Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

TUMOR PAYUDARA

Pembimbing :
dr. Tjatur Budi Winarko, Sp.B
Disusun oleh:
Amelia Fadhila (030-12-013)
Ika Pratiwi (030-12-124)
Wilfridus Erik (11-2015-215)
RilusSalawane (11-2014-208)

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU BEDAH
RSAU DR. ESNAWAN ANTARIKSA
UKRIDA-USAKTI JAKARTA
PERIODE 1 AGUSTUS 2016 8 OKTOBER 2016

I.

Pendahuluan

Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol feminitas


perempuan. Adanya kelainan pada payudara akan dapat menggangu pikiran,
emosi, serta menurunkan kepercayaan diri seorang perempuan.
II.

Embriologi

Payudara mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio berupa penebalan
ektodermal di sepanjang garis susu yang terbentang dari aksila sampai regio
inguinal. Beberapa hari setelah kelahiran dapat terjadi pembesaran payudara
unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang
disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus
dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara
tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu dalam sirkulasi darah bayi.
Setelah lahir, terjadi penurunan kadar estrogen yang merangsang hipofisis untuk
memproduksi prolaktin yang menimbulkan perubahan pada payudara. 1
III. Anatomi
a. Gambaran umum

(1,2)

Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria dan


terdapat dalam fascia superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita dan pria
memiliki sepasang mamma, namun pada pria glandula mamma tersebut tidak
berkembang dan mengalami rudimenter.

Mammae

terletak

di

bagian anterior dan termasuk


bagian dari lateral thoraks.
Kelenjar

susu

yang

bentuknya bulat ini terletak


fasia

pektoralis.

di

Mammae

melebar ke arah superior dari


iga dua, inferior dari kartilago
kosta enam dan medial dari
sternum serta lateral linea
midaksilanis.
mammae
menonjol

Pada

bagian

yang
terdapat

paling
sebuah

papilla, dikelilingi oleh daerah yang lebih gelap yang disebut areola. Terdapat
Langer lines pada kompleks nipple(papilla)-areola yang melebar ke luar secara
sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini signifikan secara klinis kepada ahli
bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi mammae. Pada bagian lateral
atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara.
Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri
dari bebrapa lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang
disebut ductus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga
diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak yang
disebut ruang retromamer. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
Struktur payudara terdiri atas:
-

Parenkim epithelial

Lemak, pembuluh darah, syaraf dan saluran getah bening

Otot dan fasia

b. Vaskularisasi

(1,3)

1. Arteri

Payudara mendapat perdarahan terutama dari cabang arteri


profantes anterior dari areteri mammaria interna, arteri torakalis
lateralis yang bercabang dari arteri aksilaris, dan beberapa arteri
interkostalis.

2. Vena
Pada payudara terdapat tiga grup vena:
a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria intema
b. Cabang-cabang v. aksilaris
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis
3. Limfe
Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam
metastases el kanker.
a. Bagian

terbesar

disalurkan

ke

nodi

lymphoidei

axillares,

terutama ke kelompok pectoral, tetapi ada juga yang disalurkan


ke kelompok apical, subskapular, lateral, dan sentral.
Terdapat enam grup kelenjar getah bening axilla:

1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi


lateral m. pectorals mayor, sepanjang tepi medial aksila.
2.

Kelenjar

getah

bening

scapula,

terletak

sepanjang

vasa

subskapularis dan thorakodorsalis, mulai dari percabangan v.


aksilaris menjadi v. subskapularis sampai ke tempat masuknya v.
thorako-dorsalis ke dalani m. latissimus dorsi.
3. Keleniar getah bening sentral (Central node), terletak dalam
jaringan lemak di pusat ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif
mudah diraba dan merupakan kelenjar getah bening yang
terbesar dan terbanyak.
4. Kelenlar getah bening interpectoral (Rotters node), terletak
diantara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami
pektoralis v. thorakoakromialis.
5. Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris
bagian lateral, mulai dari white tendon m. lattisimus dorsi
sampai ke medial dan percabangan v. aksilanis v. thorakoakromalis.
6. Kelenjar

getah

bening

subklavikula,

mulai

dari

medial

percabangan v. aksilanis v. thorako-akromialis sampai dimana


v. aksilanis menghilang dibawah tendon m. subklavius. Kelenjar
ini merupakan kelenjar axial yang tertinggi dan termedial
letaknya. Semua getah bening yang berasal dan kelenjarkelenjar getah bening aksila masuk ke dalam
b. Sisanya

disalurkan

ke

nodi

limphoidei

kelenjar ini.
infraclaviculares,

supraclaviculares, dan parasternales.

c. Persyarafan

(3)

Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis


dan nervus interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sendiri dipersarafi
oleh saraf simpatik.

Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubung dengan


penyulit

paralisis

dan

mati

rasa

pasca

bedah,

yakni

nervus

interkostobrakialis, nervus kutaneus brakialis medialis yang mengurus


sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi
aksila, saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa
pada daerah tersebut. 4 syaraf nervus pektoralis yang menginervasi
muskulus pektoralis mayor dan minor, nervus torakodorsalis yang
menginervasi muskulus latissimus dorsi, dan nervus torakalis longus
yang menginervasi muskulus serratus anterior sedapat mungkin
dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.
Fisiologi(2,3)

IV.

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon.


Estrogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesterone
memulai perkembangan lobules-lobulus payudara juga deferensiasi sd epitel.
Prolaktin merangsang laktogenesis.
1. Pubertas

terjadi

pembesaran

payudara

yang

diakibatkan

karena

bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit jaringan lemak.


2. Siklus menstruasi pada fase premestruasi akan terjadi pembesaran vascular
dan pembesaran kelenjar, kemudian akan terjadi regresi kelenjar pada fase
pasca menstruasi.
3. Kehamilan dan laktasi : pada kehamilan tua dan setelah melahirkan,
payudara kolostrum sampai sekitar 3-4 han postpartum, kemudian sekresi
susu dimulai sebagai respon terhadap rangsang penghisapan dan bayi
(sucking refleks).
4. Monopouse : Lobulus beinvolusi. Lemak menggantikan
V.

Definisi Tumor Payudara

Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang
terjadi secara terus menerus. Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk
semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan
baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau
perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan
disebabkan oleh neoplasma.
6

VI.

Etiologi dan Faktor Resiko Tumor Payudara

Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada
beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu : 3

a.Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor
payudara.
b.Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c.Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13
dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53,
BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker
payudara.
d.Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e.Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko
terjadinya tumor payudara.
f.Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g.Terpapar radiasi
h.Intake alkohol
i.Pemakaian kontrasepsi oral

Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara.


Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan pada usia lebih tua.
VII.

Diagnosis Tumor Payudara

Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis


yang baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan
diagnosis pasti adalah pemeriksaan histopatologi anatomi.
Anamnesa meliputi riwayat reproduksi dan ginekologi, riwayat timbulnya tumor,
adanya faktor resiko untuk terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda
penyebaran tumor.
Pemeriksaan fisik dari tumor payudara, pada inspeksi pasien diminta
untuk duduk tegak dan berbaring kemudian inspeksi dilakukan terhadap bentuk
kedua payudara, warna kulit, lekukan, retraksi papila, adanya kulit berbintik
seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan. Cekungan kulit akan terlihat jelas dengan
pasien mengangkat tangan ke atas. Palpasi pasien berbaring dengan bantal tipis
dipunggung, palpasi dilakukan dengan ruas pertama jari telunjuk, tengah dan
manis yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara
dengan melingkar lalu memijat halus puting susu untuk mengetahui pengeluaran
cairan. Dilakukan pula perabaan pada aksila dan kelenjar getah bening sekitar
leher.
Pemeriksaan penunjang dapat dengan Mammography, Ultrasonografi
(USG), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Imunohistokimia (IHK), Biopsi terbuka
(dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan seluruh
benjolannya (eksisi) atau sebagian saja (insisi)), Biopsi tertutup (biopsi aspirasi
jarum halus), Core biopsi.
Mammography adalah suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Adanya
proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda
primer berupa fibrosis reaktif, cornet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran
klinik, roentgenologik, dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa
retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla
dan areola berupa bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan
fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mammae,
dan adanya metastasis ke kelenjar. Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor
yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan
8

skrining. Hanya saja untuk mass screening. Cara ini merupakan cara yang mahal
dan hanya dianjurkan pada wanita dengan faktor high risk. Ketepatan 83%-95%,
tergantung dari teknisi dan ahli radiologinya.Ultrasound digunakan untuk
menentukan ukuran lesi dan membedakan kista dengan tumor solid.MRI
dilakukan pada pasien usia muda karena gambaran mammografi yang kurang
jelas, untuk mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara.IHK untuk
membantu terapi target antara lain pemeriksaan status ER (estrogen receptor),
PR (progesteron receptor), c-erb-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53, Ki67, Bcl2.

VIII. Tumor Jinak Payudara


a. Kista
Kista payudara biasanya ditemukan pada dekade kelima, dan menurun
setelah wanita melewati menopause. Etiologi pastinya belum jelas, kemungkinan
gambaran antara lain adenosis, epiteliosis, fibrosis stroma, kista multiple yang
disertai fibrosis, sehingga metaplasia dan hyperplasia epitel. Kista merupakan
suatu tumor yang berupa kantongan dan didalamnya berisi cairan encer atau
setengah padat. Menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya.
Namun, jika pasien memiliki riwayat keluarga penderita kanker payudara
ditambah adanya gambaran hyperplasia yang atipik pada hasil biopsy, potensi
keganasan perlu diwaspadai.

Secara praktis, penemuan dari massa pada payudara yang dapat dipalpasi
biasanya diperoleh dari biopsi jarum, yang membuat diagnosis awal adanya
kista. Jika terdapat satu massa lainnya, pemeriksaan USG dilakukan untuk
menyingkirkan kista yang persisten.Jika salah satu dari keadaan tersebut tidak
dipenuhi, maka USG, biopsi jarum, dan mungkin biopsi eksisi menjadi
rekomendasi selanjutnya.1
b. Fibroadenoma
Neoplasma jinak yang menyerang wanita pada usia reproduktif yaitu 25-30
tahun ini disebut fibroadenoma mammae. Fibroadenoma merupakan tumor jinak
payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh
beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang
10

berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam


mamary displasia.Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas,
merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di
sekitarnya.

Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast


yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk
dan ukuran yang berbeda.Setelah menopause, fibroadenoma biasa menjadi
mikrokalsifikasi yang dapat terjadi pada tipe distrofi dan terjadi dalam stroma di
celah epitel. Fibroadenoma ini harus dieksisi karena tumor jinak ini akan terus
membesar.
c. Tumor Filoides
Tumor phyllodes (dahulu bernama sistosarkoma filodes)

merupakan suatu

neoplasma jinak yang berasal dari jaringan penyongkong nonepitel.Tumor


Phyllodes merupakan tumor mirip dengan fibroadenoma dengan stroma seluler
yang bertumbuh dengan cepat. Tumor ini terdapat pada semua usia, tetapi
kebanyakan pada usia 30 tahun. Dapat mencapai ukuran yang besar dan jika
tidak dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau ganas.Jika jinak,
tumor phylloides dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan batas jaringan
payudara sekitar.
Penanganan tumor phyllode ganas masih kontroversial, namun pembuangan
tumor sempurna dengan sedikit area normal disekitar tumor dapat mencegah
rekurensi.Karena tumor ini dapat membesar, mastektomi simple biasanya
11

penting dilakukan.Bila tumor ternyata ganas, harus dilakukan mastektomi radikal


walaupun mungkin bermetastasis secara hematogen seperti sarcoma.
d.

Galaktokel

Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Galaktokel berbatas jelas dan
mobile, dan biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti menyusui.Galaktokel
biasanya terletak di tengah payudara atau dibawa puting. Tata laksana
galaktokel

adalah

aspirasi

jarum

untuk

mengeluarkan

secret

susu

dan

pembedahan baru dilakukan jika kista terlalu kental untuk bisa diaspirasi atau
jika terjadi infeksi dalam galaktokel.
e.

Papiloma intraduktus

Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai


tangkai yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular
dan jaringan fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar
kelenjar susu. Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di
bawah areola mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari
puting susu. Papilloma dapat juga ditemukan di duktus yang kecil di daerah yang
jauh dari puting.Keadaan ini seringkali tumbuh dalam jumlah banyak dan juga
mungkin disertai hiperplasi epitelial.Konfirmasi diagnosis papilloma intraduktus
dilakukan dengan duktografi.Terapinya eksisi pada tepi sekeliling areola.

f.

Duktus ekstasia

12

Duktus ekstasia merupakan kelainan jinak akibat kerusakan elastin dinding


duktus payudara, diikuti infiltrasi sel radang dan hasil akhirnya adalah dilatasi
dan pemendekan duktus.Ectasia duktus terdiri dari dilatasi duktus subareola
yang terisi dengan material yang seperti titik hitam.Ectasia duktus biasa terjadi
pada

perokok,

dan

dipersulit

dengan

abses

periduktus

dan

fistel

mammae.Ektasia duktus juga menyebabkan cairan pada puting dan retraksi


puting.Kalsifikasi karena ectasia duktus biasanya memiliki karakteriktis.Ia
memberi gambaran kasar, batang, dan kalsifikasi bercabang pada distribusi
duktus.Kalsifikasi ini dibentuk oleh kalsifikasi debris ketika duktus mengalami
dilatasi.
Kalsifikasi

intraduktal

ini

telah

digambarkan

sebagai

broken

needle

appearance.Ectasia ductus biasanya bilateral dan hal ini cukup berguna untuk
mendiagnosis daerah ectasia ductal yang kecil.Biasanya ditemukan debris dalam
ductal dan hal ini menyebabkan reaksi inflamasi meyebabkan lead pipe
appearance.
Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40
sampai 50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu
dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan yang keras
di sekitar duktus yang abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat
membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat
antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat
melalui pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.
g. Adenosis sclerosis
Secara klinis, adenosis sclerosis teraba seperti kelainan fibrokistik dan
digolongkan dalam kelainan dysplasia, secara histopatologi adenosis sclerosis
tampak sebagai proliferasi jinak sehingga ahli patologi sering terkecoh, mengira
suatu karsinoma.
h. Mastitis sel plasma.
Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo.Lesi ini merupakan radang
subakut yang didapat pada system duktus yang melalui di bawah aerola.Mastitis
adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui atau pada
wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar puting.
13

Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari
permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya
bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi
untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan pembengkakan jaringan dan
peningkatan aliran darah.Perubahan ini menyebabkan payudara menjadi merah,
nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.

Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa


berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting
susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah
bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik.Pada beberapa kasus,
mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan
melalui pembedahan.
i.

Nekrosis lemak

Nekrosis lemak adalah proses inflamesi non-supuratif yang biasa terjadi


sebagai suatu kecelakaan atau karena penyebab iatrogenic. Nekrosis lemak
dapat juga terjadi akibat terapi radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki
jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami kerusakan tergantikan
menjadi jaringan parut. Secara klinis ia muncul sebagai nodul single atau
multiple yang dengan permukaan licin dan terfiksir, atau irregular yang dapat
menimbulkan

keganasan.

Dengan

biopsi

jarum

atau

dengan

tindakan

pembedahan eksisi sangat diperlukan untuk membedakan nekrosis lemak


dengan kanker.Secara histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang

14

kemudian

menjadi

fibrosis.Pada

mamografi

ditemukan

kista

lemak,

mikrokalsifikasi.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat
berespon berbeda-beda terhadap cedera. Desamping pembentukan jaringan
parut, sel-sel lemak akan mati dan mengeluarkan isi sel, yang membentuk
kumpulan seperti kantong-kantong berisi cairan berminyak dan disebut kista
minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi jarum halus, yang
sekaligus merupakan tindakan untuk terapinya.
j.

Kelainan lain

Tumor lain jarang tetapi dapat ditemukan di payudara yaitu lipoma,


leiomyoma, histiositoma, kista sebasea, penyakit Mondor, Pseudolump akibat
penonjolan iga, yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan jaringan
kelenjar payudara.

IX.

Tumor Ganas Payudara

Menurut penelitian, kanker payudara menempati urutan ke dua penyebab kematian pada
wanita setelah kanker mulut rahim.
Kurva insiden-umur bergerak naik sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang ditemukan
pada wanita usia dibawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia 45-60 tahun.
Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua
sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau
bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan.

15

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi sel
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh dalam tahap promosi,
karena diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan, yaitu gabungan dari sel-sel
yang peka dan suatu karsinogen.

Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara


diklasifikasikan sebagai berikut:4
a. Non-invasif karsinoma
Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat
asalnya. Non-invasif karsinoma dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu :

Non-invasif duktal karsinoma


Lobular karsinoma in situ

b. Invasif karsinoma
Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan
lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar
ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker
duktal dan 10% adalah kanker lobuler. Invasif karsinoma terdapat beberapa
jenis, antara lain :

Invasif duktal karsinoma

Papilobular karsinoma

Solid-tubular karsinoma

Scirrhous karsinoma

Special types

Mucinous karsinoma

Medulare karsinoma

Invasif lobular karsinoma

Adenoid cystic karsinoma

karsinoma sel squamos


16

karsinoma sel spindel

Apocrin karsinoma

Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia

Tubular karsinoma

Sekretori karsinoma

Lainnya

c. Paget's Disease
Pagets disease adalah suatu kanker kulit yang jarang terjadi yang menyerupai
dermatitis (peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar
di dalam atau di bawah kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di
payudara, sehingga kanker ini biasanya ditemukan di sekitar puting susu.

Gejala klinis :
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mulamula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Kulit atau
puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai

menjadi oedema hingga

kulit

kelihatan

seperti

kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara.
Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.
Ciri-ciri lainnya antara lain:

Pendarahan pada puting susu.


Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah
besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-

tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak
(edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria


operbilitas Heagensen sebagai berikut:

Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
17

Adanya nodul satelit pada kulit payudara


Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
Terdapat model parasternal
Terdapat nodul supraklavikula
Adanya edema lengan
Adanya metastase jauh
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi
kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah
bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila
melekat satu sama lain.

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas
atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium,
harus

dilakukan

pemeriksaan

klinis

dan

ditunjang

dengan

pemeriksaan

penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila
memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk
menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium
kanker

berdasarkan

UICC(International

klasifikasi

Union

sistim

Against

TNM

Cancer

yang

dari

direkomendasikan

WHO

atau

World

oleh

Health

Organization) / AJCC (American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh


American Cancer Society dan American College of Surgeons). 5,6

Klasifikasi Stadium TNM berdasarkan American Joint Committee on Cancer

T = ukuran primer tumor.

Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam
cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.

Tx

: Tumor primer tidak dapat dnilai.

To

: Tidak terdapat tumor primer.

18

Tis

: Karsinoma in situ.

Tis(DCIS)

: Ductal Carcinoma In Situ.

Tis(LCIS)

: Lobular Carcinoma In Situ.

Tis(Pagets) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor.


Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan
ukuran tumornya.
T1

: Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang.

T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.


T1a

: Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.

T1b

: Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.

T1c

: Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.

T2

: Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm.

T3

: Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.

T4

: Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau

kulit.
T4a

: Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.

T4b

: Edema (termasuk peau dorange), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang

terbatas pada 1 payudara.


T4c

: Mencakup kedua hal di atas.

T4d

: inflammatory carcinoma.

N = kelenjar getah bening regional.

Nx

: Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).

N0

: Tidak terdapat metastasis kgb.

N1

: Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.

19

N2

: Metastasis ke kgb

aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau

adanya pembesaran kgb ke mamaria interna ipsilateral (klinis) tanpa adanya


metastasis ke kgb aksila.
N2a

: Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau melekat

ke struktur lain.
N2b

: Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis dan

tidak terdapat metastasis pada kgb aksila.


N3

: Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa

metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb aksila;

atau

metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis


pada kgb aksila/mamaria interna.
N3a

: Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.

N3b

: Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila.

N3c

: Metastasis ke kgb supraklavikula.

Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau


secara imaging (di luar limfoscintigrafi).

M = metastasis jauh.

Mx

: Metastasis jauh belum dapat dinilai.

M0

: Tidak terdapat metastasis jauh.

M1

: Terdapat metastasis jauh.

Klasifikasi stadium carcinoma mammae.6


Stage 0

Tis

N0

M0

Stage I

T1

N0

M0

Stage IIA

T0

N1

M0

T1

N1

M0

T2

N0

M0

T2

N1

M0

T3

N0

M0

Stage IIB

20

Stage IIIA

Stage IIIB

Stage IIIC

T0

N2

M0

T1

N2

M0

T2

N2

M0

T3

N1

M0

T3

N2

M0

T4

N0

M0

T4

N1

M0

T4

N2

M0

N3

M0

N (semua)

M1

(semua)
Stage IV

T
(semua)

Jalur Penyebaran
a.

Invasi lokal

Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada
mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke
sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke
dinding toraks.

b.

Metastasis kelenjar limfe regional

Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar. Data di


China menunjukkan: mendekati 60% pasien kanker mammae pada konsultasi
awal menderita metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut stadiumnya,
diferensiasi sel kanker makin buruk, angka metastasis makin tinggi. Kelenjar
limfe mammaria interna juga merupakan jalur metastasis yang penting. Menurut
observasi klinik patologik, bila tumor di sisi medial dan kelenjar limfe aksilar
positif, angka metastasis kelenjar limfe mammaria interna adalah 50%; jika
kelenjar limfe aksilar negative, angka metastasis adalah 15%. Karena vasa
limfatik dalam kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi
walaupun terletak di sisi lateral, juga mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe
mammaria interna. Metastasis di kelenjar limfe aksilar maupun kelenjar limfe

21

mammaria

interna

dapat

lebih

lanjut

bermetastasis

ke

kelenjar

limfe

supraklavikular.
c.

Metastasis hematogen

Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah,
juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena kava atau
sistem vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil
autopsy

menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah paru, tulang, hati,

pleura, dan adrenal.7

X.

Penatalaksanaan

Indikasi operasi untuk tumor jinak payudara adalah jika lesi yang bersifat jinak
memberikan keluhan atau tidak berhasil dengan terapi konservatif.Adapun
kontraindikasi, jika tumor jinak payudara tersebut bukan suatu lesi maligna dan
tidak ada komorbid yang berat. Berbagai jenis tindakan dapat dilakukan
bergantung pada jenis tumor jinak payudara yang didapatkan, antara lain:

a. Aspirasi Kista
Teknik yang digunakan untuk mengaspirasi suatu kista payudara hampir sama
dengan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi biopsi jarum halus.
Permukaan kulit dibersihkan dengan alkohol. Biasanya gauze-needle berukuran
21 dilekatkan ke jarum 20ml. kista difiksasi dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah. Jarum dipegang di tangan yang
lain, dan kista tersebut diaspirasi sehingga ia tidak dapat teraba lagi.
Biasanya isi dari suatu kista adalah cairan berwarna kecoklatan, kekuningan,
atau kehijauan. Jika cairan seperti itu didapatkan pada pemeriksaan, maka ia
tidaak perlu dikirim untuk evaluasi sitologi. Pemeriksaan sitologi hanya
diperlukan jika didapatkan cairan berwarna kemerahan pada aspirasi.
b. Eksisi papilloma intraduktal
Galaktrografi ini menunjukkan suatu papilloma intraduktal, penyebab tersering
dari cairan merah yang keluar dari payudara yang timbul dari suatu duktus
tunggal. Secara umum, pasien-pasien ini ditangani secara konservatif, papilloma
akan terlepas, dan cairan berwarna merah biasanya sembuh secara spontan
22

dalam waktu beberapa minggu. Jika ini tidak terjadi, diindikasi untuk eksisi
duktus yang terlibat.
c. Eksisi giant fribroadenoma
Fibroadenoma adalah lesi benigna, biasanya ditemukan pada wanita muda.Lesilesi adalah keras, berbatas tegas dan mobile. Pada palpasi, suatu fibroadenoma
dapat menyerupai biji yang berguling dibawah jari. Pada wanita muda yang
dicurigai dengan suatu fibroadenoma, biopsy eksisi harus dilakukan, jika
memungkinkan, sengan inisiasi periareolar.
d. Drainase suatu abses payudara
Jika seorang pasien datang dengan sebagian payudaranya yang eritematous,
hangat, dan berfluktuasi, ini biasanya mengindikasi suatu abses payudara.Abses
payudara harus di drainase denga cepat. Pada kebanyakan kasus, abses
payudara di drainase sama seperti drainase abses di tempat lain, yaitu suatu
insisi dilakukan pada rongga abses, pus dikeluarkan, dan lukanya dibuka.
Beberapa abses yang besar dapat di drainase melalui suatu insisi periareolar,
dengan meletakkan drainase penrose pada abses. Drain dibiarkan selama
beberapa hari, sehingga produksi drainasenya berkurang.
Perlu diberi perhatian bahwa eritema payudara dapat menyerupai suatu abses
yang lama, selulitis, atau kanker payudara berinflamasi. Untuk menyingkirkan
suaatu kanker payudara berinflamasi, biopsy kulit kadang diindikasikan.

Untuk tumor ganas :


a. Terapi bedah
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III
disebut kanker mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :
Mastektomi radikal :
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan operasi radikal
kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari
tumor, seluruh kelenjar mammae, m. Pektoralis mayor, m. Pektoralis minor dan
jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinu enblok direseksi.
Namun sekitar 20 tahun belakangan ini, dengan pemahaman lebih dalam atas
23

tabiat biologis karsinoma mammae, ditambah makin banyaknya kasus stadium


sedang dan dini serta kemajuan terapi kombinasi, maka penggunaan mastektomi
radikal konvensional telah makin berkurang.
Mastektomi radikalmodifikasi :
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis
mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis
mayor, mereseksi m. Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai
kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit
membersihkan kelenjar limfe aksilar superior. Dewasa ini, mastektomi radikal
modifikasi disebut sebagai mastektomi radikal standar, luas digunakan secara
klinis.
Mastektomi total :
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar
limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
b. Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
Radioterapi murni kuratif :
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5
tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau
menolak operasi.
Radioterapi adjuvan :
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan
waktu radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk
pasien stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae nonoperabel menjadi kanker mammae yang operabel. Radioterapi pasca operasi
adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu ditambah radioterapi kelenjar
limfe regional). Indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter tumor
primer 5 cm, fasia pektoralis terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik
lebih dari 4 buah dan tepi irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup
dinding toraks dan regio supraklavikular. Regio mamaria interna jarang terjadi
rekurensi klinik, sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin masih kontroversial.
Radioterapi paliatif :
24

Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis.
Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak
hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena
pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
d. Terapi hormonal
Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal
bedah terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita
pramenopause, sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan.
Terapi hormonal medikamentosa yang digunakan di klinis yang terutama adalah
obat

antiestrogen.

Tamoksifen

merupakan

penyekat

reseptor

estrogen,

mekanisme utamanya adalah berikatan dengan reseptor estrogen secara


kompetitif, menyekat transmisi informasi ke dalam sel tumor sehingga berefek
terapi. Tamoksifen juga memiliki efek mirip estrogen, berefek samping trombosis
vena dalam, karsinoma endometrium dan lain-lain. Sehingga perlu diperhatikan
dan diperiksa secara berkala.
XI.

Prognosis

Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh


adalah kondisi kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada
kasus kelenjar limfe negatif dan positif adalah masing-masing 80% dan 59%,
survival 5 tahun untuk stadium 0-I, II, dan III adalah masing-masing 92%, 73%,
dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel, survival 5 tahun kebanyakan
dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini untuk
meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan
dini, diagnosis dini, terapi dini dan tepat.
XII.

Pencegahan

Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi
kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini.
Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain
berupa:
25

Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan

karena

menghindarkan

dilakukan

diri

dari

pada

orang

keterpaparan

yang

pada

"sehat"

berbagai

melalui

faktor

upaya

risiko

dan

melaksanakan pola hidup sehat.


Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena

kanker

payudara.

Setiap

wanita

yang

normal

dan

memiliki

siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan
sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi
dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim
memiliki

akurasi

keterpaparan

90%

dari

semua

penderita

kanker

payudara,

terus-menerus pada mammografi pada wanita yang

tetapi
sehat

merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara.


Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan antara lain:

Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer

risk assessement survey.


Pada
wanita
dengan

dilakukan mammografi setiap tahun.


Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai

faktor

risiko

mendapat

rujukan

untuk

mencapai usia 50 tahun.


Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara
lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk
mendeteksi

kanker

payudara

hanya

26%,

bila

dikombinasikan

dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.

Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai

dengan

stadiumnya

akan

dapat

mengurangi

kecatatan

dan

memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk


26

meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan


meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun
tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker
telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik
dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.

XIII.

Kesimpulan
Benjolan pada payudara dapat merupakan tumor jinak ataupun ganas,
untuk mendiagnosa nya diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang yang mendukung terutama biopsi pada
benjolan nya lalu diterapi yang sesua baik dengan bedah, radioterapi,
kemoterapi maupun hormonal.

XIV. Daftar Pustaka


1. Sjamsuhidajat R. De jong buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC, 2012.h.47197
2. Brunicardi FC. Schwartzs principles of surgery. United States : McGrawHill,
2015.h. 499-556.
3. USU. Tumor payudara . 24 Mei 2015. http://repository.usu.ac.id.
4. Wan desen, 2008. Onkologi klinis. Edisi 2. FK UI
5. Copeland EM., Bland KI. Payudara dalam sabiston buku ajar bedah.
Bagian1. Jakarta:EGC; hlm.365-413.
6. Tjokronagoro, M. Radioterapi pada carcinoma mammae. Buku ajar kuliah
radiasi onkologi volume II. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, 2001. Hal. 4-5.
27

7. Suyatno,

Tamir

P.

Kankerpayudaradalambedahonkologi

diagnostic

danterapi. Jakarta: Sagung Seto.2010.Hlm. 35-82


8. Stopeck AT. Breast cancer. 24 Mei 2015. http://emedicine.medscape.com.

28

Anda mungkin juga menyukai