Anda di halaman 1dari 11

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No.

1, Desember 2016

ISSN:0000-0000

APLIKASI METODE GEOMAGNET UNTUK EKSPLORASI BATU APUNG


DI KELURAHAN IJOBALIT KECAMATAN LABUHAN HAJI KABUPATEN
LOMBOK TIMUR
Iwan Supriadi
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mataram, Jalan Majapahit 62 Mataram 83125
ABSTRAK
Aplikasi metode geomagnet untuk ekplorasi batu apung mampu memberikan gambaran bentuk,
keteblan serta kedalaman batu apung. Penelitian ini dilakukan di kelurahan ijobalit kecamatan labuhan
haji kabupaten lombok timur yang berada pada koordinat 8o 39 12,6 8o 40 09,6 LS dan 116o 35
04,3 116o 36 01,1 BT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran dan ketebalan lapisan
batu apung berdasarkan survey geomagnet di Kelurahan Ijobalit. Pengambilan data lapangan dilakukan
sebnyak 5 lintasan. Pengukuran dengan panjang masing-masing lintasan mencapi 1 kilometer. Jarak
spasi titik pengukuran 25 meter sehingga data yang dihasilkan sebanyak 200 titik pengukuran. Selain
perekaman data geomagnet, uji suseptibilitas batu apung juga dilakukan sebgai data dukung untuk
mengetahui geologi lokasi penelitian. Data geomagnet yang telah dikoreksi harian dan IGRF diperoleh
anomaly medan magnet total. Pemisahan anomaly dilakukan dengan metode moving average. Metode
iverse modeling digunakan dalam memodelkan sebaran, ketebalan serta kedalaman lapisan batu apung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman batu apung (pumice) berkisar antara 1 40 merer dari
permukaan tanah dengan ketebalan 2-30 meter.
Kata kunci : batu apung,suseptibilitas, anomaly medan magnet,moving average, inverse modeling

ABSTRACT
Application of geomagnetic method for exploration is able to provide an overview of shape, thickness
and depth of the pumice layer at research area which located at geographical coordinates 8o 39 12,6
8o 40 09,6 LS and 116o 35 04,3 116o 36 01,1 BT. Field data acquisition performance 5 lines with
a long trajectory of each track about reach 1 km. spacing of each station is 25 meters and the data
generated by 200 station of points. Geomagnetic data recording, pumice susceptibility testing are
performed as the data capacity to know the geological location of the areas. Data have been corrected
geomagnetic IGRF and daily correction obtained total magnetic field anomalies. Separating anomalies
by moving averages method. Inverse modeling used in modeling of distribution, thickness and depth of
the pumice layer. The result obtained show what the depth of pumice between 1- 40 meters from
ground surface with thickness between 2 30 meters.

Keywords : Pumice, susceptibility, magnetic field anomalies, moving average , inverse


modeling.

Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No. 1, Desember 2016

I.

ISSN:0000-0000

PENDAHULUAN
Posisi geografis dan geologis Indonesia yang terletak pada jalur pegunungan
berapi membuat Indonesia kaya akan jenis-jenis batuan alam salah satunya adalah
batu apung (pumice). Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan
gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami
transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik yang
mengandung silica, alumina, soda, besi oksida dengan warna yang beragam seperti
putih, abu-abu kebiruan, abu-abu gelap, kemerah-merahan, kekuning-kuningan,
hingga jingga (Fadhillah, 2005).
Kandungan batu apung sering dimanfaatkan terutama pada sektor industri dan
konstruksi. Aplikasinya dalam sektor industri cenderung memproduksi barang-barang
pelengkap, seperti cat, plamur, dan lain sebagainya.(Sukandarrumudi, 2009).
Perkembangan sektor industri dan konstruksi, terutama di negara-negara maju,
mengakibatkan permintaan akan batu apung Indonesia terus meningkat, salah satunya
adalah Pulau Lombok. Pulau Lombok merupakan daerah penghasil batu apung
terbanyak di Indonesia (Badan Geologi, 2009). Salah satu daerah pengghasil yang
terkenal adalah Desa Ijobalit Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur.
Eksplorasi batu apung di desa Ijobalit ini masih bersifat manual yaitu hanya
memanfaatkan keberadaan yang tersingkap di permukaan tanah. Hal ini tentu
kurangnya pengetahuan masyarakat sehingga diperlukan informasi serta metode yang
tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Metode yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi material di dalam perut
bumi adalah metode geofisika. Metode geofisika merupakan kaidah atau tatanan ilmu
yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui dan memecahkan masalah
yang berhubungan dengan bumi termasuk kandungan material di dalamnya.
Pemanfaatan metode atau teknik geofisika harus sesuai target atau event yang ingin
dicapai sehingga diperlukan informasi yang akurat terkait sifat material sebelum
melakukan penelitian (Santoso, 2002).
Metode geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang praktis dan
ramah lingkungan. Metode ini dikatakan praktis karena dalam aplikasinya metode ini
hanya mengukur medan magnet di permukaan serta tidak membutuhkan banyak orang
sehingga budget atau biaya yang dikeluarkan juga relatif sedikit.

Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No. 1, Desember 2016

ISSN:0000-0000

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran dan
ketebalan lapisan batu apung berdasarkan survey geomagnet di Kelurahan Ijobalit.
Pengambilan data lapangan dilakukan sebnyak 5 lintasan. Pengukuran dengan
panjang masing-masing lintasan mencapi 1 kilometer. Jarak spasi titik pengukuran 25
meter sehingga data yang dihasilkan sebanyak 200 titik pengukuran. Selain
perekaman data geomagnet, uji suseptibilitas batu apung juga dilakukan sebgai data
dukung untuk mengetahui geologi lokasi penelitian.
II.

METODOLOGI PENELITIAN

Instrumen utama yang digunakan di dalam penelitian metode geomagnet di


kelurahan Ijobalit Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok adalah : satu unit alat
Magnetometer PPM jenis GEM-19T v7.0 yang digunakan dalam mengukur
suseptibilitas dan mencatat koordinat serta elevasi di daerah penelitian, satu buah
Global Positioning System (GPS) tipe MAP 60CSx untuk menentukan posisi titik
pengukuran dan beberapa perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan data
geomagnet ini adalah Software ( MAG2DC, Surfer 9) dan MS Excel.
Tahapan yang pertama dalam penelitian ini adalah akuisisi data geomagnet
Sebelum melakukan akuisisi data geomagnet terlebih dahulu mementukan lintasan
pengukuran. Pada penelitian ini, panjang lintasan pengukuran adalah 1 km dengan
jarak antar lintasan 250 meter dan spasi antar station pengukuran 25 meter. Panjang
lintasan ini dipilih dengan asumsi kedalaman yang akan diperoleh hingga 300 meter
sehingga mampu mencapai target yang diinginkan. Selain itu, hal yang terpenting
yang harus dilakukan adalah sinkronisasi alat geomagnet antara alat di base dan
mobile seperti menyamakan hari, tanggal, bulan, tahun, frekuensi serta waktu
perekaman data. Akuisisi data dilakukan dengan pengukuran medan magnet pada
station-station pengukuran di setiap lintasan. Pada setiap station pengukuran
dilakukan sebanyak 5 kali. Pada saat yang bersamaan pula dilakukan pengukuran
variasi harian di base station. Pengambilan data dilakukan seperti pada gambar 1
sebagai berikut :

gambar 1 : line pengambilan data magnetic.


Koreksi data geomagnet perlu dilakaukan untuk mendapatkan anomali yang sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Koreksi yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut :
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No. 1, Desember 2016

ISSN:0000-0000

Koreksi Harian

H D =H obs H harian

(2.1)

Koreksi IGRF

H IGRF =H obsIGRF

(2.2)

Hasil koreksi medan magnet akan menghasilkan anomali total. Pembuatan


kontur anomali magnetik total dilakukan dengan menggunakan software Surfer 9.
Kontur anomali total ini mencerminkan efek yang berasal dari anomali dangkal dan
dalam sehingga keduanya perlu dipisahkan.Anomali total ini merupakan superposisi
(gabungan) penyebab anomali yang berada di lokasi penelitian sehingga untuk
mendapatkan target yang diinginkan maka harus dipisahkan (reduksi) anomali.
Selain pengumpulan data geomagnet, uji suseptibilitas sempel batuan daerah
penelitian juga perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan sebagai data geologi daerah
penelitian. Data ini digunakan sebagai data dukung dalam pembuatan model lapisan
batuan pada lokasi penelitian. Uji suseptibilitas batuan dilakukan dengan
menggunakan alat suseptibilitymeter SM-20.
Setelah itu dilakukan interpretasi data magnetic. Secara umum, interpretasi
terbagi menjadi 2 macam yaitu interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif.
a. Interpretasi Kualitatif
Interpretasi kualitatif dilakukan dengan melihat sebaran anomali pada
kontur anomali total dan anomali residualnya. Anomali residual manunjukkan
pengaruh efek dangkal sehingga struktur geologi dekat permukaaan dapat
digambarkan dengan membuat profil pada penampang melintang kontur
residualnya.
b. Interpretasi kuantitatif
Berbeda dengan interpretasi kualitatif, interpretasi kuantitatif bertujuan
untuk mengetahui bentuk serta kedalaman penyebab anomali. Interpretasi
kuantitatif dilakukan dengan pemodelan menggunakan metode forward
modeling dengan bantuan software Mag2D dengan melakukan pencocokkan
kurva profil (observasi) dan model (calculate) yang dihubungkan dengan
informasi geologi daerah penelitian. Dengan kata lain, model yang dihasilkan
harus sesuai dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan (Blakely, 1995).
III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi nilai anomaly magnetic total mempunyi interval -250 nT hingga 550
nT. Anomaly ini terbagi menjadi tiga bagian yakni anomaly rendah, sedang dan
anomaly tinggi. Anomaly rendah mempunyi warna ungu biru yang berkisar antara
-250 nT hingga 0 nT, sedangkan anomaly sedang mempunyai warna hijau-kuning
dengan interval 0 nT hingga 300 nT serta anomaly tinggi yang dengan warna orange
merah dengan intertval 300 nT hingga 550 nT. Anomaly rendah berada pada pangkal
lintasan ketiga yakni arah Barat Daya kontur anomaly total. Anomaly sedang
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No. 1, Desember 2016

ISSN:0000-0000

merupakan anomaly yang mendominasi lokasi penelitian yang hampir tersebar merata
di setiap lokasi penelitian. Sedangkan anomaly tinggi berada pada dangkal lintasan
kedua (arah Barat Daya) serta ujung lintasan ketiga (arah Timur Laut).

Gambar 1 : kontur anomaly magnetic total


3.1. Pemisahan Anomali
3.3.1

Anomali Regional
Kontur anomaly regional yang mana Data hasil slicing berupa jarak dan
anomaly, di-input-kan ke softwer Numeri sehingga diperoleh grafik hubungan antara
bilangan gelombang (k) dengan logaritma natural amplitido (In A) sebagai berikut :

Gambar 2 : grafik hasil analisis spectral/slice 1


Pada penelitian ini, slicing terhadap kontur anomaly total dilakukan sebanyak
7 kali. Berdasarkan hasil slicing, terlihat secara jelas pembagian zona anomaly
magnetic. Anomaly regional mempunyai lebar anomaly yang paling besar yang
ditunjukkan dengan warna biru, anomaly residual mempunyai lebar anomaly lebih
kecil daripada anomaly regional dan lebih besar daripada noise yang ditunjukkan
dengan warna merah serta noise yang mempunyai lebar anomaly yang paling kecil
yang ditunjukkan dengan warna hijau. Berikut ini pembagian zona anomaly
berdasarkan analisis spectral yng telah dilakukan :

Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No. 1, Desember 2016

ISSN:0000-0000

Tabel 1 : Hasil analisis spectral

Dri hasil perhitungan nilai k di atas, diperoleh k rata-rata 0,041. Penentuan nilai N
dengan mengetahui panjang gelombang terlebih dahulu dengan menggunakan
persamaan k =

. penentuan lebar jendela menggunakan hubungan = Nx ,

dengan x merupakan spasi pada griding kontur anomaly magnetic total. Dengan
menggunakan spasi 20 diperoleh lebar jendela N=9 diperoleh kontur anomaly
regional (Gambar 3) sebagai berikut :

Gambar 3 : Kuntur anomaly regional


Pembagian daerah anomaly juga lebih jelas yakni dengan interval antara -140
nT hingga 320 nT. Anomaly rendah berada pada arah Barat Daya dan bagian Barat
daerah penyelidikan dengan nilai anomaly -140 nT hingga 20 nT. Anomali sedang
masih mendominasi daerah penyelidikan seperti pada kontur anomaly magnetic total
dengan nilai antara 20 nT hingga 80 nT serta anomaly tinggi dengan interval 180 nT
hingga 320 nT yang berada pada arah Timur Laut, Barat Daya serta bagian Barat
Daya penyelidikan.

3.3.2 Anomali Residual

Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No. 1, Desember 2016

ISSN:0000-0000

Anomaly residual merupakan hasil pengurangan anomaly magnetic total


dengan regionalnya. Anomaly tinggi berkisar antara 140 nT hingga 320 nT, anomaly
sedang berkisar antara 0 nT hingga 140 nT serta anomaly rendah berkisar antara -140
nT hingga 0 nT. Berdasarkan Gambar 4 kontur anomaly residual terlihat secara jelas
sifat magnetic yang mencirikan anomaly negative yang selalu berdampingan dengan
anomaly positif (dipole). Anomaly positif tinggi selalu berdekatan dengan anomaly
negative tinggi serta anomaly positif rendah yang selalu berdekatan dengan anomaly
negative rendah.

Gambar 4 : Kontur anomaly residual


Anomaly residual merupakan anomaly yang menjadi target dalam penentuan
kondisi struktur geologi khususnya sebaran serta kedalaman lapisan batu apung yang
menjadi target dalam penyelidikan karena berasal dari sumber anomaly yang relative
dangkal. Perbedaan nilai anomaly menunjukkan perbedaan tingkat suseptibilitas maka
akan diketahui jenis batuan yang menjadi batuan yang menjadi kandungan atau
prospek di daerah penelitian.
Selain bentuk 2D di atas, anomaly residual juga bisa ditampilkan dalam
bentuk 3D. bentuk 3D anomaly residual terlihat pada Gambar 4.5 yang menampilkan
secara jelas bentuk respon anomaly residual.

Gambar 5 : Kontur 3D anomaly residual


Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No. 1, Desember 2016

ISSN:0000-0000

Bentuk 3D di atas merupakan respon anomaly magnet yang berasal dari


sumber dangkal (residual) daerah penelitian. Pada Gambar 4.5 di atas terlihat secara
jelas anomaly residual negtif dan positif pada lokasi penelitian. Anomaly positif
ditandai dengan respon cembung sedangkan anomaly negative mempunyai respon
berbentuk cekung. Anomaly negative dan positif selalu berdampingan serta tersebar
secara merata pada daerah penelitian yang berarah Barat Daya- Timur Laut. Anomaly
negative disebabkan oleh sifat remanen magnet batuan yang kecil sehingga medan
magnet hasil induksi yang dihasilkan lebih rendah daripada medan magnet yang
bersal dari internal bumi (IGRF). Hal ini juga berlaku sebalikny.
3.4

Interpretasi Kuantitatif
Interpretasi kuantitatif berbeda dengan interpretasi kualitatif. Interpretasi
kualitatif dilkukan dengan membuat model lapisan batu apung yng menjadi target
penelitian. Metode pemodelan yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode
invers modeling. Invers modeling merupkan salah satu metode pemodelan struktur
lapisan batuan dengan mengetahui parameter model seperti posisi, kedalaman, serta
ketebalan penyebab anomaly berdasarkan data observasi atau pola kurva yang
dihasilkan. Pola kurva ini mengindikasikan bentuk atau pola struktur geologi
khususnya sebaran lapisan batu apung (pumice), sehingga dengan melakukan
matching antara kurva observasi terhadap kurva hasil perhitungan akan diperoleh
bentuk lapisan batu apung pada lokasi penyelidikan.
Pada penelitian ini, pemodelan lapisan batu apung digmbarkan sebanyak 6
profil. Profil-profil yang dibuat sejajar dengan lintasan pengukuran atau berarah Barat
Daya-Timur Laut yang ditunjukkan dengan penampangan yang berwarna merah.
Berikut ini adalah bentuk model lapisan batu yang dihasilkan pada masing-masing
profil.
Pada profil penampang ke-1 yang berimpit dengan lintasan pertama dihasilkan
model lapisan batu apung sebagai berikut :

Gambar 6 : Model profil ke - 1


Berdasarkan hasil pemodelan penampang ke-1 di atas, terlihat secara jelas 3
kelompok jenis batu apung yang berbeda. Perbedaan ini terlihat pada nilai
suseptibilitasnya. Nilai suseptibilitas yang dihasilkan terbagi menjadi 3 kelompok
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No. 1, Desember 2016

ISSN:0000-0000

warna yang berbeda yaitu warna orange 0,0066 SI, warna hijau 0,0058 SI hingga
0,0062 SI dan biru 0,0048 SI hingga 0,0053 SI. Hasil analisa gambar di atas
menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan lapisan batu apung kelompok orange
mencapai 12 meter hingga 18 meter dengan kedalaman 2 meter hingga kurang dari 12
meter. Kelompok hijau mempunyai ketebalan berkisar 20 meter hingga 30 meter
dengan kedalaman 20 meter hingga 25 meter serta kelompok biru mempunyai
ketebalan mencapai 10 meter hingga 15 meter dengan kedalaman 1 meter hingga 8
meter.
Profil model sebaran batu apung secara keseluruhan bisa dilihat pada
Lampiran 5. Berdasarkan profil model yang telah dibuat, secara umum sebaran batu
apung baik berupa suseptibilitas, ketebalan serta kedalaman lapisan bisa terlihat
secara jelas pada table 4.2 berikut :
Tabel 2 : hasil model sebaran batu apung pada masing masing profil

Berdasarkan table hasil model sebaran batu apung di atas, pada lokasi
penelitian terdapat tiga kelompok batu apung dengan nilai suseptibilitas yang
berbeda-beda yakni dengan nilai kerentanan magnetic berkisar antara 0,0037 SI
hingga 0,0068 SI. Selain itu, ketebalan lapisan batu apung pada lokasi penelitian
berkisar antara 2 meter hingga 30 meter dengan kedalaman yang berkisar antara 1
meter hingga 40 meter.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan metode invers modeling yang telah dilakukan, sebaran batu apung
hamper merata pada lokasi penelitian. Hl ini ditandai dengan anomaly positif dan
anomaly negative yang mengindikasikan sebaran batu apung dengan suseptibilitas
batuan yang berkisar 0,0037 SI hingga 0,0068 SI
2. Berdasarkan analisis spectral, rata-rata kedalaman serta ketebalan batu apung pada
lokasi penelitian kurang dari 30 meter. Hal ini terlihat jelas pada model sebaran batu

Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No. 1, Desember 2016

ISSN:0000-0000

apung yang mempunyai kedalaman anatara 1 hingga 40 meter dari permukaan dengan
ketebalan yang berkisar antara 2 meter hingga 30 meter.

4.2

Saran
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan model lapisan batu apung tidak
hanya dalam bentuk tampilan 2D, melainkan dalam tampilan 3D sehingga akan
terlihat secara jelas volume batu apung yng berada pada lokasi penelitian. Selain itu,
untuk mendukung informasi mengenai sebaran serta ketebalan lpisan batu apung
metode geomagnet yang telah digunakan bisa dikorelasikan dengan metode yang lain
seperti metode geolistrik dan metode well logging.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Buletin Potensi Bahan Galian NTB. Bandung: Badan Geologi.
Anonim. 2010. Peta Geologi Lembar Lombok NTB. Bandung: Badan Geologi.
Blakely, R.J. 1995. Potential Theory in Gravity and Magneti Applications,Cambridge
University press.
Fadhillah, Said. 2005. Modul Pelatihan AMDAL Pertambangan. Jakarta:Kementerian
Pembngunan Daerah Tertinggal.
Ridwan, A.S. 2010. Makalah Bahan Galian. Mataram: Universits Mataram.
Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Tekhnik Geofisika. Bandung: ITB.
Solihin. 2005. Skripsi. Pendugaan Kandungan Batuan Andesit dan Diorit Di
Kawasan Gedangan Malang Selatan Dengan Menggunakan Metode
Magnetik. Malang: Universitas Brawijaya.
Sukandarrumudi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: UGM Press.
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Jurnal FMIPA Unram, Vol. 1, No. 1, Desember 2016

ISSN:0000-0000

Telford, W.M. 1990. Applied Geophysiitioncs Second Ed, Cambridge University


Press: London.
Wahyudi. 2004. Teori dan Aplikasi Metode Magnet. Laboratorium Geofisika FMIPA
UGM Yogyakarta.
http://kknlabuhanhaji.files.wordpress.com/ download pada hari sabtu, 12 Mei
2012 jam 16.05 wita.
http://petrolab.atspace.com/ download pada hari minggu, 15 April 2012 jam
19.45 wita.

Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Mataram

ISSN:0000-0000

Anda mungkin juga menyukai