Makalah Aspek Hukum
Makalah Aspek Hukum
Pendahuluan
bagi, meskipun hal-hal ini tidak berarti bahwa bisnis dari perusahaan pailit tersebut
tidak bisa dilanjutkan.
Sebelum ada Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, pengaturan mengenai Pengunduran dan
Pembayaran atau Penundaan Pembayaran diatur dalam Undang-Undang Nomor 4
tahun 1998. Didalam undang-undang yang baru, PKPU diatur dalam Bab III yang
terdapat dua bagian, yaitu: Bagian pertama tentang Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang dan Akibatnya sedangkan Bagian kedua tentang Perdamaian.
Menurut pendapat Munir Fuady Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) ini adalah suatu periode waktu tertentu yang diberikan oleh undang-undang
melalui putusan Pengadilan Niaga, dimana dalam periode waktu tersebut kepada
kreditor dan debitor diberikan kesempatan untuk memusyawarahkan cara-cara
pembayaran utang-utangnya dengan memberikan rencana perdamaian (composition
plan) terhadap seluruh atau sebagian utangnya itu, termasuk apabila perlu
merestrukturisasi utangnya tersebut.
Dari pendapat diatas maka maksud dari PKPU adalah memberi kesempatan
kepada debitur untuk memohon penundaan terhadap kewajiban pembayaran utang
kepada para debitur, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang
meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Hukum Kepailitan
1.1.
Pengertian Kepailitan
Pembayaran;
UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
UU No. 42 Tahun 1992 Tentang Jaminan Fiducia
Pasal- Pasal yang Terdapat Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
1.2.
Menetapkan
jangka
waktu
tentang
pelaksanaan
perjanjian
yang
masih berlangsung antara debitur dengan pihak krediturnya, jika antara pihak
kreditur dengan pihak Kurator tidak tercapai kata sepakat tersebut (Pasal 36
Undang-undang Kepailitan).
Memberikan putusan atas
yang berkepentingan
yang
permohonan
haknya
kreditur
ditangguhkan
atau
untuk
pihak
ketiga
mengangkat
5
apabila
pihak
Kurator
Kepailitan).
Memperpanjang jangka waktu laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
utang
selesai
dilakukan
(Pasal
80
kreditur
Undang-undang
Kepailitan).
Apabila dalam putusan pernyataan pailit telah ditunjuk panitia kreditur sementara,
mengganti panitia kreditur sementara tersebut atas permintaan kreditur konkuren
berdasarkan putusan kreditur konkuren dengan suara Simple majority (Pasal 80
pailit
belum
diangkat
panitia
1.3.
Syarat adanya dua kreditor atau lebih menunjukan bahwa pengajuan permohonan
pailit tidak dapat dilakukan apabila debitor hanya memiliki satu utang atau satu
kreditor saja, hal tersebut sesuai dengan tujuan kepailitan yang mengharapkan
pelunasan utang-utang debitor kepada para kreditor secara seimbang dan adil. Setiap
kreditor (konkuren) mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelunasan yang
sama dari harta debitornya. Jika debitor hanya mempunyai satu utang saja, maka
seluruh harta kekayaan debitor otomatis menjadai jaminan atas pelunasan utang
debitor tersebut dan tidak diperlukan pembagian secara pro rata dan pari passu.
Dengan demikian, jelas bahwa debitor tidak dapat dituntut pailit, jika debitor tersebut
hanya mempunyai satu kreditor.
Syarat cukup satu utang yang telah jatuh tempo dam dapat ditagih
Seperti dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang kepailitan yang menyatkan
bahwa yang dimaksud dengan utang yang telah jatuh tempo adalah kewajiban untuk
membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena diperjanjikan, karena percepatan
waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda
oleh instansi yang berwanang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau
majelis arbitrase. Syarat bahwa utang harus telah jatuh tempo dan dapat ditaguh
menunjukan bahwa kreditor sudah mempunyai hak untuk menuntut debitor untuk
memenuhi prestasinya.
Keadaan insolvent atau keadaan dimana debitor tidak mampu membayar utangutangnya pada para kreditor, menunjukkan bahwa debitor tidak lagi mampu untuk
memenuhi kewajibannya kepada kerditor dan kreditor terancam tidak dapat menerima
hak berupa pembayaran utang dari debitornya. Ketidakmampuan debitor tersebut
merupakan hak yang sangat penting didalam kepailitan karena dengan adanya
ketidakmampuan tersebut kreditor dapat melakukan eksekusi terhadap kekayaan
debitor melalui putusan pengadilan sehingga kreditor dapat menerima haknya
2) Prosedur Kepailitan
Proses pengajuan permohonan pailit diajukan oleh pengadilan yang berwenang yaitu
pengadilan niaga yang berdomisili daerah tempat kedudukan debitur itu berada.
Pengajuan permohonan pailit diajukan oleh kreditur sebagaimana yang diatur pada
pasal 2 UU No 37 Tahun 2004 yang telah dibahas sebelumnya oleh penulis.
Permohonan pengajuan pailit diajukan kepada pengadilan melalui panitera.
Pengajuan selain dapat dilakukan oleh kreditur atau lembaga yang diberikan
kewenangan yaitu debitur itu sendiri. Debitur yang melakukan permohonan kepailitan
pada Perseroan Terbatas harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Syarat yang harus dilakukan oleh kreditur yang melakukan permohonan kepailitan
adalah:
Pengadilan Niaga
Akta pendaftaran perusahaan yang dilegalisir oleh ketua perdagangan
Surat perjanjian utang yang ditanda tangani kedua belah pihak
Perincian utang yang tidak terbayar
Nama dan alamat masing-masing kreditur/debitur
10
permohonan kepailitan dikabulkan atau diputus oleh hakim apabila fakta atau
keadaan secara sederhana terbukti memenuhi persyaratan pailit. Fakta dua atau lebih
kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar sedangkan
perbedaan besarnya utang didalihkan oleh permohonan pailit dan termohon pailit
tidak menghalangi jatuhnya putusan pailit. Putusan pailit harus diucapkan paling
lambat 60 hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan dimana
berdasarkan pada asas peradilan, cepat, sederhana, dan biaya murah, putusan tersebut
wajib diajukan kepada jurusita.
Pada proses pengurusan harta pailit ada beberapa pihak yang melakukan
kepengurusan yaitu:
a) Hakim pengawas yang melakukan pengawasan pada pengurusan dan
pemberesan harta pailit, diatur pada pasal 65 UU No 37 Tahun 2004
b) Kurator, memiliki tugas melakukan pemberesan harta pailit.
1.4.
11
tersebut, setiap anggota direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas
seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.
c. Tanggung jawab tersebut berlaku juga bagi anggota direksi yang salah atau lalai
yang pernah menjabat sebagai anggota direksi dalam jangk waktu 5 (lima) tahun
sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
d. Anggota direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan perseroan apabila dapat
membuktikan:
Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan
penuh tanggung jawab untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan
Prof. Sutan Remy Sjahdeini menyatakan bahwa beliau sependapat dengan sikap
pengadilan Amerika Serikat, bahwa seorang anggota direksi perseroan dalam
menjalankan tugasnya hanya bertanggung jawab apabila kelalaian yang
dilakukan adalah kelalaian berat (gross negligence). Meskipun demikian tidaklah
mudah untuk membedakan mana perbuatan hukum direksi yang bersifat
kelalaian ringan dan mana perbuatan direksi yang bersifat kelalaian berat, karena
penilaian tersebut merupakan sesuatu yang bersifat subjektivitas.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan terhadap Direksi selaku pengurus
perseroan terbatas antara lain:
1. Melakukan penahanan terhadap direksi selaku pengurus perseroan terbatas
(pasal 93 sampai dengan pasal 95 UU Kepailitan) ,
Pengadilan dengan putusan pernyataan pailit atau setiap waktu setelah itu, atas
usul hakim pengawas, permintaan kurator, atau atas permintaan seorang kreditor
atau lebih dan setelah mendengar hakim pengawas, dapat melakukan penahanan
terhadap terhadap direksi selaku pengurus perseroan pailit baik di rumah tahanan
negara (rutan) maupun di rumah Direksi tersebut, dibawah pengawasan jaksa
yang ditunjuk oleh hakim pengawas. Masa penahanan yang berlaku palin lama 30
hari terhitung sejak penahanan dilaksanakan dan dapat diperpanjang selama 30
hari oleh pengadilan atas usul hakim pengawas atau atas permintaan kurator atau
seorang kreditor lebih setelah mendengar hakim pengawas. Biaya penahanan
dibebankan kepada harta pailit sebagai utang harta pailit sebagai utang harta
pailit.
Pengadilan juga berwenang melepaskan direksi dari tahanan atas usul hakim
pengawas atau atas permohonan direksi (mewakili debitur pailit), dengan jaminan
13
uang dari pihak ketiga bahwa direksi (mewakili debitur pailit) setiap waktu akan
menghadap atas panggilan pertama.
2. Meminta kehadiran Direksi pada sesuatu perbuatan yang berkaitan dengan
harta pailit (pasal 96 UU Kepailitan)
Jika direksi yang ditahan, dalam hal diperlukan kehadiran kehadiran direksi pada
sesuatu perbutaan yag berkaitan dengan harta pailit maka direksi dapat diambil
dari tempat tahan tersebut atas perintah hakim pengawas. Perintah hakim
pengawas tersebut dilaksanakan oleh kejaksaan.
3. Direksi tidak boleh meninggalkan domisilinya (pasal 97 UU Kepailitan)
Selama kepailitan, direksi selaku pengurus PT tidak boleh meninggalkan
domisilinya tanpa izin dari hakim pengawas.
4. Direksi wajib menghadap hakim pengawas, kurator atau panitian kreditor
apabila dipanggil (pasal 110 ayat (1) UU Kepailitan)
Direksi selaku pengurus perseroan wajib menghadap hakim pengawas,
kurator/panitia kreditor apabila dipanggil untuk memberikan keterangan.
5. Direksi wajib hadir dalam rapat pencocokan piutang (pasal 121 ayat (1) dan
(2) UU Kepailitan)
Direksi selaku pengurus perseroan wajib hadir sendiri dalam rapat pencocokan
piuang agar dapat memberikan keterangan yang diminta oleh hakim pengawas
mengenai sebab kepailitan dan keadaan harta pailit. Kreditor juga dapat meminta
keterangan dari Direksi selaku pengurus PT mengenai hal-hal yang dikemukakan
melalui hakim pengawas.
14
15
1.5.
Zainal Asikin, menguraikan beberapa akibat hukum dari putusan pailit. Hal yang
utama adalah dengan telah dijatuhkannyaputusan kepailitan, si debitur (si pailit)
kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya.
Pengurusan dan penguasaan harta benda tersebut beralih ke tangan curator/Balai
Harta Peninggalan.
Namun, tidak semua harta bendanya akan beralih penguasaan dan pengurusannya ke
curator/ Balai Harta Peninggalan. Dikecualikan dari hal ini (kepalitan) adalah:
a) Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan sehubungan dengan
pekerjaannya, perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitur dan keluarganya,
dan bahkan makanan untuk tiga puluh hari bagi debitur dan keluarganya.
16
17
perjanjian tersebut menjadi hapus, dan dalam hal pihak lawan (yang mengadakan
perjanjian) dirugikan karena penghapusan perjanjian tersebut, yang bersangkutan
dapat mengajukan diri sebagai kreditor konkuren untuk mendapatkanganti rugi.
e) Dalam hal debitur telah menyewa suatu benda, baik curator maupun pihak yang
menyewakan barang/benda dapat menghentikan perjanjian sewa, dengan syarat
pemberitahuan penghentian dilakukan sebelum berakhirnya perjanjian sesuai
dengan adat istiadat setempat dalam jangka waktu paling singkat Sembilan puluh
hari. Jika pembayaran uang sewa telah dilakukan, pemberitahuan perjanjian sewa
tidak bisa dilakukan sebelum habisnya jangka waktu pembayaran sewa tersebut.
Sejak diputuskannya keadaan pailit, uang sewa dinyatakan sebagai boedel pailit.
f) Pekerja/buruh yang bekerja pada debitur dapat memutuskan hubungan kerja, atau
curator dapat menghentikan hubungan kerja dengan mengindahkan perjanjian
kerja dan peraturan yang berlaku, dengan pengertian bahwa hubungan kerja
tersebut dapat diputuskan dengan memberitahukan paling singkat 45 hari
sebelumnya. Sejak tanggal putusan pailit ditetapkan, upah kerja/buruh yang
terutang sebelum maupun sesudah pernyataan pailit dinyatakan sebagai utang
boedel pailit.
g) Warisan dan hibah yang selama kepailitan jatuh kepada debitur pailit, oleh curator
tidak
dapat
diterima
dengan
izin
Hakim
Pengawas,
kecuali
apabila
18
a) Penghibahan. Dalam hal ini ditentukan bahwa hibah yang dilakukan debitur dapat
dimintakan pembatalan apabila curator dapat membuktikan bahwa pada saat
hibah tersebut dilakukan, debitur mengetahui atau patut mengetahui bahwa
tindakan tersebut akan mengakibatkankerugian bagi kreditor (pasal 44 UU No. 37
Th 2004
b) Pembayaran utang yang belum dapat ditagih (belum jatuh tempo), atau debitur
melakukan perbuatan yang tidak wajiib, perbuatan itu dapat dibatalkan demi
keselamatan harta pailit. Hal tersebut harus dibuktikan bahwa pada waktu
dilakukannya perbuatan tersebut, baik debitur maupun pihak ketiga mengetahui
bahwa perbuatannya (debitur) itu akan merugikan pihak kreditor (pasal 45 UU
No. 37 Th 2004).
1.6.
Berakhirnya Kepailitan
Dalam hal kepailitan terdapat upaya yang dapat dilakukan yaitu perlawanan, kasasi
ke Mahkamah Agung, dan Peninjauan Kembali terhadap keputusan pailit yang
mempunyai kekuatan hukum tetap. Proses pengurusan kepailitan dianggap telah
berakhir apabila telah terjadi hal-hal seperti berikut:
a) Akur atau perdamaian
Debitur pailit berhak untuk menawarkan suatu perdamaian kepada semua
kreditor. Rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan diambil keputusan
segera setelah selesainya pencocokan piutang. Keputusan rencana perdamaian
diterima apabila disetujui dalam rapat kreditor oleh lebih dari seperdua jumlah
kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang mewakili paling sedikit dua
pertiga dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui atau untuk sementara
diakui oleh kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.
Apabila lebih dari seperdua jumlah kreditor yang hadir dalam rapat kreditor dan
mewakili paling paling sedikit seperdua dari jumlah piutang kreditor yang
mempunyai hak suara menyetujui untuk menerima rencana perdamaian, dalam jangka
19
waktu paling sedikit delapan hari setelah pemungutan suara pertama diadakan, harus
diselenggarakan pemungutan suara kedua. Pada pemungutan suara kedua kreditor
tidak terikat pada suara yang dikeluarkan pada pemungutan suara pertama.
Dalam setiap rapat kreditor wajib dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh
Hakim Pengawas dan panitera pengganti.
Berita acara rapat tersebut harus memuat:
Isi perdamaian
Nama kreditor yang hadir dan berhak mengeluarkan suara dan menghadap
Suara yang dikeluarkan
Hasil pemungutan suara
Segala sesuatu yang terjadi dalam rapat (pasal 154 UU No. 37 Th 2004)
Setiap orang yang berkepentingan dapat melihat dengan Cuma-Cuma berita acara
rapat yang disediakan paling lambat tujuh hari setelah tanggal berakhirnya rapat di
Kepaniteraan Pengadilan.
Isi perdamaian yang termuat dalam berita acara perdamaian harus dimohonkan
pengesahan kepada pengadilan yang megeluarkan keputusan kepailitan. Pengadilan
harus mengeluarkan penetapan pengesahan paling lambat tujuh hari sejak dimulainya
sidang pengesahan.
Namun demikian, pengadilan wajib menolak pengesahan apabila:
Harta debitur, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk menahan suatu
benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam perdamaian
Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin
Perdamaian itu terjadi karena penipuan, atau persengkongkolan dengan satu atau
lebih kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa
menghiraukan apakah debitur atau pihak lain bekerja sama untuk mencapai
perdamaian. (pasal 159 ayat (2) UU No.37 Th 2004).
20
Kreditor yang menolak perdamaian atau yang hadir pada saat pemungutan suara
Kreditor yang menyetujui perdamaian setelah mengetahui bahwa perdamaian
tersebut dicapai berdasarkan alasan yang tercantum dalam pasal 159 ayat (2) UU
No. 37 Th 2004 diatas
21
Dengan demikian, apabila insolvensi sudah selesai dan para kreditor sudah
menerima piutangnya sesuai dengan yang disetujui, kepailitan itu dinyatakan
berakhir. Debitur kemudian akan kembali dala keadaan semula, dan tidak lagi
berada di bawah pengawasan curator/Balai Harta Peninggalan.
Akibat hukum secara umum yang terjadi yang disebabkan oleh putusan pailit adalah
terhadap harta debitur akan dilakukan sitaan umum, perikatan debitur yang dibuat
setelah putusan pailit tidak dapat dibayarkan oleh harta pailit, dan perbuatan hukum
yang dilakukan debitor sebelum putusan pailit diucapkan dapat dibatalkan oleh
pengadilan berdasarkan pada pasal 41 UU No 37 Tahun 2004.
22
23
PKPU adalah wahana Juridis Ekonomis yang disediakan bagi debitur untuk
menyelesaikan kesulitan finansialnya agar dapat melanjutkan kehidupannya.
Sesungguhnya PKPU adalah cara untuk menghindari kepailitan yang lazimnya
bermuara ada likuidasi harta kekayaan debitur. Bagi perusahaan, PKPU bertujuan
memperbaiki keadaan ekonomis dan kemampuan debitur membuat laba.
PKPU atau dikenal juga dengan istilah moratorium adalah suatu istilah hukum yang
digunakan untuk menunjukkan keadaan seorang debitur yang tidak mampu
melakukan pembayaran utangnya.
Dalam putusan PKPU terdapat dua tahap yaitu:
PKPU sementara
Pengadilan Niaga harus mengabulkan. Diberikan untuk jangka waktu maksimum
45 hari
PKPU tetap
PKPU tetap diberikan untuk jangka waktu maksimum 270hari, apabila hari ke 45
atau hari rapat kreditur tersebut belum dapat memberikan suara mereka terhadap
rencana tersebut.
24
hukum
Kreditor , Berdasarkan pada ketentuan pasal 1 angka (2) UU No. 37 Tahun
2004, yang dimaksud dengan kreditor adalah orang yang mempunyai
piutang karena perjanjian atau Undang-undang yang dapat ditagih di
muka pengadilan.Kreditor dalam PKPU adalah :
a) Kreditor separatis , Diatur dalam pasal 56 UU No. 37 Tahun 2004. Yang
dimaksud dengan kreditor separatis adalah kreditur yang memiliki
jaminan hutang kebendaan (hak jaminan), seperti pemegang hak
tanggungan, hipotik, gadai, fidusia, dll.
b) Kreditor preferen , Berdasarkan pada pasal 1139 dan pasal 1149
KUHPer, yang dimaksud dengan kreditor preferen adalah kreditor yang
memiliki hak istimewa atau hak prioritas sesuai dengan yang diatur oleh
Undang-undang yang bersangkutan.
c) Kreditor konkuren , Berdasarkan pada Pasal 1131 jo. Pasal 1132 KUH
Perdata. Kreditor golongan ini adalah semua Kreditor yang tidak masuk
Kreditur separatis dan tidak termasuk Kreditur preferen. Berdasarkan pada
pasal 222 ayat (3) UU No. 37 Tahun 2004, kreditor yang memperkirakan
bahwa debitor tidak dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang
sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada debitor
diberi penundaan kewajiban pembayaran utang, untuk memungkinkan
debitor
mengajukan
rencana
perdamaian
yang
meliputi
tawaran
25
Badan pengawas pasar modal Apabila yang menjadi pihak debitor adalah
Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga
26
27
b. Hadir dan mewakili paling sedikit dua pertiga dari tagihan yang diakui atau
sementara diakui.
c. Persetujuan lebih dari setengah jumlah kreditur yang piutangnya dijamin
dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak anggunan
atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit dua pertiga
bagian seluruh tagihan kreditur atau kuasanya yang hadir dalam sidang.
d. Diumumkan di dua Koran dan Berita Negara RI.
e. Apabila PKPU tetap disetujui, penundaan trsebut berikut perpanjangannya
tidak boleh melebihi 270 hari setelah putusan penundaan kewajiban
pembayaran hutang sementara diucapkan. Hal ini diatur dalam pasal 228 ayat
6 UUK.
Sedangkan keadaan insolventie, seperti dimaksud pasal 290 UU No.37 tahun 2004
adalah suatu keadaan debiur sudah sungguh-sungguh pailit atau tidak mampu lagi
untuk membayar utang-utangnya. Untuk hal ini kreditur diberi waktu dua bulan untuk
menggunakan hak khususnya terhadap keadaan insolventie tersebut.
1. Pengajuan permohonan PKPU dapat dilakukan oleh :
a. Debitur yang memiliki dua atau lebih kreditur dan memiliki setidaknya satu
utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih ;
b. Kreditur ;
c. Bank Indonesia dalam hal debitur adalah bank ;
d. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), dalam hal debitur adalah
perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian
putusan atas
permohonan
tersebut
dapat
dilampirkan
rencana
perdamaian.
29
Pemohonan PKPU dapat diajukan debitur, pada saat sebelum atau sesudah adanya
permohonan kepailitan terhadap debitur ke Pengadilan Niaga. Sehubungan dengan
hal ini ada kemungkinan bahwa permohonan kepailitan telag diterima oleh PN namun
belum diperiksa atau sedang dalam tahap diperiksa, muncul permohonan untuk PKPU
yang artinya Pengadilan Niaga menerima dua permohonan untuk debitur yang sama.
Untuk hal demikian, maka permohonan PKPU harus diputus terlebih dahulu.
Apabila situasi diatas terjadi, maka proses pemeriksaan permohonan kepailitan harus
ditunda oleh Hakim Pengadilan Negeri. Sehingga permohonan PKPU yang diajukan
setelah adanya permohonan kepailitan hanya bisa diputus apabila belum ada putusan
kepailitan yang diucapkan oleh Pengadilan Niaga. Sehingga apabila PKPU
diputuskan ditolak, sidang pemeriksaan permohonan Kepailitan tidak perlu diteruskan
dan debitur langsung dinyatakan pailit.
Masa jangka waktu PKPU sementara berakhir karena hal-hal berikut:
1. Kreditor konkuren tidak menyetujui pemberian PKPU tetap;
2. Pada saat batas waktu tiba, belum terjadi persetujuan tentang Rencana
Perdamaian antara debitur dan kreditur, dan bila ketentuan pasal 216
dikaitkan
dengan
pasal
217,
maka
diketahui
bahwa
selama
30
2004).
Jika Debitur Telah Minta Dirinya Pailit, Dia Tidak Dapat Lagi Minta
Penundaan Pembayaran Hutang , Apabila dalam persidangan debitur sudah
langsung meminta dirinya untuk dipailitkan, maka ia tidak bisa lagi meminta
32
2.5.
Berakhirnya PKPU
PKPU dapat berakhir, atas permintaan Hakim Pengawas, satu atau lebih Kreditur,
atau atas prakarsa Pengadilan dalam hal :
A. Karena kesalahan debitur
Sekalipun PKPU secara tetap telah disetujui baik oleh kreditur separatis maupun
konkuren, PKPU tersebut dalam prosesnya dapat diakhiri oleh pengadilan atas
inisiatif atau permohonan dari :
1) Hakim Pengawas
2) Pengurus Satu atau lebih kreditur
3) Pengadilan Niaga
Dengan alasan sebagai berikut :
33
34
H. Karena PKPU dibatalkan Diatur dalam pasal 291 ayat (2) UU No. 37 Tahun
2004. Terjadi karena debitur lalai dalam melaksanakan isi perdamaian yang telah
disepakati.
I. Masa PKPU terlampaui Diatur dalam pasal 230 ayat (1) UU No. 37 Tahun
2004. Apabila hingga batas waktu maksimal PKPU (270 hari), perdamaian belum
juga memperoleh kekuatan yang pasti
J. Tidak tercapai perdamaian Diatur dalam pasal 230 ayat (1) UU No. 37 Tahun
2004. Apabila sampai denga hari yang ke-270, rencana perdamaian belum juga
disetujui oleh para kreditur.
K. Karena PKPU secara tetap tidak disetujui oleh kreditur Diatur dalam pasal
230 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004. Proses PKPU dapat juga diakhiri apabila
setelah jangka waktu 45 hari (jangka waktu untuk penundaan sementara
kewajiban pembayaran hutang) para kreditur konkuren tidak menyetujui
diberikannya PKPU secara tetap.
Dalam hal PKPU diakhiri berdasarkan alasan-alasan tersebut maka demi hukum
debitur harus dinyatakan pailit dalam putusan yang sama. Dengan demikian pasal 11,
12, 13, dan pasal 14 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 berlaku mutatis
mutandis terhadap putusan pernyataan pailit sebagai akibat putusan pengakhiran
PKPU. Putusan pernyataan pailit sebagai akibat putusan pengakhiran PKPU harus
diumumkan sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam pasal 15 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004.
II.3. Perbedaan antara Putusan Pengadilan atas PKPU dan Putusan Kepailitan
Tabel perbedaan putusan PKPU dan Kepailitan:
35
PERBEDAAN
Upaya hukum
PKPU
KEPAILITAN
Terhadap putusan PKPU Terhadap putusan atas
tidak
dapat
upaya
hukum
Putusan
berakhirnya
itu
terhadap
atas
permohonan pernyataan
pailit
yang
memperoleh
telah
kekuatan
hukum tetap,
dapat
diajukan
peninjauan kembali ke
Mahkamah
(Pasal
Agung
14
UU
Kepailitan).
Hasil Putusan
tetap:
permohonan
apabila Debitur
dapat
diterima.
berupa:
PKPU
tempo
36
tercapai
perdamaian, 3. Tidak
rencana
perdamaian
terdapat
lain
ditolak.
Yang melakukan
Pengurus
(Pasal
pengurusan harta
debitur
Kepailitan)
Pasal
16
UU
Kepailitan)
Jangka
penyelesaian
waktu Dalam
dan
PKPU,
PKPU Dalam
kepailitan,
perpanjangannya setelah
diputuskannya
setelah
PKPU
diucapkan
(Pasal
seluruh
37
38
atau tergugat berkenaan dengan gugatan yang berhubungan dengan harta pailit
(Pasal 24 ayat (1)); Mengambil alih perkara yang sedang berjalan (Pasal 26 ayat
(1) dan (27));
6) Kewenangan yang dimaksud dalam pasal 36 (perjanjian timbal balik);
7) Kewenangan untuk menjual agunan dari kreditur separatis setelah dua bulan
insolvensi (Pasal 57 ayat (2)); atau kurator menjualnya dalam masa stay (Pasal 56
ayat (3)). Ataupun membebaskan barang agunan dengan membayar kepada
kreditur separatis yang bersangkutan jumlah terkecil antara harga pasar dan
jumlah hutang yang dijamin dengan barang agunan tersebut (Pasal 57 ayat (3));
8) Kewenangan untuk melanjutkan usaha debitur yang dinyatakan pailit (atas
persetujuan panitia kreditur atau Hakim Pengawas jika tidak ada panitia kreditur)
walaupun terhadap putusan pernyataan pailit tersebut diajukan kasasi atau
peninjauan kembali (Pasal 95 ayat (1))
9) Kurator berwenang untuk mengalihkan harta pailit sebelum verifikasi (atas
persetujuan Hakim Pengawas) (Pasal 98);
10) Kewenangan untuk menerima atau menolak permohonan pihak kreditur atau
pihak ketiga untuk mengangkat penangguhan atau pasar barang agunan dan julah
uang dijamin dengan barang agunan tersebut (Pasal 57 ayat (3));
11) Hak kurator atas imbalan jasa (fee) yang ditetapkan dalam putusan pernyataan
pailit oleh hakim yang berlandaskan pada pedoman yang ditetapkan oleh Menteri
Kehakiman (Pasal 69 juncto Pasal 67D);
12) Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalainanya dalam
melaksanakan tugas-tugas pengurusan dan/atau pemberesan yang menyebabkan
kerugian terhadap harta pailit (Pasal 67C);
13) Kurator harus independen dan terbebas dari setiap bantuan kepentingan dengan
debitur atau kreditur (Pasal 13 ayat (3));
14) Kewajiban menyapaikan laporan tiga bulan kepada Hakim Pengawas mengenai
keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya (Pasal 70B);
15) Apabila telah ditetapkan hari pelelangannya, pelalangan dilanjutkan oleh kurator
atas beban harta pailit dengan kuasa dari Hakim Pengawas (Pasal 34).
16) Kurator dapat menghentikan ikatan sewa menyewa (Pasal 38); Sewa menyewa
yang dapat dihentikan karena debitur menyatakan pailit adalah jika debitur pailit
39
tersebut menyewa suatu barang dari pihak lain. Dalam hal ini baik kurator
ataupun pihak yang menyewakan barangnya sama-sama dapat memutuskan
hubungan sewa menyewa tersebut. untuk hal tersebut Undang-Undang
mensyaratkan agar dilakukan suatu pemberitahuan pengakhiran sewa (notice),
dengan jangka waktu sebagai berikut :
Jangka waktu dilihat kepada kebiasaan setempat, dan
Jangka waktu dilihat kepada pengaturannya dalam kontrak, atau
Jangka waktu dilihat kepada kelaziman untuk kontrak seperti itu, atau
Setidak-tidaknya jangka waktu tiga bulan dianggap sudah cukup.
Akan tetapi, jika sudah dibayar uang sewa di muka, sewa menyewa tersebut tidak
dapat diakhiri sampai dengan berakhirnya jumlah uang sewa yang dibayar di
muka tersebut.Sejak pernyataan pailit, segala uang sewa harus dibayar oleh
debitur merupakan hutang harta pailit (estate debt). Ketentuan tentang sewa
menyewa di atas berlaku jika yang menyewa barang tersebut adalah debitur pailit.
Akan tetapi, jika debitur pailit justru sebagai pihak yang menyewakan barangnya,
tidak ada pengaturannya dalam Undang-Undang Kepailitan, sehingga yang
berlaku adalah kontrak yang bersangkutan dan peraturan sewa menyewa pada
umumnya.
17) Kurator dapat memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya (Pasal 39). Jika
setelah diputuskan pernyataan pailit, ada karyawan yang belerka pada debitur
pailit, maka baik karyawan maupun kurator sama-sama berhak untuk
memutuskan hubungan kerja. Namun demikian, untuk pemutusan hubungan kerja
tersebut diperlukan suatu pemberitahuan PHK (notice) dengan jangka waktu
pemberitahuan sebagai berikut :
40
Jangka waktu Pemberitahuan PHK yang sesuai dengan perjanjian kerja, atau
Jangka waktu tersebut sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di
Di samping itu, sama dengan uang sewa yang belum dibayar, maka sejak debitur
dinyatakan pailit, upah karyawan dianggap hutang harta pailit (estate debt),
sebagaimana diatur dalam pasal 39 Undang-Undang Kepailitan.
Ketentuang tentang PHK seperti tersebut di atas hanya berlaku jika pihak
karyawan yang bekerja pada debitur pailit. Jika debitu pailit yang menjadi
karyawan pada pihak lain, tidak ada pengaturannya dalam perundang-undangan
tentang kepailitan, sehingga untuk hal yang demikian sepenuhnya berlaku
perjanjian kerja dan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.
18) Kurator dapat menerima waisan tetapi jika diterima, harus dilakukan pendaftaran
mengenai warisan tersebut (pasal 40 ayat (1)).
19) Kurator dapat menolak warisan dengan kuasa dari Hakim Pengawas (Pasal 40
ayat (2));
20) Barang-barang Berharga Milik Debitur Disimpan Oleh Kurator. Adalah wajr jika
kurator sangat berkepentingan terhadap barang-barang berharga milik debitur
pailit. Karena itu, kurator dianggap berwenang untuk menyimpannya dengan cara
yang dianggap paling aman. Misalnya emas, berlian, surat berharga disimpan oleh
kurator dalam safe deposit pada bank-bank. Akan tetapi Hakim Pengawas
berwenang pula untuk menentukan cara-cara penyimpanan oleh kurator tersebut,
vide Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan.
21) Kurator berkewajiban menjual harta pailit dalam rangka pemberesan, menjual
asset asset debitur pailit sebenarnya merupakan salah satu tugas utama dari
kreditur sesuai dengan prinsip Cash is the King. Penjualan asset debitur ini
(setelah insolvensi dan tidak dilakukan pengurusan harta debitur) tidak
memerlukan persetujuan siapa-siapa. Kecuali ditentukan lain dalam undang41
BAB III
Penutup
III.1. Kesimpulan
Kepailitan merupakan suatu proses dimana seorang debitur yang mempunyai
kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan,
dalam hal ini adalah pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat
membayar utangnya, Harta debitur dapat dibagikan kepada para kreditur sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Proses pengajuan permohonan pailit
42
diajukan oleh pengadilan yang berwenang yaitu pengadilan niaga yang berdomisili
daerah tempat kedudukan debitur itu berada. Pengajuan permohonan pailit diajukan
oleh kreditur sebagaimana yang diatur pada pasal 2 UU No 37 Tahun 2004.
Pengurus perseroan bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kepailitan
perseroan, jika kepailitan perseroan tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian
dari pengurus perseroan.
PKPU adalah suatu masa yang diberikan oleh Hakim Pengadilan Niaga kepada
debitur dan kreditur untuk menegosiasikan cara-cara pembayaran utang debitur, baik
sebagian maupun selurunya termasuk apabila perlu merustrukturisasi utang
tersebut.Permohonan PKPU diajukan oleh pemohon, apabila pemohon tersebut
adalah debitur maka bertujuan untuk suatu pengunduran umum dari kewajibannya
untuk membayar utang-utangnya dengan maksud untuk mengajukan rencana
perdamaian, baik seluruh atau sebagian utang kepada kreditur.
Perbedaan putusan pailit dengan putusan PKPU yaitu:
a. Dalam hal melakukan upaya hukum, terhadap putusan atas permohonan
pernyataan pailit, dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung (Pasal 11 ayat [1]
UU Kepailitan). Selain itu terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat diajukan peninjauan
kembali ke Mahkamah Agung (Pasal 14 UU Kepailitan). Sedangkan terhadap
putusan PKPU tidak dapat diajukan upaya hukum apapun (Pasal 235 ayat [1] UU
Kepailitan).
b. Dalam hal Kewenangan debitur, sejak tanggal putusan pernyataan pailit
diucapkan, debitur kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus
kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit (Pasal 24 ayat [1] UU Kepailitan).
Sedangkan dalam PKPU, debitur masih dapat melakukan pengurusan terhadap
hartanya selama mendapatkan persetujuan dari pengurus (Pasal 240 UU
Kepailitan).
43
III.2. Saran
2. Permohonan PKPU dan kepailitan diajukan oleh pemohon hendaknya dengan
memiliki itikad yang baik, sehingga dapat menimbulkan saling percaya dalam
melakukan suatu kegiatan kerjasama yang dapat menguntungkan.
3. Prosedur pengajuan permohonan PKPU dan kepailitan dilakukan lebih sederhana
lagi agar tidak menimbulkan sengketa antar para pihak.
DAFTAR PUSTAKA
44
45