Anda di halaman 1dari 8

1.

Contoh 5 unsur penjelasan tentang sifat, warna, reaksi dan


sejarahnya.
1. Sr (Stronsium)
Strontium lebih lunak dibanding kalsium dan terdekomposisi
dalam air secara cepat. Ia tidak menyerap nitrogen dibawah suhu
380 derajat Celcius. Elemen ini harus direndam dalam minyak
tanah (kerosene) untuk menghindari oksidasi. Logam strontium
yang baru terbelah memiliki warna keperak-perakan, tapi dapat
dengan cepat menjadi kuning jika teroksidasi. Logam ini jika
terbelah secara halus dapat terbakar di udara secara spontan.
Stronsium-90, sebuah radioaktif isotop dari strontium,
merupakan produk umum dari ledakan nuklir. Stronsium-90
memiliki waktu paruh sekitar 28,8 tahun dan meluruh menjadi
Yttrium-90 melalui peluruhan beta. Stronsium-90 ini terutama
mematikan karena memiliki waktu paruh relatif lama, sangat
radioaktif dan dapat diserap oleh tubuh, dimana terakumulasi
dalam sistem rangka. Berwarna perak keputihan yang yang lebih
lunak dibandingkan dengan kalsium. Dapat bereaksi cepat dengan
air. Logam ini memiliki titik leleh 1655K. Stronsium adalah unsur
kimia dengan lambing Sr dan berwarna kuning saat terkena udara.
Hal ini terjadi secara alami dalam mineral Calestite dan
Strontianite.
Stronsium ditemukan pada tahun 1790 oleh Adair Crawford,
seorang kimiawan Irlandia, saat
mempelajari witherite mineral (BaCO), ketika witherite dicampurkan
dengan asam klorida (HCl), dia tidak mendapatkan hasil yang
diharapkan. Dia menganggap bahwa sampel witherite sudah
tercemar dengan mineral yang tidak diketahui, yang berbeda
dengan mineral-mineral barium lainnya. Mineral itu dinamakan
Strontianite (SrCO).
Stronsium pertama kali diisolasi oleh Sir Humphry Davy tahum
1808, seorang ahli kimia Inggris, melalui elektrolisis dari campuran
stronsium klorida (SrCl) dan oksida merkuri (HgO). Strontium
diperoleh dari dua bijih yang paling umum, celectite (SrSO) dan

strontianite (SrCO) dengan memperlakukan mereka dengan asam


klorida, membentuk strontium klorida (SrCl).
Beberapa reaksi penting dari senyawa stronsium ialah:
1. Reaksi stronsium dengan udara
2Sr(s) + O2(g) 2SrO(s)
3Sr(s) + N2(g) Sr3N2(s)
2. Reaksi stronsium dengan air
Sr(s) + 2H2O(g) Sr(OH)2(aq) + H2(g)
3. Reaksi stronsium dengan Halogen
Sr(s) + Cl2(g) SrCl2(s)
Sr(s) + Br2(g) SrBr2(s)
Sr(s) + I2(g) SrI2(s)
4. Reaksi stronsium dengan Asam
Sr(s) + 2HCl(aq) Sr2+(aq) + 2Cl-(aq) + H2(g)
2. Co (Kobalt)
Kobalt relatif tidak reaktif, meskipun ia larut lambat sekali dalam
asam mineral encer. Unsur kimia Kobalt juga merupakan suatu
unsur dengan sifat rapuh, agak keras dan mengandung metal serta
kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Mudah larut dalam asam
asam mineral encer. Kurang reaktif. Senyawanya umumnya
berwarna. Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co 2+ yang
berwarna merah. Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk
endapan hitam. Tahan korosi. Penambahan unsur kobalt akan
memperbaiki sifat kekerasan baja. Kekerasan meningkat dan
tahan aus serta stabil pada suhu yang tinggi. Berwarna abu-abu
perak keras dan berkilau. Logam Cobalt baru mulai digunakan

pada abad 20, namun bijih Cobalt sesungguhnya telah digunakan


ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru pada gelas
maupun berbagai perkakas dapur. Sumber warna biru pada Cobalt
dikenali pertama kali oleh G. Brandt (ahli kimia Swedia) pada tahun
1735 yang mengisolasi logam tak murni yang diberi namaCobalt
rex. Pada tahun 1780, T.O. Bergman menunjukan bahwa Cobalt
rex adalah unsur baru yang kemudian diberi nama turunan dari
kata kohold (bahasa Jerman) yanh artinya globin atau roh hantu.
Kobal terdapat dalam mineral Cobaltit, smaltit dan eritrit. Sering
terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih
besi, yang mana umum didapatkan sebagai hasil samping
produksi. Kobal juga terdapat dalam meteorit. Pada 1735, seorang
ilmuwan Swedia, George Brandt, menunjukkan bahwa warna biru
pada kaca berwarna disebabkan adanya unsur baru bernama
Cobalt. Sedangkan radioaktif Cobalt-60 ditemukan oleh Glenn T
Seaborg dan Fohn livingood dari University of California Berkeley
pada akhir 1930-an. Beberapa reaksi penting dari senyawa Kobalt
ialah:

CoCO3 CoO + CO2


2Co(NO3)2 2CoO + 4NO2 +O2
Co2+ + H2S CoS + 2H+

3. Ag (Argentum)
mempunyai sifat lunak, liat, dapat ditempa, sebagai pengantar
listrik dan panas yang baik, sifat kimianya tidak aktif. Pada suhu
biasa bereaksi dengan belerang membentuk sulfida.
Pada masa yang lalu kebanyakan fungsi penting Ag adalah pada
pembuatan alat-alat makan dan barang-barang perhiasan. Fungsi

ini sekarang berkurang dibanding dengan penggunaan Ag


(konduktor listrik terbaik) dalam bidang obatan, katalis dan bibit
awan (Cloud seeding Agl), dalam bidang fotografi, dalam bidang
kesehatan. Memiliki warna putih yang terang.
Perak telah dikenal sejak jaman purba kala. Unsur ini disebut
dalam Alkitab. Beberapa tempat buangan mineral di Asia Minor dan
di pulau-pulau di Laut Aegean mengindikasikan bahwa manusia
telah belajar memisahkan perak dari timah sejak 3000 SM. Perak
muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S) dan horn
silver (AgCl). Bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga, emas dan
perunggu-nikel merupakan sumber-sumber penting untuk
menambang perak. Di dunia belahan barat Meksiko, Kanada, Peru
dan Amerika Serikat merupakan negara-negara penghasil perak.
Beberapa reaksi penting dari senyawa Argentum ialah:
AgNO3

NaCl

4 Ag + O2 >

AgCl

NaNO3

2 Ag2 O

4. Al (Aluminium)
Aluminium bersifat amfoter, Aluminium merupakan unsur yang
sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi. Karena sifat
kereaktifannya maka Aluminium tidak ditemukan di alam dalam
bentuk unsur melainkan dalam bentuk senyawa baik dalam bentuk
oksida Alumina maupun Silikon. Ringan, kuat, tahan rehadap
korosi, memiliki daya hantar listrik yang baik, anti magnetis, tidak
beracun dan tidak berbau. Berwarna perak kusam karena lapisan
tipis oksidasi yang terbentuk saat unsur ini terkena udara.
Aluminium ditemukan oleh Sir Humprey Davy pada tahun 1809
sebagai suatu unsur, dan pertama kali direduksi sebagai logam
oleh Hans Christian Oesterd pada tahun 1825. Dari segi industrial,
pada tahun 1886, Paul Heroult di Prancis dan C. M. Hall di Amerika
Serikat, secara terpisah telah memperoleh logam aluminium dari

alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi.


Beberapa reaksi dari senyawa Aluminium ialah:
2Al (s) + 3FeSO4 (aq) > Al2(SO4)3 (aq) + 3Fe(s)
4Al (s) + 3O2 (l ) 2 Al2O3
2Al (s) + 6HCl (aq) 2Al 3+ (aq) + 6Cl- (aq) + 3H2 (g)
5. Kr (Kripton)
Kripton tergolong gas mulia. Memiliki garis spektrum berwarna
hijau terang dan oranye. Gas kripton merupakan sejenis gas nadir.
Gas kripton sering digunakan dalam lampu berwarna hijau yang
digunakan dalam lampu iklan, dan di lapangan terbang sebagai
lampu isyarat pendaratan kapal terbang. Apabila arus elektrik
mengalir melalui lampu kripton, cahaya berwarna hijau terhasil
yang sangat cerah dan mampu menembusi kabus tebal, oleh itu
sering digunakan di dalam lombong.
Lampu kripton juga digunakan sebagai lampu imbasan kamera
untuk membolehkan gambar di ambil dalam gelap. Cahaya kripton
mempunyai banyak garis-garis spectral. Kripton Ditemukan pada
tahun 1898 oleh Ramsay dan Travers dalam residu yang tersisa
setelah udara cair hampir menguap semua. Pada tahun 1960,
disetujui secara internasional bahwa satuan dasar panjang, meter,
harus didefinisikan sebagai garis spektrum merah oranye dari 86Kr.
Hal ini untuk menggantikan standar meter di Paris, yang semula
didefinisikan sebagai batangan alloy platina-iridium. Pada bulan
Oktober 1983, satuan meter, yang semula diartikan sebagai satu
per sepuluh juta dari kuadrat keliling kutub bumi, akhirnya didefinisi
ulang oleh lembaga International bureau of Weights and Measures,
sebagai panjang yang dilalui cahaya dalam kondisi vakum selama
interval waktu 1/299,792,458 detik. Beberapa reaksi dari senyawa
Kripton ialah:
Kr(s) + F2 (s) KrF2 (s)
KrF2 + SbF5 KrF+ + SbF6-

2.

teori kesalahan dalam kimia analitik

Kesalahan Instrumen, disebabkan oleh tidak sempurnanya


pengukuran dan daya listrik yang tidak stabil.
Kesalahan Metode, timbul dari sifat kimia atau sifat fisika dari sistem
analitik.
Kesalahan Individu atau seseorang, disebabkan oleh ketidak
pedulian, kurang atensi atau keterbatasan dari pengalaman.
3.

akurasi dan presisi dalam analisis kimia


Akurasi (Ketepatan)
Nilai akurasi menunjukan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya
yang telah ditentukan oleh metode standar.
Salah satu cara penilaian Akurasi yaitu dengan studi "Recovery" yaitu
dengan melakukan pemeriksaan bahan sampel yang telah ditambah
analit murni, kemudian hasil dihitung terhadap hasil yang diharapkan:

Akurasi metode yang lebih baik adalah yang memberikan nilai R yang
mendekati 100%.
Kesalahanyang berubungan dengan Akurasi yaitu Kesalahan
Sistematik.
Kesalahan sistematik dapat disebabkan oleh standar, kalibrasi, atau
instrument yang tidak baik.
Presisi
Nilai presisi menunjukan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan bila
dilakukan berulang dengan sampel yang sama. Presisi biasanya
dinyatakan dalam nilai koefesien variasi(%KV atau % CV)

SD = Standar deviasi
Xbar=Rata-rata hasil pemeriksaan
Semakin kecil nilai KV(%) semakin teliti sistem/metode tersebut dan
sebaliknya
Kesalahan yang berhungan dengan nilai presisi adalah kesalahan
Acak (Random error)
Kesalahan acak mungkin disebabkan ketidak stabilan, misalnya pada
penagas,reagen,pipet,dll.
Suatu metode yang baik adalah yang memiliki presisi dan akurasi
yang baik.

Gambaran Akurasi dan Presisi

DAFTAR PUSTAKA
Harmita. 2004. Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara
perhitungannya. Di dalam : Majalah Ilmu Kefarmasian, Desember., Vol.
1, No.3, pp. 117 135. Departemen Farmasi FMIPA-UI.
urba, Michael. 2003. Kimia 2000 Untuk SMU Kelas 3. Jakarta : Erlangga
Balai Pustaka Jakarta.1997. Jendela Iptek Kimia. Jakarta : Balai
Pustaka
Keenan. Kleinferter. Wood. 1993. Kimia untuk Universitas. Jakarta :
Erlangga.
Prabawa, Hadi. Jayaprana, Sandya. 1997. ILMU KIMIA untuk SMU.
Jakarta : Erlangga.
Dorin, Henry. 1987. Chemistry The Study of Matter. USA: Allyn & Balcon
Nahadi. 2007. Intisari Kimia SMA. Bandung : Pustaka Setia.
Pangajuanto, Teguh. 2009. KIMIA 3. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Cotton, F.A dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta :
Universitas Indonesia ( UI-Press ).
Oxford. 2005. Kamus Kimia Lengkap. Jakarta : Erlangga.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai