Anda di halaman 1dari 4

Edisi 02/Tahun I

Musuh Itu Bernama Narkoba


Genderang perang sudah ditabuh untuk melawan narkoba. Ini tidak main-main. Suer, kamu bakal
menyaksikan perang bubat memburu musuh bersama; narkoba. Nggak tanggung-tanggung,
orang nomor wahid di negeri ini pun telah menyetujui ancaman hukuman mati bagi para pengedar
narkotik dan obat-obatan terlarang (narkoba). Ia menegaskan bahwa pemerintah akan
mengeraskan sikap terhadap para pengedar narkoba, jika perlu dengan hukuman mati (Media
Indonesia, 7 Desember 1999).
Nah, lo, bikin sport jantung kan? Terutama bagi para pengedar dan bandar narkoba.
Kelihatannya sih emang nggak main-main. Soalnya, narkoba sekarang sudah jadi musuh bersama.
Hampir semua orang mengutuk barang laknat itu. Dan dengan tegas mencap haram. Walhasil, kita
menyaksikan mereka membakar dan menghancurkan tempat-tempat yang diduga kuat sebagai
tempat ngumpul para aktivis nge-fly alias para drugs-mania.
Sudah begitu parahkah penyakit rekan-rekan remaja kita? Wow, bukan hanya mereka,
narkoba telah jadi santapan favorit di luar chiki bagi anak SD. Ah, mengerikan!

Sekali Coba Binasa


Tanpa maksud nakut-nakutin, tapi memang gawat banget urusannya kalo udah lengket sama
narkoba. Makanya jangan coba-coba. Emangnya sulap? Ini bukan sulap bukan sihir. Tapi kejadian
nyata. Narkoba mampu membikin kamu puyeng tujuh keliling, dan yang namanya ketagihan itu
sudah pasti. Kamu bakal jadi pecandu. Tentu saja kamu bakal jadi orang yang bergantung terus
dengan barang durjana itu. Nggak percaya? Putauw, sebagai anggota narkoba, itu bisa membuat
kamu lengket dengannya. Saking lengketnya, kamu ogah berpisah dengan barang haram itu.
Bahkan kamu seolah sudah menyatakan sumpah setia untuk mengikuti kehendaknyabila perlu
cap jempol darah (hi..hi..hi..). Sekalipun kamu harus tersiksa saat sakauw, tapi kamu tetap
membutuhkannya, meski tangan merogoh kocek dalam-dalam. Hih, syerem!
Kamu tahu tentang AIDS kan? So, pasti kamu kan bukan PKI alias Pemuda Kurang Informasi.
Nah, yang satu ini ternyata akrab dengan para pecandu narkoba. Nggak percaya? Nih buktinya.
Dari studi yang dilakukannya, pakar AIDS Dr. Zubairi Djoerban mengajukan beberapa bukti
keterkaitan narkoba dan HIV/AIDS. Dia mengemukakan dalam beberapa bulan terakhir, sampai
dengan bulan Oktober 1999, pasien baru yang didiagnosis atau dirujuk kepadanyaselaku
spesialis penyakit dalambiasanya 1-2 orang dalam satu bulan. Dia juga menambahkan bahwa
dalam tiga minggu pertama bulan November 1999, menemukan sembilan kasus baru infeksi
HIV/AIDS, dan tiga diantaranya pecandu narkoba
Hih, mengerikan banget. Lebih menyeramkan lagi adalah penelitian beliau melalui Yayasan
Pelita Ilmu yang diketuainya tentang penelitian pendahuluan terhadap ABG di daerah Blok M, yang
memperlihatkan adanya 7,5 % di antara mereka merupakan pecandu narkoba dan 12,3 % lainnya
terlibat seks bebas(Media Indonesia, 30 Nopember 1999).
Kita memang tak bisa menutup mata dan telinga terhadap kasus-kasus yang menimpa
rekan-rekan remaja. Persaudaraan antara seks bebas dan narkoba telah menjadi gaya hidup baru
di kalangan remaja perkotaanmeski tak menutup kemungkinan itu terjadi pula di desa-desa. Kalo
udah gitber alias giting berat (khusus pecandu ganja alias rasta mania), apa pun akan
dilakukannya dengan memenuhi rasa hausnya . Bila perlu. Itu tadi. Ngeseks euy!
Kamu kudu yakin bahwa tingkah rekan kita yang seperti itu sebenarnya bukan hanya bahaya
buat dirinya sendiri, tapi juga bakal ngerembet ke orang lain. Soalnya, beda dengan ngajak orang
pergi ke mesjid yang susahnya minta maaf. Tapi kalo ngajak ngedrugs, gampangnya bukan main,
rasanya kaki ringan banget ngelangkahnya. Dengan iming-iming bisa bikin ngilangin stres atau

ancaman kagak solider, teman kamu yang kendor imannya bakal sukarela jadi anggota pear group
yang senantiasa kompak kalo lagi sakauw. Padahal ujung-ujungnya kalo ada yang sekarat saat
sakauw berjamaah itu, bakal ditinggalin. Kagak bakalan diurus. Nggak peduli nyungsep di tempat
jin buang anak apa nggak. Yang jelas, mereka sangat ketakutan bila ada anggota pear groupnya
yang sekarat.
Makanya, berteman itu dengan orang yang mampu membina kita dalam kebaikan, bukan
malah membinasakan kita. Kamu bakalan terus diburu rasa was-was dan takut bukan main bila
ternyata lingkungan kamu malah menjebak kamu dalam suasana yang seperti itu. Makanya perlu
ada penyelesaian yang jitu untuk kasus model begitu. Kata pepatah, Lebih baik menyalakan
sebatang lilin ketimbang terus menerus mengutuki kegelapan. Jadi, harus dimulai dari sekarang,
sekecil apa pun usaha kita.

Stop Narkoba!
Masalah narkoba ini memang sepertinya nggak bakal kelar-kelar, bila tak melibatkan semua
komponen masyarakat dan negara. Suer, soalnya, yang terjadi sekarang ini ibarat orang
memadamkan kebakaran, tapi membuat kebakaran baru. Sebagian semangat menjegal, eh,
sebagian masyarakat lain malah nggak peduli, bahkan semakin meningkatkan operasinya. Ibarat
pelacuran, yang getol melarang banyak, tapi tak sedikit pula yang membuka tempat-tempat
pelacuran. Malah lucunya, pemerintah menyediakan tempat-tempat lokalisasi. Ya, bisa ditebak
hasilnya, kagak beres-beres. Muter aja, kalo nggak mau disebut cuma jalan di tempat. Yang ada
malah bikin stres. Kenapa? Soalnya, kita nggak bisa cuma merusak tempat-tempat yang diduga
kuat sebagai sarang para pelaku sakauw. Juga bukan hanya menyediakan rumah sakit khusus
dengan fasilitas mewah untuk menangani perawatan korban narkoba. Dan nggak hanya terus
nangkepin pengguna dan pengedarnya tanpa ada tindakan berarti dan membekas dari
pemerintah. Jadi, model penanganan yang harus dilakukan adalah bagaimana memberikan
pemahaman kepada masyarakat bahwa narkoba itu bukan hanya bahaya bagi kesehatan, tapi
lebih dari itu bahwa narkoba adalah barang haram dan pelakunya jelas masuk dalam daftar aktivis
yang
melakukan
perbuatan
dosa.
Tentu
saja,
perbuatan
tersebut
akan
diminta
pertanggungjawabannya di hadapan Allah swt. Danini nggak boleh melengpemerintah harus
mampu menunjukkan sebagai pengayom rakyat dengan menerapkan aturan dan sanksi yang
tegas terhadap para pelaku maksiat.
Coba aja bayangin, kalo nggak ada tindakan tegas dari penguasa, para pengedar dengan
leluasa masuk ke negeri ini dari berbagai negara. Tabloid AKSI vol. 4 No. 200 (30 Nopember 2
Desember 1999) menurunkan berita seputar narkoba. Beritanya? Ternyata peredaran narkoba di
negerinya Si Komo ini melibatkan sindikat internasional. Kapolri Jenderal Roesmanhadi, yang
dikutip AKSI, menyebutkan bahwa berbagai jenis kokain dan heroin masuk ke Indonesia melalui
jalur udara, laut dan darat. Bubuk itu ada yang datang bersama penumpang (body
wraping/swallowed) maupun disembunyikan dalam barang bawaan dan kiriman. Kapolri juga
menyebutkan bahwa daerah asal heroin dari the golden triangle dan kokain berasal dari Kolombia,
Peru dan Brazilia. Para penyelundup dari Guang Zhou (Cina) pun yang membawa sabu-sabu alias
nethamphetaine bebas melenggang. Bahkan lebih menyedihkan lagiini sudah menjadi rahasia
umumbanyak aparat yang lebih suka menjadi pengguna bahkan pengedar ketimbang meringkus
para user dan pengedar narkoba. Kalo sudah begini, rasanya dunia begitu sempit kawan. Maka
nggak ada jalan lain kecuali menstop laju narkoba.

Barang Haram
Mungkin saja, teman-teman kamu yang terlibat narkoba ada yang nggak ngeh kalo ternyata
barang tersebut adalah termasuk daftar barang haram dalam pandangan Islam. Bukan nuduh, kita
sih, pede aja lagi. Soalnya, banyak juga temen-teman kamu yang ngakunya muslim, tapi terlibat
dalam kasus ini. Jelas, bahwa beliau tidak ngerti dan nggak paham seputar barang tersebut.

Soalnya, bisa jadi informasi seputar narkoba dalam pandangan Islam belum menyentuhnya.
Kemudian yang paling parah adalah, lingkungan tempat kawan-kawan itu kita bergaul amburadul.
Jadinya klop alias cooocok!
Jadi, perlu diberi penjelasan bahwa narkoba itu, apa pun jenisnya; dari mulai ganja alias
cimeng, heroin, kokain, ekstasi, sabu-sabu, putauw dan saudara-saudaranya itu adalah barang
haram. Sabda Rasulullah saw: Segala yang mengacaukan akal dan memabukkan adalah haram
(HR. Imam Abu Daud).
Syeikh Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dikutip Sayyid Sabiq dalam Fiqh as-Sunah,
menyatakan bahwa hadits tersebut mencakup segala benda yang merusakkan akal tanpa
membeda-bedakan jenis dan tanpa terikat cara pemakaiannya, baik dimakan, diminum, dihisap,
disuntik dan sebagainya. Maka benda-benda yang merusak akal tersebut, termasuk putauw,
ekstasi dan sejenisnya dari anggota narkoba, jelas terkategori haram. Dan sebagaimana pedoman
Islam setiap padaku perbuatan haram akan diganjar dengan hukuman.
Bagaimana dengan para penjualnya? Adalah hal yang menggelikan bila sekarang ini hanya
dikenakan sanksi bagi para pemakai tapi membiarkan penjualnya berkeliaran dengan bebas.
Dalam hal ini terdapat kaidah umum dari para ulama yang berbunyi: Apa saja yang diharamkan,
maka diharamkan pula dijualbelikannya . Kaidah ini berlandaskan kepada hadits Rasulullah saw
dari Ibnu Abi Syuaibah: Jika Allah mengharamkan sesuatu, maka haram pula harganya (yang
diperoleh dari benda tersebut).

Terus Gimana?
Ya, pertanyaan keren. Kamu harus gaul juga soal hukum-hukum Islam, bukan cuma gaul soal
artis en film-film doang. Soalnya, mau nggak mau kita hidup itu kan untuk ibadah. Makanya, segala
aktivitas kita itu harus sesuai dengan tuntunan dan tuntutan Allah swt dan Rasul-Nya. Nah, supaya
semuanya bisa bernilai ibadah, maka gaul soal hukum-hukum Islam jadi wajib buat kamu. Soalnya,
kalo udah tahu mana yang salah dan mana yang sholeh, udah ngeh mana perbuatan yang tercela
dan mana perbuatan yang terpuji, kamu bisa mengendalikan diri. Bahkan siapa tahu kamu juga
bakal bisa mengajak teman kamu untuk ngikuti dalam kegiatan keislaman yang kamu bikin.
Seperti kesepakatan semula, bahwa masalah ini nggak berdiri sendiri. Maka penyelesaiannya
pun nggak bisa sepotong-sepotong, tapi harus total alias menyeluruh dan melibatkan semua
sektor. Pertama, kamu kudu melindungi dirimu dengan baju takwa. Bukan hanya jilbab atawa baju
koko. Tapi maksudnya dengan ketakwaan yang tulus kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Tahu kan
takwa? Pendek kata, kamu wajib melaksanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya dan tentu saja
berbarengan dengan itu, kamu juga kudu menjauhi atau meninggalkan apa yang telah dilarang
oleh Allah dan Rasul-Nya. Yakinlah, bahwa Allah akan menyelamatkan kamu, jika kamu sendiri
berusaha untuk menyelamatkan dirimu dari kebinasaan.
Kedua, kamu suka nonton bola? Nah, kalo suka, kamu pasti kesel dong, bila ada salah satu
pemain dari klub favorit kamu bermain jelek, misalnya masukin ke gawang sendiri dengan sengaja.
Wah gondoknya bukan main. Minimal kamu nyumpahin atau malah sampai ngutuk. Nah, sama
saja, bila kamu melihat teman kamu berbuat salah, idealnya orang yang di sekitarnya juga mencap
bahwa kelakuan teman kamu itu salah dan kemudian melakukan tindakan pencegahan atau
memberikan teguran. Jadi, perlu adanya kontrol masyarakat yang ketat. Karena walau bagaimana
pun juga individu itu bagian dari sebuah masyarakat. Bila masyarakatnya amburadul, tak mustahil
individunya ikut-ikutan senewen. Soalnya, mau nggak mau pengaruhnya pasti adasekecil
apapun. Dan yang terakhir, perlu ada kekuatan dari orang nomor satusecara lebih luas penguasa
di negeri ini untuk membuat menerapkan aturan dan sanksi yang tegas. Tentu bukan hanya
NATO alias No Action Talk Only tapi membuat seperangkat aturan yang baku dan terperinci.
Kita yakin, bila tiga pilar penegakan hukum itu berfungsi, maka tak ada tempat bagi para
user dan pengedar narkoba. Jangankan narkoba, kasus-kasus lainya yang menjurus kepada
kemaksiatan bakal ogah muncul. Dan kalo pun nekat muncul, pasti bakal dibabat habis.
Kondisi seperti ini memang hanya akan terjadi jika ikatan kebersamaan antar individu itu
kuat. Pemikiran kita seragam, perasaan kita kompak, dan tentu saja kita sepakat bahwa pemikiran

dan perasaan yang seragam itu hanya bisa tumbuh dan berkembang dalam naungan negara yang
menerapkan aturan yang sama pula. Dan kamu harus inget-inget, bahwa pemikiran, perasaan dan
aturannya adalah Islam. Nah, kondisi seperti ini yang nantinya bakal melahirkan kebersamaan
dalam gerak dan menentukan sikap. Kalo itu salah, maka kamu semua sepakat membenci bahkan
mengutuknya. Dan tentu saja, jika benar, maka kamu semua dengan tulus mengatakan benar.
Dengan demikian kamu bisa ngomong sekarang; narkoba adalah musuh bersama!
Gimana? n

Anda mungkin juga menyukai