Cookies 1 PDF
Cookies 1 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biskuit
Biskuit merupakan salah satu makanan ringan atau snack yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat. Produk ini merupakan produk kering yang memiliki
kadar air rendah. Saksono (2012) menyatakan bahwa berdasarkan data asosiasi
industri, tahun 2012 konsumsi biskuit diperkirakan meningkat 5%-8% didorong oleh
kenaikan konsumsi domestik. Menurut SNI 01-2973-1992 biskuit adalah produk yang
diperoleh dengan memanggang adonan dari tepung terigu dengan penambahan
makanan lain dan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang
diizinkan.
Biskuit dikonsumsi oleh seluruh kalangan usia, baik bayi hingga dewasa
namun dengan jenis yang berbeda-beda. Namun, biskuit komersial yang beredar di
pasaran memiliki kandungan gizi yang kurang seimbang. Kebanyakan biskuit
memiliki kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi, sedangkan kandungan
protein yang relatif rendah. Biskuit merupakan jenis kue kering yang dibuat dari
adonan keras, berbentuk pipih, bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur
padat, dapat berkadar lemak tinggi atau rendah. Konsumsi rata-rata kue kering di kota
besar dan pedesaan di Indonesia 0,40 kg/kapita/tahun (Subagjo, 2007).
Secara umum bahan pembuatan biskuit adalah tepung terigu biasanya biskuit
hanya mengandung zat gizi makro seperti karbohidrat, protein dan lemak dan sedikit
mengandung zat gizi lainnya seperti zat fosfor, kalsium dan zat besi. Adanya
teknologi fortifikasi diharapkan biskuit tidak lagi sekedar makanan ringan yang
1
2
Universitas Sumatera Utara
mengandung zat gizi makro saja. Melalui penambahan tepung labu kuning dan ikan
lele dalam pembuatan biskuit diharapkan dapat meningkatkan kandungan gizi biskuit,
terlebih terhadap kandungan energi dan protein.
Biskuit yang dihasilkan harus memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan
agar aman untuk dikonsumsi. Syarat mutu biskuit yang berlaku secara umum di
Indonesia yaitu berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2973-1992), seperti
pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Syarat Mutu Biskuit Menurut SNI 01-2973-1992
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kriteria Uji
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Abu
Logam berbahaya
Serat kasar
Kalori (kal/100 gr)
Bau dan rasa
Warna
Klasifikasi
Maksimum 5%
Minimum 9%
Minimum 9.5%
Minimum 70%
Maksimum 1.6%
Negatif
Maksimum 0,5%
Minimum 400
Normal
Normal
Cookies merupakan salah satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak,
berkadar lemak tinggi, renyah dan apabila dipatahkan penampangannya bertekstur
kurang padat. Sementara wafer merupakan biskuit yang dibuat dari adonan cair,
berpori-pori kasar, renyah, dan jika dipatahkan penampang potongannya beronggarongga serta banyak dikonsumsi oleh kalangan masyarakat mulai dari balita, anak
sekolah dan orang tua.
Berbagai penelitian mengenai pengaruh penambahan berbagai jenis tepung
dalam pembuatan biskuit telah banyak dilakukan antara lain: Penelitian Utami (2012)
yang berjudul pengaruh penambahan tepung pisang kepok terhadap daya terima
biskuit sebagai alternatif makanan tambahan anak sekolah, pada pembuatan biskuit,
kandungan kalsium dan tiamin meningkat setelah dilakukan penambahan tepung
pisang kepok.
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Biskuit dengan Berbagai Variasi Penambahan
Tepung Pisang Kepok per 100 gram
Kandungan Gizi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Zat Gizi
Kalori (kkal)
Karbohidrat(gr)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Serat (gr)
Kalsium (mg)
Biskuit
dengan
Tepung
Terigu
Biskuit dengan
Penambahan
Tepung Pisang
Kepok 25%
484,90
73,34
7,41
19,36
1,44
54,07
482,30
75,00
6,64
19,34
1,35
56,31
Biskuit dengan
Penambahan
Tepung Pisang
Kepok 45%
480,20
76,30
6,02
19,32
1,27
58,11
Biskuit
dengan
Penambahan
Tepung Pisang
Kepok 65%
478,10
77,61
5,40
19,30
1,20
58,89
Selain itu, penelitian Ginting (2009), yang berjudul pemanfaatan ubi jalar
orange sebagai bahan pembuat biskuit untuk alternatif makanan tambahan anak
sekolah dasar di Desa Ujung Bawang Kecamatan Dolok Silau Kabupaten
Simalungun. Zat gizi biskuit dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Komposisi Gizi Biskuit Ubi Jalar Orange dalam 100 gram
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Zat Gizi
Energi (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Fosfor (mg)
Natrium (mg)
Calsium (gr)
Vitamin A(mgc)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin B2 (mg)
Vitamin C (mg)
Kadar
320,00
5,00
7,00
50,10
6,00
47,60
550,00
198,00
6.350,00
0,08
0,06
25,00
No
1
2
3
4
5
6
Zat Gizi
Energi (kkal)
Karbohidrat (gr)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Serat (gr)
Vitamin A (RE)
Biskuit dgn
Tepung
Terigu
505,90
71,50
7,20
21,60
6,93
900,80
Kandungan Gizi
Biskuit
Biskuit
Penambahan
Penambahan
Tepung Wortel Tepung Wortel
5%
15%
498,60
498,60
69,60
66,20
7,11
7,04
21,50
21,50
7,54
8,78
909,20
925,90
Biskuit
Penambahan
Tepung
Wortel 25%
469,10
62,70
7,28
21,50
10,10
942,70
terdiri dari gula, lemak atau minyak (shortening), bahan pengembang, dan kuning
telur (Faridah, 2008). Bahan-bahan pembuatan biskuit terdiri dari :
1. Tepung terigu
Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan biskuit dan
memengaruhi proses pembuatan adonan, fungsi tepung adalah sebagai struktur
biskuit. Sebaiknya dalam pembuatan biskuit menggunakan tepung terigu protein
rendah (8-9%). Jika menggunakan tepung terigu jenis ini akan menghasilkan kue
yang rapuh dan kering merata.
Tepung terigu merupakan bahan dasar utama dalam segala jenis roti, kue
kering, mie, biskuit, dan spaghetti serta mempunyai peranan yang penting dan
beragam bergantung pada sifat turunannya, kondisi tumbuh dan pemanenan. Nilai
gizi makanan asal gandum ini tergantung pada susunan kimi tepung murni pada
bahan dasarnya (Harris, 1989).
Bahan pokok dalam pembuatan biskuit adalah tepung terigu. Dipasaran saat
ini paling tidak ada 3 macam produk tepung terigu yaitu tepung terigu dengan
kandungan proteinnya 13-13%, tepung terigu dengan kandungan proteinnya 9-11%,
dan tepung terigu dengan kandungan proteinnya 7-9%. Selama pengolahan biskuit
menggunakan 100% tepung terigu. Perlu dikaji bahan baku yang digunakan untuk
biskuit tidak hanya berasal dari tepung terigu saja, melainkan disubtitusikan
(Rukmana, 1997).
2. Gula
Gula merupakan senyawa organik yang penting sebagai bahan makanan,
karena gula didalam tubuh sebagai sumber kalori. Disamping sebagai bahan makanan
gula digunakan pula sebagai bahan pengawet makanan, bahan baku alkohol dan
pencampur obat-obatan. Gula merupakan senyawa kimia termasuk karbohidrat yang
memiliki rasa manis dan larut dalam air (Anonim, 1991).
Fungsi gula yang digunakan memberikan pengaruh terhadap tekstur dan
warna kue kering. Penggunaan gula yang tinggi dapat menyebabkan adonan keras
dan regas (mudah patah), daya lekat adonan tinggi, adonan kuat dan setelah
dipanggang bentuk kue kering menyebar.
Gula dapat berfungsi untuk memberikan rasa manis, ada beberapa gula yang
dapat ditambahkan pada produk makanan diantaranya adalah sukrosa. Sukrosa
merupakan senyawa disakarida. Secara komersial, sukrosa diproduksi dari tebu dan
bit. Berat molekul sukrosa : 342,30 titik cairnya 1860C.
3. Telur
Telur yang dipakai pada pembuatan kue kering bisa kuning telur, putih telur
atau keduanya. Kue yang menggunakan kuning telur saja akan lebih empuk,
sebaliknya bila menggunakan putih telur untuk memberi kelembaban, nilai gizi
sekaligus membangun struktur kue. Telur juga sering dipakai untuk memoles dan
untuk mengkilatkan kue. Soda kue juga bisa mengontrol kekosongan gula. Terlalu
banyak soda membuat kue, cream atau tartar dan tepung. Tujuan penambahan ini
membuat kue kering lebih renyah dan memperlebar kue kering (Anonim, 2010).
Telur juga membuat produk lebih mengembang karena dapat menangkap
udara selama pengocokan. Putih telur bersifat sebagai pengikat/pengeras. Kuning
telur bersifat sebagai pengempuk. Kuning telur atau dalam bahasa inggris disebut
dengan egg yolk merupakan bagian daripada telur dimana embrio berkembang.
Kuning telur dikelilingi oleh putih telur (albumen atau ovalbumin). Sebagai makanan,
kuning telur merupakan sumber utama beberapa vitamin dan mineral. Kuning telur
juga banyak mengandung lemak, kolesterol dan protein. Telur digunakan untuk
menambah rasa dan warna.
4. Lemak
Lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan biskuit adalah yang berasal
dari lemak susu (butter) atau dari lemak nabati (margarine). Lemak merupakan salah
satu komponen penting dalam pembuatan biskuit. Di dalam adonan, lemak
memberikan fungsi shortening dan fungsi tesktur sehingga biskuit menjadi lebih
lembut. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pemberi flavor.
5. Garam
Garam ditambahkan untuk membangkitkan rasa lezat bahan-bahan lain yang
digunakan dalam pembuatan biskuit. Sebenarnya jumlah garam yang ditambahkan
tergantung kepada beberapa faktor, terutama jenis tepung yang dipakai. Tepung
dengan kadar protein yang lebih rendah akan membutuhkan lebih banyak garam
karena garam akan memperkuat protein.
6. Bahan Pengembang
Kelompok leavening agents (pengembang adonan) merupakan kelompok
senyawa kimia yang akan terurai menghasilkan gas di dalam adonan. Salah satu yang
sering digunakan dalam pengolahan biskuit adalah baking powder. Baking powder
memiliki sifat cepat larut pada suhu kamar dan tahan selama pengolahan. Fungsi
bahan pengembang adalah untuk mengembangkan adonan, sehingga menjadi ringan
dan berpori, menghasilkan biskuit yang renyah dan halus teksturnya (Faridah, 2008).
7. Susu Bubuk
Susu yang digunakan dalam pembuatan biskuit adalah susu bubuk. Susu
bubuk berupa serbuk atau seperti tepung ini memiliki reaksi mengikat terhadap
protein tepung. Dalam pembuatan biskuit susu bubuk ini hanya digunakan sekitar 10
gram. Susu bubuk berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma biskuit serta
menambah nilai gizi produk.
2.1.3 Proses Pembuatan Biskuit
Proses pembuatan biskuit secara garis besar terdiri dari pencampuran
(mixing), pembentukan (forming) dan pemanggangan (bucking). Tahap pencampuran
bertujuan meratakan pendistribusian bahan-bahan yang digunakan dan untuk
memperoleh adonan dengan konsistensi yang halus.
Terdapat tiga metode pencampuran yaitu single-stage dan continius. Pada
metode single-stage, semua bahan dicampur menjadi satu dan dimixer bersamaan.
Pada multiple-stage, terdiri dari dua tahap atau lebih, pertama yang dicampur adalah
lemak dan gula, kemudian bahan-bahan cair, selanjutnya bahan-bahan lainnya. Pada
metode continous biasanya dipilih karena keefektifannya, memaksimalkan output dan
meminimalkan karena proses yang kontinu. Pencampuran adonan cookies biasanya
diawali pencampuran antara gula dan shortening (disebut creaming method)
kemudian bahan-bahan lain seperti tepung dan bahan pengembangan dimasukkan.
Adonan yang diperoleh selanjutnya dicetak sesuai dengan bentuk dan ukuran
yang diinginkan. Adonan biskuit dibentuk dengan lembaran-lembaran dan dipotongpotong dengan pisau pemotong atau alat pencetak biskuit. Adonan yang telah dicetak
selanjutnya dipanggang dalam oven. Pemanggangan merupakan hal yang penting dari
seluruh urutan proses yang mengarah pada produk yang berkualitas. Suhu oven untuk
proses pemanggangan tergantung pada jenis, bentuk dan ukuran dari produk yang
dibuat dan dijaga sifat-sifat dari bahan-bahan penyusunannya. Pada umumnya suhu
pemanggangan biskuit antara lain 218-2320C dalam waktu 15-20 menit.
Dalam pembuatan biskuit yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu :
1. Pilih tepung berprotein rendah dengan jumlah yang tepat. Jumlah tepung yang
terlalu banyak akan membuat biskuit bertekstur keras. Sebaliknya, jika tepungnya
kurang akan menghasilkan biskuit yang tidak renyah.
2. Gula juga memegang peran penting, sebaiknya gula diganti dengan bahan yang
rendah kalori atau dimodifikasi dengan bahan yang mempunyai cita rasa manis,
misalnya gula dari buah-buahan.
3. Bahan lemak yang biasanya menggunakan margarin, mentega atau minyak. Jumlah
yang digunakan sesuai dengan kebutuhan kesehatan tubuh.
4. Telur merupakan bahan pokok dalam pembuatan biskuit, telur dapat menggunakan
bagian putih atau kuningnya saja. Jika kuningnya yang digunakan, pilih telur yang
dalam pembuatan biskuitnya rendah kolesterolnya.
5. Bahan pemuai terkadang diperlukan dalam pembuatan kue kering. Bahan ini dapat
menjadikan kue bertambah renyah.
6. Bahan tambahan lain dapat dipadukan agar mengahsilkan kue yang berkualitas.
Misalnya susu, kulit jeruk, rempah-rempah, kacang-kacangan, dan lain
sebagainya. Sebaiknya pilih susu kedelai yang mempunyai banyak manfaat
sebagai penangkal radikal bebas penyebab kanker, menurunkan kolesterol dalam
250 gram
2. Gula halus
125 gram
3. Mentega
100 gram
4. Tepung Meizena
10 gram
5. Susu bubuk
25 gram
6. Baking Powder
sdt
7. Garam
sdt
2 butir
9. Air
50 ml
Campur mentega, kuning telur, garam, gula lalu mixer sampai rata.
2.
Campur tepung terigu, baking powder, susu bubuk, dan tepung meizena lalu
diayak.
3.
Campuran 1 dan campuran 2 dicampur lalu tambahkan air dan diadoni selama 15
menit.
4.
5.
Letakkan adonan kue yang telah dibentuk dalam loyang yang sudah diolesi
mentega.
6.
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Famili
: Cucurbitaceae
Genus
: Cucubita
Spesies
hibrida, seperti labu kuning taiwan, pada umur 85-90 hari. Apabila ditanam secara
monokultur, tiap hektar lahan dapat menghasilkan buah sekitar 50 ton per musim.
Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang dengan banyak alur
(15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat sekali, mencapai 350 gram per hari.
Buahnya besar dan warnanya bervariasi (buah muda berwarna hijau, sedangkan yang
lebih tua kuning pucat). Daging buah tebalnya sekitar tiga cm dan rasanya agak
manis. Untuk labu ukuran besar, beratnya ada yang dapat mencapai 20 kg per buah.
Biji labu tua dapat dikonsumsi sebagai kuaci setelah digarami dan dipanggang
(Anonim, 2010).
Tanaman labu kuning mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di
sisi tangkai daun. Berdaun tunggal, berwarna hijau, dengan letak berselang-seling,
dan bertangkai panjang. Daging bagian luar kulitnya keras, bakal buah terbenam,
berdaun buah tiga, tetapi hanya berongga satu serta berbiji banyak, seperti terdapat
pada suku timun-timunan Labu kuning merupakan satu-satunya buah yang awet atau
tahan lama. Labu kuning akan awet asalkan disimpan di tempat yang bersih dan
kering, serta tidak ada luka pada buah tersebut. Jika ada luka, labu kuning akan
mengeluarkan semacam gas yang bisa memicu terjadinya berbagai macam perubahan
di dalam buah. Labu kuning dapat disimpan selama tiga bulan tanpa ada perubahan
(Soedarya, 2006).
2.2.1 Kandungan Gizi Labu Kuning
Labu kuning atau waluh merupkan bahan pangan yang kaya vitamin A, dan
vitamin C, protein, mineral, kalsium, fosfor, kalium, zat besi, zinc, vitamin B1 serta
kabohidrat. Kandungan karbohidrat yang cukup tinggi pada labu kuning sehingga
sangat berpotensi untuk diolah menjadi tepung labu kuning.Daging buahnya pun
mengadung antioksidan sebagai penangkal jenis kanker. Buah labu dapat digunakan
untuk berbagai jenis makanan dan cita rasanya enak. Daunnya berfungsi sebagai
sayur dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci. Air buahnya berguna sebagai
penawar racun binatang berbisa, sementara itu bijinya menjadi obat cacing pita.
Selain itu kandungan serat pada buah labu kuning cukup tinggi. Labu kuning
mempunyai kandungan gizi sebagai berikut.
Tabel 2.5 Komposisi Zat Gizi Labu Kuning segar per 100 gram bahan
Kandungan Gizi
Kadar
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kalori (kal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Zat Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin C (mg)
Air (gr)
BDD (%)
29,00
1,10
0,30
6,60
45,00
64,00
1,40
180,00
0,08
52,00
91,20
77,00
Labu jenis kulitnya bewarna orange atau kuning dan hijau, semakin cerah
warnanya semakin banyak pula kandungan beta-karotennya. Labu kuning juga kaya
akan vitamin A, C, E, zinc, potassium, magnesium, kalsium, serat, protein, niacin,
dan selenium serta karbohidrat. Labu kuning yang bisa mencapai ukuran besar ini
juga membawa beragam manfaat hebat untuk mencegah beragam penyakit.
Labu kuning kaya akan antioksidan -Karoten yang bisa dijadikan sebagai anti
inflamasi. Dengan mengkonsumsi labu kuning secara teratur dapat mencegah
pengendepan kolesterol pada dinding arteri yang bisa menurunkan resiko stroke.
Senyawa -karoten, vitamin A, vitamin C dan zinc pada labu kuning berperan sebagai
obat alami untuk memperlambat proses penuaan, mencegah keriput dan
menghaluskan kulit.
Senyawa alpha-karoten, antioksidan, lutein dan zeaxanthin pada labu kuning.
Nutrisi ini dapat mencegah penuaan dini, memelihara kesehatan mata, dan mencegah
terjadinya katarak, dan degnerasi macula yang bisa menyebabkan kebutaan.
Kandungan seratnya yang tinggi sangat baik untuk menjaga sistem saluran
pencernaan dan mencegah terjadinya sembelit serta dapat melancarkan pencernaan.
Kandungan potassium pada labu kuning jenis ini, dapat membantu mengurangi resiko
tingkat darah tinggi atau hipertensi dalam tubuh.
Labu kuning mengandung zinc yang baik utntuk memperkuat masa tulang dan
mencegah terjadinya sel-sel tubuh yang rusak karena radikal bebas. Dengan
mengkonsumsi labu kuning dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Buah labu
kuning memiliki folat yang cukup untuk ibu hamil, kekurangan folat pada ibu hamil
dapat menyebabkan bayi mengalami cacat bawaan lahir seperti spina bifina. Dengan
begitu mengkonsumsi labu kuning juga member asupan yang baik untuk kesehatan
bayi.
Labu juga memiliki manfaat untuk manfaat bagi bayi dengan kandungan gizi
serta seratnya. Teksturnya yang lembut dan dapat diolah menjadi berbaai macam
makanan atau kue dan biskuit sangat baik untuk pencernaan anak yang masih dalam
proses pertumbuhan. Berbagai kebutuhan gizi yang baik untuk tubuh anak mulai dari
vitamin A, vitamin C, vitamin B, protein, lemak, kalsium, fosfor, hidrat, kalori dan
zat besi semua terkandung dengan porsi yang baik dalam labu kuning.
2.2.3 Tepung Labu Kuning
Tepung labu kuning adalah tepung dengan butiran halus, lolos ayakan 60 mesh,
berwarna putih kekuningan, berbau khas labu kuning dengan kadar air 13 %.
Protein tepung labu kuning mengandung protein jenis glutein yang cukup tinggi
sehingga mampu membentuk jaringan tiga dimensi yang kohesif dan elastis. Sifat ini
akan sangat berfungsi pada pengembangan volume roti dan produk makanan lain
yang memerlukan pengembangan volume. Tepung waluh atau labu kuning
mempunyai sifat gelatinisasi yang baik sehingga dengan demikian dapat membentuk
adonan yang
sehingga produk makanan yang dihasilkan akan berkualitas baik. Karena sifatnya
yang higroskopis dalam penyimpanannya, tepung labu kuning harus dilakukan
sedemikian rupa, diusahakan agar udara dan sinar tidak menembus wadah. Jenis
kemasan yang cocok untuk tepung labu kuning yaitu plastik yang dilapisi alumunium
foil. Dengan penyimpanan ditempat yang kering, tepung labu kuning akan tahan
selama dua bulan (Hendrasty, 2003).
Tepung labu kuning mempunyai sifat spesifik dengan aroma khas. Secara
umum, tepung tersebut berpotensi sebagai pendamping terigu dan tepung beras dalam
berbagai produk olahan pangan. Produk olahan dari tepung labu kuning mempunyai
warna dan rasa yang spesifik, sehingga lebih disukai oleh konsumen. Teknologi
pembuatan tepung merupakan salah satu proses alternatif produk setengah jadi yang
dianjurkan karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit),
dibentuk, diperkaya zat gizi, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan
modern yang serba praktis. Dari segi proses, pembuatan tepung hanya membutuhkan
air relatif sedikit dan ramah lingkungan dibandingkan dengan pembuatan pati.
Karbohidrat tepung labu kuning juga cukup tinggi, kabohidrat ini sangat
berperan dalam pembuatan adonan pati. Granula pati akan melekat pada protein
selama pembentukan adonan. Kelekatan antara granula pati dan protein akan
menimbulkan kontinitas struktur adonan. Adonan pati tersebut akan mampu menahan
air walaupun yang tersedia terbatas dan hanya terjadi gelatinisasi sebagian. Granula
cukup fleksibel untuk memanjangkan gluten. Selain itu, kandungan lemak labu
kuning tidak terlalu tinggi, namun bersama gluten akan mampu membentuk adonan
(Utami, 1998).
Adapun enzim yang terkandung dalam tepung labu kuning adalah amylase,
protase, lipase, dan oksidase. Enzim amylase akan menghidrolisis pati menjadi
maltose dan dekstrin, sedangkan enzim protase berperan dalam pemecahan protein
sehingga akan mempengaruhi selastisitas gluten. Tepung labu kuning mempunyai
kandungan gizi sebagai berikut.
Tabel 2.6 Komposisi Zat Gizi Tepung Labu Kuning segar per 100 gram bahan
Kandungan Gizi
Kadar
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Karbohidrat (gr)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Zat Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin C (mg)
Air (gr)
0,08
5,04
5,04
48,00
67,00
2,40
190,00
0,12
55,00
11,14
terpisah (tidak menyatu). Pada sirip dadanya terdapat taji (patil) yang runcing dan
bergerigi Taji (patil) berfungsi sebagai alat pertahanan (membela diri), sekaligus
sebagai alat bantu untuk merayap di atas permukaan lumpur atau daratan.
Ikan lele memiliki kulit yang licin dan tidak bersisik, permukaan kepala dan
punggung berwarna gelap dan permukaan perut berwarna lebih terang dari perut. Ikan
lele termasuk jenis ikan karnivora (pemakan daging) sekaligus omnivora (pemakan
segalanya). Ada beberapa jenis ikan lele yaitu ikan lele Clarias batrachus, Clarias
leiacanthus, Clarias nieuwhofi, dan Clarias teesmani. Clarias batrachus termasuk
jenis yang paling banyak dijumpai dan dibudidayakan di Indonesia, di samping
terdapat di alam. Ikan lele juga banyak di pelihara di Taiwan. Sementara itu, Clarias
leiachanthus, Clarias nieuwhofi dan Clarias teesmani terdapat di perairan di
Indonesia, tetapi sudah jarang ditemukan dan diduga sudah langka.
2.3.1 Kandungan gizi Ikan Lele
Ikan lele merupakan salah satu bahan pangan bergizi yang mudah untuk
dihidangkan sebagai lauk. Kandungan gizi daging ikan lele sebanding dengan daging
ikan lainnya. Kandungan gizi daging ikan lele sebanding dengan daging ikan lainnya.
Beberapa jenis ikan termasuk ikan lele mengandung protein lebih tinggi dan lebih
baik dibandingkan dengan daging hewan lain. Nilai gizi ikan lele meningkat apabila
diolah dengan baik, kandungan gizi ikan lele segar dan ikan goring menurut hasil
komposisi bahan makanan per 100 gram (Abbas, 2004).
Ikan lele mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 17,0 gram,
daging ikan lele mengandung karoten 12,070 mikro gram dan vitamin A 210 UI
(Internasional Unit). Daging ikan lele juga mengadung omega-3, vitamin D, vitamin
B6, vitamin B12, yodium, Selenium, seng, flour. Kandungan zat gizi tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lain.
Kandungan gizi yang terdapat pada ikan lele yaitu air, protein, lemak, fosfor,
kalsium, zat besi, vitamin A, vitamin B1. Air merupakan bagian terpenting dalam
struktur tubuh dan jumlahnya sekitar 60% dari berat badan. Air berperan sebagai
pelarut material zat gizi dan sebagai pembuangan ampas makanan dalam tubuh,
protein juga berperan sebagai pembentuk jaringan baru dan memperbaiki jaringan
yang rusak dalam tubuh. Protein juga berperan dalam sintesis enzim, hormon,
antibodi juga sebagai penyediaan energi, mengatur keseimbangan air dalam tubuh,
memelihara netralitas tubuh, dan mengangkut zat-zat gizi.
Lemak berfungsi sebagai penyediaan energi, melarutkan vitamin larut lemak,
juga sebagai sumber asam lemak esensial. Selain itu juga berperan dalam
pembentukan membran sel, serta melindungi organ tubuh. Fosfor juga berperan
sebagai klasifikasi tulang dan gigi, mengatur pengalihan energi, absorpsi dan
transportasi gizi dalam tubuh. Selain itu, kalsium berperan dalam pembentukan tulang
dan membantu otot berkontraksi, jantung berdetak, darah mengalir dan sebagai sistem
syaraf mengirim rangsangan.
Zat besi membantu dalam metabolisme energi, kemampuan belajar, dan
membantu sistem kekebalan tubuh. Vitamin A berperan dalam penglihatan, fungsi
kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan dan reproduksi tubuh manusia.
Sementara thiamin berperan dalam membantu tubuh memproduksi energi dari
karbohidrat. Fungsi tersebut terdapat pada kandungan komposisi zat gizi ikan lele
sebagai berikut.
Tabel 2.7 Komposisi Gizi Ikan Lele per 100 gram Bahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Zat Gizi
Air (gr)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)
Fosfor (mg)
Kalsium (mg)
Zat Besi (mg)
Vitamin A (UI)
Vitamin B1 (mg)
Kandungan
76,00
17,00
4,50
200,00
20,00
1,00
150,00
0,05
0,00
Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Puslitbang Depkes RI, 1999
Daging ikan lele juga mengandung vitamin B1, B6 dan B12 yang berfungsi
untuk membantu proses metabolism, mencegah anemia, melindungi jantung dan
mencegah penyakit pada syaraf manusia. Zat besi yang mudah diserap oleh tubuh
manusia serta yodium untuk mencegah terjadinya penyakit gondok, hambatan
pertumbuhan anak. Sedangkan selenium untuk membantu metabolism tubuh dan
sebagai anti oksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas dan flour yang
berperan untuk memperkuat dan menyehatkan gigi.
2.3.3 Tepung Ikan Lele
Tepung ikan adalah produk padat yang dihasilkan dengan jalan mengeluarkan
sebagian besar air dan sebagian atau seluruh lemak dalam ikan atau sisa ikan. Tepung
ikan merupakan salah satu hasil pengawetan ikan dalam bentuk kering untuk
kemudian digiling menjadi tepung. Cara pengolahan yang paling mudah dan praktis
adalah dengan mencincang ikan kemudian mengeringkannya dengan sinar matahari
atau dengan mengeringan mekanis.
Pembuatan tepung ikan didasarkan pada pengurangan kadar air pada daging
ikan. Kadar air pada daging ikan hal yang menentukan pada proses pembusukan. Bila
kadar airnya dikurangi maka proses pembusukan dapat terhambat. Bila proses
pengeringannya berjalan terus menerus, maka proses pembusukannya akan berhenti.
Pada pembuatan tepung ikan selain menggunakan metode pengeringan dapat
didahului dengan pemanasan suhu tinggi. Hal ini digunakan untuk menghentikan
proses pembusukan, baik oleh bakteri, jamur, maupun enzim. Proses pembusukan
dapat dihentikan sama sekali bila waktu dan suhu yang digunakan cukup (Moeljanto,
1982).
Tepung ikan memiliki nilai gizi yang tinggi terutama kandungan proteinnya
yang kaya akan asam amino essensial, terutama lisin dan metionin. Disamping itu
tepung ikan juga kaya akan vitamin B, mineral, serta memiliki kandungan serat yang
rendah. Tepung ikan merupakan juga merupakan sumber kalsium (Ca) dan phospor
(P). Tepung ikan juga mengandung trace element seperti seng (Zn), yodium (I), besi
(Fe), mangan (Mn) dan kobalt (Co) (Moeljanto ,1982).
Urutan pengolahan tepung ikan adalah pencincangan, pemasakan, pengpresan,
pengeringan, dan penggilingan.Tepung ikan yang baru selesai diolah biasanya
berwarna abu-abu kehijauan. Setelah disimpan, terutama dalam suhu tinggi,
warnanya berubah menjadi cokelat kekuningan. Akan tetapi perubahan ini tidak
mempengaruhi nilai gizinya. Baunya seperti ikan yang lama-kelamaan menjadi tengik
(Ilyas, 1993).
Komposisi kimia yang ada dalam tepung ikan tidak jauh berbeda dengan yang
ada dalam ikan sebagai bahan bakunya, yaitu air, protein, lemak, mineral dan vitamin
serta senyawa-senyawa nitrogen lainnya. Namun setelah mengalami pengolahan,
komposisi kimia dalam tepung ikan menjadi berubah, terutama akibat terjadinya
pengurangan kadar minyak, kadar air dan kerusakan (perubahan) senyawa kimia
tertentu terutama dalam pemanasan (thermo processing) (Sunarya 1990). Komposisi
kimia tepung ikan juga ditentukan olehjenis ikan, mutu bahan baku yang digunakan
dan cara pengolahannya (Hapsari, 2002).
Komposisi kimia tepung ikan ditentukan oleh jenis ikan yang digunakan.
Sebagai pedoman, tepung ikan yang bermutu harus mempunyai komposisi air 6%10%, lemak 5%-12%, protein 60%-75% . Tepung ikan dengan kadar air kurang dari
6% sebab pada tingkat ini tepung ikan bersifat higroskopis. Brody di dalam Hapsari
(2002) mengatakan kadar air tepung ikan rata-rata 18% dengan selang terendah 6
sampai 10%. Sejenis jamur (mold) dapat tumbuh pada kadar air tepung ikan.
Tepung ikan dengan kadar protein tinggi menghasilkan kadar mineral sekitar
12% dan 33% untuk kadar protein yang rendah. Sebagian besar abu dan mineral
dalam tepung ikan berasal dari tepung-tepung ikan. Kadar mineral tepung akan tinggi
bila bahan mentahnya berasal dari sisa-sisa ikan berupa kepala dan tulang-tulang
ikan. Sebagian besar abu berupa kalsium fosfat. Tepung ikan juga mengandung trace
element, diantaranya Zn, I, Fe, Cu, Mn, dan Co. Tepung ikan lele memiliki
kandungan gizi sebagai berikut.
Tabel 2.8 Komposisi Gizi Tepung Ikan Lele per 100 gram Bahan
No
Zat Gizi
Kandungan
1
Air (gr)
7,99
2
Protein (gr)
19,00
3
Lemak (gr)
10,83
4
Karbohidrat (gr)
11,83
5
Fosfor (mg)
25,00
6
Kalsium (mg)
3,00
7
Zat Besi (mg)
150,00
8
Vitamin A (UI)
0,08
9
Vitamin B1 (mg)
0,00
3. Rasa Makanan
Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan
setelah penampilan makanan itu sendiri. Apabila penampilan makanan yang
disajikan merangsang saraf melalui indera penglihatan sehingga mampu
membangkitkan selera untuk mencicipi makanan itu, maka pada tahap selanjutnya
rasa makanan itu akan ditentukan oleh rangsangan terhadap indera penciuman dan
indera perasa.
4. Aroma Makanan
Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan
mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan
selera.
Panel
diperlukan untuk
Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan bahan
yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisis organoleptik dengan
sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi, bias
dapat dihindari, penilaian efisien.
2. Panel Terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi sehingga
bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam
penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku
terhadap hasil akhir.
3. Panel Terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik.
Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.
Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.
4. Panel Agak Terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari
kalangan terbatas dengan menguji kepekaannya terlebih dahulu.
5. Panel Tidak Terlatih
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan jenis
suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatih hanya
diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat
kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan.
6. Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada target
pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat
ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.
7. Panel Anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10 tahun.
Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-produk
pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya. Cara
penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan atau
dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya terhadap
produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka snoopy sedang
bersedih, biasa atau tertawa.
: Tidak ada pengaruh penambahan tepung labu kuning dan ikan lele terhadap
daya terima biskuit dilihat dari indikator aroma.
Ha1
: Ada pengaruh penambahan tepung labu kuning dan ikan lele terhadap daya
terima biskuit dilihat dari indikator aroma.
Ho2
: Tidak ada pengaruh penambahan tepung labu kuning dan ikan lele terhadap
daya terima biskuit dilihat dari indikator warna
Ha2
Ada pengaruh penambahan tepung labu kuning dan ikan lele terhadap daya
terima biskuit dilihat dari indikator warna.
Ho3
: Tidak ada pengaruh penambahan labu kuning dan ikan lele terhadap daya
terima biskuit dilihat dari indikator rasa.
Ha3
: Ada pengaruh penambahan tepung labu kuning dan ikan lele terhadap daya
terima biskuit dilihat dari indikator rasa.
Ho4
: Tidak ada pengaruh penambahan tepung labu kuning dan ikan lele terhadap
daya terima biskuit dilihat dari indikator tekstur.
Ha4
Ada penggaruh penambahan tepung labu kuning dan ikan lele terhadap daya
terima dilihat dari indikator tekstur.