Anda di halaman 1dari 32

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 FILSAFAT ILMU


ILMU PENGETAHUAN DAN PERSYARATAN-PERSYARATAN
A. STRUKTUR FUNDAMENTAL ILMU
Pembagian Struktur fundamental ilmu :
-

Ontologi : Ilmu tentang keberadaan atau ada.


Epistemologi : Ilmu yang mempelajari karakter, sumber, batasan dan validitas

pengetahuan.
Aksiologi : Ilmu yang menganalisis nilai-nilai seperti arti, ciri-ciri, asal, tipe, kriteria
dan status epistemologi dari nilai-nilai itu.

B. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN


Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan
manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang
merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu. Dalam perkembangannya
pengetahuan manusia berdiferensiasi menjadi empat cabang utama, filsasat, ilmu,
pengetahuan dan wawasan.
Setiap ilmu (sains) adalah pengetahuan (knowledge), tetapi tidak setiap
pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah semacam pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis. Bagaimana cara menyusun kumpulan pengetahuan agar menjadi
ilmu? Jawabnya pengetahuan itu harus dikandung dulu oleh filsafat , lalu dilahirkan,
dibesarkan dan diasuh oleh matematika, logika, bahasa, statistika dan metode ilmiah.
Maka seseorang yang ingin berilmu perlu memiliki pengetahuan yang banyak
dan memiliki pengetahuan tentang logika, matematika, statistika dan bahasa.
Kemudian pengetahuan yang banyak itu diolah oleh suatu metode tertentu. Metode itu
ialah metode ilmiah. Pengetahuan tentang metode ilmiah diperlukan juga untuk
menyusun pengetahuan-pengetahuan tersebut untuk menjadi ilmu dan menarik
pengetahuan lain yang dibutuhkan untuk melengkapinya.
1

Untuk bepengetahuan seseorang cukup buka mata, buka telinga, pahami


realitas, hafalkan, sampaikan. Adapun untuk berilmu, maka metodenya menjadi lebih
serius. Tidak sekedar buka mata, buka telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan,
secara serampangan.
Seseorang yang ingin berilmu, pertama kali ia harus membaca langkah terakhir
manusia berilmu, menangkap masalah, membuat hipotesis berdasarkan pembacaan
langkah terakhir manusia berilmu, kemudian mengadakan penelitian lapangan,
membuat pembahasan secara kritis dan akhirnya barulah ia mencapai suatu ilmu. Ilmu
yang ditemukannya sendiri.
Apa yang membedakan ilmu dengan pengetahuan (knowledge) lainnya seperti
agama dan seni dapat dilihat dari sisi ontologis (apa yang dikaji oleh ilmu),
epistemologis (bagaimana cara mendapatkan ilmu) dan aksiologi (untuk apa ilmu
digunakan).
Ilmu mengkaji segala hal yang masih dalam jangkauan pengalaman manusia
dan dapat membantu menyelesaikan masalah kehidupannya. Maka ilmu berbeda
dengan agama yang memberi tahu kita kehidupan di dunia ruh bahkan sebelum kita
disusupkan ke rahim ibu hingga memberikan gambaran akan dunia sesudah kematian.
Hal-hal seperti itu tentu saja tidak menjadi bagian dari ontologis ilmu karena di luar
pengalaman manusia, Ilmu juga berbeda dengan seni yang mengedepankan fungsi
estetika atau keindahan dan cenderung mengabaikan fungsi untuk mempermudah
kehidupan manusia.
Ilmu didapatkan melalui cara-cara ilmiah yang sistematis, yaitu penelitian.
Sedangkan agama bersumber dari wahyu Tuhan dan manusia tinggal mengkajinya saja
dari kitab-kitab suci yang telah Tuhan turunkan. Demikian pula halnya dengan seni
yang tidak memerlukan metode ilmiah, misalnya dalam penciptaan sebuah lagu.
Keindahan dalam seni juga bersifat relatif antaran 1 individu dengan individu lainnya.
Sedangkan kebenaran dalam ilmu harus bersifat universal.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih
jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari
EPISTEMOLOGI.

C. SYARAT-SYARAT ILMU
Berbeda dengan pengetahuan yang kita hanya sebatas tahu, ilmu merupakan
pengetahuan khusus apa penyebab sesuatu dan mengapa. Berikut ini adalah syaratsyarat bagaimana suatu pengetahuan dapat disebut ilmu :
1. OBJEKTIF
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya
dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan
objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek
peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. METODIS
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata
Yunani Metodos yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. SISTEMATIS
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang
ketiga.
4. UNIVERSAL
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
D. PENGERTIAN EPISTIMOLOGI

Secara spesifik, epistemologi berhubungan dengan karakter, sumber, batasan,


dan Validitas pengetahuan. Dari sudut pandang epistimologi, segala sesuatu yang kita
klaim kita ketahui, apakah dalam bidang sains, sejarah, maupun fenomena kehidupan
sehari-hari kan kecil nilainya jika kita tidak mampu mendukung pengetahuan tersebut
secara argumentatif atau dapat dikatakan membutuhkan semacam pembenaran
rasional.
Istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme (Pengetahuan) dan logos
(perkataan, pikiran dan ilmu). Kata episteme dalam bahasa Yunani berasal dari kata
epistamai artinya mendudukkan, menempatkan atau meletakkan.
Maka dari itu epistamai berarti pengethuan sebagai upaya intelektual untuk
menempatkan sesuatu dalam kedudukkan setepatnya.Epistemologi bermaksud
mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan
manusia. Bagaimana pengetahuan itu pada dasarnya diperoleh dan diuji
kebenarannya? Manakah ruang lingkup atau batas-batas kemampuan manusia untuk
mengetahu?
Epistimologi juga bermaksud secara kritis mengkaji pengandaian-pengandaian
dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya pengetahuan serta mencoba
memberi pertanggung jawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya.
Epistemologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif dan kritis.
Evaluatif berarti bersifat menilai, ia menilai apakah suatu keyakinan, sikap,
pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya, atau
memiliki dasar yang dapat dipertanggung jawabkan secara nalar. Normatif berarti
menentukan norma atau tolak ukur, dalam hal ini tolak ukur kenalaran bagi kebenaran
pengetahuan.Sedangkan kritis berarti banyak mempertanyakan dan menguji penalaran
cara maupun hasil kegiatan manusia mengetahui. Yang dipertanyakan adalah baik
asumsi-asumsi, cara kerja atau pendekatan yang diambil, maupun kesimpulan yang
ditarik dalam berbagai kegiatan kognitif manusia.

E. PROBLEMATIKA EPISTEMOLOGI

Pengetahuan kita mengenai dunia eksternal.

Sebenarnya kebanyakan kita telah mengetahui bahwa penglihatan kedua mata kita
dapat menipu kita dalam memahami realitas yang sesungguhnya. Contoh sederhana
:Tongkat yang lurus ketika dimasukkan kedalam air akan terlihat membengkok,
namun kita tahu bahwa kayu tersebut tidaklah bengkok. Sewaktu menyisir rambut di
depan cermin, terlihat di cermin kita menggunakan tangan kiri, meskipun kita sadar
menggunakan tangan kanan.
Kedua contoh sederhana diatas memperlihatkan bagaimana penglihatan dapat
menyesatkan. Kita akan mengira tongkat di dalam air benar-benar bengkok, dan
tangan yang menyisir adalah tangan kiri.
Semua fenomena diatas bukanlah hal yang perlu diberi perhatian khusus
kebanyakan orang. Sebab siapa yang merenungkan fenomena-fenomena tersebut
secara serius akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
Katakanlah kita benar-benar mengetahui bahwa tongkat di dalam air tidak
bengkok, dan tahu juga sadar tengah menyisir dengan tangan kanan. Namun
pertanyaan kritisnya : Apakah melihat sebuah tongkat yang lurus di luar air telah
menyediakan alasan yang cukup untuk menilai bahwa tongkat itu tidak bengkok
ketika terlihat di dalam air ? Bagaimana seseorang mengetahui bahwa ketika tongkat
tersebut dimasukkan ke dalam air, tongkat itu akan bengkok ?
Apakah yang membenarkan pertentangan antara beberapa keyakinan dengan
lainnya semuanya berpijak pada sesuatu yang dilihat ? Seseorang melihat bahwa
tongkat di dalam air itu bengkok dan juga melihat tongkat di luar air tidak bengkok.
Lalu mengapa tongkat itu harus dinyatakan benar-benar lurus? Mengapa seseorang
harus mengutamakan satu persepsi yakni membenarkan satu persepsi daripada
persepsi yang lain.
Jika misalnya ia menyatakan dengan tegas bahwa alasannya meyakini bahwa
tongkat di dalam air itu tidak bengkok adalah ia dapat merasakannya dalam air.
Perasaan atau sentuhan memang merupakan salah satu bentuk persepsi, meskipun
berbeda dari penglihatan. Namun pasalnya apa yang menjustifikasi seseorang
menerima satu bentuk persepsi lebih akurat daripada persepsi yang lain?

Bagaimanapun juga, terdapat sejumlah alasan yang baik untuk meyakini bahwa
indra perasaan atau peraba juga dapat menghasilkan salah persepsi sebagaimana indra
penglihatan.
Contoh : Jika seseorang mendinginkan tangan kiri dan memanaskan tangan kanan,
lalu sama-sama memasukkan kedua tangan tersebut dalam seember air yang
temperaturnya sama (sedang), yang dirasakan oleh tangan kiri adalah air tersebut
hangat, sedangkan yang dirasakan oleh tangan kanan adalah air tersebut dingin.
Dengan demikian, indra perasa juga sebenarnya tidak bisa dipercaya, sehingga
tidak bisa dijadikan solusi dalam menjawab kesulitan-kesulitan yang diajukan diatas.
Sampai sini sudah jelas, ternyata ada sebuah jaringan kesulitan dalam persoalan
yang tampaknya sederhana. Sebab kita harus berpikir secara mendalam untuk sampai
pada sebuah kesimpulan yang jelas dan dapat dipertahankan mengenai suatu klaim
yang sangat sederhana bahwa tongkat benar-benar lurus.
Itu yang kita sebut problem dengan pengetahuan kita tentang dunia eksternal.
Masalah yang sering terjadi adalah, apakah ada realitas yang eksis secara independen
dari persepsi orang-orang yang memandangnya dan bagaimana kita dapat mengetahui
seperti apa sesuatu itu sebenarnya, jika bukti-bukti persepsi kita seringkali
bertentangan satu sama lain.

Problem pemikiran orang lain.


Persoalan ini berkaitan dengan sesuatu yang tidak bisa kita lihat secara kasat mata,
yakni pikiran orang lain. Ilustrasinya begini :
Seorang wanita dijadwalkan akan menjalankan operasi pada lutut kanannya dan
seorang dokter ahli bedah mengatakan kepadanya bahwa ketika ia sadar nanti setelah
operasi, ia akan merasakan nyeri yang menusuk di lututnya. Ketika ia terbangun
setelah menjalani operasi, ia benar-benar merasakan rasa nyeri yang dikatakan ahli
bedah tersebut. Si ahli bedah dapat mendengar rintihan kesakitannya dan dapat
melihat dengan jelas wajah perempuan tersebut menyeringai kesakitan.
Namun, si ahli bedah tetap tidak bisa merasakan sakit seperti yang dirasakan oleh
wanita tersebut. Dalam konteks ini, ada sebuah pengetahuan (pengalaman rasa sakit)
yang tidak dapat diketahui dokter ahli bedah tentang apa yang wanita itu ketahui. Jika
6

sang ahli bedah mengklaim mengetahui rasa sakit itu, paling-paling ia hanya
mengetahuinya dari orang-orang yang telah mengatakan kepadanya setelah menjalani
operasi yang sama. Sebab jika si ahli bedah itu tidak mengalami langsung operasi
yang sama, ia tidak akan mengetahui bagaimana rasa sakit yang dirasakan wanita
tersebut.
Tetapi, walaupun ahli bedah pernah mengalami operasi yang sama seperti yang
dialami oleh wanita tersebut, rasa dan sensasi yang dirasakan ahli bedah tersebut
belum tentu sama persis yang dirasakan wanita tersebut. Karena sensasi yang
dirasakan setiap orang sangat unik, ahli bedah itu tidak dapat benar-benar mengetahui
bahwa rasa sakit yang diungkapkan dirinya dan yang diungkapkan wanita itu persis
sama. Sebab semua dapat memperkirakan apa yang dirasakan wanita tersebut melihat
mimik wajah dan gestur tubuh namun tetap tidak dapat memperkirakan secara tepat.
Kebanyakan masyarakat yang telah dipengaruhi oleh perkembangan canggih
teknologi modern, percaya bahwa tak ada satupun realitas di dunia ini yang tidak
disingkapkan oleh sains. Namun, persoalan pikiran orang lain menunjukkan hal
sebaliknya: ada sebuah wilaya privat pengalaman unik manusia yang tetap tertutup
terhadap segala hal bentuk penyelidikan luar. Dengan demikian, kita tetap dihadapkan
dengan teka-teki yang dalam : salah satu implikasi misteri pikiran dan perasaan
manusia adalah sains tidak akan pernah mampu menyentuh realitas terdalam
penalaran dan perasaan seorang manusia.
Sebuah tongkat yang benar-benar lurus, ketika diluar air namun ketika dimasukkan
kedalam air menjadi bengkok. Maka persepsi yang kita miliki ketika kita melihat
tongkat itu di dalam air tidak dapat dianggap benar. Sebab persepsi saat itu keliru
dengan bentuk yang sebenarnya (lurus). Karena itulah kita bisa menyimpulkan bahwa
segala sesuatu tidak selalu sebagaimana mereka tampaknya dalam penglihatan mata
kepala kita.
Begitu pula dengan pikiran orang lain, bisa saja orang menunjukkan tanda-tanda ia
kesakitan, namun bisa ia tidak sedang sakit, atau pura-pura sakit. Dengan berpegangan
pada sesuatu yang dipersepsi kita tetap tidak bisa memastikan bahwa ia sakit atau
tidak sakit. Sekali lagi, dapat dikatakan penglihatan dapat menyesatkan kita. Kedua
problem ini, memaksa kita membedakan antara cara sesuatu tampil (tampak) dengan
kenyataan sesuatu yang sesungguhnya.
7

Implikasi kedua, disini muncul sebuah pertanyaan tentang apa yang dimaksud
pengetahuan. Banyak orang mengklaim bahwa tongkat benar-benar lurus bahkan
ketika tongkat itu hanya terlihat setengah bagian di permukaan air. Namun,
sebagaimana telah kita diskusikan sebelumnya, jika klaim ini benar, maka kita tidak
boleh mengidentifikasi pengetahuan hanya dengan persepsi semata. Implikasi kedua
ini hendak menekankan persepsi indriawi kita memiliki kekurangan.
Implikasi ketiga, meskipun pengetahuan tidak dapat disamakan begitu saja dengan
persepsi, namun kita tidak bisa menafikan bahwa ada sejumlah keterkaitan signifikan
antara pengetahuan dan persepsi. Seperti contoh tongkat diatas, bagaimana orang
dapat mengatakan tongkat tersebut lurus jika tidak pernah melihat tongkat tongkat itu
benar-benar lurus sebelumnya ? Dan terkadang orang yang merasakan sakit akan
menunjukkan reaksi yang tampak pada mimik wajah dan gestur tubuhnya yang
menunjukkan tanda-tanda kesakitan.
Artinya bukti mengetahui bahwa tongkat lurus dan seorang tengah kesakitan
adalah dari pengalaman-pengalaman faktual yang pernah kita saksikan dalam hal-hal
tertentu. Tepat pada poin inilah, bagaimana pun persepsi merupakan salah satu unsur
fundamental dalam proses pembentukan pengetahuan manusia.
Perbincangan kita sejauh ini menunjukkan bahwa wacana epistemologi yang
berhubungan dengan bagaimana cara kita meraih pengetahuan dan bagaimana kita
dapat menjustifikasi kebenaran pengetahuan kita, ternyata menyuguhkan persoalan
yang tidak sederhana sepert yang mungkin kita duga. Bahkan persoalan sederhana
sehari-hari ketika kita mulai mendekati dari sudut pandang epistemologi
memperlihatkan kerumitan tersendiri.

F. METODE-METODE MEMPEROLEH PENGETAHUAN

EMPIRISME
Empirisme merupakan suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
Pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Orang
yang menganut empirisme berpendirian bahwa pengetahuan diperoleh melalui

pengalaman. Seperti contoh pertanyaan Bagaimana orang mngetahui es membeku?


Jawabannya tentu akan berbunyi, Karena saya melihatnya demikian.
Dengan demikian dapat dibedakan 2 unsur yaitu yang mengetahui dan yang
diketahui. Mereka menggunakan alat panca indra untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut John Locke, bapak empirisme waktu manusia dilahirkan merupakan sejenis
buku catatan kosong, dan di dalam itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi.

RASIONALISME
Mengedepankan akal, kemampuan untk mengungkapkan kebenaran dengan diri
sendiri bahwa pengetahuan diperoleh dengan membandingkan ide dengan ide lalu
diambil yang paling masuk akal. Menekankan pada kekuatan manusia untuk
berpikir.Contoh : A lebih besar dari B, B lebih besar dari C, sudah pasti A lebih besar
dari C.
Kaidah-kaidah tersebut dapat dipakai untuk peta, kota, bangsa walau kita tidak
mengalami atau mencobanya. Dalam bentuknya yang lebih ekstrim, rasionalisme
berpendirian bahwa kita dapat mencapai suatu pengetahuan yang tak dapat disangkal,
tanpa pengalaman inderawi. Dari titik tolak pandang ini, seorang rasionalis mengaku
dapat memberi kepada kita pengetahuan yang benar, hukum tentang alam dan tidak
hanya aturan berpikir.Contoh-contoh yang sering dikutip adalah berasal dari logika
dan matematika mana prinsipnya tampak mempunya sifat kepastian dan universalitas
yang tinggi. Seperti 5 + 5 = 10.

KRITISISME
Kita hanya mengetahui pengalaman kita tentang dunia luar, buka dunia luar itu
secara hakiki. Sebab bagi kristisisme, dalam diri setiap manusia sudah ada kondisikondisi tertentu dalam pikiran yang mengatur cara kerja pikiran dan memengaruhi
cara mereka dalam memandang dunia.
Selanjutnya tiap manusia dalam mencandra realitas kehidupan senantiasa
memprosesnya melalui sensasi menuju persepsi lalu ke konsepsi sehingga menjadi
pengetahuan.

METODE ILMIAH

Metode ilmiah lazimnya digunakan dalam bidang sains. Metode ilmiah berupaya
menggabungkan antara pengalaman dan akal dalam memperoleh pengetahuan atau
menyelesaikan persoalan-persoalan yang tengah dihadapi oleh ilmuan.

2.2 ILMU PENGETAHUAN DAN NILAI


A. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan berasal dari kata bahasa Inggris yakni science, yang berasal
dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari,
mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu pengetahuan mengalami
perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik.Dalam bahasa
Jerman dikenal wissenschaft.
The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas
penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman
secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan
pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin di mengerti
manusia. Sedangkan pengetahuan (knowledge) yang dapat dikenali (identify), dapat
diterangkan (explain), dapat dilukiskan (describe), dapat diperkirakan (predict), dapat
dianalisis (diagnosis), dan dapat diawasi (control) akan menjadi suatu ilmu (science) .
Dari pendapat diatas, maka setiap ilmu sudah pasti pengetahuan, tetapi setiap
pengetahuan belum tentu sebagai ilmu.Kemudian syarat yang paling penting untuk
keberadaan suatu pengetahuan disebut ilmu adalah adanya objek.Pengetahuan yang
bukan ilmu dapat saja berupa pengetahuan tentang seni dan moral.
Ada tiga kategori pengetahuan yang perlu kita kenal, yakni :
1) Pengetahuan inderawi (knowledge) yang meliputi semua fenomena yang dapat
dijangkau secara langsung oleh pancaindera.Batas pengetahuan ini adalah segala
sesuatu yang tidak tertangkap oleh pancaindera. Ia merupakan tangga untuk
melangkah ke ilmu.
2) Pengetahuan keilmuan (science) yang meliputi semua fenomena yang dapat di teliti
dengan riset atau eksperimen, sehingga apa yang ada di balik knowledge bisa

10

terjangkau. Batas pengetahuan ini adalah segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh
rasio dan pancaindera.
3) Pengetahuan falsafi yang mencakup segala fenomina yang tak dapat diteliti, tapi dapat
dipikirkan. Batas pengetahuan ini adalah alam, bahkan bisa menembus apa yang ada
di luar alam yakni Tuhan.
Kalau kita kaji lebih jauh dan mendalam, ternyata ada dua hal yang nampaknya
sepele dan sering kita temui dalam kenyataan sehari-hari, yakni tentang penyebutan
antara ilmu dan ilmu pengetahuan. Apakah sama ataukah terdapat perbedaan mendasar
dari dua istilah di atas ? Dalam Websters New Collegiate Dictionary, tertulis dua
istilah : knowledge dan science. Dari penjelasan Webster tersebut, dapat ditarik suatu
pelajaran bahwa knowledge menjelaskan tentang adanya suatu hal yang diperoleh
secara biasa atau sehari-hari (regularly) melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran,
informasi, dan sebagainya. Sedangkan science, di dalamnya terkandung adanya
pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematik, metodik, ilmiah, dan mencakup
kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis (natural).
Oleh sebab itu, sudah seharusnya ada tuntunan untuk pemberian nama, apakah
ilmu ataukah Ilmu Pengetahuan, walaupun kedua hal itu adalah sama pentingnya
dalam hidup dan kehidupan manusia. Ilmu membentuk daya intelegensia yang
melahirkan

adanya skill yang

bisa

mengkonsumsi

setiap

masalah.Sedangkan

pengetahuan membentuk daya moralitas keilmuan yang kemudian melahirkan tingkah


laku dan perbuatan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang tercakup di dalam
tujuan akhir kehidupan manusia.

B. Cara memperoleh Ilmu Pengetahuan


Setiap manusia yang berakal sehat pastinya punya keinginan untuk mengetahui
sesuatu yang baru. Dari rasa ingin tahu tersebut pada akhirnya akan menghasilkan cara
atau metode untuk mendapatkan kebenaran. Pengetahuan yang bisa menjawab segala
masalah yang muncul dalam setiap keingintahuan dan keragua-raguan yang
menyelimuti alam pikiran kita. Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya menyebutkan
tiga buah metode dalam mencari pengetahuan, yakni :

11

Rasionalisme, Kaum rasionalis mulai dengan suatu pertanyaan yang sudah pasti.
Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide
yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia.
Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun
manusia tidak menciptakannya, maupun tidak mempelajari lewat pengalaman.
Empirisme, Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia
dapat diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan
seorang empiris bahwa sesuatu itu ada, maka ia akan berkata tunjukkan hal itu ada.
Jadi, secara khusus kaum empiris mendasarkan teori pengetahuannya kepada
pengalamannya yang ditangkap oleh panca indera kita.
Metode Keilmuan, Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah
satu cara dalam memperoleh pengetahuan. Metode ini merupakan kombinasi antara
rasionalisme dan empirisme. Dalam metode ini, para ilmuwan memulai dari kerangka
dasar yakni, perumusan masalah, penyusunan atau klasifikasi data , perumusan
hipotesis, penarikan deduksi dari hipotesis, tes dan pengujian kebenaran (verifikasi)
dari hipotesa.
Sementara Andi Hakim Nasution dalam bukunya juga menjelaskan 4 metode
dalam mencari pengetahuan walau dalam istilah yang berbeda namun sama secara
substansial, yaitu metode kegigihan, metode kewibawaan (penerapan), metode a
priori atau disebut juga metode intuisi (hipotesa), metode sains. Tampaknya seluruh
langkah langkah-langkah di atas dapat dipakai untuk bidang apa saja, tetapi hanya
terbatas mengenai pengalaman manusia (inderawi). Padahal kebenaran tidak hanya
seputar bidang-bidang fisis kuantitatif saja, akan tetapi juga di bidang spirit kualitatif.
Jadi metode ilmiah mempunyai keterbatasan, yaitu pada hal-hal yang bersifat empirik
saja.

C. Pengertian Nilai
Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur
segala sesuatu. Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada
benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai.Ketidaktertgantungan ini mencakup setiap
bentuk empiris, nilai adalah kualitas a priori.Ketergantungan tidak hanya mengacu
pada objek yang ada di dunia seperti lukisan, patung, tindakan, manusia, dan
12

sebagainya, namun juga reaksi kita terhadap benda dan nilai. Dalam Encliclopedya of
Philosophy dijelaskan, aksiologi Value and Valuation. Ada tiga bentuk value and
Valuation, yakni:
Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, seperti baik, menarik, bagus dan
mencakup tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran, dan kesucian.
Nilai sebagai kata benda konkret. Nilai disini merupakan sebuah nilai atau nilai-nilai
yang sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai
dia, dan sistem nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau
bernilai sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau
bernilai.
Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai dan
dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara aktif
digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia
bisa berarti menghargai dan mengevaluasi.
D. Jenis-jenis Nilai
Meskipun nilai-nilai tersebut kadang terlihat oleh kita sebagai sesuatu yang
beragam sesuai dengan beragamnya perhatian kita, namun sesungguhnya itu dapat
dikelompokkan dalam Tiga Nilai Besar, yang secara umum dijadikan manusia sebagai
standar (norma) bagi perilaku mereka, yaitu :
1)

Nilai Kebenaran, dimana setiap orang dalam masyarakat manapun selalu

mencari kebenaran dan menolak kepalsuan, kesalahan, dan kebohongan.


2)

Nilai Kebaikan, dimana setiap manusia mencintai kebaikan. Jika nilai kebaikan

itu tidak orang lain, maka pertama-tama untuk dirinya sendiri. Manusia juga
membenci keburukan, baik untuk dirinya maupun untuk orang yang dicintainya.
3)

Nilai Keindahan, bahwa setiap manusia dapat merasakan keindahan dan bahagia

dengan keindahan itu. Manusia mempunyai sensasi terhadap keindahan saat mereka
bertemu dengan sesuatu yang indah tersebut.
Jadi ketiga nilai tersebut ada dalam diri manusia seluruhnya, karena manusia
bersatu

dalam

sebuah

karakter,

yaitu

mengisyaratkan

adanya

penggabungan

karakter
antara

kemanusiaan.Kemanusiaan

akal

dan

sensasi

secara

13

bersama. Sementara itu pembahasan tentang nilai atau aksiologi dalam filsafat juga
dibagi ke dalam tiga cabang :
Logika, yang membahas tentang nilai kebenaran yang membantu kita untuk
berkomitmen pada kebenaran dan menjauhi kesalahan, serta menerangkan bagaimana
seharusnya berfikir secara benar itu.
Etika, yang membahas nilai kebaikan dan berusaha membantu kita dalam
mengarahkan perilaku yang seharusnya dilakukan dan membatasi makna kebaikan,
keburukan, kewajiban, perasaan, serta tanggung jawab moral.
Ilmu Estetika, yang membahas nilai keindahan dan berusaha membantu kita dalam
meningkatkan rasa keindahan dengan membatasi tingkatan-tingkatan yang menjadi
standar dan sesuatu yang indah.
E. Hierarki Nilai
Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan tingkatan/hierarki nilai:
Kaum Idealis, Mereka berpandangan secara pasti terhadap tingkatan nilai, dimana
nilai spiritual lebih tinggi daripada nilai non spiritual (nilai material).
Kaum Realis, Mereka menempatkan nilai rasional dan empiris pada tingkatan atas,
sebab membantu manusia menemukan realitas objektif, hokum-hukum alam dan
aturan berfikir logis.
Kaum Pragmatis, Menurut mereka, suatu aktifitas dikatakan baik seperti yang lainnya,
apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan memiliki nilai instrumental.Mereka
sangat sensitif terhadap nilai-nilai yang meghargai masyarakat.
Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan teori nilai, yaitu:
Nilai Objektif atau Subjektif
Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai; sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya
tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan
apakah ini bersifat psikis atau fisik.
Nilai Absolut atau Abadi
Suatu nilai dikatakan absolut atau abadi, apabila nilai yang berlaku sekarang
sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta abadi sepanjang masa, serta
14

akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas sosial. Di pihak
lain ada yang beranggapan bahwa semua nilai relatif sesuai dengan keinginan atau
harapan manusia.
Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Nilai
Ilmu pengetahuan berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya,
sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya
dilakukan manusia. Hasil hasil kegiatan keilmuan memberikan alternatif untuk
membuat keputusan politik dengan berkiblat pertimbangan moral.
Persoalannya disini adalah ilmu-ilmu yang berkembang dengan pesat apakah
bebas nilai atau tidak ? Bebas nilai disini sebagaimana dinyatakan oleh Josep
Situmorang (1996) menyatakan bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap
kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.Ilmu
pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Paling tidak ada 3 faktor sebagai indikator
bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu:
Ilmu harus bebas dari berbagai pengandaian, yakni bebas dari pengaruh eksternal
seperti faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya.
Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin.
Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat
kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.
Tetapi pertanyaannya sekarang adalah apakah ilmu pengetahuan mempunyai
otonomi yang sedemikian mutlak lepas dari campur tangan pihak lain ? Bagaimana
jadinya kalau ilmu pengetahuan dikembangkan secara sedemikian otonom sehingga
pada akhirnya tidak memperdulikan berbagai nilai di luar ilmu pengetahuan dan pada
akhirnya malah merugiakan manusia ? dan apa sesungguhnya tujuan dari ilmu
pengetahuan itu ?
Ilmu Pengetahuan dan Nilai menjawab pertanyaan ini, terdapat dua macam
kecenderungan dasar dalam melihat tujuan ilmu pengetahuan tersebut. Pertama,
kecenderungan puritan-elitis yang beranggapan bahwa tujuan akhir dari ilmu
pengetahuan adalah demi ilmu pengetahuan, yakni mencari dan menemukan
penjelasan-penjelasan yang benar tentang segala sesuatu.Tetapi bagi kaum puritan15

elitis, kebenaran ilmiah dari penjelasan ini hanya dipertahankan demi kebenaran murni
begitu saja dan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia.Maka ilmu pengetahuan
bagi

mereka

dikembangkan

hanya

demi

ilmu

pengetahuan. Kedua,

kecenderungan pragmatis yang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan dikembangkan


demi mencari dan memperoleh penjelasan tentang berbagai persoalan dalam alam
semesta ini.Ilmu pengetahuan memang bertujuan untuk menemukan kebenaran.Tetapi
bagi mereka, ilmu pengetahuan tidak berhenti sampai di situ saja.Ilmu pengetahuan itu
pada akhirnya berguna bagi manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi dalam hidupnya.
Dari uraian diatas nampak jelas bahwa berbeda dengan kecenderungan puritanelitis, bagi kecenderungan pragmatis, ilmu pengetahuan tidak bisa bebas nilai, ilmu
pengetahuan terbebani dengan nilai. Ilmu pengetahuan mau tidak mau peduli atas
nilai, ia peduli akan keselamatan manusia, akan harkat dan martabat manusia, dan
ilmu pengetahuan tidak bisa menutup mata akan semua nilai.

2.3

PENGETAHUAN DAN KEPENTINGAN


Pada tahun 1961 Universitas Tbingen berhasil menghadapkan dua tokoh yang
berlawanan dalam satu seminar, yakni Theodor W. Adorno dan Karl R. Popper.
Persoalan yang diperdebatkan ialah seputar pengetahun; apakah ia bebas nilai atau
tidak. Popper sebagai perumus prinsip falsifikasi menolak tuduhan bahwa individu
seperti Plato, Hegel, dan Marx beranggapan bahwa sejarah memiliki hukum
perkembangan

atau

tujuan

objektif.Ia

menuduh

pandangan

itu

cenderung

megorbankan manusia demi tercapainya tuntutan objektif sejarah. Sedangkan


Adorno sebaliknya berpendapat bahwa pendekatan yang bebas nila itulah yang
ideologis karena tidak menyadari bahwa objektivitas itulah merupakan layar asap
kepentingan-kepentingan terselubung.
Dalam hal ini, Habermas sepakat bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai.
Namun ia tidak menerima anggapan awam sederhana bahwa ilmu pengetahuan harus
selalu melayani kepentingan kelas atas. Lalu, bagaimana sebenarnya hubungan antar
pengetahuan dan kepentingan? Manusia mengetahui karena ia berkepentingan akan
16

pengetahuan, karena itu ilmu pengetahuan terwujud dari dalam oleh kepentingan.
Menurut analisa Habermas, ada tiga macam ilmu yang didorong seakan-akan dari
dalam oleh tiga kepentingan dasar manusia:
Ilmu-ilmu empiris-analitis didorong oleh kepentingan teknis, kepentingan untuk
memanfaatkan apa yang diketahui.
Ilmu historis-hermeneutis yang diarahkan oleh kepentingan praksis (dalam
pengertian), yakni kepentingan untuk memahami makna.
Ilmu kritis (filsafat dan psikoanalisa), didorong oleh kepentingan emansipatoris, yakni
kepentingan untuk membebaskan.
Tiga kepentingan itu, bagi Habermas merupakan kuasi transendental karena
tidak bersifat empiris tetapi masuk dengan sendirinya kedalam struktur pengetahuan
yang bersangkutan. Tiga kepentingan tersebut sejajar dengan tiga medan kehidupan
manusia: alam, masyarakat, dan kekuasaan.
Dan yang menarik ternyata Habermas tidak pernah kembali lagi pada tiga
kepentingan ini.Kemungkinan karena ketiga kepentingan tersebut non-empiris
sehingga tidak memiliki kegunaan dalam membuka hubungan kekuasaan spesifik dan
tidak bisa dipakai membuka keterbelengguan ideologis.
A. Sekilas tentang Habermas
Jurgen Habermas, lahir di Jerman pada 18 Juni 1929, termasuk seorang filsuf yang
paling berpengaruh di abad kontemporer. Pergulatan pemikirannya terbentuk setelah ia
memasuki sebuah aliran filsafat yang sejak 60 tahun semakin berpengaruh dalam
dunia filsafat maupun ilmu-ilmu sosial, yaitu filsafat kritis, yang tergabung dalam
Mazhab Frankfurt (Suseno, 1997: 175). Habermas merupakan anak Ketua Kamar
Dagang propinsi Rheinland Westfalen di Jerman Barat. Ia dibesarkan di
Gummersbach, sebuah kota menengah di Jerman dengan dinamika lingkungan
Borjuis-Protestan.
Dia seorang filsuf generasi kedua yang terkenal dari Frankfurt School of Social
Research. Habermas meraih gelar Ph.D setelah menyelesaikan disertasinya yang
membicarakan bagaimana pertentangan antara yang mutlak dan sejarah dalam
pemikiran Schelling. Habermas juga diangkat sebagai asisten Theodor Adorno di

17

Frankfurt yang kemudian dia diangkat manjadi professor filsafat sekaligus direktur
daripada Institut Max Planck di Starberg
Dia menentukan minatnya pada filsafat secara serius di Universitas Bonn, di mana
tahun 1954, ia meraih gelar doktor filsafat dengan sebuah disertasi berjudul Das
Absolute und dia Geshiclite (Yang Absolut dan Sejarah), yang merupakan studi
tentang pemikiran Schelling (Bertens, 2002: 236).
Meskipun Habermas merupakan anggota dalam mazhab Frankfurt yang sangat
dipengaruhi oleh karya Hegel dan Marx, Habermas menolak teori yang membahas
pesimisme yang ada pada generasi pertama sebelumnya yang dikemukakan Marx.
Seperti sependapat dengan pendapat Weber.
Karya-karya dari seorang habermas diantaranya adalah :
1. Legitimationsprobleme im Spatkapitalismus (Masalah legitimasi dalam kapitalisme
kemudian hari, 1973)
2. Kultur und Kritik (Kebudayaan dan Kritik, 1973)
3. Zur Rekonstruktion des Historischen Materialismus (Demi rekonstruksi
materialisme historis, 1976).
4. Theorie des kommunikativen Handelns (Teori tentang praksis komunikatif, dua
jilid, 1981).

B.

Epistimologi Ilmu Pengetahuan menurut Habermas


Habermas membagi tiga kelompok ilmu pengetahuan diantaranya :
1. Kelompok ilmu empiris, adalah ilmu alam yang menggunakan paradigma
positivisme, kepentingannya adalah menaklukkan, menemukan hukum-hukum dan
mengontrol alam.
2. Ilmu-ilmu humaniora, yang memiliki kepentingan praktis dan saling memahami,
seperti ilmu pengetahuan sosial budaya. Kepentingan ilmu ini bukan untuk
mendominasi atau menguasai, juga bukan membebaskan, tetapi memperluas saling
pemahaman.

18

3. Ilmu kritis yang dikembangkan melalui refleksi diri, sehinga melalui refleksi diri,
kita dapat memahami kondisi-kondisi yang tidak adil dan tidak manusiawi dalam
kehidupan. Kepentingannya adalah emansipatoris.
Habermas menolak sikap yang dikatakan sebagai bebas nilai dalam bentuk ilmu
pengetahuan, menurutnya semua ilmu pengetahuan dan pembentukan teori selalu
dibarengi oleh interest-kognitif atau kepentingan konstitutif pengetahuan tertentu
yaitu suatu orientasi dasar yang mempengaruhi jenis pengetahuan dan objek
pengetahuan dan objek pengetahuan tertentu
Melalui pidato pengukuhannya sebagai guru besar di Universitas Frankfurt Habermas
berusaha mengembalikan ilmu pada posisinya sebagai salah satu (bukan satu-satunya)
bentuk pengetahuan yang mungkin mengenai kenyataan. Habermas menunjukan
bahwa situasi keilmuwan tersebut membutuhkan suatu pandangan kritis dari ilmuilmu sosial. Pandangan kritis tersebut berfungsi untuk meneropong kepentingankepentingan penguasaan yang tanpa disadari telah menjerumuskan teori-teori positivis
itu ke dalam bahaya. Tegasnya, Ilmu-ilmu sosial kemanusiaan tidak boleh mengacu
pada ilmu-ilmu alam. Harus dikatakan bahwa ilmu-ilmu manusia mempunyai nilai
yang khas dan, karenanya, sama sekali lain dari ilmu-ilmu alam dimaksud.

C. Kritik Habermas terhadapat teori sebelumnya


Meskipun sejalan dengan Husserl, Habermas menihilkan konsep teori sejati
yang dipahami oleh fenomenologi Husserl tersebut. Fenomenologi Husserl memang
berusaha menemukan hubungan antara teori dengan dunia kehidupan yang dihayati
(Santoso, 2003: 231). Tetapi Habermas tidak setuju akan tujuan akhir fenomenologi
untuk menghasilkan teori murni yang diyakini dapat diterapkan pada praktik.
Teori murni hasil pendekatan fenomenologi itu juga merupakan tujuan
ontologi. Husserl memang berhasil mengkritik positivisme, tetapi, menurut Habermas,
dia tidak melihat kaitan positivisine dengan ontologi dalam hal pemahaman tentang
teori murni itu. Berdasarkan pemahaman ini, Habermas mencoba mengembalikan
pendasaran epistemologinya pada konsep asli tentang theoria, yang artinya
kontemplasi dalam kosmos atau realitas, yang berakar pada tradisi kontemplasi Yunani
Kuno. Melalui kontemplasi. filsuf memisahkan unsur-unsur yang tetap dan yang
berubah-ubah.
19

Usaha untuk menemukan tatanan yang tetap abadi di dalam kosmos dan
seluruh realitas itulah yang merupakan dasar proses perubahan teori menjadi ontologi.
Yang ingin dicapai oleh ontologi adalah sebuah penjelasan obyektif tentang seluruh
realitas, atau dengan kata lain, teori murni. Habermas berusaha mengaitkan usaha
untuk memperoleh teori murni dengan proses emansipasi (Hardiman, 1993: 5-6).
Pencarian teori murni untuk menemukan tatanan kosmos yang bersifat tetap
dan abadi, menurut Habermas, merupakan ikhtiar yang sia-sia atau ilusi, ketika
subyektivitas peneliti `dihilangkari. Bagaimana mungkin dapat diperoleh sebuah
penjelasan ilmiah yang bersih dari kepentingan-kepentingan subyek peneliti, tatkala
subyek ikut terintegrasi dalam kegiatan tersebut. Bagi Habermas, dengan
menyembunyikan kaitan pengetahuan dengan kepentingan dan pengklaiman diri
obyektif, ilmu pengetahuan akan melaksanakan kepentingannya.
Kepentingan ini hilang dalam setiap perbincangan mengenai ilmu, dan tugas
teori kritis, menurut Habermas, adalah menunjukkan kepentingan-kepentingan
(Hardiman, 1993: 7). Pertautan antara pengetahuan dengan kepentingan tersebut
dijelaskan dalam tiga cakupan ilmu yaitu; Pertama, ilmu-ilmu empiris-analitis (ilmuilmu alam) yang berada pada kepentingan teknis untuk menguasai proses-proses yang
dianggap obyektif. Sistem acuan ilmu-ilmu ini adalah penguasaan teknis; kedua, ilmuilmu historis-hermeneutis yang berusaha memahami makna (Sinnverstehen), dan
bukan menjelaskan (Erklaren) fakta yang diobservasi. Dalam terminologi ini maka
tugas penafsir memegang peranan penting untuk mengkomunikasikan makna dalam
fakta. Pada konteks ini, kepentingan praktis ditekankan untuk mencapai saling
pengertian atau consensus; ketiga , ilmu-ilmu kritis merupakan usaha lebih lanjut
terhadap apa yang dilakukan oleh ilmu-ilmu sosial dalam menjelaskan berbagai
tingkah laku sosial.
Pernyataan dan teori-teori sosial cenderung mengenai proles-proses sosial
tersebut sebagai keniscayaan sebagaimana ilmu-ilmu alam. Lebih dari usaha tersebut,
ilmu-ilmu kritis berusaha menunjukkan bahwa keajegan-keajegan tertentu yang
merupakan pola hubungan ketergantungan ideologis pada dasarnya dapat diubah. Apa
yang dianggap sebagai `hukum-hukum' yang mengatur proses proses sosial itu,
dianggap sudah tidak berlaku. Sebagai contoh metodenya Habermas menyebut
`refleksi diri' (substreflexion).
Kepentingan yang berkaitan dengan proses refleksi diri ini adalah kepentingan
kognitif-emansipatoris. Melalui refleksi diri, orang harus dibebaskan dari segala
20

sesuatu yang mendominasi, yang membelenggu dan mengarah pada kemungkinan


adanya hubungan-hubungan ketergantungan tersebut (Hardiman, 1993: 165-178).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan antara kepentingan
dengan pengetahuan tersebut hanyalah kepentingan teknis belaka yang telah
menghasilkan ilmu-ilmu empiris-analitis, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu
sosial empiris. Dominasi kepentingan teknis menjadikan ilmu-ilmu empiris-teknis
lebih berhubungan dengan kekuatan-kekuatan produktif atau berorientasi pada usaha
untuk melakukan kontrol teknis atas alam, manusia dan masyarakat. Sementara
dominasi kepentingan praktis telah menghasilkan ilmu-ilmu historis-hermeneutis, baik
ilmu-ilmu humaniora maupun ilmu sosial-simbolis.
Kepentingan ini bertujuan menjadi bagian dari kekuatan-kekuatan komunikatif
yang memajukan interaksi sosial, yaitu dapat memperluas intersubyektivitas otentik
serta

mengurangi

intersubyektivitas

yang

tertindas

maupun

yang

tidak

terartikulasikan. Sedangkan ilmu-ilmu kritis lebih menekankan diri pada kepentingan


kognitif emansipatoris melalui kekuatan refleksi diri untuk melakukan kerja
emansipatons manusia dari kesadaran palsu (Hardiman,1993: 192-193).

2.4 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


A. Pengertian Ilmu Pengetahuan & Teknologi (IPTEK)
Ilmu adalah pemahaman mengenai suatu pengetahuan, yang mempunyai fungsi
untuk mencari, menyelidiki, lalu menyelesaikan suatu hipotesis. Ilmu juga yaitu
merupakan suatu pengetahuan yang sudah teruji akan kebenarannya.
Pengetahuan adalah suatu yang diketahui ataupun disadari oleh seseorang yang
didapat dari pengalamannya.Pengetahuan juga tidak dapat dikatakan sebagai suatu
ilmu karena kebenarannya belum teruji.Pengetahuan muncul disebabkan seseorang
menemukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilihatnya.
Teknologi adalah suatu penemuan melalui proses metode ilmiah, untuk mencapai
suatu tujuan yang maksimal. Atau dapat diartikan sebagai sarana bagi manusia untuk
menyediakan berbagai kebutuhan atau dapat mempermudah aktifitas.

21

IPTEK adalah singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu suatu
sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang
dibidang teknologi.Dapat juga dikatakan, definisi IPTEK ialah merupakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, baik itu penemuan yang terbaru yang
bersangkutan dengan teknologi ataupun perkembangan dibidang teknologi itu sendiri.

B. IPTEK di Bidang Teknologi Komunikasi


Perkembangan teknologi komunikasi bukan merupakan deret angka yang
memperlihatkan keteraturan perhitungan dari satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya.
Perkembangan

teknologi

komunikasi

lebih

merupakan

deret

ukur

yang

memperlihatkan lompatan-lompatan, dengan dimulai dari satu, dua, lalu lompat


menjadi empat, lalu melompat lagi menjadi enam belas, dan seterusnya.
Maka, tidak heran bila pada akhir-akhir ini, berbagai perkembangan yang terjadi
memang cukup menkjubkan, khususnya dalam bidang teknologi terutama dalam hal
informasi dan komunikasi.Teknologi informasi yang tadinya dikenal dengan teknologi
computer, beserta perangkat elektronika yang lainnya, menjelma menjadi satu dalam
perpaduan kemampuan.
Semula dengan ditemukannya berbagai perangkat sederhana, mulai dari telepon,
yang berbasis analog, maju dan berkembang terus hingga muncul berbagai perangkat
elektronika lainnya. Disisi lain, akibat dari perkembangan kemampuan teknologi,
terjadi juga perubahan yang cukup dramatis disisi perjalanan dan operasi bisnis, yang
menghasilakanpelayanan-pelayanan baru, termasuk dalam hal pemanfaatan jaringan
dunia tanpa batas.
Telepon, yang pada awal ditemukan pada tahun 1986, diniatkan sebagai media
untuk mengirimkan suara, dan salah satu penerapan konsep analog, juga memberikan
konstribusi yang tidak sedikit terhadap perkembangan teknologi.Sampai dengan
sekitar tahun 1960-an, penerapan analog ini masih tetap bertahan, hingga setelah itu,
mulai mengarah pada teknologi digital.
Kemudian, teknologi digital yang mulai merambah keberbagai rancangan
teknologi yang diterapkan dan digunakan oleh manusia. Facsimile, adalah salah satu
22

batu loncatan dari pemanfaatan jaringan telekomunikasi, yang mampu memberikan


konstribusi dan pemikiran, bahwa data pun mampu untuk dilewatkan melalui media
telepon tersebut.
Begitu juga dengan perkembangan computer, computer pertama yang
diperkenalkan adalah ENIAC II, diinstalasi dan digunakan pada tahun 1946, setelah
perang Dunia II.Computer ini merupakan sebuah rangkaian elektronika lampu tabung
sekitar 20 ton. Perkembangannya juga cukup menakjubkan, baik dalam ukuran dan
kemampuan kerjanya (Muhamad Mufid: 2005)
Kini, ukuran computer pun, hanya dalam ukuran segenggam tangan. Dengan
ukuran sedemikian, berbagai proses mampu diolahnya, tidak hanya untuk melakukan
proses yang berhubungan dengan pengolahan perhitungan dan database, tetapi juga
mampu dalam hal berkomunikasi dengan pengguna lainnya yang menggunakan
perangkat yang tadinya masih merupakan pemisahan dari segi fungsi.
Protocol, merupakan salah satu yang memegang peranan kunci disini, sehingga
berbagai perangkat dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya.Dengan adanya
protocol ini, satu mesin dengan mesin lainnya dapat untuk saling berkomunikasi.
Protocol merupakan suatu metode yang mengakibatkan suatu alat dengan alat lainnya
dapat saling berkomunikasi sehingga terjadilah percakapan hingga terjadilah jabat
tangan (handshaking), dan dapat diibaratkan kesepakatan bahasa antar dua alat, yang
mengakibatkan satu sama lainnya mengerti apa yang diperintahkan dan apa yang
sedang diolah.
Suatu perangkat yang dihasilkan dari pabrik yang berbeda, sesuatu yang mungkin
untuk ikut berperan dalam menyemarakkan bidang teknologi informasi dan
telekomunikasi ini, sebab dengan protocol yang sama, alat itu pun bisa
menggabungkan diri menjadi bagian dari berbagai perangkat yang ada. Begitu juga
dengan band-with, sebagai jalur data, compression, codes, dan bits, menjadi tulang
punggung yang mendasar, terutama untuk perkembangan teknologi informasi dan
telekomunikasi ini.
Dua bulan berselang setelah Neil Amstrong melangkah dibulan, terjadi suatu
langkah yang besar di UCLA, sewaktu computer pertama di koneksikan ke
ARPANET. ARPANET mengkoneksikan empat site, diantaranya UCLA, Stanford
23

resesrch Institute (SRI), UC Santa Barbara, dan University of Utah. Pada tahun 1997,
terdapat lebih seratus mainframe dan computer mini yang terkoneksi ke ARPANET
yang sebagian besar masih berada di universitas. Dengan adanya fasilitas ini,
memungkinkan dosen-dosen dan mahasiswa dapat saling berbagi informasi datu
dengan lainnya tanpa perlu meninggalkan computer mereka.Saat ini, terdapart lebnih
dari 4.000.000 host internet diseluruh dunia.Sejak tahun 1988, internet tumbuh secara
eksponsial, yang ukurannya kira-kira berlipatganda setiap tahunnya.Istilah internet
pada mulanya diciptakan oelh para pengembangnya karena mereka memerlukan kata
yang dapat menggambarkan jaringan dari jaringan-jaringan yang saling terknoneksi
yang tengah mereka buat waktyu itu.Internet merupakan kumpulan orang dan
computer didunia yang seluruhnya terhubung oleh bermil-mil kabel dan saluran
telepon, masing-masing pihak juga dapat berkomunikasi karena menggunakan bahasa
yang umum dipakai.Dalam kajian etika dan filsafat, persoalan filosofis berikutnya
yang harus dibahas terkait teknologi adalah netralitas teknologi itu sendiri.
C. Apakah Teknologi Itu Netral?
Pertanyaan tersebut sejatinya sangat esensial karna merupakan pertanyaan
filosofis. Ada dua jawaban dari pertanyaan tersebut, yakni Ya. Jika kita melihat
teknologi dengan segala prinsip kerjanya, dan tidak, jika kita melihat pada manusia dis
ekitar teknologi.Jika kita melihat teknologi sebagai hokum-hukum fisika dan ilmu
pengetahuan yang direkayasa berikut perkembangannya sedemikan rupa, maka pada
dasarnya kita melihat teknologi sebagai sebuah system yang tertutup. Atau dengan
kata lain, kita melihat teknologi secara kebendaan. Maka, dengan demikian teknologi
adalah netral. Hokum air mendidih pada suhu 100 erajat Celcius misalnya akan
berlaku dimanapun, tanpa melihat perbedaan kondisi social politik suatu Negara.
Sedangkan bila kita melihat teknologi sebagai tataran social-politik yang
melingkupinya, maka teknologi tidak lagi bebas nilai.Teknologi tidak lagi hanya
benda mati, taopi teknologi merpakan system terbuka yang sensitive terhadap
perubahan struktur meso dan struktur makro yang melingkupinya.

D. Aspek Teknologi

24

Menurut Arnold Pacey dalam buku The culture of Technology tahun penerbitan
1984, dijelaskan bahwa teknologi memiliki tiga aspek yang saling terkait.
Technical Aspect (aspek teknis)
Ini merupakan pengertian terbatas dari teknologi. Aspek ini, meliputi knowledge
(penegtahuan),.Skill

(keterampilan),

technique

(teknik),

tools/machines

(peralatan/mesin), chemicals (unsur kimia), liveware/resources (bahan bakar),


products (produk), dan wastes (limbah).
Cultural Aspect (aspek kultural)
Aspek ini, meliputi goals (tujuan), values (nilai), ethical codes (kode etik), belief
(keyakinan), awareness (kesadaran), dan creativity (kreativitas).Seperti dalam kasus
teknologi cloning manusia, dari aspek pertama merupakan hal yang sangat bisa
diwujudkan, karna prinsip cloning manusia tidak jauh berbeda dengan prinsip cloning
binatang.Tapi dari segi aspek yang kedua, teknologi cloning manuisa tidak mungkin
terwujud, paling tidak hingga saat ini.
Organizational Aspect (aspek organisasi)
Aspek ini, meliputi economic and industrial activity (aktivitas ekonomi dan industry),
professional activities (aktivitas profesi), users and consumers (pengguna dan
konsumen), dan trade union (persatuan dagang). Teknologi komunikasi sangat terkait
dengan aspek ketiga ini, seperti pada penyiaran. Sebagai contoh, secara teknis
monopoli siaran Liga Inggris musim 2007/2008 yang dilakukan Astro sebenarnya
tidak ada masalah karena mereka berinvestasi sendiri secara teknis dan financial untuk
tayangan tersebut. Tapi dari segi organisasi (provider lain) serta dari aspek konsumen
yang dalam hal ini tidakl mampu membayar tv langganan, maka monopoli tersebut
menajdi masalah.
E. Teknologi Komunikasi dan Masyarakat Informasi
Staubhaard/Larose dalam buku Media Now yang diterbitkan pada tahun 2002,
mengatakan bahwa perkembangan teknologi terhadap bidang komunikasi ditandai
dengan terbentuknya Masyarakat Informasi (Information Society).Masyarakat
informasi adalah suatu masyarakat dimana produksi, pemrosesan, distribusi, dan
konsumsi informasi menjadi aktivitas yang utama.Sebelum terbentuknya masyarakat
informasi, secara sosiologis masyarakat secara terlebih dahulu mengalami fase
masyarakat pre-agriculture, masyarakat agriculture, masyarakat industry, baru
masyarakat informasi.Pada fase pertama, kegiatan manusia adalah bercocok tanam dan
berburu dengan perlengkapan seadanya dan dilakukan tanpa pola (nomaden).
25

Fase kedua, agriculture, kegiatan utama masyarakat adalah berani serta bagaimana
memasar hasil bumi tersebut untuk ditukar untuk kebutuhan lainnya.
Fase ketiga, masyarakat industry, ditandai dengan penemuan mesin sehingga
produksi bisa dilakuakn dengan jumlah masif.Tenaga kerja lebih banyak tersedot
dalam sector pabrik.Bila dilihat dari cirinya, maka Indonesia belum bisa dikatakan
sudah masuk ke era masyarakat informasi.Mungkin kalau pada taraf sudah memulai,
terutama mereka yang tinggal dikota besar. Ada sejumlah faktor yang mendorong
terbentuknya masyarakat informasi, yakni:
Konvergensi Teknologi
Konvergensi teknologi adalah penyatuan sejumlah teknologi sehingga membentuk
suatu media komunikasi yang baru. Misalnya teknologi penyiaran berkonvergen
dengan teknologi internet, maka jadilah televise internet. Konvergensi teknologi
menyebabkan masyarakat memiliki varian teknologi komunisi yang lebih banyak,
tergantung pada kemampuan dan ketersediaan jaringan yang ada.
Berkembangnya Internet
Internet kini sudah masuk desa.Walaupun penetrasinya masih terbatas, namun
perkembangannya menunjukkan grafik yang pesat.Sifat internet yang realtime dengan
audience yang tak terbatas menjadikannya sebagai garda terdepan pembentukan
masyarakat informasi.Bahkan informasi yang bersifat rahasi pun terkadang justru
tersebar melalui internet.
Digitalisasi
Digitalisasi adalah konversi segala data sehingga bisa dibaca oleh computer.Trend ini
merupakan syarat mutlak agar data dapat didistribusikan melaluin internet dan
jaringan computer lainnya.Digitalisasi memungkinkan informasi selain lebih cepat
tersebar juga bisa disimpan untuk kemudian diakses kembali dengan lebih cepat dan
lebih fleksibel.
Konvergasi Media
Konvergasi media tidak lepas dari konvergensi teknologi, hanya jika yang kedua
menitik beratkan kepada teknologinya, maka konvergasi media lebih menitik beratkan
pada kontennya. Misalnya media televise melakukan konvergensi dengan media surat
kabar. Artinya, kedua jenis media tersebut melakukan kerja sama dalam hal konten
sehingg saling mengisi.
26

Merger Industri
Merger industri dalam dunia komunikasi massa tidak dapat dielakkan lagi, mengingat
perkembangan dan perputaran capital dalam industry media massa sangat
menjanjikan. Terlebih penguasaan atas media memberikan nilai lebih selain faktor
akumulasi capital, yakni diperolehnya previlege politis. Menguasai media selain
memperoleh keuntungan financial juga bisa turut menentukan opini masyarakat akan
suatu hal.
F. Ekses Teknologi Komunikasi
Perkembangan teknologi ibarat pisau bermata dua. Satu sisi membawa
manfaat, namun disi lain membawa bahaya. Ekses (pengaruh negative) dari
perkembangan teknologi antara lain berupa :
Perubahan gaya hidup
Teknologi membawa perubahan gaya hidup, yakni perubahan apa yang dibutuhkan
(need) menjadi apa yang iinginkan (want), begitu juga sebaliknya. Sehingga orang
tidak lagi sadar bahwa yang iainginkan sejatinya merupakan kebutuhan, atau apa yang
ia butuhkan sejatinya adalah keinginan. Masyarakat terperangkap dalam iming-iming
teknologi tanpa ia sadar apa yang ia cari. Ketika membeli handphone misalnya,
seseorang tidalk hanya membeli alat untuk menelpon atau berkirim pesan, tapi juga
memperhatikan aspek fashion dan pencitraan yang ada pada teknologi tersebut.
Tantangan karier
Perkembangan teknologi menuntut seseorang untuk menguasai perkembangan
tersebut, sekaligus menguasai update dari teknologi. Hal ini mengakibatkan siapa saja
yang tidak mengikuti perkembangan teknologi akan ditinggalkan oleh competitor.
Sedangkan untuk terus berhubungan dengan perkembangan teknologi, dibutuhkan
biaya yang oleh sebagian besar masyarakat Indonesia belum terjangkau.Tentu saja
masyarakat lebih memperhatikan perkembangan harga beras misalnya, dibading
dengan perkembangan teknologi.
Perubahan regulasi
Regulator dituntut untuk merevisi berbagai aturan yang tidak lagi sesuai dengan
perkembangan teknologi.Padahal sejatinya regulator haruslah memiliki independensi.
Namun perkembangan teknologi akan memakasa regulator untuk terus dan menerus
menyesuaikan aturan yang berlaku agar sesuai dengan perkembangan teknologi. Yang

27

menjadi masalah apakah user, konsumen, dan masyarakat selalu merasa cocok dengan
perubahan tersebut atau tidak.
Pergeseran kekuatan
Kekuatan sejatinya berada pada pihak yang menguasai teknologi komunikasi.Contoh
konkrit adalah indonsesia dari segi demografis adalah Negara besar bila dibandingkan
dengan Singapura misalnya.Namun industry telekomunikasi di Indonesia ternyata
dikuasai oleh Singapura dalam bentuk saham di telkomsel dan indosat.Dengan
demikian, sejatinya kekuatan kita turut ditentukan oleh Singapura.

Dampak positif dari IPTEK di bidang Informasi dan komunikasi, antara lain
sebagai berikut :
a. Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di
bumi

bagian

manapun

melalui

internet

b. Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya
dengan

melalui

handphone

c. Kita mendapatkan layanan bank yang dengan sangat mudah. Dan lain-lain
Selain memiliki dampak positif, perkembangan IPTEK juga memiliki beberapa
dampak negatif dalam bidang Informasi dan Komunikasi, antara lain :
a.

Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris

b. Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang bisa
disalahgunakan pihak tertentu untuk tujuan tertentu
c. Kerahasiaan alat tes semakin terancam. Melalui internet kita dapat memperoleh
informasi tentang tes psikologi dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi
secara langsung dari internet.
d. Kecemasan teknologi, contohnya kerusakan komputer karena terserang virus,
kehilangan berbagai file penting dalam computer, dan juga rusaknya jaringan internet

28

karena tersambar petir. Hal inilah beberapa contoh kecemasan yang terjadi karena
teknologi.
BAHAN CI SELLA YG DAMPAK BLM DIMASUKIN

BAB III
PERTANYAAN DAN PENJELASAN
3.1

PERTANYAAN
Pertanyaan diajukan oleh Bp. Kasyfiyullah S.Fil., M.Si selaku Dosen Filsafat kami.

Adapun pertanyaannya adalah :


Menurut kelompok kalian "Om Telolet Om" itu termasuk ke dalam aspek mana
kultural, organisasi atau teknis?
3.2

PENJELASAN
Adapun jawaban yang kami berikan adalah sebenarnya Om Telolet Om awalnya

dimulai dari kelompok anak kecil/ anak tanggung yang berdiri di pinggir jalan sambil
mengacungkan jempol dan berteriak meminta kepada supir bus membunyikan
klaksonnya "Telolet" dan merekamnya di handpone. Karena fenomena ini dimulai dari
suatu daerah (jawa timur) maka kami melihat ini termasuk ke dalam aspek kultural
dimana aspek ini, meliputi goals (tujuan), values (nilai), ethical codes (kode etik),
belief (keyakinan), awareness (kesadaran), dan creativity (kreativitas).

29

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan
filsafat ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara
bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan
tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya. Pokok perhatian
filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Pengetahuan adalah suatu yang diketahui ataupun disadari oleh seseorang yang
didapat dari pengalamannya. Pengetahuan juga tidak dapat dikatakan sebagai suatu
ilmu karena kebenarannya belum teruji. Pengetahuan muncul disebabkan seseorang
menemukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilihatnya.
Istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme (Pengetahuan) dan logos
(perkataan, pikiran dan ilmu). Kata episteme dalam bahasa Yunani berasal dari kata
epistamai artinya mendudukkan, menempatkan atau meletakkan.
Maka dari itu epistamai berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk
menempatkan sesuatu dalam kedudukkan setepatnya.Epistemologi bermaksud
mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan
manusia.

Bagaimana

pengetahuan

itu

pada

dasarnya

diperoleh

dan

diuji

kebenarannya? Manakah ruang lingkup atau batas-batas kemampuan manusia untuk


mengetahui?
Epistimologi juga bermaksud secara kritis mengkaji pengandaian-pengandaian
dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya pengetahuan serta mencoba
memberi pertanggung jawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya.
Epistemologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif dan kritis.
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lain adalah bahwa Filsafat
mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu-ilmu
pengetahuan objeknya terbatas, khusus lapangannya saja. Selain itu Filsafat hendak
memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukan sebab30

sebab yang terakhir, sedangkan ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab-sebab


tetapi yang tak begitu mendalam.

4.2 SARAN
Filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di
samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan
ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam,
sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis
yang mempertanyakan segala hal. Jadi kami merasa ilmu filsafat ini ilmu yang tinggi
yang tentu juga perlu pemahaman tinggi untuk memahaminya. Jika ada kesalahan atau
ketidaksamaan pendapat dalam makalah ini, pembaca dapat memberikan masukan
atau kritikan yang membangun pada kami.

DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri Jujun. 2003 . Filsafat Ilmu . Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Dr. Zaprulkan. 2015 . Filsafat Ilmu . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Frondizi Risieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai. Yogjakarta : Pustaka Pelajar.
Nasution, Andi Hakim. 2008. Pengantar ke Filsafat Sains. Jakarta : Litera AntarNusa.
31

Salam Burhanuddin. 1997. Logika Materiil; Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta :


Rineka Cipta.
Suparlan Suhartono. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Sadulloh Uyoh. 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan; Ilmu Pengetahuan dan Nilai.
Bandung: Alfabeta.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodma. 2004. Teori Sosiologi Modern, Triwibowo
(edit), Prenada, Jakarta.
Mufid Muhamad. 2009. Etika dan Filsafat Kmunikasi. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
http://www.rangkumanmakalah.com/ilmu-pengetahuan-dan-nilai/
https://saripedia.wordpress.com/tag/syarat-syarat-ilmu/

32

Anda mungkin juga menyukai