Preceptor:
Oleh:
Andrian Rivanda, S.Ked
1518012222
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya referat dengan judul Rhinosinusitis Akut dan
Kronik ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan referat ini, masih jauh dari kesempurnaan.
Namun, dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan sebagai wujud
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dan untuk itu penulis sangat menghargai
setiap koreksi, kritik, dan saran demi kesempurnaan referat ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga referat ini dapat menambah hasanah
ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................6
2.1 DEFINISI RHINOSINUSITIS...................................................6
2.2 EPIDEMIOLOGI...............................................................................6
2.10 PROGNOSIS.................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
Rinosinusitis telah dikenal luas oleh masyarakat awam dan merupakan salah satu
penyakit yang sering dikeluhkan dengan berbagai tingkatan gejala klinik. Hidung
dan sinus paranasal merupakan bagian dari sistem pernafasan sehingga infeksi
yang menyerang bronkus, paru dapat juga menyerang hidung dan sinus
paranasal.1
Rinosinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasalis. Penyebab
utamanya ialah infeksi virus yang kemudian dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris,
etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung
selama 12 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama lebih dari 12
tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Bila
mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua
sinus paranasal disebut pansinusitis.1-2
Istilah rinosinusitis dianggap lebih tepat karena menggambarkan proses penyakit
dengan lebih akurat. Beberapa alasan lain yang mendasari perubahan "sinusitis"
menjadi "rinosinusitis" adalah 1) membran mukosa hidung dan sinus secara
embriologis berhubungan satu sama lain (contiguous), 2) sebagian besar penderita
sinusitis juga menderita rinitis, jarang sinusitis tanpa disertai rinitis, 3) gejala
pilek, buntu hidung dan berkurangnya penciuman ditemukan baik pada sinusitis
maupun rinitis, dan 4) foto CT scan dari penderita common cold menunjukkan
inflamasi mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal secara simultan.
Beberapa fakta diatas menunjukkan bahwa sinusitis merupakan kelanjutan dari
rinitis. Hal ini mendukung konsep "one airway disease", yaitu penyakit di salah
satu bagian saluran napas akan cenderung berkembang ke bagian yang lain.
Inflamasi di mukosa hidung akan di ikuti inflamasi mukosa sinus paranasal
dengan atau tanpa disertai cairan sinus. Keadaan ini menunjukkan rinosinusitis
sebenarnya merupakan kondisi atau manifestasi dari suatu respon inflamasi
mukosa sinus paranasal.1-2
Rhinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin
akan terus meningkat prevalensinya. Rhinosinusitis dapat mengakibatkan
gangguan kualitas hidup yang berat, sehingga penting bagi dokter umum atau
4
dokter spesialis lain untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai definisi,
gejala dan metode diagnosis dari penyakit rhinosinusitis ini. Secara epidemiologi
yang paling sering terkena adalah sinus ethmoid dan maksilaris. Bahaya dari
sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan intracranial, komplikasi ini terjadi
akibat tatalaksana yang inadekuat atau faktor predisposisi yang tidak dapat
dihindari. Tatalaksana dan pengenalan dini terhadap sinusitis ini menjadi penting
karena hal diatas. Terapi antibiotic diberikan pada awalnya dan jika telah terjadi
hipertrofi, mukosa polipoid dan atau terbentuknya polip atau kista maka
dibutuhkan tindakan operasi.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI SINUSITIS
Sinusitis
didefinisikan
Umumnya disertai
sebagai
inflamasi
mukosa
rinitis
sinus
paranasal.
sehingga sering
disebut
a) Virus. Sinustis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran nafas atas,
virus yang lazim menyerang hidung dan nasifaring juga menyerang sinus.
Misalnya rhinovirus, virus parainfluenza, dan virus influenza.7
b) Bakteri. Edema dan hilangnya fungsi silia normal pada infeksi virus
menciptakan suatu lingkungan yang ideal untuk perkembangan bakteri.
Bakteri yang sering menyebabkan sinusitis adalah Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarralis. Bakteri
anaerob juga terkadang ditemukan sebagai penyebab sinusitis maksilaris,
terkait dengan infeksi pada gigi premolar.7
c) Jamur. Jamur juga ditemukan sebagai penyebab sinusitis pada pasien
dengan gangguan sistem imun, yang menunjukkan infeksi invasif yang
mengancam jiwa. Jamur yang menyebabkan infeksi antara lain adalah dari
spesies
Rhizopus,
Cunninghamella,
dapat
polip,
seperti pada
sindrom
akan
menyebabkan
terjadinya
edema
pada
dinding
dalam sinus. Selain itu inflamasi, polip, tumor, trauma, juga menyebabkan
menurunya patensi ostium sinus. Virus yang menginfeksi tersebut dapat
memproduksi enzim dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus
dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan
silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih
kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya
bakteri patogen.
sinus
akan
menyebabkan
terjadinya
hipooksigenasi,
yang
reinfeksi
atau
reinokulasi
dari
virus.
akan
memberikan
media
yang menguntungkan
= VAS 0-3
= VAS >3-7
= VAS >7-10
< 12 minggu
Resolusi komplit gejala
Kronik
12 minggu
Tanpa resolusi gejala komplit
Termasuk rinosinusitis kronik eksaserbasi akut. 2
10
1) Rinosinusitis akut
a) Rinosinusitis akut pada dewasa
Rinosinusitis akut pada dewasa didefinisikan sebagai onset tiba-tiba
dari dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/
obstruksi/ kongesti atau discharge (sekret hidung anterior/ posterior):
Gejala 12 minggu:
Dengan validasi per-telepon atau anamnesis
11
Gejala 12 minggu:
Dengan validasi per-telepon atau anamnesis.2
2.6 GEJALA KLINIS
2.6.1 Sinusitis akut
Keluhan utama rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai
dengan nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus purulen, yang
seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai dengan
gejala sistemik seperti demam dan lesu.1
Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan
ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat
lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri di
antara atau di belakang kedua bola mata menandakan sinusitis etmoida,
nyeri di dahi atau kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis
maksila kadang-kadang terdapat nyeri alih ke gigi dan telinga. Gejala lain
adalah sakit kepala, hiposmia/anosmia, halitosis, post-nasal drip yang
dapat menyebabkan batuk dan sesak pada anak.1
Sinusitis akut umumnya dimulai dari infeksi saluran pernafasan atas oleh
virus yang melebihi 10 hari. Organisme yang umum menyebabkan
sinusitis akut termasuk Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza
dan Moraxella catarrhalis. Diagnosis dari sinusitis akut dapat ditegakkan
12
ketika infeksi saluran napas atas oleh virus tidak sembuh salama 10 hari
atau memburuk setelah 5-7 hari.2
Gejala tambahan
nyeriwajah / rasa
/ atau
tertekan di wajah
Pengeluaran
berkurang atau
cairan/ discharge
hilang
Kemampuan
ke anterior atau
menghidu
ke posterior
Tanda
Tanda dari endoskopi :
-
dan atau
Udem/penyumbatan
meatus
nasi
di
media
danatau
Perubahan gambaran CT
Adanya perubahan mukosa di
daerah osteomeatal kompleks dan
atau di daerah sinus.
2.6.2
Sinusitis kronik
13
14
lebih berat pada pagihari, nyeri di daerah sinus yang terkena, serta
kadang nyeri alih ke tempat lain. Gejala sistemik yaitu : demam dan rasa
lesu.7
1. Sinusitis Maksilaris
Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila. Gejala sinusitis maksilaris
akut berupa demam, malaise dan nyeri kepala yang tak jelas yang
biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin.
Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan
kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga.
Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta
nyeri pada palpasi dan perkusi. Sekret mukopurulen dapat keluar dari
2.
3.
pangkal hidung.7
Sinusitis Frontalis
Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan
memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda
hingga menjelang malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi
terasa nyeri bila disentuh dan mungkin terdapat pembengkakan supra
orbita. Pemeriksaan fisik, nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi
di atas daerah sinus yang terinfeksi merupakan tanda patognomonik
4.
2.7.2
Gejala Obyektif
15
orbita atau pada dasar orbita. Hal ini dapat tercapai apabila
orbito-meatal line tegak lurus pada film dan membentuk 1500
kaudal.
16
nasal
Penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasuskasuskronik)
foto
ini,
secara
ideal
piramid
tulang
petrosum
17
b) CT-Scan
CT-Scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena
mampu menilai secara anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit
dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya. CT
scan mampu memberikan gambaranyang bagus terhadap penebalan
mukosa, air-fluid level, struktur tulang, dan kompleks osteomeatal.
Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang
diagnosis sinusitis kronis yang tidak membaik dengan pengobatan
atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi
sinus.1
18
c) MRI
MRI sinus lebih jarang dilakukan dibandingkan CT scan karena
pemeriksaan ini tidak memberikan gambaran terhadap tulang
dengan baik. Namun, MRI dapat membedakan sisa mukus dengan
massa jaringan lunak dimana nampak identik pada CT scan. Oleh
karena itu, MRI akan sangat membantu untuk membedakan sinus
yang terisi tumor dengan yang diisi oleh sekret. 1
d) Transiluminasi
Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi
suram atau gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi
pada satu sisi wajah,karena akan nampak perbedaan antara sinus
yang sehat dengan sinus yang sakit. Pemeriksaan ini sudah jarang
dilakukan karena sangat terbatas kegunaannya.
19
e) Pemeriksaan Mikrobiologi
Sebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari
meatus medius atau meatus superior. Mungkin ditemukan
bermacam macam bakteri yang merupakan flora normal di
hidung atau kuman patogen, seperti Pneumococcus, Streptococcus,
Stphylococcus dan Haemophylus influeanzae. Selain itu mungkin
juga ditemukan virus atau jamur.1
f) Sinuskopi
Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dindig medial sinus
maksila melalui meatus media inferior, dengan alat endoskop bisa
dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat
dilakukan irigasi.1
2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah:
1) Mempercepat penyembuhan
2) Mencegah komplikasi
3) Mencegah perubahan menjadi kronik.1
20
21
Dekongestan
Oral
(Lebih
aman
untuk
penggunaan
jangka
22
Gambar 9. Skema penatalaksanaan rinosinusitis kronik dengan atau tanpa polip hidung
pada dewasa untuk pelayanan kesehatan primer dan dokter spesialis non THT
berdasarkan European Position Paper on Rhinosinusitisnand Nasal Polyps 2012
pada
sinusitis
etmoidalis.
Frontoetmoidektomi
eksternal
a)
b)
c)
d)
a)
b)
1. Komplikasi lokal
a) Mukokel
b) Osteomielitis (Potts puffy tumor)
2. Komplikasi orbital
Inflamatori edema
Abses orbital
Abses subperiosteal
Trombosis sinus cavernosus.
3. Komplikasi intrakranial
Meningitis
Abses Subperiosteal
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya
antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada
sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau
intrakranial.
CT scan merupakan suatu modalitas utama dalam menjelaskan derajat
penyakit sinus dan derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak
dan kranium. Pemeriksaan ini harus rutin dilakukan pada sinusitis
refrakter, kronik atau berkomplikasi.
2.10
PROGNOSIS
Sinusitis
tidak
menyebabkan
kematian
yang
signifikan
dengan
spontan
tanpa
25
Pada pasien dengan rhinitis alergi, pengobatan agresif gejala hidung dan
tanda-tanda edema mukosa yang dapat menyebabkan obstruksi saluran
keluar sinus, dapat mengurangkan sinusitis sekunder. Jika kelenjar gondok
secara kronis terinfeksi, pengangkatan mereka dapat menghilangkan nidus
infeksi dan dapat mengurangi infeksi sinus.14
26
BAB III
KESIMPULAN
Rhinosinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi
atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Terdapat 4 sinus disekitar hidung yaitu
sinus maksilaris, sinus
ethmoidalis,
sinus
frontalis dan
sinus
27
DAFTAR PUSTAKA
1
Adam Malik in Year 2011. E Jurnal FK-USU Volume 1 No. 1 Tahun 2013
Soetjipto D & Mangunkusumo E. Sinus paranasal. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta : Fakultas
1991: p.3-8
Adams GL, Boies LR, Higler PH. Hidung dan sinus paranasalis. Buku ajar
penyakit tht. Edisi keenam. 1997. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
8 Lund VJ. Anatomy of the nose and paranasal sinuses. In : Gleeson (Ed).
Scott-Brownss Otolaryngology. 6th ed. London : Butterworth, 1997: p.1/5/130.
9 Yilmaz AS, Naclerio RM. Anatomy and Physiology of the Upper Airway.
Available
at:
http://pats.atsjournals.org/content/8/1/31.full.pdf+html.
28
29