahasan-pembahasan yang ada pada
Al-Quran. Maka pas jika ayat yang pertama kali Allah turunkan kepada
Nabi Muhammad saw. Adalah perintah untuk membaca. Di samping itu,
dalam Al-Quran juga banyak sekali kisah tentang para nabi yang mendidik
kaumnya, juga para ayah mendidik anak-anaknya sebagaimana Ibrahim
mendidik Ismail, Ibrahim mendidik Ishaq, Ishaq mendidik Yakub, Yakub
mendidik kedua belas anaknya termasuk di antaranya Yusuf AS. Tak luput
pula, bagaimana Allah menerangkan tentang pendidikan yang diberikan
oleh Maryam kepada anaknya Isa as. Juga Hajar kepada anaknya Ismail
as.
Dari kisah-kisah yang ada pada Al-Quran tersebut, kita bisa mengambil
sebuah hikmah, ibrah, sekaligus metode dalam pendidikan untuk
anak, keluarga, masyarakat, bangsa, dan juga negara.
Pengertian Pendidikan
Sebelum membahas lebih lanjut, pengetahuan terhadap pengertian
pendidikan merupakan hal yang penting. Sebab jika terjadi perbedaan
dan melihat keadaan sekitar berupa masyarakat Makah yang sangat jauh
dari nilai-nilai kemanusiaan.
Objek dakwah individual inilah yang Allah singgung dalam Al-Quran surat
at-Tahrim ayat keenam. Allah berfirman yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka. (At-Tahrim: 6)
Dalam ayat yang lainnya, bahkan Allah memperingatkan orang yang gemar
berdakwah kepada orang lain, tapi dirinya sendiri tidak ia dakwahi, dalam
artian dia tidak melaksanakan apa yang ia sampaikan kepada orang lain.
Allah berfirman yang artinya:
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan. (Ash-Shaf: 3)
Ayat ketiga dari surat ash-shaf tersebut memberikan kita sinyal bahwa
individu kita perlu kita perbaiki, maka dari itulah objek pertama adalah
individu bukan yang lainnya. Di samping itu, ketika kita memberikan
sebuah pengajaran kepada orang lain, atau orang dekat semisal anak
sendiri, namun ternyata apa yang kita perintahkan kepada orang lain
tersebut tidak kita kerjakan, kemudian apa yang akan mereka katakan
tentang diri kita? pastinya adalah cemoohan.
Selanjutnya yang kedua adalah objek keluarga dan orang-orang yang
dekat dengan kita. Ini adalah sasaran kedua setelah individu.
Sebagaimana firman Allah di atas, Allah menyebutkan Jagalah dirimu
setelah itu Allah melanjutkan dan keluargamu. Ibarat penjagaan polisi dari
terorisme, individu ada di ring pertama dan keluarga ada di ring kedua.
Dakwa seseorang kepada keluarga dekatnya dan juga kepada orang-orang
yang hidup bersamanya, mulai dari teman dan kolega, merupakan dakwah
yang dilakukan oleh para nabi termasuk Nabi Muhammad saw.
Secara tegas Allah memperingatkan kepada kita agar kita tidak tiga egois
dengan keadaan orang lain. Allah berfirman yang artinya:
Dan takutlah kalian terhadap fitnah yang tidak ditimpakan hanya untuk
orang-orang yang zhalim saja dan ketahuilah bahwasanya azab Allah
amatlah keras.
Ayat ini memberikan indikasi bahwa kita jangan merasa aman ketika kita
sudah shalih. Padahal di samping kanan dan kiri kita masih banyak orang
yang berbuat kezhaliman. Maka dari sini kita paham bahwa objek ketiga
dari pendidikan adalah masyarakat umum.
Namun, apakah seseorang harus shalih individunya dahulu sebelum
mendidik keluarga dan masyarakat? Tentu tidak. Yang diperlukan adalah
sikap tawazun atau keseimbangan antara menshalihkan diri sendiri dengan
menshalihkan keluarga dan menshalihkan masyarakat. Sebab itulah
Rasulullah menyampaikan, Sampaikanlah dariku meski hanya satu
ayat. Artinya apa yang kita sampaikan adalah apa yang kita ketahui.
Rasulullah dalam mendidik masyarakat pun tidak menunggu keluarganya
shalih semua. Kita lihat paman beliau, Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil,
keduanya adalah keluarga dekat Nabi saw. namun mereka tetap ingkar
dan Rasul pun tetap melanjutkan tugasnya mendidik masyarakat Makah.
Prioritas pendidikan dalam Al-Quran
Dalam kajian fiqih kita akan menemukan apa yang oleh para ulama
dinamakan dengan fiqih urutan masalah atau fiqih prioritas. Fiqih prioritas
adalah cabang ilmu fiqih yang membahas amalan apa yang sebaiknya
didahulukan atas amalan-amalan lainnya. Fiqih prioritas ini membahas
mana yang baik dan mana yang lebih baik. Mana yang buruk dan mana
yang lebih buruk. Dengan fiqih prioritas, umat muslim akan dapat
mengamalkan ajaran Islam dengan cermat dan efektif.
Begitu pula dalam hal pendidikan. Ada pendidikan yang sedini mungkin
harus diajarkan dan ada pendidikan yang harus menunggu waktu-waktu
tertentu untuk diajarkan. Orang tua dan juga pendidik semisal guru, ustadz,
dan pendidik lainnya, harus memahami hal ini. Sehingga pendidikan yang
diberikan lebih efektif dan mengena. Banyak terjadi, karena kecakapan
yang kurang dalam masalah prioritas, guru mengajarkan hal-hal yang tidak
penting dan meninggalkan hal-hal yang penting. Atau juga mengajarkan hal
yang penting namun meninggalkan hal yang lebih penting.
Hal-Hal yang Menjadi Prioritas Pengajaran
Yusuf al-Qardhawi menyebutkan bahwa misi para nabi adalah
mengajarkan tiga hal penting. Ketiga hal ini harus diprioritaskan atas halhal yang lainnya dan hendaknya ketiga hal tersebut adalah pelajaran
pertama yang diterima oleh anak didik. Ketiga hal tersebut merupakan
intisari dari risalah para nabi. Ketiganya adalah: dakwah tauhid, dakwah
iman kepada hari akhir, dan dakwah menyeru kebaikan.
Pertama, Tauhid. Inilah yang pertama kali harus diajarkan kepada siapa
pun. Termasuk anak-anak. Tauhid merupakan kunci dari semua kunci.
Puncak ilmu dari semua ilmu. Ibarat rumah, maka tauhid adalah dasar
bangunan. Jika dasar rapuh, rumah akan rapuh. Jika kuat, rumah akan
kuat.
Tauhid adalah dakwah para nabi dan rasul. Semenjak Allah mengangkat
Nuh alaihi salam sebagai rasul sampai Allah mengutus Muhammad saw.
sebagai penutup nabi dan rasul, kesemuanya membawa satu risalah, yaitu
risalah tauhid. Dalam banyak ayat Allah menerangkan akan esensi dakwah
tauhid para nabi dan rasul.
Dalam surat Hud, Nuh as. menyeru kepada kaumnya Agar kamu tidak
menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa
azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. Begitu pula nabi-nabi
setelahnya. Menyerukan hal yang sama yakni tauhid. Sebagaimana ayat
(Pendidikan Islami).
Arti pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan
Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka
isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan
Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori.
Hakikat manusia menurut Islam adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat
wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Manusia sempurna menurut Islam adalah jasmani yang sehat serta kuat
dan Berketerampilan, cerdas serta pandai.
Tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba
Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh
manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud
menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
B. Pendidikan Dalam Perspektif Islam
Pengertian pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan. Pendidik Islam ialah
Individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami dalam situasi
pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam tercakup dalam delapan
pengertian, yaitu At-Tarbiyyah Ad-Din (Pendidikan keagamaan), At-Talim fil
Islamy (pengajaran keislaman), Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orangorang islam), At-tarbiyyah fil Islam (Pendidikan dalam islam), At-Tarbiyyah
inda Muslimin (pendidikan dikalangan Orang-orang Islam), dan AtTarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan Islami).
Pendidik Islam ialah Individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara
Islami dalam situasi pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Para ahli pendidikan lebih menyoroti istilah-istilah dari aspek
perbedaan antara tarbiyyah dan talim, atau antara pendidikan dan
pengajaran. Dan dikalangan penulis Indonesia, istilah pendidikan biasanya
lebih diarahkan pada pembinaan watak, moral, sikap atau kepribadian,
atau lebih mengarah kepada afektif, sementara pengajaran lebih diarahkan
pada penguasaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan dimensi kognitif
dan psikomotor.
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai
aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang
secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok
aqal (pemikiran), tetapi temuan aqal tidak boleh bertentangan dengan jiwa
al Quran dan hadist.
D. Tujuan Umum Pendidikan Manusia
1. Hakikat manusia menurut Islam
Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa
manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungan.
Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan didunia barat, dikatakan
bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan
(nativisme) sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan
bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya
(empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang
mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan
dan lingkungannya (konvergensi)
Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani
sebagai potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani,
disebutkan dalam surah al Qashash ayat : 77 :
Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu
tidak boleh melupakan urusan dunia
2. Manusia Dalam Pandangan Islam
Manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek jasmani yang tidak
dapat dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup didunia.
Manusia mempunyai aspek akal. Kata yang digunakan al Quran untuk
menunjukkan kepada akal tidak hanya satu macam. Harun Nasution
menerangkan ada tujuh kata yang digunakan :
1. Kata Nazara, dalam surat al Ghasiyyah ayat 17 :
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan
2. Kata Tadabbara, dalam surat Muhammad ayat 24 :
Maka apakah mereka tidak memperhatikan al Quran ataukah hati mereka
terkunci?
3. Kata Tafakkara, dalam surat an Nahl ayat 68 :
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : buatlah sarang-sarang
dibukit-bukit, dipohon-pohon kayu, dan ditempattempat yang dibikin
manusia.
4. Kata Faqiha, dalam surat at Taubah 122 :
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mumin itu pergi semuanya
Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan
yaitu adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian disimpulkan
lebih lanjut yaitu sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke dalam diri
manusia.
Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang
tempattempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan,
sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi pendidikan ini
hanyalah untuk manusia saja.
Kembali kepada definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas
diperuntutukan untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam
dimasukkan dalam At-tadib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk
menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah
terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga pendidikan
kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan
pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur
secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat
mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya
dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah,
intelektual, maupun rohaniah seseorang.
Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam,
Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai
melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep
pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam
bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapanharapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses
pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah
terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan
haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah.
Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan
tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan
hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti
dalam surat a Dzariyat ayat 56 :
Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah
kepada-Ku.
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat,
ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu
mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI PENDIDIKAN
A. Definisi Pendidikan Secara Umum
Definisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :
1.
Menurut Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan
makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa
atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi
secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan
kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan
perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia
hidup.
2.
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus
(abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang
telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada
vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional
dan kemanusiaan dari manusia.
3.
Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau
kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang
dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan
seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang.
4.
Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang
terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan
Beri teladan
Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak
menjadikan orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.
hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tiada kamu kerjakan.(Q.S 61:2-3)
Memenuhi janji
Hadits Rasulullah :. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka,
penuhilah janji itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa
dirimulah yang memberi rizki kepada mereka. (H.R Bukhari)
BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN
1. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
Rumusan formal konstitusional dalam UUD 1945 maupun dalam GBHN
dan Undang-Undang Kependidikan lainnya yang berlaku adalah tujuan
normative GBHN 1983 merumuskan tujuan pendidikan nasional sebagai
berikut :
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan tarhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan
dan keterampilan , mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian
dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa
2. TUJUAN UMUM PENDIDIKAN MANUSIA
A. Hakikat manusia menurut Islam
Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa
manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungan.
Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan didunia barat,
dikatakan bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh
Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat
menciptakan apa-apa? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.
6. Kata Fahima, dalam surat al Anbiya ayat 78 :
Dan ingatlah kisah daud dan Sulaiman, diwaktu keduanya memberikan
keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambingkambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah kami menyaksikan keputusan
yang diberikan oleh mereka itu.
7. Kata Aqala, dalam surat al Anfaal ayat 22 :
Sesungguhnya binatang(makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah
ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa-pun.
Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al
Hijr ayat 29 :
Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan
kedalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya.
3. MANUSIA SEMPURNA MENURUT ISLAM
a. Jasmani Yang sehat Serta Kuat dan Berketerampilan
Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti
ajaran Islam (iman). Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan
jasmani, karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan
Islam.
Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang
dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu
ketrampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan perkembangan
Islam telah mengetahui betapa pentingnya pendidikan keterampilan berupa
pengetahuan praktis dan latihan kejuruan. Mereka menganggapnya fardhu
kifayah, sebagaimana diterangkan dalam surat Hud ayat 37 :
Dan buatlah bahtera itu dibawah pengawasan dan petunjuk wahyu
kami, dan jangan kau bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang
zalim itu karena meeka itu akan ditenggelamkan.
b. Cerdas Serta Pandai
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai yang ditandai
oleh adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan cepat
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
tujuan pendidikan islam pada intinya adalah :
Terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam,
pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan
kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada
Allah.
Ilmu dalam perspektif Islam bukan hanya mempelajari masalah
keagamaan (akhirat) saja, tapi juga pengetahuan umum juga termasuk.
Orang Islam dibekali untuk dunia akhirat, sehingga ada keseimbangan.
Dan ilmu umum pun termasuk pada cabang (furu) ilmu agama.
Dan umat Islam sempat merasakan puncak keemasannya, dimana
disaat bangsa Eropa mengidap penyakit hitam, umat islam sudah
menemukan sabun, di saat jalan-jalan di Eropa kumuh, gelap, tidak teratur,
umat islam sudah punya jalan-jalan yang indah, penerangan, bahkan
sistem irigasi yang sudah maju
The words of kitty
1. Tokoh Pendidikan Klasik
A. Imam Ghazali
a) Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali. Ia
dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H /
b) Pemikiran Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali harus mengarah kepada
realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada
Perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah dan bukan untuk mencari
kedudukan
yang
tinggi
atau
mendapatkan
kemegahan
dunia. Sebagaimana yang dikutip Athiyyah Al-abrasyi bahwa Imam Ghazali
berpendapat sesungguhnya tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri
kepada Allah Azza Wa Jalla.
Al-Ghazali tidak membedakan antara ilmu dengan Marifah seperti
tradisi umum kaum sufi. Memang ia pernah menyebutkan bahwa secara
etimologi, ada sedikit perbedaan antara keduanya, dan ia tidak keberatan
atas pemakaian tema Marifah untuk konsep (tasawuf), dan ilm untuk
assent (tasqiq). Akan tetapi dalam berbagai kitabnya, ia sering memakai
dua terma itu sebagaiu arti yang sama.
Dari hasil studi terhadap pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui
dengan jelas, bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan
pendidikan ada dua. Yaitu, tercapainya kesempurnaan insani yang
bermuara pada pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani
yang bermuara pada kebahagiaan didunia dan akhirat. Karena itu ia
bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaransasaran yang merupakan tujuan akhir pendidikan itu. Tujuan ini tampak
bernuansa religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi.[2]
Konsep kurikulum yang dikemukakan Al-Ghazali terkait erat dengan
konsepnya mengenai ilmu pengetahuan. Dalam pandangan Al-Gahazali
ilmu terbagi kepada tiga bagian yaitu; Pertama, ilmu yang terkutuk baik
sedikit manfaatnya, baik di dunia maupun diakhirat, seperti ilmu sihir, ilmu
nujum maupun ilmu ramalan. Al-Ghazali menilai ilmu tersebut tercela
karena ilmu-ilmu tersebut terkadang dapat menimbulkan mudharat baik
bagi yang memilikinya maupun bagi orang lain. Kedua, ilmu yang terpuji
baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan
peribadatan dan macam-macamnya, seperti ilmu yang berkaitan dengan
kebersihan diri dari cacat dan dosa serta ilmu yang dapat menjadi bekal
bagi
seseorang
untuk
mengetahui
yang
baik
dan
melaksanakannya. Ketiga, ilmu-ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu atau
sedikit, dan tercela jika dipelajarinya secara mendalam, karena dengan
mempelajarinya secara mendalam itu dapat menyebabkan terjadinya
kekecauan dan kesemrawutan antara keyakinan dan keraguan. Dalam
menyusun kurikulum pelajaran, Al-Ghazali memberi perhatian khusus pada
ilmu-ilmu agama dan etika sebagaimana yang dilakukannya terhadap ilmuilmu yang sangat menentukan bagi kehidupan masyarakat.[3]
B. Ibn Sina
a) Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husayn Ibn Abdullah. Di barat
populer dengan sebutan Avicenna. Beliau lahir pada tahun 370 H / 980 M
di Afshana, suatu daerah yang terletak di dekat Bukhara, di kawasan Asia
tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Balkan, Suatu kota termasyhur
dikalangan orang-orang Yunani. Diwafatkan di Hamdzan-sekarang Iran,
persia. Pada tahun 428 H (1037 M) alam usia yang ke 58 tahun, dia wafat
karena terserang penyakit usus besar.
Tampilnya Ibn Sina selain sebagai ilmuwan yang terkenal di dukung
oleh tempat kelahirannya sebagai ibu kota kebudayaan, dan orang tuanya
yang dikenal sebagi pejabat tinggi, juga karena kecerdasan yang luas
biasa. Sejarah mencatat, bahwa Ibn Sina memulai pendidikannya pada
usia lima tahun di kota kelahirannya, Bukhoro. Pengetahuan yang pertama
kali ia pelajar adalah membaca Al-quran. Setelah itu ia melanjutkan
dengan mempelajari ilmu-ilmu agama Islam seperti Tafsir, Fiqh, Ushuluddin
b) Pemikiran Pendidikan
Menurut Ibnu Sina, bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada
pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah
perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual
dan budi pekerti. Selain itu juga harus diarahkan pada upaya
mempersiapkan seorang agar dapat hidup dimasyarakat secara bersamasama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai
dengan bakat, kesiapan, kecenderungan, dan potensi yang dimilikinya.[5]
Konsep kurikulum yang ditawarkan Ibn Sina memiliki tiga
ciri. Pertama, konsep kurikulum Ibn Sina tidak hanya terbatas pada
sekedar menyusun sejumlah mata pelajaran, melainkan juga disertai
dengan penjelasan tentang tujuan dari mata pelajaran tersebut, dan kapan
mata pelajaran itu harus diajarkan. Selain itu Ibn Sina juga sangat
mempertimbangkan aspek psikologis, yakni minat dan bakat para siswa
dalam menentukan keahlian yang akan dipilihnya. Dengan cara demikian
seorang siswa akan merasa senang atau tidak terpaksa dalam
mempelajari suatu ilmu atau keahlian tertentu. Kedua, bahwa strategi
penyusunan kurikulum yang ditawarkan Ibn Sina juga didasarkan pada
pemikiran yang bersifat pragmatis fungsional. Ketiga, strategi pembentukan
kurikulum Ibn Sina tampak sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang
terdapat dalam dirinya. Dengan melihat ciri-ciri tersebut dapat dikatakan
bahwa konsep kurikulum Ibn Sina telah memenuhi persyaratan
penyusunan kurikulum yang dikehendaki masyarakat modern saat ini.[6]
C. Ibn Miskawaih
a) Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Yaqub Ibn
Miskawaih. Ia lahir pada tahun 320 H / 932 M, di Rayy, dan meninggal di
b) Pemikiran Pendidikan
Ibn Miskawaih membangun konsep pendidikan yang bertumpu pada
pendidikan akhlak. Disini terlihat dengan jelas bahwa karena dasar
pemikiran Ibn Miskawaih dalam bidang akhlak. Maka konsep pendidikan
yang dibangunnya pun adalah pendidikan akhlak. Tujuan pendidikan
akhlak yang dirumuskan Ibn Miskawaih adalah terwujudnya sikap batin
yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua
perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan
memperoleh kebahagiaan sejati dan sempurna.[8]
Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, Ibn Miskawaih
menyebutkan beberapa hal yang perlu dipelajari, diajarkan atau
dipraktekkan. Materi yang dimaksud oleh Ibn Miskawaih diabdikan pula
sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Ibn Miskawaih
menyebutkan 3 hal pokok yang dapat dipahami sebagai materi pendidikan
akhlaknya. Tiga hal pokok tersebut adalah hal-hal yang wajib bagi
kebutuhan manusia, hal-hal yang wajib bagi jiwa, dan hal-hal yang wajib
bagi hubungannya dengan sesama manusia. Materi pendidikan akhlak
yang wajib bagi kebutuhan manusia disebut oleh Ibn Miskawaih antara lain
shalat, puasa, dan sai. Selanjutnya materi pendidikan akhlak yang wajib
dipelajari bagi keperluan jiwa dicontohkan oleh Ibn Miskawaih dengan
pembahasan tentang akidah yang benar, mengesakan Allah dengan segala
kebesarannya serta motivasi untuk senang kepada ilmu. Adapun materi
yang terkait dengan keperluan manusia terhadap manusia lain,
D.Ibnu Khaldun
a) Riwayat Hidup
Ibnu Khaldun mempunyai nama lengkap Adbullah Abdurrahman Abu
Zyad Ibn Muhammad Ibn Khaldun. Ia dilahirkan di Tunisia pada bulan
Ramadhan 732 H / 1332 M dari keluarga ilmuwan dan terhormat yang telah
berhasil menghimpun antara jabatan ilmiah dan pemerintahan. Sebuah ciri
khas yang melatarbelakangi kehidupan Ibn Khaldun adalah berasal dari
keluarga politis, intelektual dan aristokrat.[10]
Ibnu Khaldun adalah seorang yang tegas dalam menjalankan tugas,
ahli dalam bidang sosiologi serta bijak dalam menyelesaikan masalah.
Ketokohan beliau populer sebagai pakar sejarah, pakar sosiologi , ahli
falsafah dan politik. Beliau mendapat pendidikan awal dari ayahnya tentang
dasar-dasar agama seperti Al-Quran, fikih, hadis, dan tauhid. Beliau juga
merupakan hafidz Quran sejak kecil. Ketika dewasa ia belajara ilmu
linguistik bahasa Arab seperti Nahwu dan Sharaf, Ushuluddin serta
Kesusasteraan. Diantara guru beliau yang utama adalah Muhammad Ibn
Abdul Muhaimin. Beliau juga berturut berguru dengan Abu Abdullah Ibn
Muhammad Ibn Ibrahim Al-Abla yang mengajarnya tentang sosiologi, politik
dan pendidikan.[11]
b) Pemikiran Pendidikan
Ibn Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan
adalah memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan
melakukan aktivitas. Hal ini dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu
dan keterampilan. Dengan menuntut imu dan keterampilan, seseorang
akan dapat meningkatkan kegiatan potensi akalnya. Disamping itu, melalui
potensinya akan mendorong manusia untuk memperoleh dan melestarikan
pengetahuan. Atas dasar pemikiran tersebut, tujuan pendidikan menurut
Ibn Khaldun adalah peningkatan kecerdasan manusia dan kemampuannya
E. Ibn Taimiyah
a) Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abd al-Halim bin
Taimiyah lahir di kota Harran, wilayah Siria, pada hari Senin, 10 Rabiul
Awwal 661 H. Bertepatan dengan 22 Januari 1263 M, dan wafat di
Damaskus pada malam Senin, 20 Zulkaidah, 728 Hijriyah, bertepatan
dengan 26 September 1328 M. Ayahnya bernama Syihab ad-Din Abd alHalim Ibn Abd as-Salam (627-672 H). Adalah seorang ulama besar yang
mempunyai kedudukan tinggi di masjid Agung Damaskus. Selain sebagai
khatib imam besar di masjid tersebut.
Ibn Taimiyah sendiri sejak kecil dikenal sebagai seorang anak yang
mempunyai kecerdasan otak luar biasa, tinggi kemauan dan kemampuan
dalam studi, tekun dan cermat dalam memecahkan masalah, tegas dan
teguh dalam menyatakan dan mempertahankan pendapat (pendirian),
ikhlas dan rajin dalam beramal shaleh, rela berkorban dan siap berjuang
untuk jalan kebenaran. Didukung oleh kesungguhan dan ketekunannya
dalam menuntut ilmu, kecerdasan otak dan kepribadian yang baik Ibn
Taimiyah yang dikenal dengan wara, zuhud dan tawadhu nya, ternyata
mampu mengantarkan dirinya menjadi seorang ulama besar yang
menguasai banyak ilmu dan pengalaman, disamping juga sebagai pejuang
yang tangguh.[13]
b) Pemikiran Pendidikan
Pemikiran Ibn Taimiyah dalam bidang pendidikan dapat dibagi
kedalam pemikirannya dalam bidang falsafah pendidikan, tujuan
pendidikan bahkan hubungan pendidikan dengan kebudayaan. Seluruh
pemikirannya dalam bidang pendidikan itu ia bangun berdasarkan
keterangan yang jelas sebagaimana terdapat dalam Al-Quran dan AsSunnah melalui pemahaman yang mendalam, jernih dan enerjik.
a) Riwayat Hidup
Mahmud Yunus dilahirkan di Batusangkar, Sumatra Barat pada
tanggal 10 Februari 1899 (30 Ramadhan 1336 H). Dan wafat pada tanggal
16 Januari 1982. Ia termasuk tokoh pendidikan Islam Indonesia yang gigih
memperjuangkan masuknya pendidikan agama ke sekolah umum dan ikut
berusaha memperjuangkan berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam
Negeri (PTAIN).
Sejak kecil Mahmud Yunus sudah memperlihatkan minat dan
kecenderungannya yang kuat memperdalam ilmu agama Islam. Ketika
berumur 7 tahun ia belajar membaca Al-Quran dibawah bimbingan
kakeknya, M. Thahir yang dikenal dengan nama Engku Gadang.
Selanjutnya tahun 1917, Mahmud Yunus bersama teman-temannya
mengajar di Madras School dan mulai memperbarui sistem kegiatan
belajar mengajar dengan menambah sistem halaqah disamping sistem
madrasah dengan mengajarkan kitab-kitab mutakhir.[17]
Dibidang politik, Mahmud Yunus ikut memperjuangkan dan
mempertahankan kemerdekaan RI. Tahun 1943 ia terpilih sebagai
penasihat residen mewakili Majelis Islam Tinggi dan pada tahun yang sama
ia menjadi anggota Chu Sangi Kai.[18]
b) Pemikiran Pendidikan
Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1930, Mahmud Yunus
memperbarui madrasah yang pernah dipimpinnya di Sungayang dengan
nama al-Jamiah al-Islamiyah, disamping mendirikan sebuah sekolah yang
kurikulumnya memadukan ilmu agama dan umum, yakni normal Islam.
Madrasah ini yang pertama kali memiliki laboratorium untuk ilmu fisika dan
kimia di Sumatra Barat. Pembaruan di dua madrasah ini diutamakan pada
pembaruan metode mengajar bahasa Arab.
Mahmud Yunus memiliki perhatian dan komitmen yang tinggi
terhadap upaya membangun, meningkatkan dan pengembangan
pendidikan agama Islam sebagai bagian integral dari sistem pendidikan
yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya yang
B. Ki Hajar Dewantara
a) Riwayat Hidup
Ki hajar Dewantara yang nama aslinya Suwardi Suryaningrat
dilahirkan pada 2 Mei 1889, bertepatan dengan 1303 H di Yogyakarta. Dan
wafat pada 26 April 1959 bertepatan dengan 1376 H (berusia 70 tahun).
Pada tahun 1912, nama Ki hajar Dewantara dapat dikategorikan sebagai
tokoh muda yang mendapat perhatian Cokroaminoto untuk memperkuat
barisan Syarekat Islam cabang Bandung. Oleh karena itu, ia bersama
dengan Wignyadisastra dan Abdul Muis, yang masing-masing diangkat
dengan ketua dan wakil ketua, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai
sekretaris. Namun keterlibatannya dalam Syarekat Islam ini terhitung
singkat, tidak genap satu tahun. Hal ini terjadi, karena bersama dengan
E.F.E. Dowes Dekker dan Cipto Mangunkusumo, ia diasingkan ke Belanda
(1913) atas dasar orientasi politik mereka yang cukup radikal.
Sebagai tokoh pergerakan politik dan tokoh pendidikan nasional, Ki
Hajar Dewantara tidak hanya terlibat dalam konsep dan pemikiran
melainkan juga terlihat aktif sebaagi pelaku yang berjuang membebaskan
bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda dan Jepang melalui pendidikan
yang diperjuangkannya melalui Sistem Pendidikan Taman Siswa yang
didirikan dan diasuhnya. Dalam posisinya yang demikian itu, maka dapat
diduga ia memiliki konsep-konsep yang strategis tentang pendidikan di
Indonesia.[21]
b) Pemikiran pendidikan
Pada masa hidupnya, Ki Hajar Dewantara banyak mengabdikan
dirinya bagi kepentingan pendidikan nasional, melalui Taman Siswa yang
didirikan dan diasuhnya. Dalam kapasitasnya, ia banyak memiliki gagasan
dan pemikiran dalam bidang pendidikan yang dikemukakannya. Pertama,
visi misi dan tujuan pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah bahwa
pendidikan sebagai alat perjuangan untuk mengangkat harkat, martabat
dan kemajuan umat manusia secara universal, sehingga mereka dapa
berdiri kokoh sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju dengan
tetap berpijak kepada identitas dirinya sebagai bangsa yang memiliki
peradaban dan kebudayaan yang berbeda dengan bangsa lain. Kedua,
kurikulum. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pelajaran yang
menajamkan pikiran dan berdasarkan kemasyarakatan itu umumnya
menjadi pokoknya program pendidikan secara Barat. Ki Hajar Dewantara
menginginkan agar bahan pelajaran yang diberikan mengarah pada
pembentukan kepribadian yang memiliki kemajuan yang seimbang antara
dimensi intelektual dan emosional, duniawi dan ukhrawi, material dan
spiritual.[22]
Ketiga, Ki Hajar Dewantara melalui lembaga pendidikan yang
diasuhnya melihat bahwa pendidikan agama dan budi pekerti amat penting
bagi kehidupan manusia. Yaitu, pendidikan agama yang didasarkan pada
b) Pemikiran pendidikan
Berbagai pengalaman dalam memajukan pendidikan telah
mendorong Imam Zarkasyi memeras otak mencari terobosan baru dalam
bidang pendidikan Islam. Terobosan baru ini ia wujudkan hampir pada
b) Pemikiran Pendidikan
Selama kepemimpinannya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini
telah banyak gagasan pembaruan yang dipraktikkannya, antara
lain; Pertama, menumbuhkan tradisi ilmiah. Upaya ini antara lain dilakukan
diberi kedudukan sebagai Rais Akbar NU, suatu jabatan yang hanya
diberikan kepada Hasyim AsyAri satu-satunya. Bagi ulama lain yang
menjabat jabatan tersebut, tidak lagi menyandang sebutan Rais Akbar
melainkan Rais Am. Hal ini karena ulama lain yang menggantikannya
merasa lebih rendah dibandingkan Hasyim AsyAri.[29]
b) Pemikiran Pendidikan
Pola pemaparan konsep pendidikan K.H. Hasyim Asyari dalam
kitab Adab Alim Wa Mutaallimmengikuti logika induktif, di mana beliau
mengawali penjelasannya langsung dengan mengutip ayat-ayat Al-quran,
Hadits, pendapat para ulama, syair-syair yang mengandung hikmah.
Dengan cara ini K.H. Hasyim AsyAri memberi pembaca agar menangkap
mana tanpa harus dijelaskan dengan bahasa beliau sendiri. Namun
demikian, ide-ide pemikirannya dapat dilihat dari bagaimana beliau
memaparkan isi kitab karangan beliau. Tujuan pendidikan yang ideal
menurut K.H. Hasyim AsyAri adalah untuk membentuk masyarakat yang
beretika tinggi (akhlaqul karimah).[30]
DAFTAR PUSTAKA
Dimensi
Ontologi
dan
Arsip Blog
2016 (6)
September (1)
Juni (1)
Mei (3)
Cinta adalah fitrah
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Klasik dan Modern
dan...
Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
April (1)
Popular Posts
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Klasik dan Modern dan
Kontribusinya Terhadap Pendidikan
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Klasik dan Modern Dan Kontribusinya
terhadap Pendidikan Disusun Oleh: Rafika Mayani 10120...
Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia Disusun Oleh: Rafika Mayani
1012013083 Program Studi Pendidikan Agama Isla...
Isu-Isu Pendidikan Islam
PEMBAHASAN A. Kedudukan
Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional U...
"Tentang kita"
They can imitate you... They can't dupplicate you... Cause you get
something special... And makes me wanna taste you... Youre my s...
Blog Archive
September (1)
Juni (1)
Mei (3)
April (1)
Diberdayakan oleh Blogger.
Hello kitty
Rafika Mayani
Lihat profil lengkapku
Blogroll
Blogger templates
My Task
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Klasik dan Modern dan
Kontribusinya Terhadap Pendidikan
Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
Isu-Isu Pendidikan Islam
"Kejujuran"
"Tentang kita"
Copyright 2016 The words of kitty | Powered by Blogger
Design by Ying Zhang | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Rap
Beats
Back to top