OLEH
DHARMA ANDREYANU, S. Kep
NIM: 113063J116013
a. Pengertian
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan adanya
peningkatan tekanan intraokular dan pencekungan serta atrofi nervus
opticus yang menghasilkan defek pada lapang pandang dan dapat
menyebabkan kebutaan, (John H. Direkx, 2004).
Glaukoma adalah sekelompok gangguan kompleks yang ditandai
dengan degenerasi progresif dari sel-sel ganglion retina, menimbulkan
kecacatan visual, yang mencerminkan atrofi saraf optik, dengan gambaran
klinis yang khas, (M. Gemenetzi dkk, 2012).
Glaukoma adalah sebuah neuropati optik terkait dengan kematian
progresif sel-selganglion retina dan aksonmereka, dan terkaithilangnya
bidang visual, (Johns Hopkins dkk, 2012).
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf
optik(neoropati optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan
tekanan okular pada papil saraf optik. Yang menyebabkan defek lapang
pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang sentral
terkena, (Bruce James. et al , 2006)
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh
peningkatan abnormal tekanan intraokular (sampai lebih dari 20 mmHg),
(Elizabeth J.Corwin, 2009)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
peningkatan TIO, enggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek
lapang pandang yang khas, (Anas Tamsuri, 2010)
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola
mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan
menyebabkan penurunan fungsi penglihatan, (Mayenru Dwindra, 2009)
b. Etiologi
Penyebab glaukoma antara lain :
1. Primer terdiri dari :
a) Akut: Dapat disebabkan karena trauma, seperti trauma mata,
terutama jika parah, dapat menyebabkan peningkatan tekanan bola
mata. Lensa mata juga dapat menjadi dislokasi, yang dapat
mengakibatkan penutupan sudut drainase.
b) Kronik: Dapat disebabkan oleh keturunan keluarga dan kondisi
medis yang dapat berkontribusi pada pengembangan glaukoma
termasuk diabetes, hipertensi yang tidak terkontrol, penyakit
jantung, dan hipotiroidisme.
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti : Katarak, perubahan
lensa, kelainan uvea, pembedahan, pemakai steroid secara rutin
misalnya: pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang
tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat
steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid
secara rutin lainnya.
3. Faktor Resiko menurut Marlene Hurst, (2008) adalah :
a) Umur: Umur, terutama setelah usia 60, adalah nomor satu faktor
risiko untuk pembentukan glaukoma.
b) Ras: Mereka dari Afrika Amerika, Meksiko-Amerika, atau
keturunan Asia-Amerika memiliki risiko lebih besar
c) Riwayat keluarga glaukoma: Sebuahriwayat keluarga glaukoma
menempatkanseseorang pada risiko yang lebih besar untuk
mengembangkan glaukoma. Diperkirakan glaukoma dapat
memiliki link genetik. Itu berarti bahwa mungkin ada kerusakan
pada satu atau beberapa genyang dapat menyebabkan seseorang
menjadi lebih rentan terhadap pengembangan glaukoma.
c. Klasifikasi
1. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling
umum dijumpai tetapi seringkali tidak ada gejala sampai terjadi
kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara
permanen. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi
bila ada riwayat dalam keluarga.
Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekuler. Sudut bilik depan terbuka normal,
pengaliran dihambat karena adanya perubahan degeratif jaringan
trebuekuler, saluran schelem dan saluran yang berdekatan. adanya
hambatan aliran AgH tidak secepat produksi, bila berlangsung secara
terus menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel
gangglion, atropi iris dan siliare tetapi hal ini biasanya terjadi pada usia
dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun.
2. Glaukoma Akut Sudut Tertutup
Glaukoma sudut tertutup akut adalah terganggunya aliran
akibat tertutupnya atau terjadinya penyempitan sudut antara iris dan
kornea, Glaukoma ini lebih sering ditemukan karena keluhannya yang
mengganggu.
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aquaeos mengalir ke saluran
schelemm. Di mana terjadinya penyempitan sudut dan perubahan iris
ke anterior, mengakibatkan penekanan kornea dan menutup sudut
mata, Aqueous Humor tidak bisa mengalir keluar, bilik mata depan
menjadi dangkal.
3. Glaukoma Sekunder
Glaukoma Sekunder dikarenakan oleh kondisi lain seperti
katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya.
Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat
meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata wajib
diukur teratur bila sedang memanfaatkan obat-obatan tersebut.
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi dari
peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma. Dengan
gejala yang hampir mirip dengan sudut terbuka dan sudut tertutup
tergantung pada penyebab.
4. Glaukoma Kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau
segera setelah kelahiran, biasanya dikarenakan oleh sistem saluran
pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik.
Hasilnya tekanan bola mata berkembang/berubah naik terus dan
menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair,
berkabut dan peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan
perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder
terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik
biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
d. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik glaucoma menurut Marlene Hurst, (2008):
1. Glaukoma Primer
a) Glaukoma Sudut Terbuka
(i) Tidak ada gejala: Pada awal pengembangan glaukoma,
penumpukan cairan lambat, dan seperti bagian lain dari tubuh,
dapat mengkompensasi untuk sementara waktu. Jadi individu
bahkan mungkin tidak menyadari bahwa masalah telah dimulai
dengan peningkatan TIO yang pada akhirnya akan
menyebabkan kerusakan saraf optik.
(ii) Kehilangan penglihatan perifer: sebagai IOP terus
berkembang/berubah naik, saraf optik menjadi terpengaruh.
Tekanan ini kompres pada saraf optik dan penurunan suplai
oksigen terjadi. Hasil Kerusakan saraf jika tidak ditangani.
Akhirnya, orang tersebut kehilangan penglihatan perifer.
(iii) Visi terowongan dan akhirnya kebutaan: sebagai glaukoma
berlanjut, lebih banyak tekanan yang diberikan pada saraf
optik ke titik yang terjadi visi terowongan. Jumlah kematian
saraf optik menyebabkan kebutaan..
b) Glaukoma Akut Sudut Tertutup
(i) Nyeri hebat di dalam maupun sekitar mata: Peningkatan
tekanan intraokular terjadi tiba-tiba, menyebabkan onset
mendadak sakit mata. Mata tidak punya waktu untuk
mengimbangi ketika tekanan naik dengan cepat. Hal ini paling
(v)
5. Neurosensori
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut)
6. Riwayat keluarga
Apakah terdapat keluarga yang juga mengalami glaukoma atau
diabetes mellitus
7. Riwayat pasien
Mengalami trauma atau pembedahan mata atau pernah mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang. Apakah ada riwayat
pengguanaan obat, misalkan antidepresan trisiklik, antihistamin,
(menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat mengakibatkan
glaukoma sudut tertutup primer), fenotiasin, inhibitor monoamine
oksidase(MAO), antikolinergik, antispasmotik dan antiparkinson.
8. Pemeriksaan fisik dan penunjang
a) Pemeriksaan dengan oftalmoskop : mengkaji kerusakan saraf
optikus, untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus
optikus. diskus optikus menjadi lebih luas dan dalam pada
glaukoma akut primer, karena anterior dangkal, aqueus humor
keruh dan pembuluh darah dan menjalar keluar dari iris.
b) Pemeriksaan lapang pandang perifer
Pada kedaan akut, lapang pandang cepat menurun secara signifikan
dan kedaan kronik akan menurun secara bertahap.
c) Pemeriksaan melalui inspeksi
Untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan,
kornea keruh, dilatasi pupil dan gagal bereaksi terhadap cahaya.
d) Pengukuran tonografi
Mengkaji TIO, normal11-21 mmHg
e) Pengukuran genioskopi
Membantu membedakan glaukoma sudut tertutup atau terbuka.
f) Tes provokatif
Digunakan alam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
g) Tes toleransi glukosa
Menentukan adanya diabetes mellitus(Suddarth, 2001).
b. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a) Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
b) Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan
dengan serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.
c) Cemas berhubungan dengan Penurunan ketajaman penglihatan,
Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
d) Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang
2. Post operasi
a) Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
b) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
c. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi:
Diagnosa 1: Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapakan
nyeri hilang/ berkurang dengan Kriteria Hasil:
Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri
Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
Intervensi
a. Kaji tipe, intensitas, dan lokasi
nyeri
b. Pantau derajat nyeri mata setiap
30 mentit selama masa akut
c. Pertahankan istirahat di tempat
tidur dalam ruangan yang
tenangdan gelap dengan kepala
ditinggikan 30 atau dalam
posisi nyaman
d. Berikan
lingkungan
yang
nyaman
e. Anjurkan tehnik relaksasi.
f. Kolaborasi tentang pemberian
analgesic
Rasional
a. Mengenal berat ringannya
nyeri dan menentukan terapi
b. Untuk
mengidentifikasi
kemajuan atau penyimpanan
dari hasil yang diharapkan.
c. Mengurangi
rangsangan
terhadap syaraf sensori dan
mengurangi TIO
Intervensi
a. Kaji dan catat ketajaman a.
penglihatan
b.
b. Kaji
tingkat
deskripsi
fugnsional
terhadap
penglihatan dan perwatan
c.
Rasional
Menentukan kemampuan visual
Memberikan
keakuratan
terhadap
penglihatan
dan
perawatan
Meningkatkan self care dan
mengurangi ketergantungan
c. Sesuaikan lingkungan dengan
d. Meningkatkan rangsangan pada
kemampuan penglihatan
waktu kemampuan penglihatabn
d. Kaji
jumlah
dan
tipe
menurun
rangsangan yang dpat diterima e. Mengetahui
kondisi
dan
klien
perkembangan klien secara dini
f. Untuk mempercepat proses
penyembuhan
e. Observasi TTV
f. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi
Diagnosa 3: Cemas b.d Penurunan ketajaman penglihatan, Kurang
pengetahuan tentang prosedur pembedahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapakan
Cemas klien dapat berkurang dengan Kriteria Hasil:
Berkurangnya perasaan gugup
Posisi tubuh rileks
Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan
a.
b.
c.
d.
Intervensi
Hati-hati penyampaian
hilangnya penglihtan secara
permanen
Berikan kesempatan klien
mengekspresikan
tentang kondisinya
Pertahankan kondisi yang
rileks
Observasi TTV
a.
b.
c.
d.
e.
Rasional
Jika klien belum siap akan
menambah kecemasan
Mengekspresikan perasaan
membantu Kx mengidentifikasi
sumber cemas
Rileks dapat menurunkan cemas
Untuk mengetahui TTV dan
perkembangannya
Dengan memberikan perhatian
akan menambah kepercayaan
klien
Rasional
a. Normalnya, nyeri terjadi dalam
waktu kurang dari 5 hari setelah
operasi dan berangsur
menghilang. Nyeri dapat
meningkat sebab peningkatan
b.
b. Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak.
c. Anjurkan pada klien untuk
tidak melakukan gerakan tibatiba yang dapat memicu nyeri.
c.
d.
d. Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi.
e. Lakukan tindakan kolaboratif
dalam pemberian analgesik
topikal/ sistemik.
e.
a.
b.
c.
d.
Intervensi
Diskusikan pentingnya
mencuci tangan sebelum
menyentuh/ mengobati mata
Gunakan/tunjukkan teknik
yang tepat untuk
membersihkan mata dari
dalam ke luar dengan tisu
basah/ bola kapas untuk tiap
usapan, ganti balutan dan
masukan lensa ontak bila
menggunakan
Tekankan pentingnya tidak
menyentuh/menggaruk mata
yang di operasi
Observasi/diskusikan tanda
terjadinya infeksi contoh
Rasional
a. Menurnukan jumlah bakteri pada
tangan, mencegah kontaminasi
area operasi
b. Teknik aseptik menurunkan
risiko penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil dari segala tindakan keperawatan pada
pasien. Adapun evaluasi yang diharapkan, yaitu:
1. Penggunaan penglihatan yang optimal.
2. Cemas hilang atau berkurang
3. Penggunaan penglihatan yang optimal
4. Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis dan pengobatannya.
5. Nyeri berkurang
6. Tidak terjadi resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer, (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Arsculapiks.
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku saku Patofisiologi. Ed. 3Jakarta : EGC.
Ilyas, Sidarta. (2004). Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : CV. Sagung Seto.
James, Bruce. (2006). Lecture Notes : Oftalmologi. Jakarta : Erlangga.
Long, B. C. (2000). Perawatan Medikal Bedah (3 ed.). Jakarta: EGC.
NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012 - 2014. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
iagnosa medis dan NANDA NIC-NOC (Jilid 2 ed.). Yogyakarta: Med Action
Publishing.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit (6 ed., Vol. II). Jakarta: EGC.
Salmon, J. R. (2009). Galukoma. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury (17 ed).
Jakarta : EGC
Suddarth, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol. 3).
Jakarta: EGC.
Tamsuri, Anas. (2010). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC.