Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan,
oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut
Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian
luas serta keragaman jasadjasad hidup di dalam yang kesemuanya
membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan
(Nybakken 1988).
Dewasa ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan
munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya
lautan. Menurut Bengen ( 2001 ) laut sebagai penyedia sumber daya alam
yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, energi dan
media komunikasi maupun kawasan rekrasi atau pariwisata. Karena itu
wilayah pesisir dan laujtan merupakan tumpuan hrpan manusia dalam
pemenuhan kebutuhan di masa datang.
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat
dimanfaatkan adalah plankton, Plankton merupakan organisme perairan pada
tingkat trofik pertama yang berfungsi sebagai penyedia energi. Secara luas
plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di
dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan
akuatik.

Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di


perairan,

mempunyai

gerak

sedikit

sehingga

mudah

terbawa

arus.

Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak dan
sangat beraneka ragam serta sangat padat. Selanjutnya diketahui bahwa
plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai
makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Mereka menjadi pakan
bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai makanan dan jaring
makanan tersebut. Keberadaan plankton sangat mempengaruhi kehidupan di
perairan karena memegang peranan penting sebagai makanan bagi berbagai
organisme laut.
Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya
kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai
kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.
Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan
cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus
hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila
ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap
ikan aktif dijalankan di kawasan itu. Penggerak utama sistem kehidupan di
bumi adalah energi matahari. Energi matahari kemudian dimanfaatkan oleh
organisme

autotroph

untuk

membentuk

bahan

organik

yang

akan

dimanfaatkan oleh organisme herbivora. Fitoplankton merupakan organisme


autotroph utama dalam kehidupan di laut. Melalui proses fotosisntesis yang
dilakukannya, fitoplankton mampu menjadi sumber energy bagi seluruh biota
laut lewat mekanisme rantai makanan. Walaupun memiliki ukuran yang kecil
namun memiliki jumlah yang tinggi sehingga mampu menjadi pondasi dalam
piramida makanan di laut (Kasim, 2009).

B. Waktu dan Tempat


Kuliah Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada Hari Jumat s/d Minggu
tanggal 30 Mei s/d 1 Juni 2014 bertempat di Pulau Kelapa Dua Kepulauan
Seribu.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari Kuliah Kerja Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas akhir pada program studi Biologi.
2. Mengetahui jenis-jenis plankton yang terdapat di di Pulau Kelapa Dua
Kepulauan Seribu.

BAB II
KEADAAN UMUM TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

A. Letak, Luas dan Batas


Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah
Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau paling utara, Pulau sebira
terletak di jarak 100 mil dari daratan Teluk Jakarta. Posisi ini bila dikaitkan
dengan Jakarta yang tidak lain adalah sebuah kota Bandar, maka Kepulauan
Seribu adalah bagian muka dari Jakarta.
Lokasinya berada antara 06o0040 dan 05o5440 Lintang Selatan dan
106o4045 dan 109o0119 Bujur Timur. Pada separuh teluk bagian barat,
terdapat beberapa pulau kecil yang sebagian besar telah dipergunakan sebagai
areal pemukiman penduduk dan sebagian lainnya dipergunajan sebagai tempat
peristirahatan.
Total luas keseluruhan wilayah kabupaten Administrasi kepulauan
Seribu kurang lebih 11 kali luas daratan Jakarta, yaitu luas daratan mencapai
897.71 Ha dan luas perairan kepulauan Seribu mencapai 6.997,50 Km2.
Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu secara fisik
dibatasi oleh:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa/ Selat Sunda
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cengkareng, Penjaringan,
Pademangan, Tanjung Priok, Koja, Cilincing dan Tangerang.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Jawa/ Selat Sunda
Pulau Kelapa Dua terletak pada posisi 05 o3914LS dan 106o3408BT. Pulau
ini secara administrasi berada di wilayah kepulauan pulau Kelapa, Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Administratif Kepulauan Serubu Provinsi
DKI Jakarta. Pulau ini merupakan pulau pemukiman terkecil di wilayah

Kepulauan Seribu. Luasnya hanya 1,9 hektar dengan jumlah penduduk 337
jiwa. Letaknya juga tidak berjauhan dengan pulau Kelapa atau Pulau Kelapa
satu dan Pulau Harapan. Pulau Kelapa Dua bentuknya menyerupai ikan.
B. Geologi Tanah
Pada umumnya keadaan geologi Kepulauan Seribu terbentuk dari
batuan kapur, karang/ pasir dan sedimen yang berasal dari Pulau Jawa dan laut
Jawa, terdiri dari susunan bebatuan malihan/ metamorfosa dan batuan beku, di
atas batuan dasar disendapkan sedimen epiklasik, batu gamping, batu lempung
yang menjadi dasar pertumbuhan gamping terumbu. Sebagian besar terumbu
karang yang ada masih mengalami pertumbuhan.
Jenis tanah di daratan berupa pasir koral yang merupakan pelapukan
dari batu gamping terumbu koral dengan ketebalan umumnya <1 m dan di
beberapa tempat dapat mencapai ketebalan 5 m, pasir koral merupakan
hancuran (detrital) yang berwarna putih keabuan, lepas. Pada beberapa pulau
khususnya pada daratan pantai sering ditumbuhi oleh pohon bakau sehingga
dijumpai lapisan tanah organik yang sangat lunak berasal dari pelapukan
tumbuh-tumbuhan serta material yang terbawa oleh arus laut dan tertahan
pada akar pohon bakau.
C. Topografi
Topografi Kepulauan Seribu rata-rata landai(0-15% dengan ketinggian
0-2 meter diatas permukaan laut). Luas daratan masing-masing pulau
terpengaruhi oleh adanya pasang surut yang mencapai ketinggian 1-15 meter
diatas pelabuhan Tanjung Priok.
D. Hidrologi

Di kepulauan seribu tidak dijumpai sumber hidrologi permukaan seperti


sungai, dan mata air. Kondisi air tanah sangat tergantung dengan kepadatan
vegetasinya. Untuk pulau-pulau yang mempunyai vegetasi yang padat dan
mempunyai lapisan tanah yang cukup tebal, maka kondisi air tanah kan
mempunyai kualitas tanah yang baik (tawar). Hal tersebut karena vegetasi dan
lapisan tanah tersebut menyimpan air tanah yang berasal dari hujan.
E. Iklim
Tipe iklim di 11 pulau permukiman adalah tropika panas dengan suhu
maksimum 32C, suhu minimum 21,6C dan suhu rata-rata 27C serta
kelembaban udara 80%. Cuaca baik di Kepulauan Seribu adalah sekitar bulan
Maret, April sampai dengan Mei. Curah hujan cukup tinggi dimana bulan
terbasah yaitu pada Januari. Curah hujan yang tercatat mencapai 100-400 mm.
Sedang pada bulan-bulan kering yaitu bulan Juni dengan September, curah
hujan bermusim yang dominan di wilayah Kepulauan Seribu yaitu Musim
Barat (musim angin barat disertai hujan lebat) dan Musim Timur (musim
angin timur serta kering). Musim-musim tersebut mempunyai pengaruh besar
bagi kehidupan penduduk maupun bagi kegiatan-kegiatan lainnya serta
kondisi wilayah. Hal tersebut mempengaruhi kegiatan nelayan yang akan
sangat terganggu pada saat musim Angin Barat
F.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Plankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen direktur
Ekspedisi Jerman pada tahun 1889, yang dikenal dengan Plankton Expedition
yang khusus dibiayai untuk menentukan dan membuat sitematika organisme laut,
berasal dari bahasa Yunani planktos, yang berarti menghanyut atau
mengembara. Plankton adalah organisme renik yang melayang-layang dalam air
atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah, pergerakannya selalu
dipengaruhi oleh gerakan masa air. Sebenarnya, plankton memiliki alat gerak
(misalnya flagelata dan ciliata) sehingga secara terbatas plankton akan melakukan
gerakan-gerakan tetapi gerakan tersebut tidak cukup mengimbangi pergerakan air
sekelilingnya, sehingga dikatakan bahwa gerakan plankton sangat dipengaruhi
oleh gerakan air (Djumanto, 2009).
Plankton merupakan organisme perairan pada tingkat trofik pertama yang
berfungsi sebagai penyedia energi. Secara luas plankton dianggap
sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena
menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan
makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisasisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis
benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang
atau angin yang menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia
mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting
untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan,
tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya
kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu. Penggerak utama sistem
kehidupan di bumi adalah energi matahari. Energi matahari kemudian
dimanfaatkan oleh organisme autotroph untuk membentuk bahan organik yang
7

akan dimanfaatkan oleh organisme herbivora. Fitoplankton merupakan organisme


autotroph utama dalam kehidupan di laut. Melalui proses fotosisntesis yang
dilakukannya, fitoplankton mampu menjadi sumber energy bagi seluruh biota laut
lewat mekanisme rantai makanan. Walaupun memiliki ukuran yang kecil namun
memiliki jumlah yang tinggi sehingga mampu menjadi pondasi dalam piramida
makanan di laut (Kasim, 2009).
B. Jenis-Jenis Plankton
Menrut nontji (2008), menyatakan bahwa penggolongn plankton Secara
fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu
fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton. Berdasarkan
siklus hidupnya, plankton dapat dikenal sebagai Holoplankton yang seluruh daur
hidupnya bersifat planktonik, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Contohnya
adalah copepod, amfipod, salpa, kaetognat. Dan Meroplankton yang sebagian
hidupnya bersifat sebagai planktonik dimana plankton golongan ini menjalani
kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota
tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia
berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif berenang bebas atau
sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar laut. Contohnya yaitu
udang, krustacea, moluska, dan ikan.
Plankton juga dapat digolongkan berdasarkan ukurannya sebagai berikut
(Nontji, 2008) :
1. Megaplankton (20-200 cm)
Banyak ubur-ubur termasuk dalam golongan ini.

Gambar 1. Megaplankton, ubur-ubur Cyanea arctica


2. Makroplankton (2-20 cm)
Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan banyak pula
termasuk dalam golongan ini.

Gambar 2. Makroplankton, pteropod


3. Mesoplankton (0,2-20 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini seperti copepod,
amfipod, ostrakod, kaetognat.

Gambar 3. Ostrakod

4. Mikroplankton (20-200 m)
Fitoplankton adalah yang paling umum ditemukan yang termasuk dalam
golongan ini seperti diatom dan dinoflagelat.
5. Nanoplankton (2-20 m)
Kelompok ini terlalu kecil untuk dapat ditangkap dengan jaring plankton.
Misalnya kokolitoforid dan berbagai mikroflagelat.

Gambar 4. nanoplankton kokolitoford Emiliania Huxley


6. Pikoplankton (0,2-2 m)
Umumnya bakteri termasuk dalam golongan ini, termasuk sianobakteri yang
tidak membentuk filament seperti Synechococcus.

Gambar 5. Pikoplankton sianobakteri Synechoccus


7. Femtoplankton (lebih kecil dari 0,2 m)
10

Termasuk dalam golongan ini adalah virus laut (marine virus) yang disebut
juga sebagai virioplankton.
Berdasarkan sebaran horizontalnya, plankton laut baik fitoplankton
maupun zooplankton, dapat dibagi menjadi:
a. Plankton neritik
Plankton neritik hidup di perairan pantai dengan salinitas (kadar garam) yang
relatif rendah.

Gambar 6. Fitoplankton, Noctiluca scintillans


b. Plankton oseanik
Plankton oseanik hidup di perairan lepas pantai hingga ke tengah samudera.
Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan salinitas tinggi.

Gambar 7. Plankton oseanik, Rhizosolenia robusta

11

Dilihat dari sebaran vertikalnya plankton dapat dibagi menjadi:


a. Epiplankton
Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai
kedalaman sekitar 100 m.

Gambar 8. Neuston, Trichodesmium thiebauti


b. Mesoplankton
Mesoplankton yakni yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar
100-400 meter. Pada lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat redup sampai
gelap. Oleh karena itu, di lapisan ini fitoplankton yang memerlukan sinar
matahari untuk fotosintesis umumnya sudah tidak dijumpai. Lapisan ini dan
lebih dalam didominasi oleh zooplankton.

Gambar 9. Eufausid, Thysanopoda


c. Hipoplankton
12

Hipoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari


400 m. Termasuk dalam kelompok ini adalah batiplankton yang hidup pada
kedalaman >600 m, dan abisoplankton yang hidup pada lapisan paling dalam
sampaai 3000-4000 m.

Gambar 10. Kaetognat, Eukrohni bathypelagica

Berdasarkan habitatnya, plankton dikelompokkan menjadi (Nontji, 2008) :


a. Haliplankton (Plankton Bahari)
- Plankton oceanic : Plankton yang hidupnya di luar paparan benua
- Plankton neritik : Plankton yang hidupnya diatas paparan benua (mulut
-

sungai, perairan pantai dan perairan lepas pantai)


Plankton air payau : Plankton yang hidupnya di perairan yang

bersalinitas rendah (0,5 30,00/00)


b. Limnoplankton (Plankton Air tawar)
- Semua jenis plankton yang hidupnya di perairan yang salinitasnya
rendah (<50/00)
Namun, secara garis besar plankton dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu organisme fotosintetik atau fitoplankton, yaitu organisme
plankton yang bersifat tumbuhan dan non fotosintetik atau zooplankton, yaitu
plankton yang bersifat hewan. Fitoplankton merupakan tumbuhan planktonik
berklorofil yang umumnya terdiri atas Bacillariphyceae, Chlorophyceae,
Dinophyceae, dan Haptophyceae. Selain berkhlorofil, fitoplankton juga memiliki
bahan makanan cadangan yang umumnya berupa pati atau lemak, diding sel yang
tersusun dari selulosa, serta bentuk flagel yang beragam. Zooplankton merupakan
kelompok plankter yang mempunyai cara makan holozoik. Anggota kelompok ini
meliputi

hewan-hewan dari kelompok Protozoa, Coelenterata, Ctenophora,

Chaetognatha, Annelina, Arthropoda, Urochordata, Mollusca, dan beberapa larva

13

hewan-hewan vertebrata. Kelompok zooplankton hampir seluruhnya didominasi


oleh Copepoda dengan nilai sebesar 50--80% (Widyorini, 2009).
Penggerak utama sistem kehidupan di bumi adalah energi matahari. Energi
matahari kemudian dimanfaatkan oleh organisme autotroph untuk membentuk
bahan organik yang akan dimanfaatkan oleh organisme herbivora. Fitoplankton
merupakan organisme autotroph utama dalam kehidupan di laut. Melalui proses
fotosisntesis yang dilakukannya, fitoplankton mampu menjadi sumber energy bagi
seluruh biota laut lewat mekanisme rantai makanan. Walaupun memiliki ukuran
yang kecil namun memiliki jumlah yang tinggi sehingga mampu menjadi pondasi
dalam piramida makanan di laut.

Gambar 11. Contoh fitoplankton campuran (Diatom dan Dinoflagellata)


Phytoplankton merupakan hewan nabati yang berukuran microscopic dan
bergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus, mampu membuat makanannya
sendiri dengan cara proses phosintesis karena mereka mengandung clorofil dalam
selnya. Dengan kemampuan tersebut phytoplankton menempati urutan pertama
dalam rantai makanan sebagai produser primer pada perairan terbuka.
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran
kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya
sebagai hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang
aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan
perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan
dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri. Zooplankton bersifat heterotrofik, yaitu
tidak dapat memproduksi bahan makanannya, tapi sebagai konsumen bahan
organik dan dikenal sebagai produser sekunder maupun konsumer primer. Hal ini

14

dikarenakan zooplankton merupakan pemangsa pertama terhadap phytoplankton


dalam sistem jaring jaring makanan. Selanjutnya zooplankton merupakan
mangsa bagi biota biota laut lain di tropik level diatasnya.
Phytoplankton merupakan salah satu komponen penting dalam suatu
ekosistem karena

memiliki kemampuan untuk menyerap langsung energy

matahari melalui proses fotosintesa guna membentuk bahan organik dari bahanbahan anorganik yang lazim dikenal sebagai produktivitas primer. Phytoplankton
mampu membuat ikatan- ikatan organik yang komplek (glukosa) dari ikatanikatan anorganik sederhana, karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Energi
matahari diabsorbsi oleh klorofil untuk membantu berlangsungnya reaksi kimia
yang terjadi dalam proses fotosintesis tersebut.

Gambar 12. Zooplankton (left to right): Valdiviella sp. and Sapphirina metalina
(Copepoda); Cyphlocaris sp. (Amphipoda); row 2: Clio cuspidate (Pteropoda);
Pyrosoma sp. (Thaliacea); Histioteuthis sp. (Cephalopoda); row 3: Oxygyrus
keraudreni (Heteropoda); Conchoecissa plinthina (Ostracoda), Aglantha sp.
(Hydrozoa); row 4: unidentified Chaetognatha with a copepod; Athorybia rosacea
(Siphonophora); Lucicutia sp. (Copepoda). Photograph credits R.R. Hopcroft and

15

C. Clarke (University of Alaska Fairbanks) and L.P. Madin (Woods Hole


Oceanographic Institution).
Zooplankton memainkan peran penting sebagai pemangsa yang
mengontrol

populasi

fitoplankton

dan

bakteri. Zooplankton

dapat

mempengaruhi struktur komunitas secara langsung melalui pemangsaan selektif


atau secara tidak langsung melalui regenerasi nutrient. Berbagai studi telah
menunjukkan penurunan biomassa fitoplankton tergantung dari densitas dan
ukuran zooplankton pemangsa (Evendi, 2011).
Perkembangan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh zooplankton dengan
mengemukakan teori grazing, yang menyatakan jika di suatu perairan terdapat
populasi zooplankton yang tinggi maka populasi fitoplankton akan menurun
karena dimangsa oleh zooplankton. Ada hubungan yang sangat erat antara
fitoplankton dengan zooplankton, pada musim panas jumlah fitoplankton akan
melebihi zooplankton sedangkan pada musim penghujan jumlah fitoplankton
menurun akibat berkurangnya sinar matahari sehingga jumlah zooplankton
melebihi fitoplankton (Evendi, 2011).
C. Dimensi Ruang Kehidupan Plankton
Plankton diklasifikasikan dalam lima kategori berdasarkan tempat
hidupnya dan daerah penyebarannya yaitu limnoplankton yaitu plankton yang
dapat hidup di air tawar atau di danau, patamoplankton yaitu plankton yang hidup
di air mengalir, hipalmiroplankton yaitu plankton yang hidup di air payau atau
estuaria, heleoplankton yaitu plankton yang hidup di kolam, haliplankton yaitu
plankton yang hidup di air asin atau laut.
Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuari
didepan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis ingga
ke perairan kutub. Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang
hidup di perairan dalam. Adapula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian
dari lapisan dalam ke permukaan. Fitoplankton biasanya berkumpul di zona

16

eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih memungkinkan terjadinya


proses fotosintesis.
Pada suatu perairan sering dijumpai kandungan fitoplankton yang sangat
melimpah akan tetapi pada tempat yang lain sangat sedikit. Keadaan ini
disebabkan oleh bermacam-macam faktor antara lain angin, arus, nutrien, variasi
kadar

garam,

kedalaman

perairan,

aktivitas

pemangsaan

serta

adanya

percampuran massa air. Penyebaran fitoplankton lebih merata dibandingkan


dengan penyebaran zooplankton, hal ini karena kondisi perairan yang
memungkinkan produksi fitoplankton seperti sifat fototaksis positif yang dimiliki
dan menyenangi sinar dan mendekati cahaya.

D. Pola Adaptasi Plankton


Diperairan Adaptasi merupakan cara bagaimana organisme mengatasi
tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Plankton hidup mengapung
atau melayang dalam laut. Tentu diperlukan strategi yang jitu untuk itu, agar tidak
mudah tenggelam. Melawan gravitasi atau daya tenggelam merupakan kunci
untuk survival bagi plankton. Untuk dapat bertahan hidup dalam perairan dengan
berbagai kondisi perairan dengan berbagai variasinya, plankton melakukan pola
adaptasi baik dalam fungsi hal tubuh maupun morfologinya. Dalam bentuk
morfologinya

plankton

memiliki

tipe

pola

adaptasi

seperti

tipe

kantong/gelembung, tipe jarum atau rambut, tipe pita, tipe bercabang. Adaptasi
ini pada plankton diatom ada beberpa tipe:
1) Tipe kantong, yakni berukuran relative besar dengan kandungan cairan yang
ringan dalam selnya. Contohnya adalah Coscinodiscus. Bentuknya dapat juga
mendekati bentuk cakram seperti pada Planktoniella, hingga kalaupun
tenggelam akan membentuk jalur zigzag, tidak langsung terjun ke dasar laut.

17

2) Tipe jarum atau rambut, berbentuk ramping atau memanjang seperti pada
Rhizosolenia dan Thallasiothrix. Bentuknya yang demikian menghambat
untuk tenggelam pada posisi melintang. Dapat juga berupa rantai yang saling
bertautan panjang seperti pada Nizschia seriata.
3) Tipe pita, seperti terdapat pada Fragillaria dan Climacodium. Sel-selnya
melebar pipih, saling bertautan membentuk pita.
4) Tipe bercabang seperti terdapat pada Chaetoceros dan Corethron. Di sini
cabang-cabangnya banyak, kadang-kadang membentuk rantai bentuk spiral
untuk menghambat penenggelaman.
Selain itu plankton dapat dijumpai pada siang hari jenis phyto dan
temperature berkisar antara 24-34oC plankton dapat bertahan dengan temperature
28-34o C.
Selain adaptasi morfologi bebrapa jenis plankton ada juga yang memiliki
kandungan

minyak (fatty oil) yang ringan di dalam selnya, hingga akan

mengurangi berat jenisnya atau menambah daya apungnya. Minyak ini, lebih
kecil dari berat jenis air laut merupakan produk dari fotosintesis. Viskosisitas air
laut juga berpengaruh terhadap. penenggelaman plankton (bergantung pada suhu
dan salinitas). Sedangkan pola adaptasi secara fisiologi yaitu dengan mengurangi
berat lebih; Membentuk pelampung-pelampung yang berisi gas, karena kerapatan
gas jauh lebih kecil daripada air, maka terjadi kemampuan mengapung; mengubah
hambatan permukaan; mengubah bentuk tubuh; pembentukan bermacam duri atau
tonjolan.
Zooplankton melakukan adaptasi berupa migrasi vertikal, migrasi vertikal
merupakan migrasi harian yang dilakukan oleh organisme tertentu ke arah dasar
laut pada siang hari dan ke arah permukaan laut pada malam hari. Zooplankton
melakukan migrasi vertikal bertujuan untuk menghindari pemangsaan oleh para
predator yang mndeteksi mengsa secara verikal dan menyesuaikan dengan
lingkungan akibat perubahan suhu yang beruba-ruba(Evendi, 2011).

18

Jarak yang ditempuh zooplankton pada migrasi ini berkisar antara 100 400 m. Rangsangan utama yang mengakibatkan terjadinya migrasi vertikal harian
pada zooplankton adalah cahaya. Cahaya mengakibatkan respon negatif bagi para
migran, mereka bergerak menjauhi permukaan laut bila intensitas cahaya di
permukaan meningkat. Sebaliknya mereka akan bergerak ke arah permukaan laut
bila intensitas cahaya di permukaan menurun. Pola yang umum tampak adalah
bahwa zooplankton terdapat di dekat permukaan laut pada malam hari, sedangkan
menjelang dini hari dan datangnya cahaya mereka bergerak lebih ke dalam.
Dengan meningkatnya intensitas cahaya sepanjang pagi hari, zooplankton
bergerak lebih ke dalam menjauhi permukaan laut dan biasanya mempertahankan
posisinya pada kedalaman dengan intensitas cahaya tertentu (Evendi, 2011).
Di tengah hari atau ketika intensitas cahaya matahari maksimal,
zooplankton berada pada kedalaman paling jauh. Kemudian tatkala intensitas
cahaya matahari sepanjang sore hari menurun, zooplankton mulai bergerak kearah
permukaan laut dan sampai di permukaan sesudah matahari terbenam dan masih
tinggal di permukaan selama fajar belum tiba. Pola migrasi vertical zooplankton
dibagi menjadi 3 pola berdasarkan factor lingkungan seperti kesedian makanan,
kedalaman perairan, penetrasi cahaya, dan topografi dasar perairan menyebabkan
perbedaan tingkah laku migrasi sebagai berikut (Evendi, 2011) :
1) Migrasi Nokturnal
Migrasi ini paling umum terjadi, dimana pola migrasi ke arah permukaan
pada waktu petang dan sebelum fajar bermigrasi ke lapisan yang lebih
dalam. Organisme yang memiliki pola migrasi nokturnal maupun twilight
berlindung di perairan yang lebih dalam dari predator karena pengaruh
cahaya matahari, aktif pada malam hari di daerah permukaan yang kaya
akan makanan.
2) Migrasi Twilight
Adalah pola migrasi ke arah permukaan menjelang petang dan bermigrasi
ke perairan yang lebih dalam saat tengah malam, diikuti migrasi kembali
ke arah permukaan kemudian kembali bermigrasi perairan yang lebih
dalam pada saat fajar. Saat tengah malam sebagian dari hewan tersebut
bergerak ke arah yang lebih dalam, disebabkan oleh komposisi

19

zooplankton lebih padat dari pada air maka ketika aktivitas berkurang,
menyebabkan cenderung tenggelam.
3) Migrasi Reverse
Migrasi ini merupakan kebalikan dari migrasi nokturnal, yaitu bermigrasi
ke arah permukaan pada siang hari dan ke arah yang lebih dalam pada
malam hari. Migrasi ini dapat dicirikan oleh spesies kopepoda dengan
ukuran yang besar.
Terdapat dua hipotesis penyebab pola migrasi. Yang pertama adalah factor
metabolisme. Hipotesis ini mengasumsi bahwa suhu rendah membuat suatu
organism mengalami pertumbuhan yang maksimal (tidak dapat berkembang lagi)
ini berkenaan dengan kesuburan dalam hal reproduksi. Yang kedua adalah untuk
menghindari predator. Hipotesis yang kedua ini lebih banyak di gunakan karena
lebih berdasar, dimana faktor yang mempengaruhi migrasi vertikal adalah cahaya,
suhu dan untuk menghindari predator.
Pola migrasi vertical ini dapat berubah-ubah baik antar maupun intra
spesies, dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan perairan. Perbedaan pola
migrasi intra spesies disebabkan oleh faktor ukuran, umur dan jenis kelamin.
Setiap spesies memiliki pola kedalaman migrasi tersendiri yang akan berubah
setara dengan pertumbuhan, masa reproduksi dan waktu setiap tahun. Sedangkan
factor lingkungan yang mempengaruhi seperti kesedian makanan, kedalaman
perairan, penetrasi cahaya, dan topografi dasar perairan menyebabkan perbedaan
tingkah laku migrasi.
Sebaran

biomas

fitoplankton

menunjukkan

kelimpahan

yang

homogen, tinggi disebelah utara kemudian menurun kearah selatan, sedangkan


zooplankton menunjukkan sebaran yang acak. Sebaran biomas fitoplankton
cenderung dipengaruhi oleh kondisi perairan dan musim karena pertumbuhan
fitoplankton sangat dipengaruhi oleh ketersediaan zat hara. Fitoplankton tidak
memiliki alat gerak seperti halnya pada zooplankton sehingga kemampuan
gerakannya relatif terbatas dengan melakukan berbagai adaptasi untuk
mempertahankan kedudukannya pada kolom air.
Perubahan jumlah kelimpahan populasi plankton disebabkan curah hujan
dan arus. Curah hujan menyebabkan terjadinya pengenceran air dan penurunan
20

salinitas, serta meningkatkan masukan unsur hara dari daratan yang terbawa oleh
luapan air sungai. Pada musim penghujan pertumbuhan populasi fitoplankton
cenderung tinggi dan melimpah, menyebabkan biota air lainnya, misalnya ikan,
melakukan perkembangbiakan karena tersedia cukup makanan. Pertumbuhan
fitoplankton secara kasar dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu singkat,
produktivitasnya meledak sangat pesat panjang dan masa pertumbuhan sangat
lambat. Kondisi cuaca yang relatif tenang dan perairan yang dangkal
menyebabkan tidak terjadi stratifikasi suhu, populasi fitoplankton tumbuh
dengan cepat di lapisan epilimnion yang tersedia cukup unsur hara dan sinar
matahari.
E. Peranan Plankton
Fitoplankton menempati tempat yang terendah sebagai produser primer.
Rantai makanan grazing di laut dimulai dari fitoplankton sebagai produser dan
zooplankton sebagai konsumer (grazer). Apabila terjadi kematian baik
fitoplankton maupun zooplankton maka akan menjadi mata rantai pertama dalam
rantai makan detritus (detritus food chain). Kedua rantai makanan tersebut
menjadi siklus dasar dalam produksi di laut (Kasim, 2009).
Dalam bidang perikanan, dijadikan sebagai makanan larva ikan,
dilakukan melalui isolasi untuk mendapatkan satu spesis tertentu, misalnya
Skeletonema. Kemudian dibudidayakan pada bak-bak terkontrol pada usaha
pembibitan ikan untuk keperluan makanan larva ikan. Industri farmasi dan
makanan suplemen, fitoplankton yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi
digunakan sebagai makanan suplemen bagi penderita gangguan pencernaan dan
yang membutuhkan energi tinggi. Contoh produk yang beredar dari jenis
Chlorella.
Selain adaptasi morfologi, fitoplankton diatom juga dapat mengandung
minyak (fatty oils) yang ringan dalam selnya, hingga akan mengurangi berat
jenisnya atau menambah daya apungnya. Minyak ini yang tidak larut dalam air
dan berat jenisnya lebih kecil dari air laut, merupakan produk dari fotosintesis.

21

Tidak

seperti

fitoplankton,

zooplankton

umumnya

mempunyai

kemampuan bergerak atau berenang meskipun terbatas. Zooplankton seperti


copepod dan eufausid diperlengkapi dengan umbai-umbai yang digunakan sebagai
kaki renang. Dengan kemampuan itu mereka dapat melakukan migrasi vertical.
Ada faktor lingkungan yang juga ikut mempengaruhi daya apung
plankton, yakni viskositas atau kekentalan air laut yang bergantung dari suhu dan
salinitas (kadar garam). Makin tinggi suhu air atau makin rendah salinitas akan
menyebabkan viskositas menurun dan menyebabkan plankton lebih mudah
tenggelam.

Gambar 13 Bentuk-bentuk plankton


Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plankton dibagi dalam dua kelompok,
yaitu : faktor fisik dan faktor kimia (Sunarto, 2008).
1. Faktor fisik : cahaya, temperatur air, kekeruhan/kecerahan, pergerakan air.
2. Faktor kimia : oksigen terlarut, ph, salinitas, nutrisi
a. Cahaya

22

Ketersediaan cahaya di perairan baik secara kuantitatif maupun kualitatif


sangat tergantung pada waktu (harian, musiman, tahunan), tempat (kedalaman,
letak geografis), kondisi prevalen di atas permukaan perairan (penutupan awan),
atau dalam perairan (absorpsi oleh air dan material-material terlarut, serta
penghamburan oleh partikel-partikel tersuspensi). Bagi hewan laut, cahaya
mempunyai pengaruh terbesar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energi
untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi tumpuan hidup mereka
karena menjadi sumber makanan. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam
hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut. Hubungan antara cahaya
dan perpindahan hewan laut ini banyak dipelajari, terutama pada plankton hewan.
Laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan cahaya di
dalam perairan. Menurut heyman dan lundgren (1988), laju pertumbuhan
maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan bila perairan berada pada
kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
b. Suhu
Suhu air dapat mempengaruhi sifat fisika kimia perairan maupun biologi,
antara lain kenaikan suhu dapat menurunkan kandungan oksigen serta menaikkan
daya toksit yang ada dalam suatu perairan. Suhu air mempengaruhi kandungan
oksigen terlarut dalam air, semakin tinggi suhu maka semakin kurang kandungan
oksigen terlarut. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses
pertukaran zat atau metabolism dari makhluk hidup dan suhu juga mempengaruhi
pertumbuhan plankton. Perkembangan plankton optimal terjadi dalam kisaran
suhu antara 25oc-30oc.
c. Kekeruhan/kecerahan
Kekeruhan sangat mempengaruhi perkembangan plankton, apabila
kekeruhan tinggi maka cahaya matahari tidak dapat menembus perairan dan
menyebabkan

fitoplankton

tidak

dapat

d. Pergerakan Air

23

melakukan

proses

fotosintesis.

Arus berpengaruh besar terhadap distribusi organism perairan dan juga


meningkatkan terjadinya difusi oksigen dalam perairan. Arus juga membantu
penyebab plankton dari satu tempat ke tempat lainnya dan membantu menyuplai
bahan makanan yang dibutuhkan plankton.
e. Derajat Keasaman (ph)
Derajat keasaman (ph) berpengaruh sangat besar terhadap tumbuhtumbuhan dan hewan air sehingga sering digunakan sebagai petunjuk untuk
menyatakan baik atau tidaknya kondisi air sebagai media hidup. Apabila derajat
keasaman tinggi apakah itu asam atau basa menyebabkan proses fisiologis pada
plankton terganggu.
f. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut diperlukan oleh tumbuhan air, plankton dan fauna air
untuk bernapas serta diperlukan oleh bakteri untuk dekomposisi. Dengan adanya
proses dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri menyebabkan keadaan unsur hara
tetap tersedia di perairan. Hal ini snagat menunjang pertumbuhan air, plankton
dan perifiton.

g. Salinitas
Salinitas berperanan penting dalam kehidupan organisme, misalnya
distribusi biota akuatik. Nybakken (1992) menyatakan bahwa pada daerah pesisir
pantai merupakan perairan dinamis, yang menyebabkan variasi salinitas tidak
begitu besar. Organisme yang hidup cenderung mempunyai toleransi terhadap
perubahan salinitas sampai dengan 15 .
h. Nutrisi

24

Nutrisi sangat berperan penting untuk pertumbuhan plankton, nutrisi yang


paling penting dalam hal ini adalah nitrat ( no3 ) dan phosphat ( po4 )
phytoplankton mengkonsumsi nitrogen dalam banyak bentuk, seperti nitrogen dari
nitrat, ammonia, urea, asam amino. Tetapi phytoplankton lebih cendrung
mengkonsumsi nitrat dan ammonia. Nitrat lebih banyak didapati di dasar yang
banyak mengandung unsur organik ketimbang dari air laut, nitrat juga bisa
diperoleh dari siklus nitrogen. Nitrogen dari nitrat adalah salah satu unsur penting
untuk pertumbuhan blue green alga dan phytoplankton lainnya.

BAB IV
BAHAN DAN METODE

25

A. Alat dan Bahan


1. Alat
- Plankton Net
- Botol Vial
- Kamera
- Gelas Ukur
2. Bahan
- Alkohol 70%
- Aquadest
B. Metode
Metode yang digunakan dalam melakuakan Kuliah Kerja Lapangan
yaitu:
1. Pengumpulan Sampel
Plankton pada umumnya berukuran kecil sekali dan di lau relative
sangat tidak padat, apalagi di lautan bebas, maka pengambilan sampel
plankton harus dilakukan dengan alat yang dapat menyaring air laut
sedemikian rupa sehingga plankton yang tersaring cukup jumlahnya
untuk dianalisis. Untuk keperluan ini ada alat khusus yang lazim
digunakan, yakni yang dinamakan jarring plankton atau plankton net.
Tergantung pada jenis plankton yang akan dikumpulkan, apakah itu
zooplankton atau fitoplankton, maka ukuran mata-jaring harus kecil.
Jika terlalu besar maka banyak sel-sel fitoplankton yang lolos dan
sampelnya tidak mewakili populasi yang diteliti. Demikian juga
sebaliknya, untuk mengumpulkan zooplankton yang brukuran besar,
jangan menggunakan jarring plankton berukuran mata-jaring kecil. Ini
akan mengakibatkan jarring plankton akan lekas tersumbat karena
plankton berukuran kecil (fitoplankton) yang tidak dikehendaki ikut
tersaring sehingga sebagian zooplankton yang harusnya tersaring dan
terkumpul ditabung atau kantung jaring akan tumpah lagi ke laut.

26

2. Pengawetan Sampel
Sampel plankton yang telah terkumpul di botol plankton net diawetkan
dengan alcohol 35% didalam tabung vial sampel
3. Pengamatan Sampel
Setelah tiba dilaboratorium sampel yang telah diberi pengawet diambil
larutan sampel dipipet sebanyak 1 mL dan diteteskan ke Sedgwick
rafter counting cell kemudian diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x 10 atau 10 x 45. Pengamatan dilakukkan dengan
metode zig zag selanjutnya diidentifikasi jenis plankton dengan
menggunakan buku pedoman identifikasi plankton.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan Kuliah Kerja Lapangan secara garis besar
plankon yang berada di pulau Kelapa Dua terdapat dua titik pengamatan yaitu
titik 1 di area dekat penginapan dengan jumlah 10 jenis plankton, dan titik ke2
di area sekitar mangrove dengan jumlah 12 jenis plankton, dapat di lihat pada
tabel di bawah ini:
Hasil pengamatan plankton
Titik 1
Tabel 1. Area dekat penginapan
No

Jenis
Jumlah yang di temukan (c)
Fitoplankton

1
2
3
4
5

Skeletonema sp.
macrocydoes sp.
Proboscia sp.
Piorosiqmanavilaceum sp.
Navicula sp.

2
12
1
1
2

27

Brandonae
Total

19
Zooplankton

1
2
3
4

Corycalus sp.
Cypris sp.
Coscina sp.
Heliospora sp.

1
1
1
1

Total

Titik 2
Tabel 2. Sekitar pohon mangrove
No

Jenis

Jumlah yang ditemukan (c)


Fitoplankton

1
2
3
4
5
6

Skeletonema sp.
Navicula sp.
Flagellaria sp.
Ceratium sp.
Sohroederin sp.
Tintinnopsis sp.

Loprotintinnus sp.
Total

2
12
5
1
1
2
1
24
Zooplankton

1
2
3

Peridinium sp.
Dinophysis sp.
Pattulus rattus

1
2
1

Late Trochophore polycaeta sp.

Bosminn sp.
Total

1
6

B. Pembahasan
Plankton merupakan organisme mikroskopis yang berada di permukaan
perairan dan berfungsi sebagai produsen ekosistem perairan. Sebagai biota
mikroskopis perairan, plankton sangat berperan sebagai produsen primer dan

28

sekunder. Plankton sebagai sumber makanan bagi organisme yang hidup di


perairan. Plankton juga sering digunakan sebagai tolok ukur kesuburan
perairan, dengan melihat dominansi jenis-jenis atau berkurangnya suatu jenis
karena adanya gangguan terhadap ekosistem perairan, seperti adanya
pencemaran. Oleh sebab itu plan perlu dianalisisgkeanekaragamangjenisnya.
Kepadatan plankton diukur dengan menggunakan alat plankton net
berukuran 200 mesh yang di bagian bawahnya ditampung dengan botol flakon
ber volume 11 ml. Air diambil dengan menggunakan ember berukuran 5 liter
dan dituangkan ke dalam plankton net, maka plankton yang tertampung pada
botol flakon telah terpadatkan dari volume 5 liter air menjadi 11 mililiter air.
Kepadatan plankton diukur dengan menggunakan mikroskop binokuler.
Sampel plankton dalam botol flakon diteteskan pada hemacytometer,
kemudian dihitung jumlah jenis setiap selnya.
Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah
plankton

yang

menyerupai

tumbuhan,

sehingga

mampu

melakukan

fotosintesis dan merupakan pensuplai utama oksigen terlarut di perairan,


sedangkan zooplakton meskipun sebagai pemanfaat langsung fitoplankton,
merupakangprodusengsekundergperairan.
Definisi dan Pengertian zooplankton yang diberikan oleh Nybakken
adalah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton merupakan
tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu
berfotosintesis. Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan.

29

Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organisme


konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting dan sebagainya.
Zooplankton merupakan sumber makanan penting bagi nekton pada
tingkat juvenil. Beberapa jenis nekton perairan telah berkembang biak dan
membesarkan anak-anaknya di hutan mangrove. Semakin besar densitas
zooplankton, maka semakin besar pula nekton.Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan di lapang, didapatkan hasil sebagai berikut:
Pada tabel 1 dapat dilihat perbedaan parameter lingkungan pada kedua
titik yang berbeda. Dimana, parameter yang diukur yaitu suhu dan pH. Pada
titik pertama, suhunya sebesar 30.50C, pada titik kedua suhunya sebesar
29.00C, dan pada titik ketiga suhunya sebesar 31 0C. pH pada titik pH sebesar
7.12, sedangkan pada titik kedua pH sebesar 7.23. Pada titik pertama, terdapat
6 jenis fitoplankton yang ditemukan. Adapun jenisnya yaitu : Skeletonema sp.,
Macrocydoes sp., Navicula sp., Proboscia sp., Piorosiqmanavilaceum sp., dan
Brandonae dengan jumlah species sebanyak 19. Sedangkan zooplankton yang
didapat pada titik ini yaitu sebanyak 4 jenis fitoplankton dengan jumlah
species yaitu 4. Adapun jenisnya yaitu : Corycalus sp., Cypris sp., Coscina sp.,
dan Heliospora sp.dan Bosminn sp. Pada titik kedua, terdapat 7 jenis

fitoplankton yang ditemukan. Adapun jenisnya yaitu : Skeletonema sp.,


Flagellaria sp., Navicula sp., Ceratium sp., Sohroederin sp., tintinnopsis sp.,
dan Loprotintinnus sp. dengan jumlah species sebanyak 24. Sedangkan
zooplankton yang didapat pada titik ini yaitu sebanyak 5 jenis zooplankton
dengan jumlah species yaitu 6. Adapun jenisnya yaitu : Peridinium sp.,

30

Dinophysis sp., Pattulus rattus, Late Trochophore polycaeta sp., dan Bosminn
sp.
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan, jumlah fitoplankton
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah zooplankton. Hal ini dikarenakan
pengamatan dilakukan pada waktu siang hari, tepatnya pukul 13.00 sehingga
fitoplankton naik ke permukaan laut agar mendapatkan pancaran sinar
matahari

yang

cukup

yang

digunakan

31

untuk

berfotosisntesis

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa kelimpahan dan jumlah rata rata fitoplankton lebih besar
dibandingkan dengan kelimpahan dan jumlah rata rata zooplankton. Hal ini
dikarenakan, pengamatan dilakukan pada siang hari yaitu pukul 13.00 WITA,
dimana fitoplankton akan naik ke atas permukaan air laut untuk mendapatkan
sinar matahari yang cukup, yang diguna kan dalam proses fotosintesis.
B. Saran
1. Sebagai upaya konservasi dan kelestariannya dalam rangka tetap
mempertahankan lingkungan dan penggunaan yang berkelanjutan, perlu
dikembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak.
2. Sebaiknya kita dapat membentuk suatu forum.Untuk melakukan
pelestarian dan melindungi ekosistem laut.

32

Anda mungkin juga menyukai