Gambaran Kekuataan Otot Pasien Poli Geriatri Yang Diperiksa Bone Mass Densitometri
Gambaran Kekuataan Otot Pasien Poli Geriatri Yang Diperiksa Bone Mass Densitometri
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sarkopenia berasal dari bahasa Yunani yaitu sarx yang berarti daging dan
penia yang berarti kehilangan. Kata sarkopenia digunakan untuk mendeskripsikan
adanya kehilangan masa otot yang progresif yang berhubungan dengan proses
menua. Sarkopenia didefinisikan sebagai menurunnya massa dan fungsi otot
skeletal terkait dengan usia. Diagnosis sarkopenia harus dipertimbangkan pada
lansia yang mengalami penurunan fungsi fisik dan kesehatan. Sarkopenia harus
dipertimbangkan pada pasien yang mengalami tirah baring, tidak dapat berdiri
sendiri dari kursi tanpa bantuan, dengan kecepatan berjalan (gait speed) <1.0
m/detik, skeletal muscle index (SMI) laki-laki < 6.87 kg/m 2, Wanita: < 5.46
kg/m2, kekuatan otot: laki-laki <30 kg, wanita <20 kg. Kriteria sarkopenia yang
harus dipenuhi yaitu adanya massa otot yang kurang disertai kekuatan otot yang
berkurang dan/ atau perfoma aktivitas fisik yang menurun. sarkopenia dibagi
menjadi tiga tahap yaitu presarkopenia, sarkopenia dan sarkopenia berat. Pada
stadium presarkopenia hanya ditemukan penurunan masa otot tanpa adanya
penurunan kekuatan dan performa otot, sedangkan pada sarkopenia ditemukan
adanya penurunan masa otot disertai dengan penurunan kekuatan otot atau
performa otot, sedangkan pada sarkopenia berat ditemukan penurunan dari ketiga
hal tersebut.
Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai
oleh menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral
tulang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, dengan
akibat menurunnya kekuatan tulang, sehingga terjadi kecenderungan tulang
mudah patah. Menurunnya massa tulang dan memburuknya arsitektur jaringan
tulang ini, berhubungan erat dengan proses remodeling tulang yaitu terjadi
abnormalitas bone turnover. Pengukuran massa tulang dapat memberikan
informasi massa tulangnya saat itu, dan terjadinya risiko patah tulang di masa
yang akan datang. Salah satu prediktor terbaik akan terjadinya patah tulang
osteoporosis adalah besarnya massa tulang. Massa tulang berkaitan dengan
kekuatan tulang, semakin banyak massa tulang yang dimiliki, semakin kuat tulang
tersebut dan semakin besar beban yang dibutuhkan untuk menimbulkan patah
tulang. Untuk itu maka pengukuran massa tulang merupakan salah satu alat
diagnosis yang penting. Saat ini baku emas pemeriksaan osteoporosis adalah
BMD DEXA (Bone Mass Desnitometry Dual Energy X-ray Absorptiometry). Ada
empat kategori diagnosis massa tulang (densitas tulang) berdasarkan T-score yaitu
normal dengan nilai densitas atau kandungan mineral tulang tidak lebih dari 1
selisih pokok di bawah rata-rataorang dewasa, atau kira-kira 10% di bawah ratarataorang dewasa atau lebih tinggi (T-score lebih besar atau sama dengan -1 SD),
osteopenia (massa tulang rendah) yaitu nilai densitas atau kandungan mineral
tulang lebih dari 1 selisih pokokdi bawah rata-rata orang dewasa, tapi tidak lebih
dari2,5 selisih pokok di bawah rata-rata orang dewasa,atau 10 - 25% di bawah
rata-rata (T-score antara -1SD sampai -2,5 SD), osteoporosis yaitu nilai densitas
atau kandungan mineral tulang lebih dari 2,5 selisih pokok di bawah nilai rata-rata
orang dewasa, atau 25% di bawah rata-rata ataukurang (T-score di bawah -2,5 SD)
serta osteoporosis lanjut yaitu nilai densitas atau kandungan mineral tulang lebih
dari 2,5 selisih pokok di bawah rata-rata orang dewasa, atau 25% di bawah ratarata ini atau lebih, dan disertai adanya satu atau lebih patah tulang osteoporosis (Tscore di bawah -2,5 SD dengan adanya satu atau lebih patah tulang osteoporosis).
Sarkopenia dan osteoporosis merupakan kelainan muskuloskeletal paling
sering yang mengenai lansia. Beberapa kepustakaan menyebutkan istilah sarcoosteoporosis untuk menggambarkan paduan dari kedua kelainan tersebut.
Sarkopenia dan osteporosis memiliki faktor risiko yang sama serta kemiripan
patofisiologi serta akan menyebabkan limitasi dari fungsi fisik dan berhubungan
dengan kerapuhan (frailty). Namun pada penelitian yang ada hubungan keduanya
tidak terlalu jelas. Hasil penelitian dari Coins dan Cols menunjukan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara osteoporosis (berdasarkan bone mass
densitomety) dengan sarcopenia. Namun penelitian terbaru dari Verschueren dan
cols menunjukan bahwa pada penderita sarkopenia memiliki kemungkinan
memiliki osteoporosis dibandingkan dengan yang normal. Penelitian oleh Pereira
dan Leite juga berkesimpulan bahwa pasien dengan sarkopenia memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk terjadi osteopenia dan osteoporosis.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melihat gambaran kekuatan otot
(yang ditentukan dengan hand grip test) pada pasien poli geriatri yang
diperiksakan BMD DEXA di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode Januari 2015
Juni 2015.
Metode penelitian
1 pasien dengan hand grip test normal (12,5%). Pada kelompok pasien yang
mengalami osteopenia 14 pasien dengan hand grip test rendah (93,3%) dan hanya
1 pasien dengan hand grip test normal (6,7%). Pada kelompok pasien yang tidak
mengalami osteoporosis maupun osteopenia, didapatkan 2 pasien dengan hand
grip test rendah (40%) dan 3 pasien dengan hand grip test normal (60%).
KARAKTERISTIK
Usia rata-rata
Jenis kelamin
JUMLAH
74,5 tahun
PERSENTASE
Laki-laki
25%
Perempuan
Osteporosis
21
8
75%
28,5%
87,5%
1
15
12,5%
53,5%
93,3%
14
5
6,7%
18%
60%
2
TABEL 1 Karekteristik Pasien
40%
DISKUSI
Dari hasil penelitian ini didapatkan, pada pasien dengan osteoporosis dan
osteopenia masyoritas hasil hand grip test rendah (91,3%). Sedangkan pada
pasien yang tanpa osteoporosis dan osteopenia, mayoritas hand grip test normal
(60%). Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukan
tingginya angka sarkopenia pada penderita osteoporosis.
Kelemahan penelitian ini adalah bersifat deskriptif potong lintang
Pengambilan data hanya dilakukan melalui review status rekam medis dengan
jumlah sampel yang terbatas. Penelitian analitik yang memiliki kekuatan statistik
yang lebih kuat dibutuhkan untuk menilai hubungan antara osteoporosis dengan
sarkopenia.
KESIMPULAN
Mayoritas pasien dengan osteoporosis dan osteopenia memiliki hasil hand
grip test rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Community-Dwelling
Older
Adults.
International
Journal
of
Endocrinology. 2015
6. Pereira, Fernando Borges, Leite, Andr Ferreira, de Paula, Ana Patrcia.