Anda di halaman 1dari 2

Untuk disebarluaskan segera

SIARAN PERS
INA-CBG's Untuk Optimalkan Pelayanan BPJS Kesehatan
Mendorong Efisiensi Dan Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
Jakarta : Sesuai dengan Peraturan Presiden No 111 tahun 2013 yang merupakan revisi dari
Perpres No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, bahwa pola pembayaran pelayanan
kesehatan di tingkat lanjutan oleh BPJS Kesehatan menggunakan Sistem pola pembayaran
Indonesia Case Based Groups (INA-CBGs). Manfaat implementasi INA CBGs dalam Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) adalah tarif terstandarisasi dan lebih memberikan kepastian.
Perhitungan tarif pelayanan lebih objektif berdasarkan pada biaya sebenarnya. Melalui INA
CBGs diharapkan dapat meningkatkan mutu dan efisiensi rumah sakit. INA CBGs merupakan
sistem pengelompokan penyakit berdasarkan ciri klinis yang sama dan sumber daya yang
digunakan dalam pengobatan. Pengelompokan ini ditujukan untuk pembiayaan kesehatan
pada penyenggaraan jaminan kesehatan sebagai pola pembayaran yang bersifat prospektif.
Tarif tersebut berbentuk paket yang mencakup seluruh komponen biaya RS. Berbasis pada
data costing dan coding penyakit mengacu International Classification of Diseases (ICD) yang
disusun WHO. Sehingga menggunakan ICD 10 untuk mendiagnosis 14.500 kode dan ICD 9
Clinical Modifications yang mencakup 7.500 kode. Sedangkan tarif INA-CBG's terdiri dari
1.077 kode CBG yang terdiri dari 789 rawat inap dan 288 rawat jalan dengan tiga tingkat
keparahan.
Untuk pelaksanaan program JKN BPJS Kesehatan, tarif INA-CBG's dikelompokan dalam 6 jenis
RS. Yaitu RS kelas D, C, B dan A. Serta RSU dan RSK rujukan nasional. Tarif INA-CBG's juga
disusun berdasarkan perawatan kelas 1, 2 dan 3. Sebelumnya, dalam Jamkesmas yang ada
hanya tarif INA-CBG's untuk kelas 3.
Dengan sistem tersebut, pembiayaan kesehatan lebih efektif dan mutunya meningkat. Hal
itu juga diterapkan di berbagai negara. Di Indonesia, INA-CBG's bukan sistem baru karena
telah dibangun sejak tahun 2006 oleh Kemenkes. Pada tahun 2008, INA-CBG's
diimplementasikan dalam program Jamkesmas. Sampai tahun 2013 jumlah pemberi
pelayanan kesehatan Jamkesmas yang menggunakan INA-CBG's meliputi 1.273 RS.

Tarif yang tercantum dalam INA-CBG's terus menerus dibenahi sesuai dengan perkembangan
atau mengikuti laju inflasi. Dengan sistem itu diharapkan pelaksanaan BPJS Kesehatan
berjalan lancar.
Dalam rangka kelancaran penerapan INA-CBGs yang nanti dipakai BPJS Kesehatan, Direktur
Pelayanan BPJS Kesehatan Fadjriadinur, menyebut BPJS Kesehatan telah melakukan upaya.
Yaitu bersama Kemenkes melakukan sosialisasi kepada seluruh penyelenggara pelayanan
kesehatan, baik yang selama ini telah menjalin kerjasama atau belum bersinggungan dengan
INA-CBG's. Kemudian, mendorong perbaikan pola tarif INA-CBG's agar lebih baik dan
diterima RS.
Selain itu, dengan penarapan INA-CBGs RS saat ini akan memiliki peran terhadap
ketersedian pelayanan kesehatan termasuk didalamnya ketersediaan obat. Pelayanan obat,
Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai pada Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat
lanjutan merupakan salah satu komponen yang dibayarkan dalam paket INA-CBGs, urai
Fajri.
Dihari yang sama Wakil Menteri Hukum dan HAM RI Denny Indrayana melakukan kunjungan
terhadap Posko 24 Jam BPJS Kesehatan. Posko 24 Jam BPJS Kesehatan merupakan
tindaklanjut dari instruksi Presiden RI pada saat meresmikan Gerakan Nasional Memiliki
Jaminan Kesehatan melalui BPJS Kesehatan di Sukabumi pada pertengahan Oktober 2013.
Dalam kegiatan itu Presiden RI mengamanatkan agar dibentuk Posko 24 Jam untuk
memastikan proses transformasi BPJS Kesehatan berjalan lancar. Lewat Posko itu,
pemantauan dapat dilakukan secara intensif melalui pusat data dan informasi BPJS
Kesehatan.
-SelesaiInformasi lebih lanjut hubungi:
Departemen
Hubungan Masyarakat
BPJS Kesehatan Kantor Pusat
+62 21 424 6063
humas@bpjs-kesehehatan.go.id

Anda mungkin juga menyukai