Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing :
dr. Dwidjo Pratiknjo, SpM
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M
Disusun oleh :
YURITSA SASTI PRADITA
1610221059
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Oktober 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul ODS Katarak Komplikata E.C Diabetikum Stadium Imatur dan ODS
Presbiopia. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata.
Penyusunan laporan ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dan dr. Hari Trilunggono, Sp.M selaku pembimbing dan
seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata atas kerjasamanya selama
penyusunan laporan ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
guna perbaikan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. B
Usia
: 75 tahun
Alamat
: Samban, Magelang
Pekerjaan
Status
: Menikah
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mata kiri terasa kabur
kacamatanya. Sementara untuk saat ini pasien mengaku lebih nyaman tidak
memakai kacamata bacanya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Aktivitas
: Normoaktif
Kooperatif
: Kooperatif
Status gizi
: Baik
Vital Sign
TD
: 160/90 mmHg
Nadi
: 85 x.menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5C
Status Ophthalmicus
Katarak Imatur
Katarak Imatur
Oculucus Dexter
No.
1.
Pemeriksaan
Visus
Oculus Sinister
Oculus Dexter
Oculus Sinister
2/60 NC
/60 NC
Add S + 3,00 J6
Bulbus okuli
2.
Bulbus okuli
Bulbus okuli
Enoftalmus
Eksoftalmus
Strabismus
Normal
Normal
3.
Suprasilia
4.
Palpebra Superior :
Palpebra SuperiInferior :
Palpebra Superior-Inferi
Vulnus laceratum
Edema
Hematom
Hiperemia
Entropion
Ektropion
Blefarospasme
Silia
Ptosis/
Pseudoptosis
Palpebra Inferior :
5.
6.
7.
Vulnus laceratum
Edema
Trikiasis (-)
-
Trikiasis (-)
-
Palpebra SuperiorInferior :
Palpebra Superior-Inferior
:
Hematom
Hiperemia
Entropion
Ektropion
Blefarospasme
Silia
Ptosis/
Pseudoptosis
Konjungtiva :
- Hiperemi
- Injeksi
konjungtiva
- Injeksi siliar
- Sekret
- Laserasi
Kornea :
- Kejernihan
- Edema
- Infiltrat
- Sikatrik
- Ulkus
Trikiasis (-)
-
Trikiasis (-)
-
Jernih
-
Jernih
-
8.
9.
10.
11.
12.
13.
COA :
- Kejernihan
- Kedalaman
- Hifema
- Hipopion
Iris :
- Kripta
- Edema
- Sinekia
Pupil :
- Bentuk
- Diameter
- Isokoris
- Reflek pupil
- Tes Midriatyl
14.
15.
TIO
Jernih
Tidak dangkal
-
Normal
-
Normal
-
Bulat
3 mm
Bulat
3 mm
+
Lambat
Lensa:
- Kejernihan
- Iris shadow
- Snow flake
Corpus Vitreum
- Kejernihan
- Floaters
- Hemoftalmus
Retina:
Fundus Refleks
Funduskopi
Jernih
Tidak dangkal
-
Isokor
+
+
Lambat
Keruh sebagian
+
+
Keruh sebagian
+
+
Tidak Jernih
-
Tidak
Jernih
-
+ Agak suram
Fokus : 0
Papil: bulat, batas
tegas, warna jingga,
papil tidak melebar
CDR(0,3)
Vasa: AVR (2:3)
Macula: Fovea reflek
(+)
Retina: Perdarahan (-)
Tidak meningkat
+ Agak suram
Fokus : 0
Papil: bulat, batas
tegas, warna jingga,
papil tidak melebar
CDR(0,3)
Vasa: AVR (2:3)
Macula: Fovea reflek
(+)
Retina: Perdarahan (-)
Tidak meningkat
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
o GDS, GDP, GD2JPP
o Profil Lipid (Trigliserida, Kolesterol, HDL, LDL)
E. DIAGNOSA BANDING
ODS Katarak Imatur
1. ODS Katarak Komplikata e.c Diabetikum Stadium Imatur
Dipertahankan, karena umur pasien 64 tahun yang merupakan faktor
resiko dari katarak serta dari anamnesis pasien menderita diabetes mellitus
dan terdapat efek diabetes mellitus pada mata yaitu pasien suak bergantiganti kacamata serta hasil pemeriksaan didapatkan COA tidak dangkal (+),
iris shadow (+), lensa keruh sebagian (+), dan fundus reflex agak suram
(+) yang menandakan pada pasien ini masih dalam tahap imatur.
2. ODS Katarak Komplikata e.c Diabetikum Stadium Insipien
Disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan didapatkan sebagian lensa
mengalami kekeruhan, selain itu didapatkan iris shadow (+). Sedangkan
pada pada katarak insipien iris shadow (-). Pada pasien ini juga terdapat
penurunan visus, sementara pada katarak insipien tidak terjadi penurunan
visus.
3. ODS Katarak Komplikata e.c Diabetikum Stadium Matur
Disingkirkan, karena pada pasien ini didapatkan COA tidak dangkal, iris
shadow (+), lensa keruh sebagian, fundus refleks agak suram (+),
Sedangkan pada katark matur COA dalam, iris shadow (-), lensa keruh
seluruhnya, fundus refleks (-)
4. ODS Katarak Komplikata e.c Diabetikum Stadium Hipermatur
Disingkirkan, karena dari hasil pemeriksaan didapatkan COA tidak
dangkal, Iris shadow (+), lensa keruh sebagian, fundus refleks agar suram
(+). Sedangkan pada katarak hipermatur didapatkan kekuruhan total pada
lensa dengan permukaan rata karena lensa sudah mencair, COA dalam,
pseudoshadow (+).
5. ODS Katarak Komplikata akibat obat-obatan
Topikal
Oral
Parenteral
Vitamin E 1 x 1
Tidak ada
Operatif
EKEK
Phacoemulsifikasi
SICS
Non Medikamentosa
Tidak ada
ODS Presbiopia
Medikamentosa
Topikal
Oral
Tidak ada
Parenteral
Tidak ada
Tidak ada
Operatif
Tidak ada
Non Medikamentosa
H. EDUKASI
ODS Katarak Imatur
ODS Presbiopia
I. KOMPLIKASI
Katarak Imatur
o Glaukoma sekunder sudut tertutup
Presbiopia
o Tidak ada
J. RUJUKAN
Dalam kasus ini diperlukan rujukan ke disiplin Ilmu Kedokteran lainnya yaitu
Penyakit Dalam.
K. PROGNOSIS
Oculus Dexter
Oculus Sinister
Quo ad visam
: Dubia ad malam
Dubia ad malam
Quo ad sanam
: Ad bonam
Ad bonam
Quo ad functionam
: Ad bonam
Ad bonam
Quo ad cosmetican
: Dubia ad bonam
Dubai ad bonam
Quo ad vitam
: Ad bonam
Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama (Ilyas, S.2007).
B. FAKTOR RISIKO
Faktor Individu
Faktor individu yang mempengaruhi diantaranya ras, keterunan dan usia
pasien
Faktor Lingkungan
Bahan toksik dan merokok merupakan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi
Faktor nutrisi
Faktor protektif
Faktor protektif diantaranya adalah keracunan obat dan penggunaan
kortikosteroid.
Beberapa penelitian menyatakan, bahwa katarak senilis dipercepat oleh
beberapa faktor lain: penyakit diabetes mellitus, hipertensi dengan sistole naik 20
mmHg, paparan sinar ultraviolet B, indeks massa benda lebih dari 27, asap rokok
lebih dari 10 batang/hari baik perokok aktif maupun perokok pasif.
C. EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang
usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat
kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 6080%. Prevalensi katarak kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000
kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh
dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak
D. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Kekeruhan pada lensa dapat disebabkan oleh kelainan kongenital mata,
trauma, penyakit mata, proses usia atau degenerasi lensa, kelainan sistemik seperti
diabetes melitus, riwayat penggunaan obat-obatan steroid dan lainnya. Kerusakan
oksidatif oleh paparan sinar ultraviolet, rokok dan alkohol, dapat meningkatkan
risiko terjadinya katarak. (Ilyas S, 2007).
Penyebab katarak senile sampai sekarang masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa konsep penuaan yang mengarah pada proses terbentuknya
katarak senil (Ilyas S, 2007):
E. GAMBARAN KLINIS
Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah mengalami
gangguan katarak. Katarak terjadi secara perlahan-lahan, sehingga penglihatan
penderita terganggu secara berangsur, karena umumnya katarak tumbuh sangat
lambat dan tidak mempengaruhi daya penglihatan sejak awal. Daya penglihatan
baru terpengaruh setelah katarak berkembang sekitar 3-5 tahun. Karena itu, pasien
katarak biasanya menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis (Ilyas S,
2007).
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
F. KLASIFIKASI KATARAK
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, letak kelainan pada lensa
maupun berdasarkan stadiumnya
a. Berdasarkan Usia
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia > 3 bulan tetapi kurang
dari 9 tahun
3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun
b. Berdasarkan letak
1. Katarak nuklear
Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus.
Nukelus cenderung menjadi gelap dan keras, berubah dari jernih menjadi
kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan
progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak
terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat,
bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik, sulit menyetir pada
c. Berdasarkan Stadium
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhannya tidak teratur, taampak seperti bercakbercak yang membentuk gerigi dengan dasar perifer dan daerah jernih
diantaranya, kekeruhan biasanay terletak di korteks anterior dan posterior.
Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada
stadium ini, terdapat keluhan polipia yang disebabkan oleh indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap
untuk waktu yang lama.
2. Katarak Imatur
Terjadi kekeruhan lensa sebagian. Kekeruhannya lebih tebal tetapi belum
mengenai semua lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian lensa yang
jernih. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke
depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma
sekunder.
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses
degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluran air bersama
hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran
normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali.
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa.
Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak
berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi
dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong
susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa.
Tabel. Perbandingan Katarak Berdasarkan Stadium
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatu
r
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
(air masuk)
(air keluar)
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
Pseudops
Penyulit
Glaukoma
Uveitis +
Glaukoma
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Katarak Diabetik
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes
melitus. Katarak pada diabetus melitus dapat terjadi dalam 3 bentuk :
2. Katarak Komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan
proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma,
tumor itraokular, iskemi okular, nekrosis snterior segmen, buftalmos,
akibta suatu trauma dan pasca bedah mata.
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana kekeruhan
dimulai di daerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat
difus, pungtata, linier, rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol.
3. Katarak Traumatik
Katarak jenis ini paling sering disebabkan oleh cedera benda asing
di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak
traumatik dapat dicegah .
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. Pada EKIK tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Penyulit yang dapat terjadi
pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan
perdarahan.
J. KOMPLIKASI OPERATIF
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif,
postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa
intra okular (intra ocular lens, IOL).
1. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat
ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat
memperbaiki keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid
dan/atau gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida
oral untuk mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2
hari.
2. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
Macular
Edema
(CME),
delayed
chronic
postoperative
PRESBIOPIA
A. DEFINISI
Semakin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan
semakin meningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa
gangguan perubahan kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat
berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi. Terjadi
kekeruhan lensa seiring dengan bertambahnya usia, sehingga kemampuan
lensa untuk memfokuskan bayangan saat saat melihat dekat. hal tersebut
menyebabkan pandangan kabur sat melihat dekat.
B. ETIOLOGI
Presbiopia terjadi akibat lensa makin keras sehingga elastisitasnya
berkurang. Demikian pula dengan otot akomodasinya, daya kontraksinya
berkurang sehingga tidak terdapat pengenduran zonula Zinn yang sempurna.
Pada keadaan ini maka diperlukan kacamata bifokus, yaitu kacamata untuk
melihat jauh dan dekat.
C. PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN
1. Alat :
a) Kartus snellen
b) Kartu Jagger
c) Sebuah set lensa coba
d) Bingkai percobaan
2. Teknik:
Adisi ditentukan beradasarakan umur penderita :
1. S + 1,00 D untuk usia 40 tahun
2. S + 1,50 D untuk usia 45 tahun
3. S + 2,00 D untuk usia 50 tahun
4. S + 2,50 D untuk usia 55 tahun