Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN UNTUK MENCAPAI

SWASEMBADA PANGAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI


Sebagai wilayah hinterland, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi memiliki potensi sumberdaya
lahan yang perlu dikembangkan dan diarahkan untuk mendukung penyediaan pangan di tingkat lokal
maupun regional. Penelitian ini bertujuan menyusun arahan pengembangan lahan untuk mencapai
swasembada pangan di Kabupaten Muaro Jambi. Hasil analisis menunjukkan potensi ketersediaan lahan
prioritas untuk pengembangan padi sawah seluas 55.899 ha dengan kelas kesesuaian S3 (sesuai marginal)
dan 100.870 ha lahan lainnya diarahkan untuk pertanian pangan lahan kering. Untuk mencapai
swasembada pangan pada tahun 2031, Kabupaten Muaro Jambi membutuhkan sawah dan lahan kering
masingmasing seluas 30.545 ha dan 1.064 ha, sehingga potensi lahan yang tersedia masih dapat
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pangan Kabupaten Muaro Jambi maupun untuk penggunaan
lain. Di sisi lain, dalam Rencana Pola Ruang Kabupaten Muaro Jambi dialokasikan lahan untuk sawah
dan pertanian lahan kering masing-masing seluas 6.271 ha dan 65.972 ha. Dari pola ruang lahan pangan
tersebut, seluas 1.962 ha sawah dan 18.807 ha pertanian lahan kering tidak sesuai dengan kondisi
eksisting. Oleh karena itu, Rencana Pola Ruang ini perlu direvisi.
Analisis Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan dianalisis menggunakan kerangka evaluasi lahan
FAO 1976 dan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian Departemen Pertanian Tahun
2003 (Deptan, 2003). Lahan dibagi menjadi dua ordo, yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai (N), kemudian
dibagi lebih lanjut ke tingkatan kelas kesesuaian lahan, yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3
(sesuai marginal) dan N (tidak sesuai). Analisis dilakukan terhadap 8 komoditas pangan yaitu: padi
sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Hasilnya adalah
Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Pangan Tahun 2013 (tidak ditampilkan). Dalam peta LREP, Kabupaten
Muaro Jambi terdiri atas 35 satuan lahan, dimana dua diantaranya tidak dapat dianalisis untuk
pengembangan lahan pertanian pangan karena berada di dalam kawasan hutan (konservasi). Data sifat
tanah dan fisik lahan yang dianalisis terdiri atas database LREP yang meliputi kedalaman tanah, salinitas,
singkapan batuan dan kematangan gambut pada lima satuan lahan. Sedangkan berdasarkan hasil
penelitian Said dan Zuhdi (2002) wilayah ini mempunyai 15 satuan lahan atau hasil ekstrapolasinya
sebanyak 13 satuan lahan.
Analisis Penggunaan dan Ketersediaan Lahan Pangan Tipe tutupan lahan diinterpretasi secara
visual dari Citra Landsat 7 ETM menggunakan metode on screen digitation. Delineasi dilakukan dengan
membatasi objek tutupan lahan dengan pembuatanpoligon menggunakan software SIG. Hasil interpretasi
yang meragukan diverifikasi di lapangan menggunakan GPS. Hasil dari perpaduan peta tutupan lahan
hasil interpretasi citra dengan hasil verifikasi lapangan adalah Peta Penggunaan Lahan Tahun 2013.
Dengan metode tumpangsusun (overlay), kawasan moratorium lahan gambut dan hutan, kawasan
pertambangan, kawasan hutan, kawasan HGU dan areal permukiman dikeluarkan dari areal arahan
pengembangan lahan pangan. Areal arahan pengembangan untuk sawah tidak memasukkan sawah
eksisting namun memasukkan pertanian lahan kering eksisting, sedangkan untuk pengembangan
pertanian lahan kering tidak memasukkan sawah dan pertanian lahan kering eksisting. Hasilnya adalah
Peta Ketersediaan Lahan untuk Tanaman Pangan Tahun 2013.

Analisis Kebutuhan Lahan Pangan dan Arahan Pengembangan Analisis ini dilakukan berdasarkan
luas lahan pangan yang tersedia, produktivitas lahan dan proyeksi konsumsi pangan hingga berakhirnya
masa RTRW yang berlaku yaitu Tahun 2031, dengan asumsi konversi lahan pangan eksisting tidak terjadi.
Jumlah penduduk diproyeksikan menggunakan model geometri berdasarkan data penduduk Tahun 2000
sampai dengan 2011. Data rerata produktivitas lahan untuk tanaman panganbersumber dari BPS dan data
rerata konsumsi pangan perkapita bersumber dari Badan Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Muaro Jambi (BPKP Kab. Muaro Jambi, 2011). Berdasarkan hasil analisis kebutuhan lahan pangan dan
kesesuaian lahan ditentukan arahan pengembangan lahan pertanian pangan yang meliputi lahan sawah
dan pertanian lahan kering.
Analisis Konsistensi Rencana Pola Ruang Lahan Pangan dalam RTRW Analisis ini dilakukan berdasarkan
perbandingan antara Peta ketersediaan lahan dari areal lahan pangan eksisting hasil interpretasi citra
dengan Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Muaro Jambi. Hal ini bertujuan untuk mendeliniasi areal
yang sesuai dan tidak sesuai dengan rencana pola ruang tanaman pangan, sehingga dapat dijadikan bahan
masukan dalam perbaikan rencana pola ruang
HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Muaro Jambi yang terletak pada koordinat 1o 5 -2 o 20
Lintang Selatan dan 103o 10- 104o 20 Bujur Timur, terdiri atas 11 kecamatan, yaitu Sekernan, Sungai
Bahar, Bahar Utara, Bahar Selatan, Mestong, Jambi Luar Kota, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Maro Sebo,
Sungai Gelam dan Taman Rajo. Dalam kurun waktu Tahun 2000 hingga 2011, budidaya padi sawah,
jagung, kedelai, kacang hijau dan ubi kayu secara umum mengalami peningkatan luas dan produksi,
namun sebaliknya untuk komoditas padi ladang, kacang tanah dan ubi jalar (BPS, 2000; BPS, 2011).
Peningkatan luasan pertanaman mengindikasikan bahwa komoditas tersebut semakin diminati untuk
diusahakan.
Penggunaan dan Ketersediaan Lahan Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM Tahun
2013 path/row 125/06, diperoleh 9 tipe penggunaan lahan seperti disajikan pada Tabel 1. Penggunaan
lahan terbesar di Kabupaten Muaro Jambi adalah perkebunan kelapa sawit dan karet seluas 317.457 ha.
Penggunaan lahan yang merupakan lahan pertanian pangan yaitu sawah dengan luas 7.061 ha dan
pertanian lahan kering dengan luas 53.617 ha. Penggunaan lahan sawah umumnya berada di sekitar
sungai utama yaitu Sungai Batanghari dan Sungai Kumpeh. Pertanian lahan kering hampir menyebar
merata di setiap kecamatan dan berada di sekitar permukiman penduduk seperti yang disajikan pada
Gambar 1. Dari hasil tumpang-tindih didapat lahan tersedia untuk pengembangan sawah seluas 198.894
ha (37,37%) dan pengembangan pertanian lahan kering seluas 160.167 ha (30,09%) dari luas wilayah
Kabupaten Muaro Jambi (532.165 ha)

Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan


Untuk menghasilkan komoditas yang berkualitas, pemanfaatan lahan perlu mempertimbangkan
kesesuaian lahan (Hazain, et al., 2012). Oleh karena itu diperlukan evaluasi lahan untuk mengidentifikasi
tingkatan dan pola geografis kesesuaian lahan untuk tujuan tertentu dari kendala biofisik dan
penyebabnya (Al-Mashreki, et al., 2011). Dari hasil analisis, lahan yang berpotensi untuk pengembangan
pertanian lahan kering adalah 160.167 ha (cukup sesuai dan sesuai marginal), sedangkan untuk
pengembangan sawah 165.688 ha (sesuai marginal). Kelas kesesuaian lahan untuk padi ladang dan
kacang tanah adalah S2 (cukup sesuai) dengan luas 18.404 ha dan tersebar di seluruh kecamatan. Untuk
jagung, kedelai, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar seluruhnya termasuk ke dalam kelas S3 (sesuai
marjinal). Untuk padi sawah terdapat lahan dengan kelas N (tidak sesuai) seluas 33.206 ha dengan faktor
pembatas bahaya erosi (lereng >8%). Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk tanaman pangan per
kecamatan telah mempertimbangkan kesesuaian lahan, seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Kebutuhan Lahan Pangan dan Arahan Pengembangan


Jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi pada Tahun 2021 diproyeksikan menjadi 511.447 jiwa
dan pada tahun 2031 menjadi 744.066 jiwa, dengan rerata laju pertumbuhan 3,82% per tahun.
Berdasarkan BPKP Kabupaten Muaro Jambi (2011), menunjukkan rerata konsumsi (kg/kap/thn) sebagai
berikut: beras giling 97,01, jagung pipilan 0,04, kacang kedelai 0,0915, kacang tanah 0,455, kacang hijau
0,715, ubi kayu 2,31 dan ubi jalar 2,65. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk, produktivitas lahan
dan tingkat konsumsi pangan konstan, pada Tabel 4 disajikan proyeksi kebutuhan pangan dan lahan untuk
mencapai swasembada pangan. Untuk mencapai swasembada beras pada Tahun 2021 dibutuhkan lahan
sawah seluas 20.995 ha sedangkan pada Tahun 2031 dibutuhkan lahan sawah seluas 30.545 ha.
Kebutuhan lahan untuk mencapai swasembada pangan tanaman pertanian lahan kering pada Tahun 2021
seluas 731 ha, sedangkan untuk Tahun 2031 seluas 1.064 ha. Lahan pangan sawah dan pertanian lahan
kering eksisting masing-masing yaitu: 7.061 ha dan 53.617 ha. Agar tercapai swasembada pangan di
Tahun 2031, masih dibutuhkan perluasan sawah sebesar 23.484 ha dengan asumsi lahan sawah eksisting
tidak mengalami alih fungsi lahan, sedangkan pertanian lahan kering eksisting surplus 52.553 ha.
Prioritas pengembangan lahan pertanian pangan diarahkan pada lahan pada kelas kesesuaian tertinggi dan
faktor pembatas paling minimal dengan luas keseluruhan 127.668 ha. Hasil analisis menunjukkan
ketersediaan lahan seluas 55.899 ha dengan kelas kesesuaian S3-nr (sesuai marginal; faktor pembatas
retensi hara) untuk pengembangan padi sawah. Lahan arahan pengembangan padi sawah sebagai sumber
pangan pokok beras ini dapat direkomendasikan untuk ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan. Lahan prioritas untuk ektensifikasi pertanian lahan kering memiliki kelas kesesuaian S2
(cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas yang beragam, yaitu seluas 100.870 ha.
Dari hasil analisis kesesuaian lahan dapat disusun 5 pewilayahan komoditas pangan seperti pada Tabel 5
dan Gambar 2. Pewilayahan komoditas pangan bertujuan untuk memberikan pilihan arahan pemanfaatan
lahan agar lahan berproduksi lebih optimal dengan komoditas yang spesifik. Sebagai hinterland Kota
Jambi, pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi memiliki prospek yang baik,
terutama dari segi pemasaran. Kota Jambi sebagai ibukota Provinsi Jambi memerlukan pasokan bahan

pangan dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Dengan ketersediaan sumber
daya lahan yang ada dan posisi geografis yang menguntungkan tersebut, menjadi satu keunggulan
tersendiri bagi Kab. Muaro Jambi dibandingkan dengan daerah lainnya. Kabupaten Muaro Jambi telah
mengalami surplus produksi komoditas pangan pertanian lahan kering dan dapat dipasok ke Kota Jambi,
namun untuk komoditas padi sawah masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Implementasi Undangundang RI Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
diharapkan mampu untuk mencegah. alih fungsi lahan pangan eksisting maupun yang diarahkan
pengembangannya untuk lahan pertanian pangan. Dalam pelaksanaannya, perencanaan lahan pertanian
pangan berkelanjutan disusun baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota, sehingga
peranan pemerintah kabupaten sangat penting dalam mengatur dan mengelola lahan pertanian pangan
yang ada. Upaya untuk mencapai swasembada pangan, baik beras maupun komoditas tanaman pangan
lahan kering, dapat dipercepat dengan melakukan tindakan optimalisasi lahan atau intensifikasi.

Konsistensi Rencana Pola Ruang Lahan Pangan


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya. Rencana Pola Ruang Lahan Pangan yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Muaro Jambi
diharapkan mampu untuk mencegah terjadinya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya, terutama pada kawasan pangan. Dalam Draft RTRW Kabupaten Muaro Jambi yang
berlaku hingga Tahun 2031, alokasi lahan pertanian pangan seluas 72.244 ha, terdiri atas kawasan
pertanian lahan kering seluas 65.972 ha dan sawah seluas 6,271 ha. Bila mempertimbangkan kebutuhan
lahan untuk swasembada pangan pada Tahun 2031, yaitu 30.545 ha untuk sawah dan 1.064 untuk
pertanian lahan kering, maka alokasi rencana pola ruang untuk lahan sawah masih kurang 24.274 ha,
sedangkan pertanian lahan kering surplus 64.908 ha. Secara ilustratif, hasil analisis konsistensi pola ruang
dengan kondisi eksisting disajikan pada Gambar 3. Dalam hal pola ruang lahan sawah, yang sesuai
dengan eksisting lahan sawah seluas 1.584 ha; sesuai dengan arahan lahan pertanian pangan 1.971 ha;
berada pada eksisting pertanian lahan kering 754 ha; dan yang berada di luar eksisting sawah dan arahan
lahan pertanian pangan 1.962 ha. Dalam hal pola ruang pertanian lahan kering, yang sesuai dengan
eksisting pertanian lahan kering seluas 15.683 ha; sesuai dengan arahan lahan pertanian pangan 29.165
ha; berada pada eksisting lahan sawah 2.316 ha; dan yang berada di luar eksisting pertanian lahan kering
dan arahan lahan pertanian pangan 18.807 ha. Hasil analisis terhadap kondisi saat ini, 20.769 ha pola
ruang lahan pangan tidak sesuai dengan kondisi eksisting penggunaan lahan dan ketersediaan lahan
pertanian pangan. Dengan demikian, rencana pola ruang lahan pertanian pangan (sawah dan pertanian
lahan kering) dalam RTRW Kabupaten Muaro Jambi perlu direvisi.

KESIMPULAN
Hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM, diketahui lahan sawah dan pertanian lahan kering eksisting
masing-masing seluas 7.061 ha dan 53.617 ha. Penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Muaro Jambi
adalah perkebunan dengan luas 317.457 ha atau 59,65% dari luas Kabupaten Muaro Jambi. Lahan
prioritas untuk pengembangan padi sawah seluas 55.899 ha dengan tingkat kesesuaian S3-nr (sesuai
marjinal; faktor pembatas retensi hara). Kecamatan Sekernan memiliki lahan tersedia terluas (31.431 ha)
untuk ekstensifikasi sawah. Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian lahan kering seluas 160.167 ha
dengan prioritas untuk pengembangan seluas 100.870 ha. Seluas 18.404 ha lahan kering prioritas
memiliki kelas kesesuaian S2 untuk pertanaman padi ladang dan kacang tanah. Kesesuaian lahan untuk
pertanaman jagung, kedelai, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar seluruhnya termasuk kelas S3 dengan
faktor pembatas utama ketersediaan air dan retensihara. Ketersediaan lahan untuk pengembangan padi
seluas 33.206 ha tergolong dalam kelas N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas bahaya erosi (lereng
>8%). Dengan jumlah penduduk pada tahun 2031 yang diproyeksikan mencapai 744.066 jiwa, untuk
mencapai swasembada pangan dibutuhkan lahan sawah dan lahan pertanian lahan kering masingmasing
seluas 30.545 ha dan 1.064 ha. Seluas 20.769 ha pola ruang lahan pangan, yang terdiri atas 1.962 ha
sawah dan 18.807 ha pertanian lahan kering, tidak sesuai dengan penggunaan lahan eksisting dan lahan
arahan pengembangan pertanian pangan. Rencana pola ruang lahan pertanian pangan dalam RTRW
Kabupaten Muaro Jambi perlu direvisi untuk mencapai swasembada pangan di Tahun 2031. Kebutuhan
lahan untuk mencapai swasembada pangan dapat dikurangi dengan meningkatkan produktivitas lahan dan
menekan laju pertumbuhan penduduk, sehingga lahan tersedia dapat dialokasikan untuk penggunaan
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai