A. DEFINISI
Kejang adalah gangguan lepas muatan listrik yang berlebihan dari sinkrom pada sekelompok
sel neuron otak.
B. MANIFESTASI KLINIS
Adanya gangguan fungsi otak karena suhu tinggi, radang, tumor, trauma dan gangguan
elektrolit atau metabolisme.
C. KLASIFIKASI KEJANG
Menurut Ngastiyah dalam perawatan anak sakit
D. AKIBAT KEJANG
Akibat kejang munngkin terjadi :
Epilepsi
Kematian,
Hipertensi
E. ETIOLOGI
Etiologi kejang digolongkan :
a. Intrakranial
Gangguan metabolic
Hiperglikemi
Hipokalsemia
Hipomagnesium
Gangguan elektrolit
b. Toksik
Intoksikasi anastesi
c. Kelainan diturunkan
Gangguan metabolisme
Kekurangan peridoxin
d. Kernikterus, ekstrakanial
e. Asfiksia, trauma ( perdarahan )
f. Infeksi bakteri dan virus, kelainan
g. Idiopatik
Kejang yang terjadi 48 jam pertama yaitu asfiksia, trauma lahir dan hipoglikemi
F. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang didapat
dari metabolisme.bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa.
Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru- paru dan diteruskan
keotak melalui sistem kardiovaskuler.
Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa
yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran
yang terdiri dari permukaan membran yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +)
dan sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,kecuali ion klorida (Cl-).
Akibat konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang
diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi
ion didalam dan diluar sel, maka terdapat keadaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP- ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah menjadi :
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu, kenaikan suhu
tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran tersebut dengan
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun kemembran sel sekitarnya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadi kejang.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pungsi lumbal
H. PENATALAKSANAAN
a. Atasi kejang :
Luminal 8 10 mg/KgBB
Antibiotik
Tindakan operasi
Antipiretik
Kompres
e. Terapi supportif
Roborantia, terapi O2
kemungkinan sel-sel yang rusak pun akan semakin banyak. Bukan tidak mungkin tingkat
kecerdasan anak akan menurun drastis dan tidak bisa lagi berkembang secara optimal.
Bahkan beberapa kasus kejang demam bisa menyebabkan epilepsi pada anak. Yang tak
kalah penting, begitu anaknya terkena kejang demam, orang tua pun mesti ekstra hati-hati.
Soalnya, dalam setahun pertama setelah kejadian, kejang serupa atau malah yang lebih hebat
berpeluang terulang kembali.
Untuk mengantisipasinya, sediakanlah obat penurun panas dan obat antikejang yang telah
diresep-kan dokter anak. Meski begitu, orang tua jangan kelewat khawatir. Karena dengan
penanganan yang tepat dan segera, kejang demam yang berlangsung beberapa saat umumnya tak
menimbulkan gangguan fungsi otak.
CIRI-CIRI KEJANG
Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang
terkena kejang demam. Di antaranya:
* kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang
selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas
* gigi terkatup
* muntah
* tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
* pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil.
* pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat
bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.
TIPS ATASI KEJANG DEMAM
Berikut beberapa penjelasan tentang kejang dan demam pada anak: . Suhu tubuh normal
anak berkisar antara 36-37 C. Si kecil dinyatakan demam bila temperatur tubuhnya yang diukur
melalui mulut/telinga menunjukkan angka 37,8 C; melalui rektum 38 C, dan 37,2 C melalui
ketiak.Sebelum semakin tinggi, segera beri obat penurun panas. .
Orang tua jangan begitu gampang mengatakan seorang anak demam atau tidak hanya
dengan menempelkan punggung tangannya di dahi anak. Cara ini jelas tidak akurat karena amat
dipengaruhi oleh kepekaan dan suhu badan orang tua sendiri.
Termometer air raksa diyakini merupakan cara yang paling tepat untuk mengukur suhu
tubuh. Pengukuran suhu tubuh akan lebih akurat bila termometer tersebut ditempatkan di rongga
mulut atau rektum/anus dibanding ketiak.
Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap
tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja
akan membuat penderitaan anak tambah parah.
Jangan gunakan alkohol atau air dingin untuk menurunkan suhu tubuh anak yang sedang
demam. Penggunaan alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan
intoksikasi/keracunan.
Lebih aman gunakan kompres air biasa yang diletakkan di dahi, ketiak, dan lipatan paha.
Kompres ini bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini diharapkan
terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Penurunan suhu
yang drastis justru tidak disarankan.
Jangan coba-coba memberikan aspirin atau jenis obat lainnya yang mengandung salisilat
karena diduga dapat memicu sindroma Reye, sejenis penyakit yang tergolong langka dan
mempengaruhi kerja lever, darah, dan otak.
Setelah anak benar-benar sadar, bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan
berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Bisa berupa jus, susu, teh, dan
minuman lainnya. Dengan demikian, cairan tubuh yang menguap akibat suhu tinggi bisa cepat
tergantikan.
Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian tebal dan tertutup
justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Pakaian ketat atau yang
mengikat terlalu kencang sebaiknya ditanggalkan saja.
YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA
* Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37,5 C.
* Kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil).
Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan korsleting/benturan kuat di
otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi.
*Agar si kecil tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak. .
Tak perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan mengganjal/menggigitkan sesuatu
di antara giginya. . Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan
muntahnya sendiri yang bisa mengganggu pernapasannya.
* Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan
berpeluang membuat anak tersedak.
KEJANG TANPA DEMAM
Penyebabnya bermacam-macam. Yang penting, jangan sampai berulang dan berlangsung
lama karena dapat merusak sel-sel otak. Menurut dr. Merry C. Siboro, Sp.A, dari RS Metro
Medical Centre, Jakarta, kejang adalah kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak.
Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi
atau bisa juga tanpa disertai demam.
Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis). Biasanya
disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal, demam tinggi akibat infeksi
saluran pernapasan, radang telinga, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan
kejang tanpa demam adalah kejang yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada anakanak.
BISA DIALAMI SEMUA ANAK
Kondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke
atas. Kondisi ini biasa disebut step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam
bisa dialami semua anak balita. Bahkan juga bayi baru lahir.
Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat
menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-infeksi
pada saat-saat terakhir lahir, proses kelahiran yang susah sehingga sebagian oksigen tak masuk
ke otak, atau menderita kepala besar atau kecil.
Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko mengalami kejang
tanpa demam pada saat melalui masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan).
Ini biasanya disebabkan adanya riwayat ibu menderita diabetes, sehingga anaknya mengalami
hipoglemi (ganggguan gula dalam darah). Dengan demikian, enggak demam pun, dia bisa
kejang.
Selanjutnya, si bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis ini akan rentan
terhadap kejang. Contohnya, telat diberi minum saja, dia langsung kejang. Uniknya, bayi
prematur justru jarang sekali menderita kejang. Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup
bulan. Diduga karena sistem sarafnya sudah sempurna sehingga lebih rentan dibandingkan bayi
prematur yang memang belum sempurna.
JANGAN SAMPAI TERULANG
Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi.
Padahal, kejang tak boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih
dari 5 menit. Bila terjadi dapat membahayakan anak.
Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam
darah. Setiap menit, kejang bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena
terhambatnya aliran oksigen ke otak.
Bayangkan apa yang terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal
rusak? Tak adanya aliran oksigen ke otak ini bisa menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami
kerusakan.
Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi
mental. Oleh karenanya, pada anak yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang
tua terus memantau agar jangan terjadi kejang berulang.
DIMONITOR TIGA TAHUN
Risiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis kejang serta
ada atau tidaknya kelainan neurologis berdasarkan hasil EEG (elektroensefalografi). Di antara
bayi yang mengalami kejang neonatal (tanpa demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam
dalam 7 tahun pertama pada 25% kasus. Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang mengalami
bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.
Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut.
Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila
dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk
selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik.Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan
mental.
Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi?
Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama.Pokoknya, jangka waktu yang dianggap
aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah kejang.
Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang
bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali
pada anak-anak yang memang sejak lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil
(mikrosefali) atau kepala besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak.
RAGAM PENYEBAB
Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau
faktor keturunan, penjabarannya satu per satu di bawah ini.
* Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa
menimbulkan bangkitan kejang.
Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau
kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).
* Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula
darah rendah akibat sakit yang lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan
epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat kimia, alergi
dan cacat bawaan.
* Faktor keturunan Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga
yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu
kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.
WASPADAI DI BAWAH 6 BULAN
Orang tua harus waspada bila anak sering kejang tanpa demam, terutama di bawah usia 6
bulan, Karena kemungkinannya untuk menderita epilepsi besar.
Masalahnya, kejang pada anak di bawah 6 bulan, terutama pada masa neonatal itu bersifat khas.
Bukan hanya seperti toniklonik yang selama ini kita kenal, tapi juga dalam bentuk gerakangerakan lain. Misal, matanya juling ke atas lalu bergerak-gerak, bibirnya kedutan atau tangannya
seperti tremor.
Dokter biasanya waspada, tapi kalau kejangnya terjadi di rumah, biasanya jarang ibu
yang ngeh. Itulah sebabnya, orang tua harus memperhatikan betul kondisi bayinya.