Tugas Survey Novida
Tugas Survey Novida
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belang
Indonesia merupakan negara agraris dengan daratan yang luas dan banyak
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Luasnya wilayah daratan yang dimiliki
menggambarkan Indonesia mempunyai keberagaman jenis tanah yang bisa
dimanfaatkan. Keberagaman tersebut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya
seperti iklim mikro, tofografi, kadar bahan organik suatu tanah, tekstur dan
struktur tanah dll. Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk
pengembangan usaha pertanian.
Lahan-lahan yang ada di Indonesia tidak semuanya memilik kemampuan
yang baik untuk semua jenis tanaman. Hal tersebut akan berdampak pada
kurangnya produktifitas suatu lahan jika dikaitkan dalam hal ekonomi.
Masyarakat tani yang tradisional memenuhi kebutuhan pangannya dengan
menanam secara tradisional. Kegiatan pertania ini menyebabkan degradasi
kesuburan tanah melalui erosi dan penggunaan tanah terus-menurus. Lahan yang
terdegredasi menjadi faktor pembatas dan menghambat produksi pertanian.
Pengunaan lahan yang demikian harus adanya tindakan usaha konservasi tanah
yang baik sehingga tidak akan mempercepat teradinya erosi. Apabila tanah sudah
tererosi maka produktifitas tanah menurun mengakibatkan ketahanan pangan
indonesia menurun. Perluanya petani Indonesia melakukan tindakan evaluasi
kemampuan lahan agar menghasilkan produksi yang makasimal.
Kemampuan lahan adalah potensi lahan untuk penggunaan berbagai sistem
pertania secara umum tanpa menjelaskan peruntukan untuk jenis tanaman tertentu
maupun
tindakan-tindakan
pengelolaannya.
Tujuannya
adalah
untuk
potensi dan kemampuan lahan untuk mendukung suatu tipe penggunaan tertentu
(Arsyad, 1989 dalam Idjudin.dkk, 2013).
Berdasrkan hal tersebut perlunya tindakan yang dilakukan seperti evaluasi
kemampuan lahan. Evaluasi kemampuan lahan ini akan menjadi solusi bagi
pengguna lahan dari faktor pembatas pada suatu lahan yang dimanfaatkan agar
menghasilkan produksi yang maksimal. Adapun pembahasan mengenai cara
mengevaluasi kemampuan lahan akan dibahas lebih jelas pada bab selanjutnya.
1.1 Tujuan
1. Untuk mengevaluasi kemampuan suatu lahan yang akan digunakan
2. Untuk mengetahui faktor pembatas pada suatu lahan
1.2 Manfaat
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui faktor pembatas yang menjadi
penghambat dalam suatu areal.
2. Agar mahasiswa mampu mengatasi faktor pembatas pada suatu areal
sehingga bisa memanfaatkan suatu lahan secara optimum.
3. Agar pembudidaya mampu menghasilkan produksi maksimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 1.
yang
kelebihan
air
dan
mempunyai
lapisan
bawah
yang
disebbkan oleh salah satu relif atau beberapa sifat lahan beriku: 1) lereng yang
agak miring atau bergelombang, 2) peka terhadap erupsi atau telah mengalami
erosi yang berat, 3) seringkali mengalami bajir yang merusak tanaman, 4) lapisan
bawah tanah yang permeabilitas lambat, 5) kedalaman tanah dangkal di atas
batuan, lapisan padas keras (hardpan), lapisan padas rapu (fragipan) atau lapisan
lempung padat (claypan) yang membatasi perakaran dan simpanan air rendah, 8)
salinitas atau kandungan natrium sedang, atau 9) hambatan iklim yang agak besar.
Pada peta kemampuan lahan, laha kelas III biasanya diberi warna merah.
Kelas IV. Hambatan dan ancaman kerusakan pada lahan kelas IV lebih besar
daripada kelas III,dan pilihan tanaman juga lebh terbatas. Jika dipergunakan untuk
tanaman semusim dipergunakan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan
konservasi tanah lebih sulit diterapkan dna dipelihara, seperti teras bangku,
saluran bervegetasi dan dalam pengendalian, di samping tindakan yang dilakukan
untuk memeihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Lahan di dalam kelas IV
dapat dipergunakan untukmtanaman semusim dan tanaman pertanian pada
umumnya, tanamn rumput, hutan produksi, padang penggembalaa, hutan lindung
atau suaka alam. Hambatan atau ancaman kerusakan lahan kelas IV disebabka
oleh salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: 1) lereng miring atau relif
berbukit, 2) kepekaan erosi yang besar, 3) pengaruh erosi agak berat yang telah
terjadi, 4) tanahnya dangkal, 5) kapasitas menahan air yang rendah, 6) sering
tergenang yang menimbulkan kerusakan berat pada tanaman, 7) kelebinan air dan
ancaman kejenuhan atau penggenangan terus terjdi setelah didrainase, 8) salinitas
atau kandungan natrium yang tinggi, dan 9) keadaan iklim yang kurang
menguntungkan. Pada peta kelas kemampuan lahan, lahan kelas IV biasanya
diberi warna biru.
Kelas V. Lahan kelas V tidak terancam erosi, akan tetapi mempunyai
hambatan lain yang tidak dihilangkan dan membatasi pilihan penggunaannya
sehingga hanya sesuai untuk tanaman rumput, padang penggembalaan hutan
produksi atau hutan lindung dan suaka alam. Lahan di dalam kelas V mempunyai
hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan
menghamat pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Lahan ini terletak ada
topografi datar atau hampir datar tetapi tergenang air, sering terlanda banjir,
perakaran sangat dangkal. Pada peta kelas kemampuan lahan, lahan kelas VII
biasanya diberi warna coklat.
Kelas VIII. Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi
lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat
sebagai hutan linding, tempat rekreasi atau cagar alam. Pembatas atau ancaman
kerusakan pada kelas VIII dapat berupa 1) terletak pada lereng yang sangat curam
2) berbatu , atau 3) kapasitas menahan air sangat rendah. Contoh tanah kelas VIII
adalah tanah mati, batu tersingkap, pamtai pasir, dan puncak pegunungan. Pada
peta kemampuan lahan, lahan kelas VIII biasanya berwarna putih atau tidak
berwarna.
2.3 Lereng
Lereng atau kemiringan lahan adalah salah satu faktor pemicu terjadinya erosi
dan longsor di lahan pegunungan. Peluang terjadinya erosi dan longsor makin
besar dengan makin curamnya lereng. Makin curam lereng makin besar pula
volume dan kecepatan aliran permukaan yang berpotensi menyebabkan erosi.
Selain kecuraman, panajng lereng juga menentukan besarnya longsor dan erosi.
Makin panjang lereng erosi yang terjadi makin besar. Pada lereng >40 % longsor
sering terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya grafitasi. Erosi dan longsor
sering terjadi di wilayah berbukit dan bergunung, terutama pada tanah berpasir.
Dalam sistem budidaya pada lahan berlereng > 15% lebih diutamakan capuran
tanaman semusim dengan tanaman tahunan atau sistem wanatani atau
agroforestry. (Deddy, tanpa tahun).
Derajat kemiringan dan panjang lereng merupakann dua sifat yang utama dari
topografi yang mempengaruhi erosi. Semakin curam dan makin pankang lereng
maka makin besar pula kecepatan aliran air permukaan dan bahaya erosi. Bila kita
hubungakan kenyataan ini dngn lereng yang gundul, maka inilah yang termudah
untuk terjadiny erosi ditinjau dari sudut topografi, karena kecapatan dari pada
aliran air dipermukaan dapat dengan mudah mengikis lapisan tanah atas. Pada
tanah yang datar atau landai kecepatan aliran air lebih kecil dibandingkan dengan
tanah yang miring. Topografi miring memperparah berbagai erosi air, sehingga
dapat membatasi dalamnya solum. Sebaliknya jika air tergenang di suatu dataran
dalam waktu yang lama atau sepanjang tahun, maka pengaruh iklim realif tidak
begitu nampak dalam perkembangan tanah yang teratur (Suripin, 2002).
2.3.1 Kemiringan Lereng
Tabel 1. Kemiringan Lereng
Kelas 1
Kemiringan lereng
0-8% (datar)
Nilai skor
20
Kelas 2
Kelas 3
8-15% (landai)
15-25% (agak curam)
40
60
Kelas 4
Kelas 5
25-45% (curam)
45% (sangat curam)
80
100
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Klasifikasi Kemampuan Lahan
Klasifikasi kemampuan lahan ditujukan untuk megetahui kemampuan
tanah berdasarkan sifat-sifat dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
mempengaruhinya untk penggunaan tertentu (Suripin, 2002).
Berikut faktor pembatas yang didapat yaitu lereng permukan, dan drainase.
Tabel 2. Klasifikasi kemampuan lahan
Faktor penghambat/
pembatas
Lereng permukaan (%)
Kepekaan erosi
Nilai
18 %
0,26
Kelas kemampuan
lahan
IV-l3
II-KE
Tingkat erosi
Kedalaman tanah (cm)
Tekstur lapisan atas
Tekstur lapis bawah
Permeabilitas (cm/jam)
Drainase
krikil/ batuan
Ancaman banjir
Sedang
>100 cm
Lempung liat berpasir
Lempung liat berpasir
5,26
Sangat buruk
Tidak ada
Tidak pernah
III- e0
I- K0
I- t2
I- sda
I- p3
IV- d4
I- b0
I- O0
Gamabar 1.Acuan umum proporsi tanaman pada kemiringan lahan yang berbeda
(Subagyon.dkk, 2003 dalam P3HTA, 1987)
11
tanaman
semusim
bisa
berkali-kali
tergantung
dari
produktivitas
tanah.
Penanaman
tanaman
pagar
akan
12
mengurangi 5-20% luas lahan efektif budi daya tanaman sehingga untuk tanaman
pagar dipilih dari jenis tanaman yang memenuhi persyaratan di bawah ini (Agus et
al., 1999 dalam Subagyono, 2003):
a.
Gambar 2.
13
14
Ketika penurunan kandungan air dengan cara pembuatan rorak atau parit
telah dilaksanakanmakan maka bahan organik sangat perlu diberikan pada lahan
tersebut untuk treatment selanjutnya. Bahan organik menjadi sangat penting
dikarenakan teksture pada lahan tersebut berteksture lempung berdebu sehingga
daya infiltrasi air akan sulit masuk ke dalam tanah sehingga air menjadi jenuh
dipermukaan. Bahan organik yang ditambahkan akan dapat memperbaiki agregat
tanah sehingga daya serah tanah akan menjadi lebih baik. Bahan organik ini selain
menambah kandungan unsur- unsur hara serta C-Organik dalam tanah juga untuk
memperbaiki drainase guna terjaminnya oksigen untuk kelangsungan hidup
tanaman. Menurut Jamilah (2003) dalam Simangunsong (2011) menyatakan dosis
pupuk kandang untuk memperbaiki sifat fisik tanah minimal 15 ton/ha.
Pada lahan yang berdrainase terhambat umumnya memiliki pH masam.
Karakteristik nilai pH tanah yang rendah dapat dilakukan perbaikan dengan
melakukan pengapuran pada lahan. Efek dari pengapuran ini menurut Buckman
dan Brady (1982) dalam Hidayat (2006) akan memberikan efek fisik, kimia, dan
biologi. Efek fisik, yaitu meningkatkan pembutiran (granulasi), efek terhadap
gaya biotik terutama yang ada hubungannya dengan dekomposisi bahan organik
tanah dan sintesa humus. Dalam hubungan ini efek menstimulasi kapur terhadap
15
tanah dan air berupa pembuatan lubang-lubang buntu yang dibuat untuk
meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen dari bidang
olah. Rorak juga bisa diartikan sebagai lubang-lubang buntu dengan ukuran
tertentu yang dibuat pada bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Fungsi
rorak adalah untuk menjebak dan meresapkan air ke dalam tanah serta
menampung sedimen-sedimen dari bidang olah.
Ukuran dan jarak rorak yang direkomendasikan cukup beragam. Arsyad
(2000) dalam Kustantini dan BBPPBP Surabaya (2014) merekomendasikan
dimensi rorak: dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang berkisar antara satu
meter sampai 5 meter. Jarak ke samping disarankan agar sama dengan panjang
rorak dan diatur penempatannya di lapangan dilakukan secara berselang-seling
seperti pada gambar agar terdapat penutupan areal yang merata. Jarak searah
16
lereng berkisar dari 10 sampai 15 meter pada lahan yang landai (3% 8%) dan
agak miring (8% 15%), 5 sampai 3 meter untuk lereng yang miring (15%
30%).
Pembutan Parit
Karakteristik drainase tanah dapat diperbaiki dengan pembuatan parit-parit
yang dalam dan sempit. Biasanya untuk pengendalian hilangnya air dari tanah
berat sebelum air masuk ke dalam tanah (Buckman dan Brady, 1982 dalam
Hidayat, 2006)
Gambar 5 . Parit-pari oleh (Buckman dan Brady, 1982 dalam Hidayat, 2006),
17
3.3.3
Konsep dasar sumur resapan pada hakekatnya adalah suatu sistem drainase
dimana air hujan yang jatuh di atap atau lahan kedap air ditampung pada suatu
sistem resapan air. Beberapa dengan cara konservasional dimana air hujan
dibuang/ dialirkan ke sungai terus ke laut, cara ini mengalirkan air hujan ke dalam
sumur-sumur resapan yang di buat di halaman rumah. Sumur resapan ini
merupakan sumur kosong dengan maksud kapasitas tampungnya cukup besar
sebelum air meresap ke dalam tanah. dengan adanya tampungan, maka air hujan
mempunyai cukup waktu untukmeresap ke dalam tanah, sehingga pengisian tanah
menjadi optimal (Suripin, 2002).
Menurut (Yassir, 2008) prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan
dan menampung air hujan ke dalam lubang atau sumur agar air dapat memiliki
waktu tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga sedikit demi sedikit air
dapat meresap ke dalam tanah. air hujan yang masuk ke dalam tanah atau meresap
ke dalam tanah dan sedikit yang mengalir sebgai aliran permukaan (run off).
Semakin banyak air yang mengalir ke dalam tanah berarti akan banyak
dimanfaatkan kembali melalui sumur-sumur atau mata air yang dapat diekploitasi
setiap saat. Jumlah aliran akan menurun karena adanya sumur resapan. Pengaruh
posifitnya bahaya banjir dapat dihindari karena terkumpul air permukaan yang
berlebihan disuatu tempat yang dihindari. Prinsip kerja sumur resapan dapat
dilihat pada gambar berikut.
19
3.3.4
Struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan
kepekaan tanah terhadap ancaman erosi. Oleh karena itu sejak tahun 1950-an telah
dimulai adanya usaha-usaha untuk memperbaiki kemantapan struktur tanah
melalui pemberian preparat-preparat kimia yang secara umum disebut pemantap
tanah (soil conditioner). Bahan pemantap tanah yang baik harus mempunyai sifatsifat sebagai beriku (seta, 1987 dalam Suripin, 2002):
a. Mempunyai sifat yang adhesif serta dapat bercampur dengan tanah secara
merata.
b. Dapat merubah sifat hidrophobik atau hidrophilik tanah, yang dengan
demikian dapat merubah kurva penahan air tanah.
c. Daya meningkatka kapasitas tukar kation tanah,
yang
berarti
BAB IV
20
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
penentuan
klasifikasi
kemampuan
lahan
didapat
kelas
IV-l3
II-KE3
III-e0
I-K0
I-t2
I-sda
I-t3
IV-d4
I-b0
I-o0
21
22