Anda di halaman 1dari 121

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN

JANGKA PANJANG KPHP MODEL


MANDAILING NATAL PERIODE 2014-2023

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN ESEKUTIF..

ii

KATA PENGANTAR ...........................................................................

DAFTAR ISI ........

vi

DAFTAR TABEL .......

viii

DAFTAR GAMBAR .......

ix

DAFTAR TABEL LAMPIRAN.............................................................................

DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN ......

xi

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................

B. Maksud dan Tujuan...................................................................................

C. Sasaran.....................................................................................................

D. Dasar Hukum..........

E. Ruang Lingkup...........................................................................................

F. Batasan Pengertian...................................................................................

II. DESKRIPSI KAWASAN


A. Risalah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal........................................

12

B. Potensi Wilayah KPHP Model Mandailing Natal........................................

19

C. Data dan Informasi Sosial Budaya .......................................................

20

D. Data dan Informasi Ijin-ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan


32

Kawasan....................................................................................................
E. Kondisi Posisi KPHP Model Mandailing Natal dalam Perspektif Tata
Ruang, Wilayah, dan Pembangunan

32

Daerah..............................................

33

F. Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan...................................


III.

VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN


A. Visi ........................................................................................

36

B. Misi ..

38

C. Capaian Utama ...................................

39

IV. ANALISIS DAN PROYEKSI

V.

A. Analisis............................................................................

41

B. Proyeksi 10 Tahun ke Depan........................................................

58

RENCANA KEGIATAN
A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutan..........

60

B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu....................................

60

C. Pemberdayaan Masyarakat..............................................................

61

D. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada Areal KPHP


Mandailing Natal yang Telah Ada Ijin Pemanfaatan maupun
61

Penggunaan Kawasan Hutan.........................................................


E. Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal di Luar Ijin...................

62

F. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) Pelaksanaan Rehabilitasi


dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Ijin Pemanfaatan dan
63

Penggunaan Kawasan Hutan............................


G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.........

63

H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang


Ijin..................................................................................................
I.

Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder terkait

J.

Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM................................

63
64
65

K. Penyedian pendanaan....................................................................

65

L. Pengembangan database................................................................

66

M. Rasionalisasi wilayah kelola..........................................................

67

N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) ..............

68

O. Pengembangan investasi...............................................................
VI.

VII.

VIII.

68

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


A. Pembinaan.....................................................................................

71

B. Pengawasan...................................................................................

72

C. Pengendalian.................................................................................

72

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN


A. Pemantauan dan Evaluasi..................................................................

75

C. Pelaporan..........................................................................................

76

PENUTUP ...........................................................................................

78

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................

79

LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi

DAFTAR TABEL

Nomor
1.

Halaman

Rincian Pembagian Unit KPH Model Madina Berdasarkan


Wilayah BPKH ......................................................................

12

2.

Pembagian Blok KPH Berdasarkan Fungsi Hutan

13

3.

Tutupan Lahan pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal

17

4.

DAS pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal

17

5.

Pembagian Blok KPHP Model Mandailing Natal.

18

6.

Luas, jumlah penduduk menurut desa

20

7.

Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2009

21

8.

Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2008

21

9.

Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2009

21

10.

Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2010

21

11.

Jumlah Sekolah Dasar , Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan


Sekolah Lanjutan Tingkat Atas per Kecamatan ...................

12.

Identifikasi faktor internal dan eksternal


KPHP Model Mandailing Natal..............................................

13.

49

Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Dengan


Memanfaatkan Ancaman (Threat)

17.

46

Strategi Memanfaatkan Kekuatan (Strengh) Untuk


Mengatasi Ancaman (Threat)

16.

43

Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Dengan


Memanfaatkan Peluang (Opportunity)

15.

42

Strategi Meningkatkan Kekuatan (Strength) Dengan


Menanfaatkan Peluang (Opportunity)

14.

25

53

Kondisi KPHP Model Mandailing Natal Saat Ini dan


Proyeksi 10 Tahun ke Depan (2014 2023)

58

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor
1.

Struktur Organisasi KPHP Model Mandailing Natal

Halaman
18

viii

DAFTAR TABEL LAMPIRAN


1

Daftar Nama Pohon yang ditemukan dalam Pelaksanaan


Kegiatan Inventarisasi Potensi Wilayah Pengelolaan Unit KPH
Model Madina

Daftar Jenis Pohon yang ditemukan pada Kegiatan Inventarisasi


Hutan di Wilayah KPHP Model Mandailing Natal

Daftar Jenis Tumbuhan Di Hutan KPHP Model Mandailing Natal

Daftar Jenis Mamalia dan Status Keterancamannya

ix

DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN :


1. Peta Tata Hutan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal,
Provinsi Sumatrera Utara
2. Peta Delineasi Wilayah Tertentu KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
3. Peta Penetapan Wilayah

KPHP

Model Mandailing Natal, Kabupaten

Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara


4. Peta Kawasan Hutan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatrera Utara
5. Peta Kelas Lereng KPHP

Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing

Natal, Provinsi Sumatrera Utara


6. Peta Penutupan Lahan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatrera Utara
7. Peta DAS KPHP

Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal,

Provinsi Sumatrera Utara


8. Peta Penutupan Blok Inti KPHP

Model Mandailing Natal, Kabupaten

Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara


9. Peta Blok Pemanfaatan KPHP

Model Mandailing Natal, Kabupaten

Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara


10. Peta Blok Perlindungan KPHP

Model Mandailing Natal, Kabupaten

Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara


11. Peta Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK KPHP Model
Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
12. Peta Blok Pemberdayaan KPHP

Model Mandailing Natal, Kabupaten

Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara


13. Peta Blok Pemanfaatan HHK HA

KPHP

Model Mandailing Natal,

Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara


14. Peta Blok Pemanfaatan HHK HT

KPHP

Model Mandailing Natal,

Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara


15. Peta Blok dan Petak KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatrera Utara
16. Peta Pemanfaatan Pada KPHP

Model Mandailing Natal, Kabupaten

Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara


17. Peta RKTN Pada KPHP

Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing

Natal, Provinsi Sumatrera Utara


xi

KATA PENGANTAR

Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan salah satu Indikator

Kinerja Utama (IKU) dalam perencanaan strategis kementrian Kehutanan.

Untuk

membangun KPH, perlu dilakukan penyiapan prakondisi pengelolaan hutan, meliputi : (1)
Pembagian kawasan hutan menjadi unit-unit kesatuan pengelolaan hutan (KPH), (2)
Pembentukan institusi pengelola pada setiap unit KPH, serta (3) Adanya perencanaan yang
berbasis spasial dari setiap unit KPH.

Secara garis besar, Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Model

Mandailing Natal Periode 2014-2023 meliputi (1) Maksud, tujuan dan sasaran kegiatan,

(2) Deskripsi kawasan, (3) Visi dan misi pengelolaan hutan, (4) Analisis dan proyeksi
kegiatan, (5) Rencana kegiatan,

(6) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian,

Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

(7)

Penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang

telah ikut serta berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan

Rencana

Pengelolaan Hutan (RPH) KPHP Mandailing Natal. Diharapakan semoga RPH-JP ini dapat
dijadikan sebagai landasan dan acuan

untuk mempercepat pembangunan kehutanan

tingkat tapak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.

Panyabungan,

Desember 2013

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pembangunan

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai sebuah unit

pengelolaan hutan ditingkat tapak bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan hutan


yang efisien dan lestari.
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Mandailing Natal
dengan luas 159,166 ha yang pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. SK. 332/ Menhut-II/ 2010, dibagi menjadi
tujuh (7) blok yaitu HL blok inti, HL blok pemanfaatan, HP blok pemanfaatn HHK-HA,
HP blok pemanfaatan HHK-HT, HP blok pemanfaatan jasling HHBK, HP blok
pemberdayaan, dan HP blok perlindungan.
Potensi tegakan pohon yang terdapat pada fungsi hutan produksi

lahan

primer dengan stratifikasi hutan lahan kering sekunder diperoleh rata-rata volume
tegakan pada tingkat pohon sebesar 128.77 m3/ha dengan jumlah batang sebanyak
133.48 batang/ha.
Rencana kegiatan 10 tahun kedepan dituangkan dalam bentuk Rencana
Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Model Mandailing Natal Tahun
2014 2023. RPHJP ini yang berisi rumusan visi dan misi yang didasarkan atas
kondisi, isu-isu strategis yang diangkat dari berbagai problematika yang menjadi
tantangan dalam pengelolaan sumberdaya hutan saat ini dan harapan di masa yang
akan datang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki.
Visi KPH adalah Mengelola Hutan Bersama Masyarakat Untuk KPHP
Model Mandailing Natal Yang Mandiri dan Berkontribusi Terhadap PAD Visi
tersebut akan dicapai melalui 5 Misi sebagai barikut : (1) Membangun Kelembagaan,
Penataan Kawasan dan SDM KPHP. Model

Mandailing Natal; (2) Membangun

Hutan Karet; (3) Kerjasama dan Kemitraan; (4) Pemanfaatan HHK dan HHBK; dan
(5) Perlindungan dan Rehabilitasi Hutan. Adapun 11 Capaian Utama yang akan
diwujudkan KPHP Model Mandiling Natal tahun 2014 - 2023 adalah : (1) Tersedianya
Sarana Dan Prasarana Pengelolaan, (2) Tertatanya Blok Dan Petak Di Wilayah

ii

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Kelola, (3) Tersedianya SDM Terampil Dan Kompeten, (4) Terbangunnya
Hutan Karet Seluas + 1.000 Ha, (5) Terwujudnya Kerjasama Investasi Dalam Bentuk
MoU, (6) Terlaksanakanya Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Hutan
Karet, Pemanfaatan Dan Perlindungan Hutan, (7) Terlaksanakan Penangkaran Rusa
Seluas + 4 Ha, (8) Termanfaatkannya HHK (Meranti, Kapur, Kruing, Bania, Merbau,
Rengas, Resak, Lagan, Medang, Kelat, Lesi-Lesi, dll), (9) Termanfaatkannya HHBK
(Sarang Walet, Rotan, Lebah Madu, Gaharu, Getah/Resin, Palm Hutan, Bambu,
Tanaman Hias, Anggrek, Tanaman Obat, Damar, Kayu Manis, Durian, Aren, Dan
Lain-Lain Seluas + 300 Ha, (10) Termanfaatkannya Potensi Air, Wisata Alam Dan
Jasa Lingkungan, (11) Terlaksananya Perlindungan Hutan Dan Rehabilitasi Hutan
seluas + 700 (tujuh ratus) Ha.
Secara garis besar, kegiatan utama yang akan dilaksanakan oleh KPHP
Mandailing Natal selama tahun 2014 - 2023 diselaraskan dengan misi, capaiancapaian utama dan core business adalah : (1) Inventarisasi berkala wilayah kelola
serta penataan hutannya, (2) Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, (3)
Pemberdayaan masyarakat, (4) Pembinaan dan pemantauan pada areal KPH yang
telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan, (5) Rehabilitasi
pada areal di luar ijin, (6) Pembinaan dan pemantauan rehabilitaasi dan reklamasi di
dalam areal yang berijin, (7) Rencana penyelenggaraan perlindungan hutan dan
konservasi alam, (8) Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar
pemegang ijin, (9) Koordinasi dan sinergi dengan Instansi dan stakeholder terkait,
(10) Rencana penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, (11) Penyediaan
pendanaan, (12) Pengembangan database, (13) Rencana rasionalisasi wilayah
kelola, (14) Review rencana pengelolaan, dan (15) Pengembangan investasi.
Sebagai pelengkap dan dalam rangka mendukung kegiatan perencanaan dan
implementasi kegiatan pengelolaan hutan di KPHP Model Mandailing Natal,
dokumen RPHJP dilengkapi dengan data dan informasi spasial berupa peta.
RPHJP KPHP Model Mandailing Natal ini merupakan pedoman dan arahan
pelaksanaan pengelolaan untuk diaplikasikan secara konsisten serta terus dimonitor
sehingga terwujud pengelolaan hutan intensif, efisien, dan efektif di KPHP Model
Mandailing Natal.

iii

iv

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

iii

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Sasaran
D. Dasar Hukum
E. Ruang Lingkup
F. Batasan Pengertian

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pengelolaan hutan merupakan usaha untuk mewujudkan pengelolaan
hutan lestari berdasarkan tata hutan, rencana pengelolaan, pemanfaatan hutan,
rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi. Kegiatan pengelolaan hutan
mempunyai karakteristik yang tidak dapat disamakan dengan kegiatan pengelolaan
sumberdaya alam

lainnya.

Sifat hutan yang khas dengan keanekaragaman

komponen penyusunnya, memungkinkan sumberdaya hutan memiliki keragaman


peluang pemanfaatan, kepentingan antar generasi dengan siklus usaha yang
panjang, yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat umum.
Pengelolaan sumberdaya hutan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang
optimal bagi kesejahteraan

masyarakat dengan tetap memperhatikan sifat,

karakteristik dan keutamaannya serta berdasarkan fungsi pokok, yaitu sebagai Hutan
Konservasi (HK), Hutan Lindung (JL) dan dan Hutan Produksi (HP). Ketiga fungsi
hutan tersebut mempunyai peran penting sebagai pendukung dalam pembangunan
ekonomi melalui produksi hasil hutan kayu dan bukan kayu, perlindungan wilayah
melalui konservasi tanah dan air serta pelestarian keanekaragaman hayati guna
kepentingan jangka panjang bagi generasi sekarang dan mendatang.
Agar ketiga fungsi tersebut dapat berjalan secara simultan, diperlukan
keseimbangan dalam pengelolaan hutan. Salah satu strategi yang ditempuh untuk
dapat mewujudkan keberlanjutan dari fungsi dan peran hutan adalah dukungan
kebijakan yang tepat melalui penerapan pengelolaan hutan dengan pendekatan
ekosistem. Kebijakan pengelolaan dengan pendekatan ekosistem (resource based
management)

merupakan

kebijakan

pengelolaan

yang

mengedepankan

keseimbangan ekosistem, dimana pola pengelolaan lebih berorientasi pada proses


yang melihat keragaman dari elemen pembentuk hutan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
SK.332/Menhut-II/2010 tentang Penetapan Wilayah Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP)

Model

Mandailing

Natal,

Kabupaten

Mandailing

Natal,

Provinsi

Sumatera Utara, seluas + 159.166 ha, yang terbagi atas HP seluas + 14.704 ha,
Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas + 131.781 ha dan HL seluas + 12.681 ha.
2

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
Sebagai sebuah institusi pengelola di tingkat tapak sebagaimana diamanatkan
oleh PP No. 6 tahun 2007 jo PP No. 3 tahun 2008 pasal 9 mengenai tugas dan
fungsi organisasi KPH, dimana salah satunya yaitu menyelenggarakan pengelolaan
hutan berupa tata hutan dan penyusunan rencana penyusunan rencana pengelolaan
hutan. Rencana pengelolaan yang terdiri dari rencana pengelolaan hutan jangka
panjang (RPHJP) dan jangka pendek tersebut memuat tujuan, strategi, kegiatan
serta target yang akan dicapai dalam kurun waktu perencanaan. Dalam penyusunan
RPHJP KPH mengacu pada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) dan
Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP) dengan memperhatikan kondisi serta
karakteristik sosial-ekonomi setempat. Oleh karena itu, melalui kegiatan penyusunan
RPHJP KPHP Model Mandailing Natal diharapkan informasi yang dimiliki oleh KPHP
Model Mandailing Natal, yang meliputi kondisi kawasan baik biofisik, sosial, ekonomi,
kelembagaan dilengkapi dengan isu dan permasalahan serta tantangan yang
dihadapinya, dapat tersusun sebagai sebuah baseline data yang menjadi dasar
dalam penentuan prioritas pengelolaan. Sehingga kedepan dapat memberikan hasil
yang sesuai dengan rencana dan target dari dibentuknya KPHP Model Mandailing
Natal. RPHJP ini sebagai landasan dan acuan pembangunan kehutanan tingkat
tapak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
Operasionalisasi KPHP Mandailing Natal dilaksanakan setelah terbit SK. Menhut
Nomor: SK.332/Menhut-II/2010, melalui berbagai kegiatan diantaranya :
a. Kegiatan prakondisi pengelolaan hutan : (1) Pengadaan sarana dan prasarana, (2)
Tata Hutan, (3) Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan (RPH), yang difasilitasi
oleh BPKH Wilayah I Medan.
b. Konvergensi kegiatan teknis dari UPT Kemenhut, Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara, dan Dishutbun Kabupaten Mandailing Natal.
c.

Mengingat pedoman pengesahan baru terbit tahun 2013 melalui Permenhut


P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Panjang KPHL dan KPHP, dan hasil diskusi dengan para Kepala KPH
lingkup Regional Sumatera telah disepakati periode tahun RPHJP adalah 2014 2023, maka periode RPHJP KPHP Mandailing Natal adalah Tahun 2014 2023.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud RPH-KPHP ini adalah :
1. Terlaksananya Pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal secara efisien, efektif
dan intensif berdasarkan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP).
3

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
2. Memberikan arahan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kegiatan
pembangunan kehutanan di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
Tujuan RP-KPHP ini, antara lain :
1. Menyusun dokumen RPHJP-KPHP yang layak terap sesuai dengan kondisi
blok/petak.
2. Menyusun grand design RPHJP-KPHP yang terencana dan terukur, dan memiliki
tata waktu sehingga kegiatan pembangunan kehutanan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien untuk memberikan hasil yang maksimal.
3. Sebagai pedoman untuk menyusun Rencana Kerja Tahunan.
C. Sasaran
1. Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal.
2. Tertatanya blok dan petak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
3. Tersedianya SDM terampil dan berkompetensi untuk pengelolaan KPHP Model
Mandailing Natal.
4. Terbangunnya hutan karet KPHP Model Mandailing Natal seluas + 1.000 Ha.
5. Terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk
MoU.
6. Berpartisipasinya masyarakat dalam pembangunan hutan karet, pemanfaatan
dan perlindungan hutan.
7. Berproduksinya penangkaran rusa seluas + 4 Ha.
8. Termanfaatkannya HHK (meranti, kapur, kruing, bania, rengas, resak, lagan,
medang, kelat, lesi-lesi, dll).
9. Termanfaatkannya HHBK sarang walet, rotan, lebah madu, gaharu, getah/resin,
palem hutan, bambu, tanaman hias, anggrek, tanaman obat, damar, kayu manis,
durian, dan aren, dll seluas + 300 Ha.
10. Termanfaatkannya potensi air, wisata alam dan jasa lingkungan.
11. Terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha.
D. Dasar Hukum
Dasar hukum penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan terdiri dari :
a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
b. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan,
c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan,
4

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
d. Permenhut P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH,
e. Permenhut P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
(NSPK) Pengelolaan Hutan pada KPH Lindung (KPHL) dam KPH Produksi
(KPHP),
f. Permenhut P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan,
g. Permenhut P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kehutanan 20102014,
h. Permenhut No. P.57/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kerja Kementerian
Kehutanan tahun 2012,
i.

Permenhut No. P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Nasional Tingkat Nasional


2011-2030,

j.

Permenhut No. P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana


Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP

k. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 337/MENHUT-VII/2009 tanggal


15 juni 2009 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Sumatera
Utara,
l.

Peraturan Dirjen Planologi No. P.05 Tahun 2012 tentang tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan.

m. Peraturan Kepala Badan Planologi Nomor SK.80/VII-PW/2006 tentang Pedoman


Pembangunan KPH Model dan Buku Manual Kriteria Rancangan Pembangunan
KPH Model.

E. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Penyusunan RPH-KPHP Model Mandailing Natal, meliputi:


1. Dokumen RPHJP KPHP Model Mandailing Natal merupakan rencana
pengelolaan hutan tingkat strategis berjangka waktu 10 tahun terhitung mulai
tahun 2013 sampai dengan tahun 2022.
2. Sistematika atau struktur dokumen RPHJP adalah sebagai berikut :
a. Pendahuluan, berisi : latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, dasar hukum,
ruang lingkup, dan pengertian.
b. Deskripsi Kawasan KPHP Model Mandailing Natal, yang terdiri dari : a).
Risalah wilayah (letak, luas, aksesibilitas kawasan, batas-batas, sejarah wilayah,
5

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
dan pembagian blok), b). Potensi wilayah (penutupan vegetasi, potensi kayu dan
bukan kayu, keberadaan flora dan fauna langka, potensi jasa lingkungan dan
wisata alam), c). Data dan informasi sosial budaya masyarakat di dalam dan
sekitar hutan termasuk keberadaan masyarakat hukum adat, d). Data dan
informasi ijin-ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan di dalam
wilayah kelola, e). Kondisi posisi KPHP Model Mandailing Natal dalam perspektif
tata ruang wilayah dan pembangunan daerah, dan 6). Isu strategis, kendala dan
permasalahan.
c. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan, berisi ; proyeksi KPHP Model Mandailing
Natal di masa depan serta target capaian-capaian utama yang diharapkan.
d. Analisis dan Proyeksi, meliputi : a). Analisis data dan informasi yang tersedia
saat ini (baik data primer maupun data sekunder), b). Proyeksi kondisi wilayah
KPHP Model Mandailing Natal di masa yang akan datang.
e. Rencana Kegiatan, terdiri dari : a). Inventarisasi berkala wilayah kelola dan
penataan hutan, b). Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, c). Pemberdayaan
masyarakat, d). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHP
Model Mandailing Natal yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan
kawasan hutan, e). Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin, f).
Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi
pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, g).
Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, h). Penyelenggaraan
koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, i). koordinasi dan sinergi dengan
instansi dan stakeholder terkait, j). penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM,
k). Penyediaan pendanaan, l). pengembangan database, m). Rasionalisasi
wilayah kelola, n). Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali), dan o).
Pengembangan investasi
f. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
g. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
h. Penutup
i.

Lampiran, meliputi : a). Peta wilayah KPHP Model Mandailing Natal, b). Peta
penutupan lahan, c). Peta DAS, d). Peta sebaran potensi wilayah KPHP Model
Mandailing Natal dan aksesibilitas, e). Peta penataan hutan (zonasi, blok, petak),
f). Peta penggunaan lahan, g). Peta keberadaan ijin pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan, dan h). Peta tanah, iklim, serta geologi.
6

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

E. Batasan Pengertian
1. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan
lingkungannya, yang satu dengan lainya tidak dapat dipisahkan.
2. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
4. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan
pembangunan diluar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok
kawasan hutan.
5. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
6. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
7. Penataan Hutan (Tata Hutan) adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan
hutan, mencakup pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe
ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.
8. Inventarisasi Hutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penataan
batas, inventarisasi hutan, pembagian hutan, pembukaan wilayah hutan,
pengukuran dan pemetaan.
9. Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaraan hutan yang meliputi
perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan,
pendidikan dan pelatihan, serta penyuluhan kehutanan dan pengawasan.
10. Pengelolaan Hutan adalah suatu kegiatan pengurusan hutan yang meliputi
kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan
7

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta
perlindungan hutan dan konservasi alam.
11. Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penetuan kegiatan
dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk
memberikan

pedoman

dan

arah

guna

menjamin

tercapainya

tujuan

penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang


berkeadilan dan berkelanjutan.
12. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai
fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
13. Kesatuan pengelolaan Hutan Konservasi selanjutnya disebut KPHK adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
konservasi
14. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
lindung
15. Kesatuan pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
produksi.
16. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan
menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak.
17. Blok adalah Bagian dari KPH yang secara geografis bersifat permanen, yang
secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
manajemen,

terutama

dalam

fungsi

perlindungan

hidro-orologi,

yang

menjadikannya sebagai kesatuan pengelolaan perlindungan hidro-orologi lestari.


18. Petak adalah unit terkecil lahan hutan yang lokasi geografisnya bersifat
permanen, sebagai basis pemberian perlakuan pengelolaan, dan menjadi satuan
administrasi dari setiap kegiatan pengelolaan yang diterapkan atasnya.
19. Anak petak adalah bagian dari petak yang bersifat temporer, yang oleh sebab
yang tertentu memperoleh perlakuan silvikultur atau kegiatan pengelolaan yang
khusus.

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
20. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPH yang
merupakan bagian dari wilayah KPH yang dipimpin oleh Kepala Resort KPH dan
bertanggungjawab kepada Kepala KPH.
21. Rencana Pengelolaan Hutan KPH adalah rencana pada kesatuan pengelolaan
hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka
panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana
kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya
masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan
yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.
22. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan
pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka
benah pembangunan KPH.
23. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan hutan
berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis
petak/blok.
24. Rehabilitasi Hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan
dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas
dan perannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga
25. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya.
26. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran daya-daya alam, hama, penyakit, serta mempertahankan dan
menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan
hutan, hasil hutan investasi serta perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan.
27. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
28. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
29. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi.
30. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan.
9

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
31. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan tertentu
yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan teratur, hasilnya
digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pelaksanaan perencanaan
selanjutnya.
32. Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau menekan
penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu hasil sesuai
dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan, pengawasan dan penilaian
kegiatan.
33. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang
kehutanan.
34. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
35. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing
Natal.

10

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

BAB II DESKRIPSI KAWASAN


A. Risalah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal
B. Potensi Wilayah KPHP Model Mandailing Natal
C. Data dan Informasi Sosial Budaya
D. Data Informasi Ijin-Ijin Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan
E. Kondisi Posisi KPHP Model Mandailing Natal
dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan
Pembangunan Daerah
F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan

11

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
BAB II
DESKRIPSI KAWASAN
A. Risalah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal
Wilayah KPHP Model

Mandailing Natal secara geografis terletak antara

9852'22" sampai dengan 9931'57" Bujur Timur dan 0019'16" sampai dengan
0118'08" Lintang Utara. Secara administrasi masuk dalam 6 (enam) wilayah
adminstrasi Kecamatan yakni Kec. Muara Batang Gadis, Kec. Natal, Kec. Lingga
Bayu, Kec. Batang Natal, Kec. Ranto Baek, dan Kec. Batahan Kab Mandailing Natal.
Batas-batas wilayah KPHP Model Mandailing Natal adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Kabupaten Tapanuli Selatan;

Sebelah selatan

: Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumbar;

Sebelah Timur

: Taman Nasional Batang Gadis;

Sebelah Barat

: Kec. Muara Batang Gadis, Kec. Natal, Kec. Lingga Bayu, Kec.
Batang Natal, Kec. Ranto Baek, dan Kec. Batahan Kab
Mandailing Natal.

Wilayah KPHP Model Mandailing Natal memliki luas + 159,166 ha yang


pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia No. SK. 332/ Menhut-II/ 2010, dibagi menjadi lima (5) bagian berdasarkan
wilayah BKPH, yaitu sebagai mana tabel 1.
Tabel 1. Rincian Pembagian Unit KPH Model Mandailing Natal Berdasarkan Wilayah
BKPH.
Luas
No
BKPH
(Ha)
(%)
1 Siais
31.020
20,31
2 Muara Batang Gadis
33.085
19,87
3 Batang Angkola
35.636
21,70
4 Natal
34.030
20,72
5 Batang Natal
26.400
17,40
Jumlah
159.166
100,00
1. Luas Wilayah KPHP Model Mandailing Natal beserta Fungsi Hutan
Luas wilayah KPHP Model Manadailing Natal adalah + 159.166 ha. terdiri dari
Hutan Lindung (HL) seluas 13. 681 Ha, Hutan Produksi (HP) seluas 14.704 Ha
dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 131.780 Ha.
Pembagian Blok KPHP Model Mandailing Natal dengan luasan berdasarkan
fungsi hutan sebagaimana tabel 2.
12

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Tabel 2. Pembagian Blok KPH Berdasarkan Fungsi Hutan

Jenis
Hutan
HL

HP

No.

Blok KPH
HL Blok Inti
HL Blok Pemanfaatan
HP BLOK Pemanfaatan
HHK-HA
HP BLOK Pemanfaatan
HHK-HT
HP BLOK Pemanfaatan
Jasling HHBK
HP BLOK
Pemberdayaan
HP BLOK Perlindungan

Jumlah

Luas
(Ha)
3.556,22622
9.124,8348

Luas
(%)
2,23
5,73

133.604,279

83,94

1.021,60471

0,64

1.221,40531

0,76

390,426448

0,24

10.246,9372
159.165,714

6,43
100,00

2. Sejarah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal


Sebagian wilayah KPHP Model Mandailing Natal pada awalnya merupakan
wilayah Hutan Register, sedangkan sebagian lainnya merupakan penambahan pada
saat Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1967,
selanjutnya Paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) dengan
Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) sehubungan dengan UU Nomor 24 Tahun
1992, serta penambahan pada saat penunjukan kawasan hutan Propinsi Sumatera
Utara berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor SK.44/Menhut-II/2005 yang
merupakan penerapan UU Nomor 41 Tahun 1999.
Pada tahun 2010 menjadi

wilayah KPHP Model Mandailing Natal

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. SK. 332/
MENHUT-II/ 2010 tanggal 25 Mei 2010.

3. Aksesibilitas Kawasan
Aksesibilitas menuju wilayah KPHP Model Mandailing Natal adalah sebagai
berikut :
a. Dari Medan Propinsi Sumatera Utara menuju Kota Panyabungan dengan jarak
+ 500 km dapat ditempuh selama + 11 jam dengan kendaraan darat, dan 3-4 jam
dengan pesawat udara melalui Bandara Udara Aek Godang/Pinang Sori dan
dilanjutkan dengan kendaraan darat.
13

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
b. Dari Padang Propinsi Sumatera Barat menuju Kota Panyabungan dengan jarak
+ 400 km ditempuh selama + 8 jam.
c. Selanjutnya dari Kota Panyabungan menuju lokasi terdekat yang berada di Desa
Sopotinjak dengan jarak tempuh + 30 km selama + 1,5 jam. Kondisi jalan cukup
sempit, beraspal sebagian besar sudah rusak.
d. Selain di daerah Sopotinjak, aksesibilatas ke wilayah KPHP Model Mandailing
Natal pada umumnya jalan tanah dan hanya dapat dijangkau dengan kendaraan
double garden (4x4) wheel drive.

4. Iklim KPHP Model Mandailing Natal


Kondisi iklim di KPHP Model Mandailing Natal cukup bervariasi karena letak
wilayah yang beragam dari kawasan pesisir di bagian barat kawasan perbukitan dan
pegunungan di bagian timur. Pada daerah yang datar beriklim cukup panas bisa
mencapai 35C, sementara pada daerah yang berbukit dapat mencapai 18C, suhu
rata-rata 28,8C Kelembaban udara rata-rata bulanan berkisar antara 82,38% - 87%
dan rata-rata tahunan mencapai 85,13%. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan
Nopember dan kelembaban terendah pada bulan Juni.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt Fergusson, maka kondisi iklim Kabupaten
Mandailing Natal tergolong pada tipe iklim A (sangat basah) dengan nilai Q = 10%,
dengan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 170 -621 mm, dimana rata-rata
tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Februari. Jumlah hari
hujan rata-rata bulanan adalah 10,30 hari , dan jumlah hari hujan dalam setahun
mencapai rata-rata 124 hari, jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Desember, dan
yang terkecil pada bulan Juni.

5. Geologi dan Tanah KPHP Model Mandailing Natal


Jenis tanah yang terdapat di KPHP Model Mandailing Natal cukup beragam
yang didominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) dan Litosol. Tipe tanah seperti
ini membuat lahan di wilayah ini sebagian besar hanya cocok untuk tanaman
kehutanan dan tanaman keras/perkebunan. Jenis-jenis tanahnya adalah Podsolik
Merah Kuning, Litosol, Latosol, Regosol Kelabu, Alluvial dan Tanah Kapur Coklat.

14

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Dari tipe batuan maka wilayah KPHP Model Mandailing Natal secara geologi
didominasi oleh batuan Andesit muda, Permokarbon dan Paleogen terutama di
daerah pegunungan dan Alluvial di daerah rendah. Selain itu terdapat pula dalam
jumlah yang terlalu banyak batuan-batuan dari tipe Granit, Formasi Kapur dan
Diabas.
Berdasarkan peta geologi lembar Padangsidempuan dan Sibolga dan lembar
Lubuk Sikaping yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Bandung tahun
1983, formasi satuan batuan di wilayah Mandailing Natal adalah sebagai berikut :
a. Batuan yang diendapkan pada zaman kuartier. Batuan ini adalah Aluvium (Qh
dan Qp) terdiri atas pasir, kerikil dan lanau dengan penyebaran daerah pantai
barat dari bagian selatan Natal dan batuan gunung api Resen (Qhvsn) dan
gunung api resen (Qvsn) terdiri dari lava andesit piroksen dan breksi gunung api
dengan penyebaran di sekitar Gunung Sorik Marapi.
b. Batuan yang diendapkan pada zaman tersier. Dalam satuan batuan ini terdapat
formasi Sihapas (Tms) terdiri dari batu pasir kuarsa, serpih, batu lanau, dan
konglomerat, tersebar di sebelah timur Gunung Sorik Marapi. Formasi gunung api
Langsat (Tlvl) terdiri dari lava basa absarokitik, porfiritik yang kaya akan piroksen
dengan penyebaran di bagian barat daerah Mandailing Natal. Batuan gunung api
tak terbedakan (Tmv dan Tmvak), batuan aneka terobosan (Tmi), batuan
terobosan Mikrogranit Binail (Tmibi), batuan terobosan Intrusi Tambahan (Tmiti),
batuan terobosan Batolit Manunggal (Tmimn) terdiri dari granodiorit.
c. Batuan yang diendapkan pada zaman pra tersier. Batuan ini termasuk dalam
kelompok batuan tertua di Sumatera, yaitu kelompok Woyla, kelompok
Peusangan dan kelompok Tapanuli, serta satu kelompok yang tidak terbedakan.
Keadaan umum batuan yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal
adalah : Permakarbon 170.260 Ha (25,33%), Diabas 12.910 Ha (1,92%), Andasit
Tua 6.240 Ha (0,93%), Andasit Muda 127.560 Ha (18,98%), Granit 28.220 Ha
(14,03%), Alluvial 196.910 Ha (29,930%) dan Kapur 29.640 Ha (4,41%). Komoditi
dan vahan galian di Mandailing Natal adalah : batubara, gambut, perak, tembaga,
timble, seng, emas, cronium, platinum, bismuth, mangan, molibdenium, besi,
tellunium, terpentin, marmer, batu mulia, kaolin, batu gamping, phosphat, lempung,
sirtu, batu kapur, tras, batu kali (andsit, biorite), granit slate (batu tulis), grafit,
15

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
bentonit, talk, belerang, kalsit, kuarsa, dolomite, arsen, antimony, timah putih dan
pasir kuarsa.

6. Ketinggian Tempat dan Topografi KPHP Model Mandailing Natal


KPHP Model mandailing Natal memiliki kondisi bentang alam yang sangat
variatif yang dimulai dari daerah pantai sampai daerah bergunung-gunung pada
rentang ketinggian antara 0 2.150 meter di atas permukaan laut. Umumnya daerah
Kabupaten Mandailing Natal berada pada ketinggian antara 500 1.000 m dpl atau
sebesar 34 % dari seluruh luas wilayah, disusul oleh ketinggian 1.000-1.500 m dpl
sebesar 22,5 % dan daerah pada ketinggian 0 -150 m dpl sebanyak 17 %, sisanya
terletak pada ketinggian 150-500 m dpl dan di atas 2.000 m dpl.
Umumnya daerah KPHP Model Mandailing Natal berada pada daerah yang
curam dengan kemiringan lereng lebih dari 40 % yang meliputi 51 % total wilayah
kabupaten. Hal ini menandakan bahwa karakteristik fisik lahan kabupaten Mandailing
sangat penting di sektor kehutanan khususnya untuk daerah perlindungan daerah
bawahan. Daerah dengan kemiringan lereng antara 0-15% sebanyak 35 % dari luas
total dan sisanya berada pada kemiringan lereng sekitar 15-40 %.

7. Tutupan Lahan KPHP Model Mandailing Natal


Penutupan Lahan pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal disajikan pada
tabel dibawah ini :

16

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Tabel. 3. Penutupan Lahan pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal
Penutupan Lahan

Luas (Ha)

Hutan lahan kering primer

19.921

Hutan lahan kering sekunder

81.192

Hutan rawa primer

Semak belukar

32.852

Perkebunan

2.081

Pemukiman

Terbuka

3.186

Air

19

Hutan mangrove sekunder

294

Hutan rawa sekunder

2.998

Semak belukar rawa

5.411

Pertanian lahan kering

9.166

Pertanian lahan kering campur semak

843

Sawah

591

Rawa

611

TOTAL

159.166

Sumber : Hasil Analisis SIG KPHP Model Mandailing Natal (BPKH Wilayah I Medan)
8. DAS KPHP Model Mandailing Natal
Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) pada wilayah KPHP Model
Mandailing Natal disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. DAS pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal
NO

Nama

DAS Bataham

4.380,647

2,75

DAS Batang Gadis

101.779,13

63,94

DAS Bintuas

4.131,0679

2,59

DAS Kukun

12.343,856

7,75

DAS Natal

25.285,956

15,88

DAS Singkuang

11.245,055

7,06

159.165,713

100,00

Jumlah

Luas (Ha)

Luas (%)

17

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
9. Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Organisasi KPHP Mandailing Natal merupakan UPTD. Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, yang dipimpin seorang Kepala. UPTD
setingkat Eselon IVa dibantu seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, staf,
fungsional polhut, penyuluh dan pengendali ekosistem hutan. Struktur organisasi
KPHP Model Mandailing Natal seperti gambar 1.

Gambar 1 : Struktur organisasi KPHP Model Mandailing Natal

Sumber Daya Manusia yang dimiliki saat ini 1 (satu) orang Sarjana Kehutanan
dan 6 (enam) orang SMA/SMK Kehutanan.
10. Rencana Penataan Blok dan Petak
Rencana pembagian blok pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal
disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. Pembagian Blok KPHP Model Mandailing Natal.

No
1

HL Blok Inti

Luas
(Ha)
3.556,226

HL Blok Pemanfaatan

9.124,835

5,73

HP BLOK Pemanfaatan HHK-HA

133.604,279

83,94

HP BLOK Pemanfaatan HHK-HT

1.021,605

0,64

HP BLOK Pemanfaatan Jasling HHBK

1.221,405

0,76

HP BLOK Pemberdayaan

390,426

0,24

HP BLOK Perlindungan

10.246,937

6,44

159.165,714

100,00

Blok KPH

Jumlah Total

Luas
(%)
2,23

18

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
B. Potensi Wilayah KPHP Model Mandailing Natal
1. Potensi Hasil Hutan Kayu
Berdasarkan hasil pengolahan terhadap hasil pengambilan data lapangan
sebanyak 12 sampel plot, maka diperoleh potensi tegakan pohon dengan rata-rata
volume tegakan sebesar 128.77 m3/ha dengan rata-rata jumlah batang 133.48
batang/ha. Dugaan potensi tegakan dan volume pada lokasi kegiatan inventarisasi
hutan seluas lebih kurang 92.960,65 ha yaitu sebesar 11.970.542,00 m 3 dengan
jumlah batang sebanyak 12.408.387,00 batang.
Jenis hasil hutan kayu yang mendominasi yaitu jenis Medang (Litsia firma
HK.F), Kelat (Xylopia altissima Boerl), Lesi-lesi (Tarretia), Meranti (Shorea sp.),
Resak (Fatica Songa V.Si), dan Laban (Vitex pubescens Valil), Kapur, Kruing, Bania,
Merbau, Rengas dan hasil hutan kayu lainnya berdasarkan hasil inventarisasi
selanjutnya yang potensial dikembangkan/dimanfaatkan.
2. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu
Jenis hasil hutan bukan kayu yang ada seperti : Sarang Walet, Rotan, Lebah
Madu, Gaharu, Getah/Resin, Palem Hutan, Bambu, anggrek, damar, kayu manis,
durian, dan aren, dan hasil hutan bukan kayu lainnya berdasarkan hasil inventarisasi
selanjutnya yang potensial dikembangkan/dimanfaatkan.
3. Keberadaan Flora dan Fauna Langka
Dengan kondisi alam yang khas dan vegetasi yang masih cukup alami dan
lokasinya yang berbatasan langsung Taman Nasional Batang Gadis memungkinkan
wilayah KPHP Model Model Mandailing Natal masih memiliki flora dan fauna langka.
Flora langka tersebut diantaranya : kucing emas, macan dahan, harimau sumatera,
beruang madu, binturong, kubung, tapir, trenggiling, ungko tangan hitam, ungko
tangan putih, siamang, kukang bukang dan landak. Sedangka flora langka,
diantaranya adalh : bungan bangkai kentorng semar.

4. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam


Sebagian besar hutan di wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan hutan
heterogen, demikian juga dengan hutan yang ada pada unit KPHP Model Mandailing
19

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Natal. Dari hutan alam tersebut diperoleh manfaat ekologis seperti sebagai
pemeliharaan keanekaragaman hayati dan sebagai perlindungan terhadap tata air.
Pada lokasi kegiatan inventarisasi potensi wilayah unit pengelolaan KPHP
Model Mandailing Natal di Kabupaten Mandailing Natal terdapat bentang alam yang
spesifik diantaranya adanya gua-gua batu yang berada di Desa Bandar Melayu dan
Air terjun di Desa Aek Holbung, serta tebing yang yang terjal yang berada di Desa
Nangali.

Selain itu juga di sepanjang Sungai Batang Natal

kandungan

emas

dan

oleh

masyarakat

setempat

banyak terdapat

dimanfaatkan

dengan

menambangnya.
Selain itu juga terdapat sumber-sumber mata air, aliran sungai untuk
pemanfaatan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), potensi aliran air
sungai untuk arung jeram, lokasi potensial camping ground, potensial track lintas
alam, pemandangan alam dan hawa sejuk dari panatapan Dolok Martimbus, dan
desa-desa alami dengan budaya yang cukup khas seperti Desa Sopotinjak, dan
sebagainya.

C. Data dan Informasi Sosial Budaya

1. Kependudukan
Tabel 6 dibawah ini menjelaskan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
di Desa Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan
Tigo tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010.
Tabel 6. Luas, jumlah dan kepadatan penduduk menurut desa
Nama Desa
Muaro Bangko
Banjar Maga
Manuncang
Sudutan Tigo

Luas
(Ha)
4.9124,37
657,67
668
1.190

2007
Jmlh Kpdtn
Pddk Pddk
998
20
380
58
637
17
1161
43

2008
Jmlh Kpdtn
Pddk Pddk
1.010
20
385
59
649
17
1172
45

2009
Jmlh Jmlh
Pddk Pddk
1.025
20
391
59
657
17
1182
45

2010
Jmlh Jmlh
Pddk Pddk
1.473
57
555
84
668
20
1190
48

Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka
Tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Muaro Bangko, Desa Banjar
Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan Tigo dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah
ini:
20

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Tabel 7. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2007
No Nama Desa
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
Muaro Bangko
540
458
998
2
Banjar Maga
187
193
380
3
Manuncang
326
342
668
4
Sudutan Tigo
592
588
1190
Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka
Tahun 2008
Tabel 8. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2008
No
Nama Desa
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 Muaro Bangko
546
464
1.010
2 Banjar Maga
189
196
385
3 Manuncang
331
318
649
4 Sudutan Tigo
638
534
1172
Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka
Tahun 2009
Tabel 9. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2009
No
Nama Desa
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 Muaro Bangko
555
470
1.025
2 Banjar Maga
192
199
391
3 Manuncang
338
319
657
4 Sudutan Tigo
612
572
1182
Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka
Tahun 2010
Tabel 10. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2010
No
Nama Desa
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 Muaro Bangko
726
747
1.473
2 Banjar Maga
279
276
555
3 Manuncang
371
297
668
4 Sudutan Tigo
563
627
1.190
Sumber: : Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis dan
Kecamatan Natal Dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan jumlah sarana pendidikan, murid dan guru di Desa Banjar Maga
sampai dengan tahun 2012 hanya ada satu buah TK dengan jumlah ruang kelas 2
buah, jumlah murid 20 orang serta jumlah guru 4 orang. Sedangkan di Desa Muaro
Bangko terdapat satu buah SD dan satu buah SMP. SD di Desa Muaro Bangko
memiliki 9 ruang kelas dengan 376 orang murid dan 12 orang guru. Sedangkan SMP
yang terdapat di Desa Muaro Bangko memiliki 6 ruang kelas dengan 175 orang
murid dan 12 orang guru (Sumber: Kecamatan Ranto Baek dalam angka tahun 2011,
21

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Daftar Isian Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa Sekitar Hutan
Tahun 2012).
Desa Manuncang memiliki SD yang terdiri dari 6 ruang kelas dengan 157
orang murid dan 6 orang guru, sedangkan SMP yang terdapat di Desa Manuncang
memiliki 3 ruang kelas dengan 85 orang murid dan 10 orang guru. Desa Sudutan
Tigo 1 TK/TPA dengan jumlah kelas 1, jumlah murid 62 orang dan jumlah guru 2
orang. Desa Sudutan Tigo memiliki 2 SD dengan jumlah ruangan 6 buah, jumlah
murid 200 orang dan jumlah guru 13 orang, sedangkan SMP yang terdapat di Desa
Sudutan Tigo sebanyak 1 buah, dengan jumlah kelas 1 buah, jumlah murid 3 orang
dan jumlah guru 8 orang (Sumber: Kecamatan Muara Batang Gadis dalam angka
tahun 2011, Daftar Isian Kondisi Social Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa
Sekitar Hutan Tahun 2012).
Agama yang dianut di Desa Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, dan Desa
Manuncang adalah beragama Islam, sedangkan Desa Sudutan Tigo penduduknya
menganut agama Islam dan agama Kristen. Suku yang mendiami Desa Banjar Maga
dan Desa Manuncang semuanya suku Mandailing, suku yang mendiami Desa Muaro
Bangko terdiri dari suku Mandailing dan suku Jawa, dan suku yang mendiami Desa
Sudutan Tigo terdiri dari suku Mandailing, suku Melayu, suku Nias dan suku Jawa.
Bahasa yang digunakan di kedua desa ini adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa
Mandailing.

2. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya


a) Kondisi Sosial Budaya
Beberapa dekade sebelum berlakunya UU No.5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa, masyarakat Mandailing Natal sudah tidak lagi hidup dalam
format kerajaan. Pengaturan mengenai hubungan masyarakat dengan tanah juga
sudah ditata melalui Undang-Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 dan aturan
lain

yang

kemudian

lahir

sebagai turunannya.

Selanjutnya

dengan

corak

pemerintahan Orde Baru juga semakin menempatkan komunitas desa sebagai objek
dari pada subjek dalam pengambilan keputusan yang menyangkut penataan
kehidupan mereka sebagai warga kolektif. Dalam suasana yang demikian itulah
komunitas desa-desa termasuk yang hidup di sekitar Taman Nasional Batang Gadis,
menata kehidupan sosial dan kelembagaan mereka.
22

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Tidak mengherankan bahwa gejala yang mengemuka adalah adanya suasana yang
ambigu dimana disatu sisi terdapat sistem pemerintahan desa yang formal,
sedangkan disisi lain masih banyak aspek kehidupan masyarakat yang diatur dalam
tatanan lama berdasarkan adat terdahulu.
Budaya asli masyarakat di Mandailing Natal ini sudah banyak dipengaruhi oleh
agama Islam, salah satu contohnya adalah dalam kegiatan perekonomian
masyarakat yang dipersingkat pada hari Jumat. Hal tersebut berdasarkan
pertimbangan bahwa hari Jumat merupakan hari kerja paling pendek karena mereka
khususnya kaum pria wajib menunaikan ibadah sholat Jumat di siang hari dan
setelah maghrib para kaum wanita harus mengikuti kegiatan pengajian Al-Quran.
Umumnya budaya yang dianut oleh masyarakat Mandailing Natal adalah
berdasarkan kepercayaan mereka terhadap agama Islam dan juga budaya yang
berasal dari kerajaan terdahulu (berdasarkan sistem kasta).
Sistem adat yang masih dianut tersebut adalah Harajoan (Raja), Hatobagun
(Pimpinan tiap marga), Naposo dan Nauli Bulung (Kelompok pemuda dan pemudi
desa) dan Hulu Balang. Namun dengan masuknya sistem pemerintahan Indonesia,
budaya tersebut mulai terkikis. Budaya lain yang masih dianut oleh masyarakat
terutama disekitar aliran sungai yang cukup besar adalah Budaya Lubuk Larangan.
Lubuk Larangan merupakan habitat atau tempat berkumpulnya ikan untuk
berkembang biak dan berlindung dari upaya penangkapan. Dan disebut larangan
karena tidak bisa dimanfaatkan secara leluasa dan untuk kepentingan pribadi, tetapi
melalui musyawarah dan untuk kepentingan pembangunan desa. Umumnya rentang
waktu panen lubuk larangan adalah dua kali setahun (pada 17 Agustus dan juga
pada hari Raya Idul Fitri) atau ditetapkan sesuai dengan kesepakatan oleh
masyarakat desa.

b) Kondisi Ekonomi
Pasar atau pekan merupakan media tempat jual beli warga desa, baik di Desa
Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan Tigo. Di
setiap desa ini masing-masing terdapat 1 (satu) unit pasar atau pekan.Selain pasar,
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, di desa juga tersedia beberapa toko
dan warung/kios. Hasil-hasil pertanian selain dijual ke pasar, warga juga
memanfaatkan jasa pedagang pengumpul atau cukong untuk menjual hasil
pertaniannya.
23

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Sebagai media transportasi, Desa Muaro Bangko dan Desa Sudutan Tigo
sedikit lebih baik dibanding Desa Banjar Maga dan Desa Manuncang, karena Desa
Muaro Bangko dan Desa Sudutan Tigo sudah menggunakan truk/mobil barang dan
mobil penumpang sebagai sarana transportasi. Sedangkan Desa Banjar Maga dan
Desa Manuncang masih menggunakan ojek motor sebagai alat transportasi di
desanya.
Tani merupakan mata pencaharian utama warga Desa Muaro Bangko, Desa
Banjar Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan Tigo. Hasil tani yang diperoleh
warga berasal dari kebun karet, padi sawah/ladang, dan kebun sawit. Untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, warga sangat menggantungkan dari hasil panen
kebun karet. Bagi warga desa yang melakukan perladangan berpindah, supaya
diberi penyuluhan dan pembinaan agar melakukan pertanian yang menetap.
Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari perambahan hutan yang lebih luas dan
menghindari pembakaran pada saat pembukaan hutan.

c) Kondisi Pendidikan
Sarana Pendidikan Sekolah Dasar (SD) terdapat di setiap desa, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terdapat pada setiap ibukota kecamatan dan
beberapa desa. Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) terdapat pada ibukota
kabupaten dan beberapa ibukota kecamatan, sedangkan Perguruan Tinggi belum
ada di ibukota kabupaten. Fasilitas sekolah di Kabupaten Mandailing Natal, Sekolah
Dasar (SD) sebanyak 380 buah, terdiri dari SD Negeri 175 buah, SD Inpres 194
buah, Madrasah Ibtidaiyah 3 buah dan SD Swasta 8 buah. SMP/MTs baik negeri
maupun swasta 94 buah dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri dari SMU,
SMK dan MA baik negeri maupun swasta berjumlah 48 buah, seperti terperinci pada
Tabel 11.

24

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Tabel 11. Jumlah Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas per Kecamatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kecamatan
Batahan
Batang Natal
Lingga Bayu
Kota Nopan
Ulu Pungkut
Tambangan
Lembah Sorik Merapi
Muara Sipongi
Panyabungan
Panyabungan Selatan
Panyabungan Barat
Panyabungan Utara
Panyabungan Timur
Natal
Muara Bt. Gadis
Siabu
Bukit Malintang

SD/MI
37
29
30
36
11
23
11
17
41
11
10
21
10
24
9
43
17

SMP/MTs SMA/MA
9
4
4
3
5
1
11
7
2
6
3
2
2
4
1
13
12
2
1
1
4
2
2
1
8
3
3
1
14
7
3

Jumlah
380
94
Sumber: Mandailing Natal Dalam Angka Tahun 2010

KET

48

Tingkat penggunaan sekolah dasar terhadap jumlah murid, untuk Sekolah


Dasar (SD) mempunyai rata-rata murid persekolah sebesar 192 orang. Dengan
jumlah murid sebanyak 64.694 orang dan jumlah guru SD sebanyak 1.261 orang,
maka rata-rata murid per guru sebesar 51 orang. Rata-rata murid per guru terbesar
di Kecamatan Panyabungan dan terkecil di Kecamatan Ulu Pungkut.
Jika dilihat dari rasio murid dengan guru di Kabupaten Mandailing Natal, ini
masih di atas standar yaitu 51 murid per guru, karena untuk standar pembelajaran
yang efektif adalah 30 murid per guru. Di Kecamatan Panyabungan memiliki rasio
terbesar yaitu 333 murid per sekolah, dan Kecamatan Ulu Pungkut mempunyai rasio
terkecil yaitu 22 murid per sekolah. Pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP), rasio murid terhadap sekolah adalah sebesar 232 murid per
sekolah. Rasio tertinggi terdapat di Kecamatan Panyabungan yaitu 377 murid per
sekolah dan yang terendah terdapat di Kecamatan Muara Batang Gadis yaitu 76
murid untuk setiap sekolah.

25

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Sementara itu rasio murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang terdiri dari Sekolah
Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah
(MA) baik negeri dan swasta sebesar 322 murid per sekolah. Rasio tertinggi terdapat
di Kecamatan Panyabungan yaitu 492 murid per sekolah dan terendah di Kecamatan
Muara Batang Gadis yaitu 48 murid per sekolah.

d). Pola Hubungan Masyarakat dengan Hutan


Pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat Desa Banjar Maga, Desa Muaro
Bangko, Desa Sudutan Tigo dan Desa Manuncang untuk perladangan lebih kurang 1
(satu) ha setiap KK per tahun. Alat yang digunakan untuk kegiatan perladangan di
lahan hutan masih bersifat tradisional seperti kampak, parang dan beliung. Tanaman
utama yang ditanam di ladang antara lain padi, sayuran dan karet.
Hasil hutan kayu dan non kayu untuk konsumsi masyarakat (tidak dijual) yang
diperuntukkan untuk obat-obatan, perlengkapan rumah tangga dan lain-lain terdiri
dari: rotan yang diperuntukkan sebagai pengikat, pohon yang diperuntukkan untuk
pembangunan rumah penduduk, tumbuhan obat-obatan, burung untuk dipelihara dan
madu untuk diperdagangkan.
Untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat juga memiliki hewan ternak yang
tediri dari kambing, ayam dan itik. Beternak dilakukan untuk hobi dan pemenuhan
kebutuhan saja. Beternak belum dikembangkan sebagai mata pencaharian yang
dapat lebih meningkatkan tarap hidup masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan agar pembukaan hutan untuk kepentingan perladangan
berpindah dan perluasan kebun karet, antara lain membina petani beternak lebah
madu. Beberapa warga desa telah melakukan pekerjaan mencari madu di hutan
untuk dijual yang digunakan sebagai penambahan pendapatan keluarga. Tugas
penyuluh

dari

pemerintah

untuk memberikan

pembelajaran

kepada

warga

masyarakat desa tentang tata cara beternak lebah madu. Dengan dikembangkannya
lebah madu, maka diharapkan masyarakat desa tidak perlu lagi menjelajahi hutan
untuk mendapatkan madu.
Pengembangan sektor peternakan juga dipandang sebagai usaha tani yang
dapat menambah pendapatan warga desa sekaligus dapat meningkatkan keamanan
terhadap perambahan hutan.
Pendampingan dari pemerintah sangat diperlukan agar warga desa menjadi
lebih paham cara berternak yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan
26

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
pendapatan keluarga dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
keluarga dan hobi saja. Kawasan di pinggiran hutan dapat dimanfaatkan sebagai
areal peternakan dengan pola silvopasture, dengan dikembangkannya sistem
silvopasture selain pendapatan warga desa akan semakin meningkat, kelestarian
kawasan hutan juga akan lebih terjamin. Sistem ini memungkinkan terjaganya
produksi pakan ternak yang dibutuhkan sementara tetap menghasilkan produk kayu
bernilai ekonomis tinggi. Silvopasture dapat diciptakan dengan dua cara, yaitu
dengan meningkatkan mutu tanaman pakan ternak (forage) dibawah tegakan yang
ada atau menanam pohon areal bekas perladangan berpindah yang telah menjadi
padang rumput atau semak belukar.
Usaha tani budidaya perikanan darat juga dapat menjadi alternatif
peningkatan

pendapatan

warga

desa.

Beberapa

jenis

ikan

yang

dapat

dikembangkan sebagai budidaya ikan darat adalah ikan mas, ikan tawes, ikan nila,
ikan gurame, dan ikan lele. Pengembangan perikanan darat dapat dilakukan
mengingat desa Banjar Maga dan Desa Muaro Bangko memiliki sungai yang tidak
kering sepanjang tahun, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk
budidaya ikan darat.
Koordinasi lintas sektor di pemerintahan perlu ditingkatkan untuk menjamin
tercapainya kesejahteraan hidup warga desa di pinggir hutan. Sistem perladangan
berpindah yang dilakukan oleh warga desa selama ini harus diganti dengan sistem
pertanian intensif.
Pertanian intensif merupakan usaha memberdayakan suatu petak lahan untuk
menghasilkan produksi pertanian setinggi mungkin, termasuk penggunaan teknologi
pertanian. Hasil usaha pertanian intensif biasanya sangat tinggi karena didukung
oleh teknologi pertanian seperti penggunaan pupuk, pestisida, benih unggul,
perawatan, pemanenan dan pemrosesan produk pascapanen. Intensifikasi pertanian
dijamin akan meningkatkan kesejahteraan warga desa sekitar hutan selain juga
meningkatkan kelestarian keberadaan kawasan hutan di sekitar desa.
Beberapa hal di atas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan
warga desa sekitar hutan dengan cara memafaatkan tanah-tanh kosong, semak
belukar bekas perladangan berpindah. Tugas pemerintah untuk membina dan
mendampingi warga desa untuk pencapain-pencapaian hasil pertanian yang lebih
baik sehingga kesejahteraan warga desa sekitar hutan menjadi lebih baik.
27

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Untuk areal dipinggir kawasan hutan, pemanfaatannnya dimasa yang akan datang
menjadi tugas petugas KPH di lapangan. Berbagai pola dapat dimanfaatkan seperti
HTR dan Hutan Kemasyarakatan.
Petani yang memiliki kebun karet yang berada didalam kawasan hutan
dipinggiran desa, diberi penyuluhan dan pembinaan supaya kebun karetnya
dipertahankan kelestariannya dengan menanam tanaman kehutanan disela-sela
tanaman karet dan dipinggir kebun karet.
Pelaksanaan penataan batas kawasan hutan segera dilaksanakan dengan
melibatkan masyarakat desa. Jelaskan kepada mereka bahwa kebun karet milik
warga desa yang berada dalam kawasan hutan hanya boleh diusahakan dan
diberikan jaminan kelestarian usahanya tanpa harus menjualnya karena merupakan
kawasan hutan.
Seperti yang dijelaskan di atas, kelestarian hutan di sekitar desa akan terjamin
jika melibatkan partisipasi warga desa sekitar hutan. Warga desa akan mampu
melakukan berbagai usaha di luar kawasan hutan dengan pemberian modal dan
pendampingan. Pemerintah harus mengalokasikan anggaran untuk modal usaha
warga desa sekitar hutan dan honor bagi tenaga-tenaga pendamping di lapangan.
Warga desa tidak akan mampu untuk mengalihkan sistem usahanya yang tradisional
ke yang lebih modern karena memerlukan modal dan pengetahuan sehingga
memerlukan tenaga pendamping.
Hal penting lainnya adalah jaminan pemasaran hasil pertanian warga desa.
Jaminan pemasaran terdiri dari jaminan pasar dan jaminan harga. Semangat warga
desa untuk berusaha di luar kawasan hutan akan lebih baik jika hasil petanian,
perikanan, peternakan dan lain-lain mendapat jaminan pasar dan jaminan harga
yang menguntungkan. Peranan pemerintah secara konsisten kembali dibutuhkan
untuk jaminan pemasaran hasil pertanian warga desa. Apa bila jaminan pemasaran
hasil pertanian dan pendampingan dalam proses berproduksi diabaikan, bisa
dipastikan ketertarikan warga untuk berusaha di luar kawasan hutan akan hilang dan
akan kembali menggantungkan hidupnya terhadap kawasan hutan.

28

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
3. Kelembagaan Masyarakat
a. Desa Banjar Maga
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Ranto Baek tahun 2011,
Desa Banjar Maga memiliki luas wilayah desa 657,67 ha dengan jumlah penduduk
sebanyak 555 jiwa.
Masyarakat Desa Banjar Maga semuanya merupakan suku Mandailing yang
berjumlah 136 KK yang terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Semua
warga masyarakat menganut Agama Islam. Mata pencaharian pokok di Desa Banjar
Maga adalah bertani, hal ini ditunjukkan dengan jumlah petani di desa ini 616 KK.
Luas lahan usaha tani yang digarap oleh masyarakat seluas kurang lebih 272 Ha.
Selain padi sawah dan padi ladang, komoditi tanaman pertanian juga didominasi
oleh tanaman karet. Beberapa warga masyarakat sudah mulai mengembangkan
tanaman kelapa sawit sebagai penghasilan tambahan.
Selain tokoh formal seperti Kepala Desa dan Sekretaris Desa, juga terdapat
tokoh non formal yang dihormati di desa ini yaitu tokoh adat yang bergelar Raja
Pandapotan dan Imam Masjid. Tokoh adat umumnya berfungsi pada saat
penyelenggaraan perkawinan masyarakat, dan membuka lubuk larangan. Lubuk
larangan merupakan lubuk yang dijadikan tempat pemelihara ikan yang hanya boleh
dipanen sekali setahun dengan acara adat. Panen lubuk larangan diselenggarakan
oleh seluruh warga desa. Lubuk larangan tidak boleh dipanen sebelum waktu panen,
kalau terdapat warga melakukan pemancingan ikan atau mengambil ikan sebelum
waktunya, maka warga tersebut akan mendapat sanksi adat.
Upacara adat yang dilakukan di Desa Banjar Maga terdiri dari upacara adat
perkawinan,

acara

nasar

tahunan

dan

membuka

lubuk

larangan.

Selain upacara adat, terdapat juga kegiatan gotong royong seperti berburu babi dan
penanaman padi. Menanam padi yang disebut mordang dilakukan dengan cara
gotong royong biasanya dilaksanakan 20-an (dua puluhan) warga
.
b. Desa Muaro Bangko
Sesuai data Badan Pusat Statistik Kecamatan Ranto Baek tahun 2011, Desa
Muaro Bangko merupakan salah satu desa di Kecamatan Ranto Baek, memiliki luas
wilayah desa 4.942,37 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 1.473 jiwa.

29

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Suku yang mendiami Desa Muaro Bangko adalah suku Mandailing yang terdiri
dari 282 KK dan Suku Jawa sebanyak 27 KK. Semua warga masyarakat menganut
Agama Islam. Mata pencaharian masyarakat di Desa Muaro Bangko terdiri dari
bertani, PNS, Pedagang, pengrajin dan buruh.
Kepala Desa dan Sekretaris Desa merupakan tokoh formal yang dihormati
masyarakat. Selain tokoh formal, masyarakat juga menghormati tokoh-tokoh non
formal seperti tokoh adat dan tokoh agama. Beberapa tokoh adat yang dihormati
adalah Natoras, Naposo Bulung, dan Nauli Bulung. Sedangkan tokoh agama yang
dihormati antara lain Imam Masjid, Alim Ulama, dan Pengurus Masjid. Peranan tokoh
adat adalah penyelenggaraan perkawinan, membuka lubuk larangan dan membuka
lahan.
Gotong royong merupakan kegiatan sosial yang masih kental di Desa Muaro
Bangko. Beberapa kegiatan yang dilakukan secara bergotong royong adalah
pembersihan lahan kebun, membangun rumah warga, serta membersihkan tanah
wakaf (makam). Gotong royong pembersihan kebun biasanya dilakukan 2 (dua) kali
setahun yang diikuti 400-an warga. Membangun rumah warga dilakukan secara
gotong royong dengan frekuensi 5 (lima) kali setahun dengan jumlah warga yang ikut
sebanyak 20-an orang warga. Sedangkan membersihkan tanah wakaf (makam)
dilakukan sekali setahun yang dilakukan lebih kurang 50 warga.

c. Desa Manuncang
Sesuai data Badan Pusat Statistik Kecamatan Muara Batang Gadis tahun
2011, Desa Manuncang memiliki luas wilaya desa 2831,26 ha dengan jumlah
penduduk sebanyak 688 jiwa.
Masyarakat Desa Manuncang semuanya merupakan suku Mandailing yang
berjumlah 167 KK yang terdiri dari penduduk asli. Semua warga masyarakat
menganut Agama Islam. Mata pencaharian pokok di Desa Manuncang adalah
bertani, hal ini ditunjukkan dengan jumlah petani di desa ini 167 KK. Luas lahan
usaha tani yang di garap oleh masyarakat seluas kurang lebih 637 Ha. Selain padi
sawah dan padi ladang, komoditi tanaman pertanian juga didominasi oleh tanaman
karet. Beberapa warga masyarakat sudah mulai mengembangkan tanaman kelapa
sawit sebagai penghasilan tambahan.

30

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Selain tokoh formal seperti Kepala Desa dan Sekretaris Desa, juga terdapat
tokoh yang dihormati di desa ini yaitu tokoh adat yang bergelar Raja Pandapotan dan
imam masjid. Tokoh adat umumnya berfungsi pada saat penyelenggaraan
perkawinan masyarakat, dan membuka lubuk larangan. Lubuk larangan merupakan
lubuk yang dijadikan tempat pemelihara ikan yang hanya boleh dipanen sekali
setahun dengan acara adat. Panen lubuk larangan diselenggarakan oleh seluruh
warga desa. Lubuk larangan tidak boleh dipanen sebelum waktu panen, kalau
terdapat warga melakukan pemancingan ikan atau mengambil ikan sebelum
waktunya, maka warga tersebut akan mendapat sanksi adat.
Upacara adat yang dilakukan di Desa Manuncang terdiri dari upacara adat
perkawinan, acara nasar tahunan dan membuka lubuk larangan. Selain upacara
adat, terdapat juga kegiatan gotong royong seperti berburu babi dan penanaman
padi. Menanam padi yang disebut mordang biasanya dilakukan dengan cara gotong
royong biasanya dilaksanakan 20 an (dua puluhan) warga.
d. Desa Sudutan Tigo
Badan Pusat Statistik Kecamatan Natal tahun 2011, Desa Sudutan Tigo
merupakan salah satu desa di Kecamatan Natal yang memiliki luas wilayah desa
2.842,3 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 1.190 jiwa.
`Suku yang mendiami Desa Sudutan Tigo adalah suku Mandailing, Jawa dan
Nias yang terdiri dari 245 KK dan Suku Jawa sebanyak 18 KK. Semua warga
masyarakat menganut Agama Islam. Mata pencaharian masyarakat Desa Sudutan
Tigo terdiri dari bertani, PNS, Pedagang, pengrajin dan buruh.
Kepala Desa dan Sekretaris Desa merupakan tokoh formal yang dihormati
masyarakat. Selain tokoh formal, masyarakat juga menghormati tokoh-tokoh non
formal seperti tokoh adat dan tokoh agama.
Beberapa tokoh adat yang dihormati adalah Natoras, NaposoBulung, dan
NauliBulun. Sedangkan tokoh agama yang dihormati antara lain Imam Masjid, Alim
Ulama, dan Pengurus Masjid. Peranan tokoh adat adalah penyelenggaraan
perkawinan, membuka lubuk larangan dan membuka lahan.
Gotong royong merupakan kegiatan sosial yang masih kental di Desa Sudutan
Tigo. Beberapa kegiatan yang dilakukan secara bergotong royong adalah
pembersihan lahan kebun, membangun rumah warga, serta membersihkan tanah
wakaf (makam).
31

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Gotong royong pembersihan kebun biasanya dilakukan 2 (dua) kali setahun yang
diikuti sekitar 350 warga. Membangun rumah warga dilakukan secara gotong royong
dengan frekuensi 5 (lima) kali setahun dengan jumlah warga yang ikut sebanyak 20
an orang warga. Sedangkan membersihkan tanah wakaf (makam) dilakukan sekali
setahun yang dilakukan lebih kurang 50 warga.

D. Data Informasi Ijin-Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan


Ijin pemanfaatan hutan yang ada di wilayah KPHP Model Mandailing Natal
diantaranya :
a.

IUPHHK-HA PT. Inanta Timber seluas 32.783,50 Ha

b.

IUPHHK-HA PT. Teluk Nauli seluas 21.976,53 Ha

c.

IUPHHK-HA PT. Gunung Raya Utama Timber Industri (Gruti)

d.

IUPHHK-HT PT. Anugerah Rimba Makmur seluas 47.091,06 Ha

E. Kondisi Posisi KPHP Mandailing Natal dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah
dan Pembangunan Daerah
Posisi areal kerja KPHP Model Mandailing Natal dalam tata ruang wilayah
dan pembangunan Propinsi Sumatera Utara berdasarkan Perda No. 7 Tahun 2003
tentang RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003 2018 berada dalam pola
ruang Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP), Hutan Lindung (HL).
Sedangkan berdasarkan Draft RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010
2030 yang telah dibahas oleh Tim Teknis BKTRN dan
subtansi dari Kementerian PU posisi areal

mendapat persetujuan

kerja KPHP Model Mandailing Natal

berada dalam pola ruang Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP),
Hutan Lindung (HL) dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK).
Posisi areal kerja KPHP Model Mandailing Natal dalam tata ruang wilayah
dan pembangunan Kabupaten Mandailing Natal sebagai Hutan Produksi Terbatas
(HPT) Hutan Produksi (HP), Hutan Lindung (HL) dan Hutan Produksi yang dapat di
Konversi (HPK). Tahapan penyusunan rencana tata ruang Kabupaten Mandailing
Natal saat ini dalam pembahasan rancangan peraturan daerah.

32

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan
1. Kelembagaan dan SDM
Posisi KPHP Model Mandailing Natal dalam Struktur Organisasi Pemerintahan
Kabupaten Mandailing Natal yang berada di bawah Dinas Kehutanan dan
Perkebunan sebagai sebuah UPTD. Perlu peningkatan kelembagaan KPHP
Mandailing Natal menjadi sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Mandiri yang memiliki anggaran tersendiri. Kondisi SDM yang ada saat ini masih
sangat terbatas yakni Sarjana Kehutanan (1 orang), SMA/SMK Kehutanan
(6 orang) mengingat wilayah kerja yang cukup luas.
2. Wilayah KPHP Model Mandailing Natal
Terdapat beberapa Desa Defenitif bahkan Kantor Camat masuk dalam wilayah
KPHP diantaranya : Kantor Camat Batang Natal dan kantor-kantor unsur
MUSPIKA, Desa Sopotinjak, Bulu Soma, Tarlola, Ampung Julu, Aek Guo, RaoRao, Aek Nangali, Bangkelang, Tombang Kaluang, Sipogu, Banjar Melayu, Aek
Holbung, Aek Baru, Ampung Padang, Muara Soma, Simanguntong, Guo Batu,
Aek Manggis, Batu Madinding, Bintuas, Sundutan Tigo, Manuncang, Suka
Makmur, Panunggulan, Tagilang Julu, Ranto Panjang, Lubuk Kapundung 1,
Lubuk Kapundung 2, Hutarimbaru dan sebagainya. Keberadaan desa ini lebih
dahulu dari penetapan wilayah KPHP Mandailing Natal, penunjukan kawasan
hutan bahkan sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka. Selain itu
areal perkebunan dan pertanian masryarakat desa tersebut juga berada dalam
wilayah KPHP. Dengan demikian wilayah yang bermasalah tersebut akan tidak
optimal dikelola oleh KPHP.
3. Illegal Logging dan IUPHHK-HA Tidak Beroperasi
Masih terjadinya illegal logging di wilayah KPHP Model Mandailing Natal dengan
keterbatasan yang ada masih sulit dikendalikan. IUPHHK-HA yang ada di wilayah
KPHP Model Mandailing Natal saat ini tidak melakukan aktivitas/kegiatan.
4. Pendanaan
Belum tersedianya dana untuk pembangunan lanjutan KPHP Model Mandailing
Natal baik dari APBD maupun APBN.

33

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
5. Pemahaman Masyarakat Tentang KPHP Model Mandailing Natal
Kebijakan bahkan istilah atau nama KPHP Model Mandailing Natal masih sesuatu
yang baru di lingkungan masyarakat, konsep KPHP masih belum dipahami
bahkan di tingkat pemerintah sehingga perlu penyuluhan tentang KPH kepada
masyarkat.

34

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB III VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN


A. Visi
B. Misi
C. Capaian Utama

35

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB III
VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN
A. Visi
Gambaran KPHP Model Mandailing Natal 10 tahun kedepan dituangkan
dalam rumusan visi dan misi. Rumusan visi dan misi KPHP Model Mandailing Natal
didasarkan atas kondisi, isu-isu strategis yang diangkat dari berbagai problematika
yang menjadi tantangan dalam pengelolaan sumberdaya hutan di kawasan KPHP
Model Mandailing Natal saat ini dan harapan di masa yang akan datang dengan
memperhitungkan modal dasar yang dimiliki. Sebagai bagian dari perangkat
pembangunan, proses penyusunan visi dan misi KPHP Model Mandailing Natal
diselaraskan dengan visi dan misi pembangunan nasional dan pembangunan daerah
pada umumnya serta sektor kehutanan pada khususnya.
Berdasarkan Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2024 ditetapkan bahwa
visi pembangunan nasional adalah : INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL
DAN MAKMUR, dengan misi-misi yang terdiri dari : 1). Mewujudkan masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,dan beradab berdasarkan falsafah
Pancasila; 2). Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, 3). Mewujudkan masyarakat
demokratis berlandaskan hukum; 4). Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan
bersatu;

5).

Mewujudkan

pemerataan

pembangunan

dan

berkeadilan;

6).

Mewujudkan Indonesia asri dan lestari; 7). Mewujudkan Indonesia menjadi negara
kepulauan yang mandiri, maju,kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; 8).
Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Untuk mencapai visi dan misi RPJPN tersebut, dilakukan pentahapan periode
pembangunan menjadi 4 tahap yang masing-masing tahap memiliki visi dan misi
yang dituangkan dalam dokumen perencanaan yang disebut dengan Rencana
Pembangunan

Jangka

Menengah

Nasional

(RPJM-N).

Saat

ini

tahapan

pembangunan Indonesia berada pada tahap ke-2, yaitu periode 2010-2014 yang
memiliki visi : TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS,
DAN BERKEADILAN yang akan diwujudkan melalui misi-misi : 1). Melanjutkan
Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera, 2). Memperkuat Pilar-Pilar
Demokrasi dan 3). Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.
36

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
Sejalan dengan visi pembangunan Indonesia yang tertuang dalam RPJMN tahun
2010- 2014, Provinsi Sumatera Utara menetapkan visi yang telah tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera
Utara Periode 2009-2013 yaitu Sumatera Utara yang Maju, dan Sejahtera dalam
Harmoni Keberagaman.
Visi tersebut diupayakan pencapaiannya melalui misi :
1.

Mewujudkan Sumatera Utara yang maju, aman, bersatu, rukun dan damai dalam
kesetaraan

2.

Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan sejahtera dan


berwawasan lingkungan

3.

Mewujudkan Sumatera Utara yang berbudaya, religius dan keberagaman

4.

Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang partisipatif dan peduli terhadap


proses pembangunan.
Khusus dalam pembangunan sektor kehutanan, Kementerian Kehutanan

melalui

Permenhut

No.

P.51/Menhut-II/2010

tentang

Renstra

Kementerian

Kehutanan tahun 2010- 2014 menetapkan visi yaitu HUTAN LESTARI UNTUK
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT YANG BERKEADILAN. Untuk mencapai visi
tersebut telah dirumuskan enam kebijakan
Prioritas pembangunan kehutanan yaitu: (1) Pemantapan kawasan hutan; (2)
Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS; (3) Pengamanan hutan dan
pengendalian kebakaran hutan; (4) Konservasi keanekaragaman hayati; (5)
Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan; dan (6) Pemberdayaan
masyarakat di sekitar hutan. Sejalan dengan visi misi Kementrian Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menetapkan visi dan misi yang menggambarkan
kondisi yang ingin dituju dalam jangka panjang yaitu pengelolaan hutan yang lebih
mengakar pada kebutuhan masyarakat guna peningkatan kesejahteraan masyarakat
serta menjamin kebutuhan air melalui perbaikan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS).
RPJMD

Provinsi

Sumatera

Utara,

serta

memperhatikan

isu-isu

strategis

sebagaimana tersebut diatas, maka Dinas Kehutanan dalam pembangunan


kehutanan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2009-2013 menetapkan visinya yaitu:
Terwujudnya

Sumber

Daya

Hutan

(SDH)

yang

Lestari

dan

Dapat

Mensejahterakan Masyarakat Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan.


Untuk mewujudkan visi tersebut, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
menyelenggarakan pengelolaan hutan dalam bentuk unit-unit Kesatuan Pengelolaan
37

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
Hutan (KPH) untuk mendukung pembangunan daerah. Pembangunan kehutanan
tersebut dirumuskan dalam
Misi sebagai berikut :
1. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang
proporsional.
2. Mengoptimalisasikan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi
lindung dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya
dan ekonomi yang seimbang dan lestari.
3. Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS).
4. Mendorong peran serta masyarakat.
5. Mendorong

terwujudnya

peningkatan

pelayanan

dalam

pembangunan

perkebunan.
6. Mendorong terwujudnya petani dan pengusaha yang profesional dan mandiri.
7. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.
8. Mendorong terwujudnya lingkungan yang lestari.
9. Mengoptimalkan upaya peremajaan, intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan
diversifikasi tanaman.
10. Meningkatkan peran kelembagaan perkebunan dan strategi pengembangan
perkebunan.
Sejalan dengan Visi dan Misi Pembangunan Tingkat Nasional dan Daerah,
serta isu-isu strategis maka Visi KPHP Model Mandailing Natal Tahun 2014 - 2023
adalah Mengelola Hutan Bersama Masyarakat Untuk KPHP Model Mandailing
Natal Yang Mandiri Dan Berkontribusi Terhadap PAD.

B. Misi
Visi KPHP Model Mandailing Natal Tahun 2014 2023 tersebut diupayakan
pencapaiannya melalui Misi :
1. Membangun kelembagaan, penataan kawasan dan SDM KPHP. Model
Mandailing Natal;
2. Membangun hutan karet;
3. Kerjasama dan kemitraan;
4. Pemanfaatan HHK dan HHBK;
5. Perlindungan dan rehabilitasi hutan.
38

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
C. Capaian Utama
Berdasarkan rumusan visi dan misi KPHP Model Mandailing Natal, terdapat
11 capaian utama yang diharapkan dapat terpenuhi selama kurun waktu 10 tahun
(2014-2023), sebagai berikut :
1.

Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal.

2.

Tertatanya blok dan petak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.

3.

Tersedianya SDM terampil dan berkompetensi untuk pengelolaan KPHP Model


Mandailing Natal.

4.

Terbangunnya hutan karet KPHP Model Mandailing Natal seluas + 1.000 Ha.

5.

Terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk


MoU.

6.

Berpartisipasinya masyarakat dalam pembangunan hutan karet, pemanfaatan


dan perlindungan hutan.

7.

Berproduksinya penangkaran rusa seluas + 4 Ha.

8.

Termanfaatkannya HHK (meranti, kapur, kruing, bania, rengas, resak, lagan,


medang, kelat, lesi-lesi, dll).

9.

Termanfaatkannya HHBK sarang walet, rotan, lebah madu, gaharu, getah/resin,


palem hutan, bambu, tanaman hias, anggrek, tanaman obat, damar, kayu manis,
durian, dan aren, dll seluas + 300 Ha.

10. Termanfaatkannya potensi air, wisata alam dan jasa lingkungan.


11. Terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha.

39

Tabel 13. Strategi Meningkatkan Kekuatan (Strength) dengan Memanfaat Peluang (Opportunity)
Opportunity
(Peluang)

Kekuatan
(Strength)

1
1. Wilayah kelola
KPHP yang sangat
luas

2. Memiliki struktur
organisasi yang
jelas

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah

3
Wilayah kelola yang
luas mendorong
diversifikasi usaha
pemanfaatan jasa
lingkungan melalui
kerjasama dengan
para mitra dan investor
Struktur organisasi
yang jelas mendorong
pengembangan
pemanfaatan jasa
lingkungan melalui
kerjasama dengan
para mitra dan investor

3. Mempunyai status
hukum
kelembagaan dan
kawasan

4. Adanya potensi
jasa lingkungan
(carbon trade,
pariwisata,
penelitian, DAS,
air bersih)

Berada di kawasan
pencadangan
kawasan hutan
Kabupaten Model
Mandailing Natal

Dukungan para pihak


pemerintah pusatpropinsi-kab/kota, privat,
sektor LSM, masyarakat

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam rangka
kemandirian KPHP Model
Mandailing Natal

5
Dukungan para pihak
lebih memudahkan
operasional kegiatan
KPHP

6
Wilayah kelola yang
luas akan mendorong
pemanfaatan jasa
lingkungan melalui
kerjasama dengan mitra
dan investor

Pemantapan struktur
organisasi KPHP
Model Mandailing
Natal dalam upaya
meningkatkan
dukungan para pihak

Struktur organisasi yang


jelas mendorong
pengembangan
pemanfaatan jasa
lingkungan melalui
kerjasama dengan para
mitra dan investor

Dengan dukungan
parapihak dapat
memantapkan status
hukum kelembagaan
dan kawasan

Potensi jasa
lingkungan akan
mendorong
pemenfaatan dan
pengembangan jasa
lingkungan KPHP

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan penelitian
di KPHP Model
Mandailing Natal

7
Wilayah kelola
yang luas akan
mengundang
berbagai ilmuwan
dari berbagai latar
untuk riset di
KPHP

Mempertahankan
status kelembagaan dan kawasan dapat meningkatkan minat para
ilmuwan
Potensi jasa lingkungan
yang besar akan
mendorong kerjasama
dalam bentuk kemitraan
untuk mengelola potensi
jasa lingkungan

Adanya
program
peningkatan
kapasitas staff
dari lembaga
lain

8
Wilayah
kelola
membuka
peluang staf
KPHP untuk
menimba
ilmu

Telah masuk
dalam arahan
pembangunan
jangka panjang
sesuai RTRW

9
Wilayah kelola
semakin
mantap karena
telah
mendapat
pengakuan
dalam RPJP

Memperkuat
status hukum
KPHP dalam
jangka
panjang

Potensi jasa
lingkungan akan
meningkatkan
minat ilmuwan
untuk melakukan
penelitian

43

Opportunity
(Peluang)

Kekuatan
(Strength)

1
5. Memiliki potensi
sumber daya alam
yang besar

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

2
Perangkat
kebijakan
international
mendukung
pengelolaan
SDA

6. Tingginya potensi
keanekaragaman
hayati

7. Berfungsi sebagai
penyangga
kehidupan/penyeimbang ekosistem

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah

Berada di kawasan
pencadangan
kawasan hutan
Kabupaten Model
Mandailing Natal

Dukungan para pihak


pemerintah pusatpropinsi-kab/kota, privat,
sektor LSM, masyarakat

4
Potensi SDA
yang besar akan
membutuhkan
legilitas
pencadangan
kawasan

5
Potensi SDA yang
besar membutuhkan
dukungan parapihak

Keberadaan
KPHP akan
menjaga tingginya
potensi
keanekaragam
hayati

Kebijakan
internasional
mendukung
kawasan hutan
sebagai sistem
penyangga
kehidupan

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam rangka
kemandirian KPHP Model
Mandailing Natal

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan penelitian
di KPHP Model
Mandailing Natal

Mejaga kelestarian
potensi
keanekaragaman hayati
yang tinggi melalui
kerjasama dalam
pemanfaatan jasa
lingkungan

Menjaga
kelestarian
potensi
keanekaragaman
hayati yang tinggi
untuk
meningkatkan
minat para
ilmuwan
melakukan
penelitian

Adanya
program
peningkatan
kapasitas staff
dari lembaga
lain

Telah masuk
dalam arahan
pembangunan
jangka panjang
sesuai RTRW

Menjaga fungsi
penyangga
kehidupan dalam
kerangka
pembangunan
kehutanan di
daerah

44

Opportunity
(Peluang)

Kekuatan
(Strength)

1
8. Catcment area 3
DAS Prioritas

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah

Berada di kawasan
pencadangan
kawasan hutan
Kabupaten Model
Mandailing Natal

3
Menjaga fungsi
tangkapan air melalui
pengembangan
potensi jasa
lingkungan air

Dukungan para pihak


pemerintah pusatpropinsi-kab/kota, privat,
sektor LSM, masyarakat

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam rangka
kemandirian KPHP Model
Mandailing Natal

6
Menjaga fungsi
tangkapan air dengan
membangun bentukbentuk kerjasama para
pihak

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan penelitian
di KPHP Model
Mandailing Natal

Adanya
program
peningkatan
kapasitas staff
dari lembaga
lain

Telah masuk
dalam arahan
pembangunan
jangka panjang
sesuai RTRW

45

Tabel 14. Strategi Mengatasai Kelemahan (Weakness) dengan Memanfaatkan Peluang (Opportunity)
Opportunity
(Peluang)

Weakness
(Kelemahan)
1
Tidak didukung
SDM yang
memadai

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

Koordinasi para
pihak yang rendah

Berada di
kawasan
pencadangan
kawasan hutan
kabupaten Model
Mandailing Natal

Dukungan para pihak


(pemerintah pusatpropinsi-kab/kota,
privat, sektor LSM,
masyarakat)

Kebijakan
internasional yang
mendukung
pengelolaan hutan
di tingkat tapak
memungkinan
bantuan internasional membantu
meningkatkan
kapasitas SDM

Kurangnya
sosialisasi KPHP

Jumlah Personil
KPHP Model
Mandailing Natal
terbatas tidak
sebanding dengan
luas kawasan

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah

Pengembangan jasa
lingkungan akan
mendorong
tersosialisasinya
KPHP
Kebijakan internasional yang mendukung pengelolaan hutan di tingkat tapak memungkinan bantuan
internasional untuk
meningkatkan
kapasitas SDM

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam
rangka kemandirian
KPHP Model Mandailing
Natal
7
Pengelola KPHP dapat
bekerjasama dengan
pihak lain untuk
meningkatkan kapasitas
SDM KPHP

Dukungan para pihak


secara langsung dan
tidak langsung dapat
mensosialisasikan
keberadaan KPHP
Dapat memohonkan
tambahan personil
kepada pemkab
Model Mandailing
Natal

Dukungan para pihak


akan lebih mendorong koordinasi
dengan para pihak

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan
penelitian di
KPHP Model
Mandailing Natal

Adanya
program
peningkatan
kapasitas
staff dari
lembaga lain

8
Ilmuwan yang
melaksanakan
penelitian sangat
memungkinkan
untuk mentransfer
ilmu kepada
personil KPHP

9
Tersedia
skema pelatihan dan
melanjutkan
pendidikan
yang diselenggarakan
pihak lain

Telah masuk
dalam arahan pembangunan jangka panjang
sesuai
RTRW

Publikasi hasil
riset membantu
mensosialisasikan
KPHP Model
Mandailing Natal
Peningkatan
kapasitas
personil
dengan memanfaatkan
pogram
peningkatan
kapasaitas
SDM
Berkembangnya bentuk
kerjasama dapat
mendorong koordinasi
dengan para pihak

46

Opportunity
(Peluang)

Weakness
(Kelemahan)
1
Pendanaan belum
memadai

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah
4
Mengembangkan
program ecowisata
dan demonstrasi
REDD untuk
memobilisasi dana

Berada di
kawasan
pencadangan
kawasan hutan
kabupaten Model
Mandailing Natal

Dukungan para pihak


(pemerintah pusatpropinsi-kab/kota,
privat, sektor LSM,
masyarakat)

6
Meningkatkan
dukungan para pihak
dalam penggalangan
sumber-sumber dana
alternatif

Data potensi
kawasan belum
lengkap

Penataan batas
kawasan belum
selesai

Sarana dan
prasarana belum
memadai

Kewenangan
pengelola masih
terbatas

Perangkat kebijakan internasional


dapat dimanfatkan
untuk menghimpun
dana untuk membangun sapras

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam
rangka kemandirian
KPHP Model Mandailing
Natal
7
Kerjasama dengan
lembaga donor mengembangkan program
payment environmental
services
Menggalang kerjasama
dengan lembaga riset
seperti Universitas untuk
menggali potensi yang
dimiliki KPHP Model
Mandailing Natal

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan
penelitian di
KPHP Model
Mandailing Natal
8

Adanya
program
peningkatan
kapasitas
staff dari
lembaga lain

Telah masuk
dalam arahan pembangunan jangka panjang
sesuai
RTRW

Memanfaatkan
hasil-hasil
penelitian untuk
melengkapi data
potensi kawasan

Meningkatkan koordinasi dengan para


pihak, terutama
BPKH Wil. I Medan
untuk penyelesian
penataan batas
kawasan
Meningkatkan
dukungan para pihak
dalam pengadaan
dan peningkatan
sarana & prasarana
Meningkatkan
koordinasi dengan
para pihak terutama
pemerintah pusat
dalam perluasan
kewenangan

47

Opportunity
(Peluang)

Weakness
(Kelemahan)
1
Akses masih sulit
dicapai

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah
4
Pengembang jasling
dapat mendorong
dibukanya akses

Berada di
kawasan
pencadangan
kawasan hutan
kabupaten Model
Mandailing Natal

Dukungan para pihak


(pemerintah pusatpropinsi-kab/kota,
privat, sektor LSM,
masyarakat)

6
Menggalang
dukungan para pihak
untuk membuka
akses ke kawasan
KPHP Model
Mandailing Natal

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam
rangka kemandirian
KPHP Model Mandailing
Natal
7

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan
penelitian di
KPHP Model
Mandailing Natal
8

Adanya
program
peningkatan
kapasitas
staff dari
lembaga lain

Telah masuk
dalam arahan pembangunan jangka panjang
sesuai
RTRW

48

Tabel 15. Strategi Memanfaatkan Kekuatan (Strengh) Untuk Mengatasi Ancaman (Threat)
Threat
(Ancaman)

Tumpang
tindih regulasi

Kegiatan illegal
logging

3
Wilayah kelola
yang luas mendorong pemanfaatan kayu
sesuai blok dan
petak pemanfaatan sesuai
dengan potensi
kayu untuk
meminimalisir
illegal logging

Tingginya
degradasi di
KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
perburuan
satwa liar

Masih
maraknya
pembakaran
lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

7
Wilayah kelola
yang luas
memungkinkan
masyarakat bisa
mengelola
berbagai potensi
SDH di KPHP
untuk
meningkatkan
kesejahteraannya

10

11
Wilayah kelola
yang luas memungkinkan
mengakomoda
sikan
kepentingan
para pihak

Adanya
SOP dapat
mencegah
terjadinya
perburuan
satwa liar

Adanya SOP
dapat
mencegah
aksi
pembakaran
lahan

Adanya SOP
dapat
mencegah
terjadinya
konflik di
wilayah KPHP

Strength
(Kekuatan)
1
Wilayah kelola yang
luas

Memiliki SOP sesuai


peraturan pemerintah
dan lembaga
internasional

Memiliki struktur
organisasi yang jelas

SOP yang
dimiliki oleh
KPHP dapat
memperkecil
terjadinya
tumpang tindih
regulasi

Adanya SOP
dapat mendorong
pencegahan
aktivitas illegal
logging

Adanya SOP
dapat mengurangi
tindakan
penyerobotan
lahan

Dengan lembaga
yang kuat dapat
memberantas
kegiatan illegal
logging

Dengan lembaga
yang kuat dapat
memberantas
kegiatan
penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Peningkatan
pemahaman dan
pengetahuan
masyarakat
terhadap
kelembagaan
KPHP Model
Mandailing Natal

Dengan
lembaga
yang kuat
dapat
memberantas
perburuan
satwa liar

Konsistensi
penegakan
kebijakan
kehutanan
dengan
struktur
organisasi
yang jelas

49

Threat
(Ancaman)

Tumpang
tindih regulasi

Kegiatan illegal
logging

2
Status hukum
yang jelas
dapat
mencegah
timbulnya
tumpang tindih
regulasi

3
Pemberantasan
kegiatan illegal
logging melalui
penegakan hukum

Tingginya
degradasi di
KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
perburuan
satwa liar

Masih
maraknya
pembakaran
lahan

5
Pemberantasan
kegiatan
penyerobotan
lahan oleh
masyarakat
melalui
penegakan hukum

6
Melakukan
sosialisasi kepada
masyarakat
tentang
kelembagaan
KPHP Model
Mandailing Natal

9
Penegakan
hukum
untuk
memberantas
perburuan
satwa liar

10

Meningkatkan
taraf hidup
masyarakat
sekitar melalui
kegiatan
pemanfaatan jasa
lingkungan

Mengurangi
masyarakat
miskin melalui
kegiatan
pemanfaatan jasa
lingkungan

Mengurangi
kegiatan
perburuan
satwa liar
dengan
melibatkan
masyarakat dalam
pemanfaat
an jasa
lingkungan

Mengurangi
pembakaran
perladangan
dengan
melibatkan
masyarakat
di dalam
kegiatan
pemanfaatan
jasa
lingkungan

Konflik
pengelolaan
KPHP

Strength
(Kekuatan)
1
Mempunyai status
hukum kelembagaan
dan kawasan

Adanya potensi jasa


lingkungan (carbon
trade, pariwisata,
penelitian, DAS, air
bersih)

Memiliki potensi SDA


yang besar

11
Dengan
kebijakan yang
tepat dapat
mengakomodir
kepentingan
parapihak

Potensi SDA yang


besar dapat
mendorong
perekonomian
masyarakat
disekitar wilayah
KPHP

50

Threat
(Ancaman)

Tumpang
tindih regulasi

Kegiatan illegal
logging

Tingginya
degradasi di
KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
perburuan
satwa liar

Masih
maraknya
pembakaran
lahan

6
Mengelola potensi
keanekaragaman
hayati untuk
meningkatkan
taraf hidup dan
tingkat pendidikan
masyarakat
sekitar kawasan

7
Mengurangi
tingkat kemiskinan
masyarakat
melalui pemanfaatan potensi
keanekaragaman
hayati secara
terbatas

Meningkatkan
pengetahuan,
pendidikan
pemahaman dan
taraf hidup
masyarakat
sekitar untuk
mengurangi
tekanan terhadap
kawasan dalam
meningkatkan
fungsi KPHP
penyangga
kehidupan/
penyeimbang
ekosistem

Mengurangi
tingkat kemiskinan
sehingga fungsi
dan keberadaan
kawasan tetap
terjaga

10
Mencegah
terjadinya
pembakaran
perladangan
di sekitar
kawasan
agar potensi
keanekaraga
man hayati
tetap terjaga
Mencegah
dan
menanggulangi
pembakaran
perladangan
(di
dalam
sekitar
kawasan
untuk
menjaga
fungsi
kawasan

Konflik
pengelolaan
KPHP

Strength
(Kekuatan)
1
Tingginya potensi
keanekaragaman
hayati

Berfungsi sebagai
penyangga
kehidupan/penyeimbang ekosistem

Menjaga
dan
menanggulangi
perburuan
satwa liar
untuk
menjaga
fungsi
kawasan

11

Konsistensi
peraturan/
kebijakan
kehutanan
untuk menjaga
fungsi
kawasan

51

Threat
(Ancaman)

Tumpang
tindih regulasi

Kegiatan illegal
logging

Tingginya
degradasi di
KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
perburuan
satwa liar

Masih
maraknya
pembakaran
lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

6
Meningkatkan
taraf hidup dan
pendidikan,
pengetahuan dan
pemahaman
masyarakat
sekitar untuk
menjaga fungsi
kawasan sebagai
daerah tangkapan
air

7
Mengurangi
tingkat kemiskinan
sehingga fungsi
kawasan sebagai
daerah tangkapan
air tetap terjaga

10
Mencegah
dan
menanggula
ngi
pembakaran
lahan untuk
berladang (di
dalam/
sekitar
kawasan)
sehingga
fungsi
kawasan
sebagai
daerah
tangkapan
air tetap
terjaga

11
Konsistensi
peraturan/
kebijakan
kehutanan
untuk
mendukung
fungsi
kawasan
sebagai
daerah
tangkapan air

Strength
(Kekuatan)
1

Catcment area 3
DAS Prioritas

52

Tabel 16. Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Untuk Mengatasi Ancaman (Threat)
Threat
(Ancaman)

Weakness
(Kelemahan)
1
Tidak didukung oleh
SDM yang memadai

Kurangnya
sosialisasi KPHP

Tumpang
tindih
regulasi

Kegiatan illegal
logging

2
Peningkatan
kapasitas SDM
KPHP dapat
mencegah
Kegiatan illegal
logging di KPHP

Kegiatan
sosialisasi
pengelolaan
KPHP dapat
mencegah
kegiatan illegal
logging

Tingginya
degradasi
hutan di KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

3
Peningkatan
kapasitas
SDM KPHP
dapat
mencegah
degradasi
hutan di KPHP

Kegiatan
sosialisasi
pengelolaan
KPHP dapat
mencegah
degradasi
hutan

Kegiatan
sosialisasi
pengelolaan
KPHP dapat
mencegah
kegiatan
penyerobotan
lahan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
Perburuan satwa
liar

Masih
maraknya
pembakaran lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

4
Peningkatan
kapasitas SDM
KPHP dapat
mendorong
untuk
meningkatkan
taraf hidup
masyarakat di
KPHP

5
Peningkatan
kapasitas SDM
KPHP dapat
mendorong
meningkatkan
ekonomi
masyarakat di
KPHP

7
Peningkat
an kapasitas
SDM
dapat
mencegah perburuan
liar

8
Peningkatan kapasitas SDM
dapat
mencegah
pembakaran lahan di
KPHP

9
Peningkatan
kapasitas
SDM dapat
mencegah
konflik
pengelolaan
di KPHP

Kegiatan
sosialisasi
dapat meningkatkan
kesadaran
bagi masyarakat di
sekitar
KPHP

Kegiatan
sosialisasi dapat
mencegah
perburuan liar

Kegiatan
sosialisasi
dapat
mencegah
kegiatan
pembakaran lahan

Kegiatan
sosialisasi
pengelolaan
KPHP dapat
mencegah
konflik

53

Threat
(Ancaman)

Tumpang
tindih
regulasi

Weakness
(Kelemahan)
1
Jumlah Personil
KPHP Model
Mandailing Natal
(jumlah personil &
kapasitas dibanding
dengan luas
kawasan)

Koordinasi para
pihak rendah

Pendanaan belum
memadai

Kegiatan illegal
logging

2
Memberantas
kegiatan illegal
logging dengan
meningkatkan
jumlah personil
dan kapasitas

Memperjelas
regulasi
untuk
mendorong
terciptanya
koordinasi
parapihak

Tingginya
degradasi
hutan di KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
Perburuan satwa
liar

Masih
maraknya
pembakaran lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

3
Memberantas
kegiatan
penyerobotan
lahan dengan
meningkatkan
jumlah personil
dan kapasitas

6
Meningkatk
an jumlah
personil
dan
kapasitas
untuk
mengawasi
kawasan
KPHP
Model
Mandailing
Natal yang
berbatasan
dengan
lahan lahan
masyarakar

7
Meningka
tkan
jumlah
personil
dan
kapasitas
untuk
mencega
h dan
menguran
gi
kegiatan
perburua
n liar

8
Mencegah
dan
menanggul
angi
kegiatan
pembakaran perladangan (di
dalam/
sekitar
kawasan)
dengan
meningkatk
an jumlah
pesonil dan
kapasitas

Peningkatan
koordinasi para
pihak untuk
mencegah
aktivitas illegal
logging
Pendanaan
yang memadai
untuk mengatasi
ancaman yang
dihadapi

Koordinasi
dengan para
pihak untuk
mencegah
timbulnya
konflik
Pendanaan
yang memadai
untuk mengatasi
ancaman yang
dihadapi

Pendanaan
yang memadai
untuk mengatasi
ancaman yang
dihadapi

Pendanaan
yang memadai
untuk mengatasi
ancaman yang
dihadapi

Pendanaan
yang
memadai
untuk
mengatasi
ancaman
yang
dihadapi

Pendana
an yang
memadai
untuk mengatasi
ancaman
yang
dihadapi

Pendanaan
yang
memadai
untuk
mengatasi
ancaman
yang
dihadapi

Pendanaan
yang
memadai
untuk
mengatasi
ancaman
yang
dihadapi

54

Threat
(Ancaman)

Weakness
(Kelemahan)
1
Data potensi
kawasan belum
lengkap

Penataan batas
kawasan belum
selesai

Tumpang
tindih
regulasi

Dibutuhkan
regulasi yang
jelas dapat
untuk
memperkuat
basis data

Regulasi
yang jelas
mendorong
penataan
kawasan

Kegiatan illegal
logging

Tingginya
degradasi
hutan di KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
Perburuan satwa
liar

Masih
maraknya
pembakaran lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

2
Penguatan data
potensi
kawasan untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman yang
dihadapi

3
Penguatan data
potensi
kawasan untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman yang
dihadapi

4
Penguatan data
potensi
kawasan untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman yang
dihadapi

5
Penguatan data
potensi
kawasan untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman yang
dihadapi

9
Penguatan
data potensi
kawasan
untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman
yang
dihadapi

Penyelesaian
penataan batas
kawasan
memberikan
kepastian
hukum untuk
menangani
ancaman

Penyelesaian
penataan batas
kawasan
memberikan
kepastian
hukum untuk
menangani
ancaman

Penyelesaian
penataan batas
kawasan
memberikan
kepastian
hukum untuk
menangani
ancaman

7
Penguatan data
potensi
kawasan
untuk menunjang
kegiatan
penangan
an berbagai ancaman
yang
dihadapi
Penyelesaian penataan
batas kawasan
memberikan kepastian
hukum
untuk menangani
ancaman

8
Penguatan
data
potensi
kawasan
untuk
menunjang
kegiatan
penangana
n berbagai
ancaman
yang
dihadapi

Penyelesaian
penataan batas
kawasan
memberikan
kepastian
hukum untuk
menangani
ancaman illegal
logging

6
Penguatan
data
potensi
kawasan
untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman
yang
dihadapi
Penyelesai
an penataan batas
kawasan
memberikan
kepastian
hukum
untuk
menangani
ancaman

Penyelesai
an penataan batas
kawasan
memberikan kepastian hukum
untuk
menangani
ancaman

Penyelesaian penataan
batas
kawasan
memberikan
kepastian
hukum untuk
menangani
ancaman

55

Threat
(Ancaman)

Weakness
(Kelemahan)
1

Tumpang
tindih
regulasi

Kegiatan illegal
logging

Tingginya
degradasi
hutan di KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
Perburuan satwa
liar

Masih
maraknya
pembakaran lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

Sarana dan
Prasarana belum
memadai

Penyediaan
sarana dan
prasarana yang
memadai untuk
mengatasi
ancaman yang
dihadapi

Penyediaan
sarana dan
prasarana yang
memadai untuk
mengatasi
ancaman yang
dihadapi

Penyediaan
sarana dan
prasarana yang
memadai untuk
mengatasi
ancaman yang
dihadapi

Penyediaan
sarana dan
prasarana yang
memadai untuk
mengatasi
ancaman yang
dihadapi

Penyediaan
sarpras
yang
memadai
untuk mengatasi
ancaman
yang
dihadapi

Penyediaan sarpras
yang
memadai
dalam
mengatasi
ancaman
yang
dihadapi

Penyediaan
sarpras yang
memadai
dalam
mengatasi
ancaman
yang
dihadapi

Kewenangan
pengelola masih
terbatas

Peningkatan
koordinasidi
untuk mengatasi
masalah illegal
logging

Peningkatan
koordinasi untuk
pengatasi
masalah
penyerobotan
lahan

Penyediaan sarana
dan prasarana yang
memadai
untuk
mengatasi
ancaman
yang
dihadapi
Peningkatan koordinasi untuk
mengatasi
batas
dengan
lahan
masyarakat

Pelimpahan
kewenangan
pengelolaan
sampai ke
tingkat tapak
dapat dapat
meredam
konflik
pengelolaan

56

Threat
(Ancaman)

Weakness
(Kelemahan)
1
Akses masih sulit
dicapai

Tumpang
tindih
regulasi

Kegiatan illegal
logging

2
Perencanaan
dan koordinasi
yang baik dalam
penanganan
illegal logging,
dan perburuan
satwa liar
mengingat
sulitnya akses
menuju lokasi
pelanggaran
tersebut

Tingginya
degradasi
hutan di KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

5
Pembukaan
akses dapat
meningkatkan
ekonomi
masyarakat

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
Perburuan satwa
liar

Masih
maraknya
pembakaran lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

7
Koordinas
i yang
baik
menginga
t sulitnya
akses
menuju
lokasi
pelanggar
an
tersebut

57

52

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI


A. Analisis
B. Proyeksi 10 Tahun ke Depan

40

BAB IV
ANALISIS DAN PROYEKSI
A. Analisis
Analisis SWOT telah seringkali digunakan oleh para pengambil kebijakan
dalam merumuskan berbagai tujuan yang akan dicapai dan strategi yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan menggunakan kerangka kerja
kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman. Instrumen ini
memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan
suau kegiatan.
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi
dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan
analisis lingkungan internal (kekuatan/strengths, kelemahan/Weakness ) dan analisis
lingkungan eksternal (peluang/opportunities dan ancaman/threats. Metode ini paling
sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan
dilakukan.
Bila keempat hal tersebut diidentifikasikan maka akan terlihat faktor-faktor
yang akan membantu dan menghambat KPHP Model Mandailing Natal untuk
mencapai tujuan. Analisa ini menghasilkan strategi pencapaian tujuan dengan
memaksimalkan Strengths (kekuatan) dan Opportunities (peluang), namun secara
bersamaan meminimalkan Weaknesses (kelemahan) dan Threats (ancaman).
Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi yang
dapat dijalankan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh KPHP Model
Mandailing Natal beserta para pihak, telah diidentifikasikan faktor internal dan
eksternal sebagai berikut :

41

Tabel 12. Identifikasi faktor internal dan eksternal KPHP Model Mandailing Natal
Faktor Internal
Strength
Weaknes
(Kekuatan)
(Kelemahan)
1. Wilayah kelola
KPHP yang
sangat luas

2. Memiliki Struktur
Organisasi yang
jelas

3. Mempunyai
legalitas hukum
kawasan dan
kelembagaan

4. Adanya potensi
jasa lingkungan
(carbon trade,
pariwisata,
peneltian, DAS,
air bersih)
5. Memiliki potensi
sumberdaya
alam yang besar
6. Tingginya
potensi keaneka
ragaman hayati
7. Berfungsi
sebagai
penyangga
kehidupan
/penyeimbang
ekosistem
8. Catchment area
dari 6 DAS
Prioritas

1. Tidak didukung
oleh SDM yang
memadai
2. Kurangnya
Sosisalisasi KPHP
3. Jumlah Personil
terbatas dan tidak
sebanding dengan
wilayah
pengelolaan.
4. Koordinasi para
pihak yang rendah

5. Pendanaan belum
mencukupi.
6. Data potensi
kawasan belum
lengkap
7. Penataan batas
kawasan belum
selesai
8. Sarana dan
prasarana belum
memadai.
9. Kewenangan
pengelola masih
terbatas.
10. Akses (letak)
kawasan sulit
dicapai

Opportunity
(Peluang)

Faktor Eksternal
Threats
(Ancaman)

1. Perangkat kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

1. Tumpang tindih
regulasi.

2. Pengembangan jasa
lingkungan (carbon
trade, pariwisata,
penelitian, DAS, air
bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah.
3. Berada di kawasan
pencadangan hutan
Kabupaten Model
Mandailing Natal
4. Dukungan para pihak
(pemerintah pusatpropinsi-kab/kota,
privat sektor, LSM,
Masyarakat)
5. Berkembangnya
bentuk-bentuk
kerjasama dengan
pihak lain dalam
pengelolaan hutan
dalam rangka
kemandirian KPH
6. Besarnya minat
peneliti untuk
melakukan penelitian
di KPH
7. Adanya progam
peningkatan
kapasitas staff dari
lembaga lain
8. Telah masuk dalam
Arahan
pembangunan jangka
panjang sesuai
RTRW

3. Tingginya degradasi
sumberdaya di KPHP
Model Mandailing
Natal

2. Kegiatan illegal
logging

4. Penyerobotan lahan
untuk kegiatan
perladangan
5. Rendahnya
pendidikan dan taraf
hidup masyarakat di
sekitar kawasan

6. Rendahnya ekonomi
masyarakat dan
tingginya angka
kemiskinan
7. Berbatasan dengan
lahan-lahan milik
masyarakat

8. Masih maraknya
Perburuan satwa liar

9. Masih maraknya
pembakaran lahan

10. Konflik pengelolaan


kawasan KPHP

42

Tabel 13. Strategi Meningkatkan Kekuatan (Strength) dengan Memanfaat Peluang (Opportunity)
Opportunity
(Peluang)

Kekuatan
(Strength)

1
1. Wilayah kelola
KPHP yang
sangat luas

2. Memiliki Struktur
Organisasi yang
jelas

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah

3
Wilayah kelola yang
luas mendorong
diversifikasi usaha
pemanfaatan jasa
lingkungan melalui
kerjasama dengan
para mitra dan investor

Struktur organisasi
yang jelas mendorong
pengembangan
pemanfaatan jasa
lingkungan melalui
kerjasama dengan
para mitra dan investor

3. Mempunyai status
hukum
kelembagaan dan
kawasan

4. Adanya potensi
jasa lingkungan

Berada di kawasan
pencadangan
kawasan hutan
Kabupaten Model
Mandailing Natal

Dukungan para pihak


pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor
LSM, masyarakat

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam rangka
kemandirian KPHP Model
Mandailing Natal

5
Dukungan para pihak
lebih memudahkan
operasional kegiatan
KPHP

6
Wilayah kelola yang
luas pengembangan
mendorong kerjasama
pemanfaatan jasa
lingkungan melalui
kerjasama dengan para
mitra dan investor

Pemantapan struktur
organisasi KPHP
Model Mandailing
Natal dalam upaya
meningkatkan
dukungan para pihak

Struktur organisasi yang


jelas mendorong
pengembangan
pemanfaatan jasa
lingkungan melalui
kerjasama dengan para
mitra dan investor

Memantapkan status
hukum kelembagaan
dan kawasan dengan
meningkatkan
dukungan para pihak

Adanya potensi jasa


lingkungan mendorong

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan penelitian
di KPHP Model
Mandailing Natal

Adanya
program
peningkatan
kapasitas staff
dari lembaga
lain

Telah masuk
dalam arahan
pembangunan
jangka panjang
sesuai RTRW

7
Wilayah kelola
yang luas akan
mengundang
berbagai ilmuwan
dari berbagai latar
untuk riset di
KPHP

8
Wilayah
kelola yang
luas
membuka
peluang staf
KPHP untuk
menimba
ilmu
berdasarkan
potensi yang
besar

9
Wilayah
kelola yang
luas akan
semakin
mantap
karena telah
mendapat
pengakuan
dalam
rencana
pembanguna
n jangka
panjang

Mempertahankan
status hukum
kelembagaan dan
kawasan dapat
meningkatkan
minat para
ilmuwan

Adanya potensi jasa


lingkungan dapat

Memperkuat
status hukum
KPHP dalam
jangka
panjang

Adanya potensi
jasa lingkungan

43

Opportunity
(Peluang)

Kekuatan
(Strength)

1
(carbon trade,
pariwisata,
penelitian, DAS,
air bersih)

5. Memiliki potensi
sumberdaya
alam yang besar

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah

Berada di kawasan
pencadangan
kawasan hutan
Kabupaten Model
Mandailing Natal

3
pengembangan jasa
lingkungan KPHP
Model Mandailing
Natal

Potensi
sumberdaya lama
yang besar akan
membutuhkan
legilitas
pencadangan
kawasan
Menjaga
kelestarian
potensi
keanekaragaman
hayati yang tinggi
degan melibatkan
dukungan
lembaga
international

Potensi sumberdaya
alam yang besar
membutuhkan
dukungan dari
daerah, propinsi dan
pusat

Perangkat
kebijakan
international
mendukung
pengelolaan
sumberdaya
alam

6. Tingginya
potensi
keanekaragama
n hayati

7. Berfungsi
sebagai
penyangga
kehidupan/penye

Kebijakan
internasional
mendukung
kawasan hutan

Dukungan para pihak


pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor
LSM, masyarakat

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam rangka
kemandirian KPHP Model
Mandailing Natal

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan penelitian
di KPHP Model
Mandailing Natal

Adanya
program
peningkatan
kapasitas staff
dari lembaga
lain

6
mendorong kerjasama
dalam bentuk kemitraan
dalam mengelola
potensi jasa lingkungan

7
meningkatkan
minat ilmuwan
untuk melakukan
penelitian di
KPHP Model
Mandailing Natal

Mejaga kelestarian
potensi
keanekaragaman hayati
yang tinggi melalui
kerjasama dalam
pemanfaatan jasa
lingkungan

Menjaga
kelestarian
potensi
keanekaragaman
hayati yang tinggi
untuk
meningkatkan
minat para
ilmuwan
melakukan
penelitian di
KPHP

Telah masuk
dalam arahan
pembangunan
jangka panjang
sesuai RTRW

Menjaga fungsi
penyangga
kehidupan dalam
kerangka

44

Opportunity
(Peluang)

Kekuatan
(Strength)

1
imbang
ekosistem
8. Catcment area 3
DAS Prioritas

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

2
sebagai sistem
penyangga
kehidupan

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah

Menjaga fungsi
tangkapan air melalui
pengembangan
potensi jasa
lingkungan air

Berada di kawasan
pencadangan
kawasan hutan
Kabupaten Model
Mandailing Natal

4
Pembangunan
kehutanan di
daerah
Menjaga fungsi
tangkapan air
melalui dukungan
Program
pemerintah dan
lembaga lain

Dukungan para pihak


pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor
LSM, masyarakat

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam rangka
kemandirian KPHP Model
Mandailing Natal

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan penelitian
di KPHP Model
Mandailing Natal

Adanya
program
peningkatan
kapasitas staff
dari lembaga
lain

Telah masuk
dalam arahan
pembangunan
jangka panjang
sesuai RTRW

Menjaga fungsi
tangkapan air dengan
membangun bentukbentuk kerjasama para
pihak

45

Tabel 14. Strategi Mengatasai Kelemahan (Weakness) dengan Memanfaatkan Peluang (Opportunity)
Opportunity
(Peluang)

Weakness
(Kelemahan)
1
Tidak didukung
SDM yang
memadai

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

Koordinasi para
pihak yang rendah

Berada di
kawasan
pencadangan
kawasan hutan
kabupaten Model
Mandailing Natal

Dukungan para pihak


(pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor
LSM, masyarakat)

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam
rangka kemandirian
KPHP Model Mandailing
Natal

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan
penelitian di
KPHP Model
Mandailing Natal

Adanya
program
peningkatan
kapasitas
staff dari
lembaga lain

7
Pengelola KPHP dapat
bekerjasama dengan
pihak lain untuk
meningkatkan kapasitas
SDM KPHP

8
Ilmuwan yang
melaksanakan
penelitian sangat
memungkinkan
untuk mentransfer
ilmu kepada
personil KPHP

9
Tersedia
skema
pelatihan
dan
melanjutkan
pendidikan
yang
diselenggara
kan pihak
lain

Kebijakan
internasional yang
mendukung
pengelolaan hutan
di tingkat tapak
memungkinan
bantuan
internasional
membantu
meningkatkan
kapasitas LSM

Kurangnya
sosialisasi KPHP

Jumlah Personil
KPHP Model
Mandailing Natal
terbatas tidak
sebanding dengan
luas kawasan

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah

Pengembangan jasa
lingkungan
akan
mendorong
tersosialisasinya
KPHP
Kebijakan
internasional yang
mendukung
pengelolaan hutan
di tingkat tapak
memungkinan
bantuan
internasional
membantu
meningkatkan
kapasitas LSM

Dukungan para pihak


secara
tidak
langsung
dapat
mensosialisasikan
keberadaan KPHP

Publikasi
hasil
riset di KPHP
Model Mandailing
Natal
akan
mensosialisasikan
KPHP

Dapat memohonkan
tambahan personil
kepada pemkab
Model Mandailing
Natal dan Pemprov
Gorontalo

Dukungan para pihak


akan lebih

Telah masuk
dalam
arahan
pembanguna
n jangka
panjang
sesuai
RTRW

Peningkatan
kapasitas
personil
dengan
memanfaatk
an pogram
peningkatan
kapasaitas
staff dari
lembaga lain
Berkembangnya bentuk
kerjasama dapat

46

Opportunity
(Peluang)

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

Weakness
(Kelemahan)
1

Pendanaan belum
memadai

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah

Berada di
kawasan
pencadangan
kawasan hutan
kabupaten Model
Mandailing Natal

Dukungan para pihak


(pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor
LSM, masyarakat)

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam
rangka kemandirian
KPHP Model Mandailing
Natal

6
mendorong
koordinasi dengan
para pihak
Meningkatkan
dukungan para pihak
dalam penggalangan
sumber-sumber dana
alternatif yang dapat
dimanfaatkan dalam
mendukung
pengelolaan KPHP
Model Mandailing
Natal

7
mendorong koordinasi
dengan para pihak

Mengembangkan
program ecowisata
dan demonstrasi
REDD untuk
memobilisasi dana

Data potensi
kawasan belum
lengkap

Penataan batas
kawasan belum
selesai

Sarana dan
Prasarana belum
memadai

Perangkat
kebijakan
internasional dapat
dimanfatkan untuk

Menggalang kerjasama
dengan lembagalembaga donor yang
concern dan
mengembangkan
program payment
environmental services
untuk mendukukng
pendanaan KPHP
Model Mandailing Natal
Menggalang kerjasama
dengan lembaga riset
seperti Universitas untuk
menggali potensi yang
dimiliki oleh KPHP
Model Mandailing Natal

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan
penelitian di
KPHP Model
Mandailing Natal

Adanya
program
peningkatan
kapasitas
staff dari
lembaga lain

Telah masuk
dalam
arahan
pembanguna
n jangka
panjang
sesuai
RTRW

Memanfaatkan
hasil-hasil
penelitian untuk
melengkapi data
potensi kawasan

Meningkatkan
koordinasi dengan
para pihak, terutama
dengan pihak BPKH
Wilayah Gorontalo
dalam penyelesian
penataan batas
kawasan
Meningkatkan
dukungan para pihak
dalam pengadaan
dan peningkatan

47

Opportunity
(Peluang)

Perangkat
kebijakan
internatonal yang
mendukung
pengelolaan hutan
ditingkat tapak

Weakness
(Kelemahan)
1

Pengembangan jasa
lingkung (carbon trade,
pariwisata, penelitian,
DAS, air bersih) yang
didukung dengan
kebijakan pemerintah

Berada di
kawasan
pencadangan
kawasan hutan
kabupaten Model
Mandailing Natal

menghimpun dana
untuk membangun
sapras
Kewenangan
pengelola masih
terbatas

Akses masih sulit


dicapai

Pengembang jasling
dapat mendorong
dibukanya akses

Dukungan para pihak


(pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor
LSM, masyarakat)

6
sarana d
an prasarana

Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam


pemanfaatan jasa
lingkungan dalam
rangka kemandirian
KPHP Model Mandailing
Natal
7

Besarnya minat
ilmuwan untuk
melakukan
penelitian di
KPHP Model
Mandailing Natal

Adanya
program
peningkatan
kapasitas
staff dari
lembaga lain

Telah masuk
dalam
arahan
pembanguna
n jangka
panjang
sesuai
RTRW

Meningkatkan
koordinasi dengan
para pihak terutama
pemerintah pusat
dalam perluasan
kewenangan
Menggalang
dukungan para pihak
dalam upaya
mempermudah
akses ke kawasan
KPHP Model
Mandailing Natal

48

Tabel 15. Strategi Memanfaatkan Kekuatan (Strengh) Untuk Mengatasi Ancaman (Threat)
Threat
(Ancaman)

Tumpang
tindih regulasi

Kegiatan illegal
logging

Tingginya
degradasi di
KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
perburuan
satwa liar

Masih
maraknya
pembakaran
lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

7
Wilayah kelola
yang luas
memungkinkan
masyarakat bisa
mengelola
berbagai potensi
SDH di KPHP
untuk
meningkatkan
perekonomian

10

11
Wilayah kelola
yang luas
memungkinka
n wilayah
dibagi menjadi
kawasan
peruntukkan
sesuai dengan
keinginan para
pihak

Adanya
SOP dapat
mencegah
terjadinya
perburuan
satwa liar

Adanya SOP
dapat
mencegah
aksi
pembakaran
lahan

Adanya SOP
dapat
mencegah
terjadinya
konflik di
wilayah KPHP

Strength
(Kekuatan)
Wilayah
luas

1
kelola

2
yang

Memiliki SOP sesuai


peraturan pemerintah
dan
lembaga
internasional

SOP
yang
dimiliki
oleh
KPHP dapat
memperkecil
terjadinya
tumpang tindih
regulasi

Memiliki Struktur
Organisasi yang jelas

Mempunyai status

Status hukum

3
Wilayah kelola
yang luas
mendorong
pemanfaatan kayu
sesuai blok dan
petak
pemanfaatan
sesuai dengan
potensi kayu
untuk
meminimalisir
illegal logging
Adanya
SOP
dapat mendorong
pencegahan
aktivitas
illegal
logging

Adanya
SOP
dapat mengurangi
tindakan
penyerobotan
lahan

Memberantas
kegiatan illegal
logging dengan
struktur organisasi
yang jelas

Memberantas
kegiatan
penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan
dengan struktur
organisasi yang
jelas

Peningkatan
pemahaman dan
pengetahuan
masyarakat
tentang struktur
organisasi KPHP
Model Mandailing
Natal

Memberant
as
kegiatan
perburuan
satwa liar
untuk
kegiatan
perladanga
n dengan
struktur
organisasi
yang jelas

Konsistensi
penegakan
peraturan/
kebijakan
kehutanan
dengan
struktur
organisasi
yang jelas

Pemberantasan

Pemberantasan

Memberikan

Penegakan

Setiap

49

Threat
(Ancaman)

Tumpang
tindih regulasi

Kegiatan illegal
logging

2
yang jelas
dapat
mencegah
timbulnya
tumpang tindih
regulasi

3
kegiatan illegal
logging melalui
penegakan hukum

Tingginya
degradasi di
KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
perburuan
satwa liar

Masih
maraknya
pembakaran
lahan

5
kegiatan
penyerobotan
lahan oleh
masyarakat
melalui
penegakan hukum

6
pengetahuan
kepada
masyarakat
tentang status
hukum kawasan
KPHP Model
Mandailing Natal

9
hukum
untuk
memberant
as
perburuan
satwa liar

10

Meningkatkan
taraf hidup
masyarakat
sekitar melalui
kegiatan
pemanfaatan jasa
lingkungan

Mengurangi
masyarakat
miskin melalui
kegiatan
pemanfaatan jasa
lingkungan

Mengurang
i kegiatan
perburuan
satwa liar
dengan
melibatkan
masyaraka
t didalam
kegiatan
pemanfaat
an jasa
lingkungan

Mengurangi
kegiatan
pembakaran
lahan
berladang
dengan
melibatkan
masyarakat
di dalam
kegiatan
pemanfaatan
jasa
lingkungan

Konflik
pengelolaan
KPHP

Strength
(Kekuatan)
1
hukum kelembagaan
dan kawasan

Adanya potensi jasa


lingkungan (carbon
trade, pariwisata,
penelitian, DAS, air
bersih)

Memiliki potensi SDA


yang besar

Tingginya potensi
keanekaragaman
hayati

11
pengambilan
keputusan
dalam
pembuatan
kebijakan
kehutanan
dapat
mengakomodir
saran dan
kepentingan
stakeholder
terbawah

Potensi SDA yang


besar dapat
mendorong
perekonomian
masyarakat
disekitar wilayah
KPHP
Mengelola potensi
keanekaragaman
hayati untuk

Mengurangi
tingkat kemiskinan
masyarakat

Mencegah
terjadinya
kegiatan

50

Threat
(Ancaman)

Tumpang
tindih regulasi

Kegiatan illegal
logging

Tingginya
degradasi di
KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
perburuan
satwa liar

Masih
maraknya
pembakaran
lahan

6
meningkatkan
taraf hidup dan
tingkat pendidikan
masyarakat
sekitar kawasan

7
melalui
pemanfaatan
potensi
keanekaragaman
hayati secara
terbatas

Meningkatkan
pengetahuan,
pendidikan
pemahaman dan
taraf hidup
masyarakat
sekitar untuk
mengurangi
tekanan terhadap
kawasan dalam
meningkatkan
fungsi KPHP
penyangga
kehidupan/
penyeimbang
ekosistem
Meningkatkan
taraf hidup dan
pendidikan,
pengetahuan dan
pemahaman
masyarakat
sekitar untuk
menjaga fungsi
kawasan sebagai
daerah tangkapan

Mengurangi
tingkat kemiskinan
sehingga fungsi
dan keberadaan
kawasan tetap
terjaga

10
pembkaran
lahan
berladang di
dalam/
sekitar
kawasan
agar potensi
keanekaraga
man hayati
tetap terjaga
Mencegah
dan
menanggula
ngi
pembakaran
lahan untuk
berladang
(didalam/
sekitar
kawasan)
sehingga
fungsi
kawasan
tetap terjaga

Konflik
pengelolaan
KPHP

Strength
(Kekuatan)
1

Berfungsi sebagai
penyangga
kehidupan/penyeimban
g ekosistem

Catcment area 3
DAS Prioritas

Mengurangi
tingkat kemiskinan
sehingga fungsi
kawasan sebagai
daerah tangkapan
air tetap terjaga

Menjaga
dan
menanggul
angi
perburuan
satwa liar
sehingga
fungsi
kawasan
tetap
terjaga

Mencegah
dan
menanggula
ngi
pembakaran
lahan untuk
berladang (di
dalam/
sekitar
kawasan)

11

Konsistensi
peraturan/
kebijakan
kehutanan
untuk
mendukung
fungsi
kawasan

Konsistensi
peraturan/
kebijakan
kehutanan
untuk
mendukung
fungsi
kawasan
sebagai
daerah

51

Threat
(Ancaman)

Tumpang
tindih regulasi

Kegiatan illegal
logging

Tingginya
degradasi di
KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
perburuan
satwa liar

Masih
maraknya
pembakaran
lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

10
sehingga
fungsi
kawasan
sebagai
daerah
tangkapan
air tetap
terjaga

11
tangkapan air

Strength
(Kekuatan)
1

6
air

52

Tabel 16. Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Dengan Memanfaatkan Ancaman (Threat)
Threat
(Ancaman)

Weakness
(Kelemahan)
1
Tidak didukung oleh
SDM yang memadai

Tumpang
tindih
regulasi

Kegiatan illegal
logging

2
Peningkatan
kapasitas SDM
KPHP
dapat
mencegah
Kegiatan illegal
logging di KPHP

Kurangnya
sosialisasi KPHP

Kegiatan
sosialisasi
pengelolaan
KPHP
dapat
mencegah
kegiatan illegal
logging

Jumlah Personil
KPHP Model

Memberantas
kegiatan illegal

Tingginya
degradasi
hutan di KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

3
Peningkatan
kapasitas
SDM
KPHP
dapat
mencegah
degradasi
hutan di KPHP

Kegiatan
sosialisasi
pengelolaan
KPHP dapat
mencegah
degradasi
hutan

Kegiatan
sosialisasi
pengelolaan
KPHP
dapat
mencegah
kegiatan
penyerobotan
lahan

Memberantas
kegiatan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
Perburua
n satwa
liar

Masih
maraknya
pembakara
n lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

4
Peningkatan
kapasitas SDM
KPHP
dapat
meningkatkan
taraf
hidup
masyarakat di
KPHP

5
Peningkatan
kapasitas SDM
KPHP
dapat
meningkatkan
ekonomi
masyarakat di
KPHP

7
Peningkat
an
kapasitas
SDM
dapat
mencega
h
Kegiatan
illegal
hunting di
KPHP
Kegiatan
sosialisas
i
pengelola
an KPHP
dapat
mencega
h
kegiatan
illegal
hunting

8
Peningkata
n kapasitas
SDM dapat
mencegah
Kegiatan
pembakara
n lahan di
KPHP

9
Peningkatan
kapasitas
SDM dapat
mencegah
konflik
pengelolaan
di KPHP

Kegiatan
sosialisasi
pengelolaa
n
KPHP
dapat
mencegah
kegiatan
pembakara
n lahan

Kegiatan
sosialisasi
pengelolaan
KPHP dapat
mencegah
konflik

Meningka
tkan

Mencegah
dan

Kegiatan
sosialisasi
pengelolaa
n
KPHP
dapat
meningkatk
an
kesadaran
bagi
masyarakat
yang
tinggal
disekitar
KPHP
Meningkatk
an jumlah

53

Threat
(Ancaman)

Tumpang
tindih
regulasi

Weakness
(Kelemahan)
1
Mandailing Natal
(jumlah personil &
kapasitas dibanding
dengan luas
kawasan)

Koordinasi para
pihak rendah

Pendanaan belum
memadai

Kegiatan illegal
logging

2
logging dengan
meningkatkan
jumlah personil
dan kapasitas

Memperjelas
regulasi
dapat
mendorong
terciptanya
koordinasi
parapihak

Tingginya
degradasi
hutan di KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
Perburua
n satwa
liar

Masih
maraknya
pembakara
n lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

3
penyerobotan
lahan dengan
meningkatkan
jumlah personil
dan kapasitas

6
personil
dan
kapasitas
untuk
mengawasi
kawasan
KPHP
Model
Mandailing
Natal yang
berbatasan
dengan
lahan lahan
masyarakar

7
jumlah
personil
dan
kapasitas
untuk
mencega
h dan
menguran
gi
kegiatan
perburua
n liar

8
menanggul
angi
kegiatan
pembakara
n lahan
untuk
berladang
(di dalam/
sekitar
kawasan)
dengan
meningkatk
an jumlah
pesonil dan
kapasitas

Peningkatan
koordinasi para
pihak dapat
mencegah
aktivitas illegal
logging
Pendanaan
yang memadai
untuk mengatasi
seluruh
ancaman yang
dihadapi

Koordinasi
dengan para
pihak dapat
mencegah
timbulnya
konflik
Pendanaan
yang memadai
untuk mengatasi
seluruh
ancaman yang
dihadapi

Pendanaan
yang memadai
untuk mengatasi
seluruh
ancaman yang
dihadapi

Pendanaan
yang memadai
untuk mengatasi
seluruh
ancaman yang
dihadapi

Pendanaan
yang
memadai
untuk
mengatasi
seluruh
ancaman
yang
dihadapi

Pendana
an yang
memadai
untuk
mengatas
i seluruh
ancaman
yang
dihadapi

Pendanaan
yang
memadai
untuk
mengatasi
seluruh
ancaman
yang
dihadapi

Pendanaan
yang
memadai
untuk
mengatasi
seluruh
ancaman
yang
dihadapi

54

Threat
(Ancaman)

Weakness
(Kelemahan)
1
Data potensi
kawasan belum
lengkap

Penataan batas
kawasan belum
selesai

Sarana dan
Prasarana belum
memadai

Tumpang
tindih
regulasi

Dibutuhkan
Regulasi
yang jelas
dapat untuk
memperkuat
basis data

Regulasi
yang jelas
mendorong
penataan
kawasan

Kegiatan illegal
logging

Tingginya
degradasi
hutan di KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
Perburua
n satwa
liar

Masih
maraknya
pembakara
n lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

2
Penguatan data
potensi
kawasan untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman yang
dihadapi

3
Penguatan data
potensi
kawasan untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman yang
dihad

4
Penguatan data
potensi
kawasan untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman yang
dihadapi

5
Penguatan data
potensi
kawasan untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman yang
dihad

6
Penguatan
data
potensi
kawasan
untuk
menunjang
kegiatan
penangana
n berbagai
ancaman
yang dihad

8
Penguatan
data
potensi
kawasan
untuk
menunjang
kegiatan
penangana
n berbagai
ancaman
yang dihad

9
Penguatan
data potensi
kawasan
untuk
menunjang
kegiatan
penanganan
berbagai
ancaman
yang dihad

Penyelesaian
penataan batas
kawasan untuk
memberikan
kepastian
hukum yang
jelas dalam
menangani
segala ancaman

Penyelesaian
penataan batas
kawasan untuk
memberikan
kepastian
hukum yang
jelas dalam
menangani
segala ancaman

Penyelesaian
penataan batas
kawasan untuk
memberikan
kepastian
hukum yang
jelas dalam
menangani
segala ancaman

Penyelesaian
penataan batas
kawasan untuk
memberikan
kepastian
hukum yang
jelas dalam
menangani
segala ancaman

Penyelesai
an
penataan
batas
kawasan
untuk
memberika
n kepastian
hukum
yang jelas
dalam
menangani
segala
ancaman

Penyelesai
an
penataan
batas
kawasan
untuk
memberika
n kepastian
hukum
yang jelas
dalam
menangani
segala
ancaman

Penyelesaia
n penataan
batas
kawasan
untuk
memberikan
kepastian
hukum yang
jelas dalam
menangani
segala
ancaman

Penyediaan
sarana dan
prasarana yang

Penyediaan
sarana dan
prasarana yang

Penyediaan
sarana dan
prasarana yang

Penyediaan
sarana dan
prasarana yang

Penyediaa
n sarana
dan

7
Penguata
n data
potensi
kawasan
untuk
menunjan
g
kegiatan
penangan
an
berbagai
ancaman
yang
dihad
Penyeles
aian
penataan
batas
kawasan
untuk
memberik
an
kepastian
hukum
yang jelas
dalam
menanga
ni segala
ancaman
Penyedia
an sarana
dan

Penyediaa
n sarana
dan

Penyediaan
sarana dan
prasarana

55

Threat
(Ancaman)

Weakness
(Kelemahan)
1

Kewenangan
pengelola masih
terbatas

Tumpang
tindih
regulasi

Kegiatan illegal
logging

Tingginya
degradasi
hutan di KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
Perburua
n satwa
liar

Masih
maraknya
pembakara
n lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

2
memadai dalam
mengatasi
ancaman yang
dihadapi

3
memadai dalam
mengatasi
ancaman yang
dihadapi

4
memadai dalam
mengatasi
ancaman yang
dihadapi

5
memadai dalam
mengatasi
ancaman yang
dihadapi

6
prasarana
yang
memadai
dalam
mengatasi
ancaman
yang
dihadapi

7
prasarana
yang
memadai
dalam
mengatas
i
ancaman
yang
dihadapi

8
prasarana
yang
memadai
dalam
mengatasi
ancaman
yang
dihadapi

9
yang
memadai
dalam
mengatasi
ancaman
yang
dihadapi

Penguatan
koordinasidi
dalam
penyelesaian
masalah illegal
logging,
penyerobotan
lahan, dan
batas dengan
lahan
masyarakat

Penguatan
koordinasidi
dalam
penyelesaian
masalah illegal
logging,
penyerobotan
lahan, dan
batas dengan
lahan
masyarakat

Penguatan
koordinasid
i dalam
penyelesai
an masalah
illegal
logging
penyerobot
an lahan,
dan batas
dengan
lahan
masyarakat

Pelimpahan
kewenangan
pengelolaan
sampai ke
tingkat tapak
dapat dapat
meredam
konflik
pengelolaan

56

Threat
(Ancaman)

Weakness
(Kelemahan)
1
Akses masih sulit
dicapai

Tumpang
tindih
regulasi

Kegiatan illegal
logging

2
Perencanaan
dan koordinasi
yang baik dalam
penanganan
illegal logging,
dan perburuan
satwa liar
mengingat
sulitnya akses
menuju lokasi
pelanggaran
tersebut

Tingginya
degradasi
hutan di KPHP

Penyerobotan
lahan untuk
kegiatan
perladangan

Rendahnya
pendidikan dan
taraf hidup
masyarakat di
sekitar kawasan

Rendahnya
ekonomi
masyarakat dan
tingginya
kemiskinan

5
Pembukaan
akses dapat
meningkatkan
ekonomi
masyarakat

Bebatasan
dengan
lahan lahan
masyarakat

Masih
maraknya
Perburua
n satwa
liar

Masih
maraknya
pembakara
n lahan

Konflik
pengelolaan
KPHP

7
Koordinas
i yang
baik
menginga
t sulitnya
akses
menuju
lokasi
pelanggar
an
tersebut

57

B. Proyeksi 10 Tahun ke Depan


Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui kondisi KPHP Model Mandailing
Natal saat ini adalah sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 17. Kondisi KPHP Model Mandailing Natal Saat Ini dan Proyekdi 10 (sepuluh) tahun
ke depan (2014 2023)
No.

Uraian

Kondisi Saat Ini

Kondisi Yang
Diinginkan

Resort Pengelolaan

0 Unit

2 Unit

Penataan Blok dan Petak

0 Ha

1.500 Ha

Sumber Daya Manusia (SDM)

1 Shut, 1 SMA, 5

1 S2, 6 Shut, 2 D3

SMK

1 SMA, 20 SMK

Pembangunan Hutan karet

0 Ha

1.000 Ha

Kesjasama MoU Investasi

0 Buah

4 Buah

0 Kali

12 Kali/Tahun

Partisipasi Masyarakat dalam


6

Pembangunan, Pemanfaatan dan


Perlindungan Hutan

Penangkaran Rusa

0 Ha

4 Ha

Pemanfaatan HHK

0 m3

257.539,98 m3

0 Ha

300 Ha

Pengembangan dan pemanfaatan


HHBK

10

Kerusakan Kawasan

18.116 Ha

17.416 Ha

11

Lahan Kritis

18.116 Ha

17.416 Ha

0 Buah

2 Buah

0 Ha

700 Ha

12

13

Pemanfaatan Potensi Air, Wisata


dan Jasa Lingkungan
Perlindungan dan Rehabilitasi
Hutan

58

52

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB V RENCANA KEGIATAN


A. Inventarisasi berkala wilayah kelola
serta penataan hutannya
B. Pemanfaatan hutan pada wilayah
tertentu.
C. Pemberdayaan masyarakat.
D. Pembinaan
dan
pemantauan
(Controlling) pada areal KPH yang
telah ada ijin pemanfaatan maupun
penggunaan kawasan hutan.
E. Penyelenggaraan rehabilitasi pada
areal di luar ijin.
F. Pembinaan
dan
pemantauan
(Controlling) pelaksanaan rehabilitaasi
dan reklamasi pada areal yang sudah
ada ijin pemanfaatn dan penggunaan
kawasan hutannya.
G. Penyelenggaraan perlindungan hutan
dan konservasi alam
H. Penyelenggaraan
koordinasi
dan
sinkronisasi antar pemegang ijin
I. Koordinasi
dan
sinergi
dengan
Instansi dan stakeholder terkait
J. Penyediaan Kelembagaan dan SDM
K. Penyedian pendanaan.
L. Pengembangan database
M. Rasionalisasi wilayah kelola.
N. Review Rencana Pengelolaan (minimal
5 tahun sekali)
O. Pengembangan investasi

59

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB V
RENCANA KEGIATAN
Program dan rencana kegiatan yang dijabarkan dari visi, misi dan capaincapaian utama yang diharapkan dalam pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal
untuk 10 (sepuluh) tahun ke depan adalah sebagai berikut :

A. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya


Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 1 yakni membangun
kelembagaan, penataan kawasan dan SDM KPHP. Model Mandailing Natal. Untuk
pencapaian tujuan tertatanya blok dan petak di wilayah KPHP Model Mandailing
Natal, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a.

Inventartisasi biofisik SDH (potensi-potensi kayu, non kayu, satwa, jasa


lingkungan, dan air)

b.

Inventarisasi sosial budaya

c.

Sosialisasi tata batas kawasan KPHP Mandailing Natal

d.

Pemeliharaan dan penanaman jalur batas

e.

Orientasi dan rekosntruksi batas

f.

Konsultasi publik dan sosialisasi

g.

Penataan blok dan petak

B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu


Berdasarkan hasil analisis SIG yang dilakukan diperoleh luas wilayah tertentu
KPHP Model Mandailing Natal adalah seluas + 23.000 hektar (peta terlampir).
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 2 yakni Membangun hutan
karet, Misi 3 Kerjasama dan kemitraan serta Misi 4 Pemanfaatan HHK dan HHBK
Untuk pencapaian tujuan pembangunan hutan karet dan tujuan terwujudnya
kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU, rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a.

Membangun hutan karet KPHP Model Mandailing Natal.

b.

Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan


alam

c.

Pemanfaatan hasil hutan kayu

d.

Peningkatan investasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam


60

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
e.

Kerjasama investasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam

f.

Kerjasama investasi pengembangan tanaman berkayu.

g.

Peningkatan pelayanan dan pengelolaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam

h.

Pengembangan jaringan pengusahaan

i.

Membangun mekanisme kontribusi pemanfaatan kayu di hutan alam

j.

Membangun sarana dan prasarana pengembangan kegiatan pemanfaatan kayu


hutan alam

C. Pemberdayaan Masyarakat
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni
kemitraan.

Untuk

pencapaian

tujuan

berpartisipasinya

kerjasama dan

masyarakat

dalam

pembangunan hutan karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan, rencana kegiatan


yang akan dilaksanakan adalah :
a.

Pelibatan masyarakat dalam pembangunan hutan karet KPHP.

b.

Pelibatan masyarakat dalam patroli dan operasi pengamanan hutan.

c.

Pembentukan tenaga pengaman hutan lokal.

d.

Fasilitasi masyarakat dalam pemanfaatan HHBK, dan potensi air.

e.

Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pengembangan usaha-usaha


kehutanan

f.

Pendampingan, pendidikan dan pelatihan masyarakat

g.

Menyusun perencanaan dan kebutuhan desa melalui participatory rural appraisal

h.

Pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan publik

i.

Fasilitasi kelembagaan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan

j.

Identifikasi pola keterkaitan hubungan masyarakat dengan hutan

k.

Identifikasi kearifan lokal yang berkaitan dengan pengelolaan hutan

D. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang telah ada
ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni

kerjasama dan

kemitraan dan 4. Pemanfaatan HHK dan HHBK. Untuk pencapaian tujuan


terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU
dan termanfaatkannya HHK,. rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a.

Monitoring pelaksanaan RKT ijin pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan.


61

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
b.

Evaluasi pelaksanaan RKT ijin pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan.

c.

Pengawasan kawasan lindung dan kewajiban pemegang ijin pada masyarakat


sekitar.

d.

Pembinaan pelaksanaan kewajiban-kewajiban pemegang ijin.

e.

Pengembangan kemitraan dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

E. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin


Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 5 yakni

perlindungan dan

rehabilitasi hutan.
Untuk pencapaian tujuan Terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan
seluas + 700 Ha, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a.

Perencanaan RHL

b.

Rehabilitasi hutan rusak dan lahan krisis

c.

Rehabilitasi daerah rawan bencana

d.

Rehabilitasi untuk perlindungan mata air

e.

Pemeliharaan tanaman

f.

Pengayaan tanaman

g.

Melakukan pengkayaan penanaman pohon hingga 75% dari areal jalur hijau bagi
50% dari jumlah mata air yang ada di KPHP Madina

h.

Sosialisasi dan pembekalan kepada masyarakat tentang sistem tanam


konservasi berbasis pengelolaan vegetasi (cover crop, barisan tanam sejajar
kontur, pemulsaan)

i.

Intensifikasi Penerapan teknik konservasi tanah dan air dengan pendekatan


vegetatif.

j.

Penerapan teknik konservasi tanah dan air secara sipil teknis.

k.

Sosialisasi teknologi/ sistem agroforestry yang memberikan hasil maksimum,


namun sekaligus berfungsi perlindungan (proteksi) terhadap degradasi lahan
dan lingkungan.

l.

Seleksi tanaman/pohon lokal adaptif mempunyai nilai ekonomi tinggi dan


memberikan fungsi ekologi yang baik

62

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
F. Pembinaan dan Pemantauan (controlling) Pelaksanaan Rehabilitaasi dan
Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan
Kawasan Hutannya
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni

perlindungan dan

rehabilitasi hutan. Untuk pencapaian tujuan terlaksananya perlindungan hutan dan


rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha maka rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
adalah :
a.

Monitoring pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi.

b.

Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi

c.

Pembinaan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi.

G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam


Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 5 yakni

perlindungan dan

rehabilitasi hutan. Untuk pencapaian tujuan terlaksananya perlindungan hutan dan


rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha. rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikuit :
a. Koordinasi perlindungan dan pengamanan kawasan (Operasi illegal logging,
Operasi perambahan kawasan, Operasi perladangan liar, Patroli rutin, Operasi
gabungan dan mandiri, Gelar perkara, Penyelesaian kasus, Penanganan barang
bukti
b. Pengendalian kebakaran hutan (Pembuatan peta daerah rawan kebakaran hutan;
Pembentukan regu pemadam kebakaran; Membangun sistem peringatan dini;
Penyuluhan; Pembuat film, brosur, leaflet, poster; Kegiatan masyarakat Peduli
Api; Penyiapan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
Deliniasi areal/blok perlindungan)
c. Perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang dilindungi
d. Upaya konservasi HCVF

H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin


Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni
kemitraan.

Untuk

pencapaian

tujuan

berpartisipasinya

kerjasama dan

masyarakat

dalam

pembangunan hutan karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan dan tujuan


Terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU,
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
63

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
a. Membentuk forum komunikasi antar pemegang ijin
b. Pemeliharaan bersama batas persekutuan antar pemegang ijin
c. Koordinasi pelaksanaan CSR pemegang ijin
d. Koordinasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
e. Koordinasi pengembangan investasi
I.

Koordinasi dan Sinergi Dengan Instansi dan Stakeholder Terkait

Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni kerjasama dan kemitraan.
Untuk pencapaian tujuan berpartisipasinya masyarakat dalam pembangunan hutan
karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan dan tujuan Terwujudnya kerjasama
investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU maka rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan adalah :
a. Membentuk kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para pihak
Kelembagaan yang kolaboratif dan melibatkan para pihak seperti masyarakat,
pemerintah pusat, NGO/LSM dan pihak lain yang relevan, merupakan langkah yang
baik dan memudahkan koordinasi dan sinergi antar pihak. Kelembagaan kolaboratif
berdasarkan kesetaraan masing-masing pihak dalam mengakomodir kepentingan
dan keinginan bersama yang tertuang dalam perencanaan bersama. Perencanaan
dan implementasi kegiatannya, juga harus dibangun berdasarkan kepentingan
bersama sehingga proses koordinasi dan sinergi terus berjalan.
b.

Membangun kolaborasi pengelolaan blok pemanfaatan dan blok pemberdayaan


antar pihak

Blok pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang harus


menjadi perhatian dalam pengelolaan, karena ada interaksi manusia pada wilayah
tersebut. Disatu sisi, mengurangi tekanan terhadap kawasan dan sisi yang lain
bermanfaat langsung kepada masyarakat. Pengelolaan blok pemanfaatan dan blok
pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjembatani kepentingan semua
pihak seperti investor ataupun pihak swasta dengan masyarakat sehingga meredam
konflik sumber daya alam yang ada di masyarakat.
c.

Membangun dan memperkuat media komunikasi pertemuan reguler para pihak

d.

Sosialisasi peraturan perundangan berkitan dengan pengelolaan hutan

e.

Sosialisasi kawasan KPHP Model Mandailing Natal

f.

Fokus group diskusi


64

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
J. Penyediaan Kelembagaan dan SDM
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 1 yakni membangun
kelembagaan, penataan kawasan dan SDM KPHP. Model Mandailing Natal.
Untuk pencapaian tujuan tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan
KPHP Model Mandailing Natal, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a.

Pembangunan kantor resort lapangan berdasarkan fungsi kawasan hutan,


pondok kerja, pondok jaga dan pos jaga.

b.

Pembangunan rumah jabatan dan mess lapangan.

c.

Pengadaan kendaraan roda 4 dan 2.

d.

Penyusunan SOP dan Petunjuk Kerja/Teknis

e.

Peningkatan peralatan kantor.

f.

Peningkatan perlengkapan kerja personil

g.

Pengadaan peralatan komunikasi lapangan

h.

Pemeliharaan, perbaikan dan rehabilitasi sarana dan prasarana


Sedangkan pencapaian tujuan Tersedianya SDM terampil dan berkompetensi

untuk pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal.dilakukan dengan rencana


kegiatan :
a.

Peningkatan jenjang pendidikan

b.

Pemetaan kompetensi

c.

Pendidikan dan Pelatihan SDM Pengelola KPH

d.

Usulan formasi Penambahan SDM dan Rekruitmen petugas lapangan

e.

Pertukaran kunjungan staf pengelola

f.

Studi perbandingan

g.

Magang pegawai

K. Penyediaan Pendanaan
Pendanaan pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal dipenuhi dari
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) dan sumber sumber lain yang tidak mengikat. Rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan adalah :
a.

Membangun mekanisme penggalangan dana.


Proses dan skema pendanaan lain dapat ditempuh dengan penggalangan

bersama melalui mekanisme yang baik dan menguntungkan antar pihak.


65

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
Secara sederhana mekanisme ini dapat berupa aturan-aturan yang sangat
memungkinkan dilaksanakan dan tidak menyimpang dari regulasi yang sudah
disepakati bersama. Selain itu mekanisme ini juga dibangun diatas kebijakan yang
berlaku
b.

Penyusunan proposal dukungan pendanaan


Proposal dukungan pendanaan terbangun berdasarkan kemampuan KPHP

Model Mandailing Natal saat ini dan dibandingkan dengan kekurangan (gap) yang
ada. Gap yang terjadi ini diupayakan sebagai langkah penyusunan proposal untuk
memperoleh dukungan pendanaan pihak lain. Di beberapa pemberi dana biasanya
melihat dana pendamping yang dikeluarkan oleh pihak lain dalam implementasi
program. Kekurangan yang ada baru disusun melalui proposal yang diinginkan.
Penyusunan proposal dan mencari dukungan pendanaan dapat dilakukan dan
bersama pihak-pihak lain seperti konsultan ataupun NGO/LSM, BUMN, Swasta.
c.

Membangun perencanaan program bersama


Perencanaan program bersama merupakan salah satu langkah strategis

dalam menyikapi penggalangan pendanaan bersama. Penyusunan perencanan ini


lebih melihat kerjasama dengan pihak lain di luar KPHP Model Mandailing Natal,
pihak lain tersebut berupa program-program di pemerintah daerah (Pemda) melalui
musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat desa maupun
di kabupaten, ataupun penyusunan program bersama NGO maupun pihak swasta
yang tertarik dan berminat dengan sesuatu issue ataupun obyek tertentu.
Penyusunan program ini akan berjalan dengan sharing pendanaan atau sumber
daya masing-masing pihak

L. Pengembangan Database
Data base yang lengkap dan tidak kadaluwarsa sangat berguna untuk
pengambilan keputusan dalam pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal. Selain itu
data base juga bermanfaat bagi pihak luar yang membutuhkan informasi tentang
KPHP Model Mandailing Natal seperti misalnya para peneliti dari universitas atau
lembaga penelitian, LSM, instansi pemerintah dan individu.
Oleh karena itu dalam organisasi KPHP Model Mandailing Natal, sebaiknya
dibuat unit khusus yang mengelola data base yang bertanggung jawab dalam
pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data ke dalam informasi
yang siap digunakan.
66

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
Data dan informasi dapat dikumpulkan dari unit-unit pengelola di lapangan dan juga
dari luar. Tentu saja tidak setiap data dapat begitu saja diberikan untuk pihak luar.
Dalam pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya dengan pihak luar
harus diikat oleh standar operasional prosedur. Data yang dikumpulkan dapat berupa
analog atau manual (peta, dokumen, laporan, data penelitian dan lain-lain), juga
dapat berupa data digital (dokumen-dokumen, data GIS dan data digital lainnya).
Unit yang secara khusus mengelola data base ini merupakan division support system
atau pendukung sistem organisasi KPHP Model Mandailing Natal yang diperlukan
untuk pengambilan keputusan dari tingkat KPH hingga hingga unit terkecil. Beberapa
kegiatan pendukung dalam membangun program ini antara lain:
a. Pelatihan staf data base.
b. Penyiapan perangkat data base
c. Penyusunan dan pengelolaan sistem data base
d.

Membangun manajemen sistem pusat informasi

M. Rasionalisasi Wilayah Kelola


Pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal dimasa yang akan datang
menghadapi tantangan yang berat. Tantangan terberat adalah bertambahnya
populasi penduduk sekitar kawasan KPH yang dapat mempengaruhi ekosistem
hutan di KPHP Model Mandailing Natal. Hal ini menuntut pihak pengelola KPH untuk
melakukan kalkulasi yang scientific based yang dapat dipertanggungjawabkan.
Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola mencakup 2 aspek yaitu: 1) aspek fisik
(kawasan) yang mencakup aspek silvikultur, tata guna hutan, eksplorasi potensi dan
lainnya dan 2) aspek non teknis yang meliputi rasionalisasi kelembagaan wilayah
kelola hutan mulai dari tingkat blok sampai dengan tingkat petak (organisasi,
kewenangan dan personil)
Rasionalisasi wilayah kelola dari aspek fisik merupakan bentuk penilaian
kembali terhadap kawasan blok atau petak pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan yang mengalami perubahan. Misalnya jika blok pemanfaatan kayu pada hutan
alam sudah tidak memiliki potensi yang signifikant maka perlu dirasionalisasi ke
bentuk wilayah kelola lain misalnya diarahkan ke pemanfaatan kayu hutan tanaman.
Perubahan wilayah kelola juga akan mempengaruhi operasional personil dilapangan

67

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali)
Review rencana pengelolaan 5 tahun merupakan kegiatan evaluasi terhadap
rencana kegiatan yang telah dilakukan selama 5 tahun. Review rencana pengelolaan
dilakukan mulai dari tingkat blok pengelolaan sampai dengan petak pengelolaan.
Maksud

dilakukannya

review

terhadap

rencana

pengelolaan

adalah

untuk

mewujudkan tatanan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari, melalui evaluasi
terhadap seluruh kegiatan di unit-unit pengelolaan hutan tingkat tapak (blok dan
petak), dan membentuk lembaga pengelola yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pengurusan

hutan

mencakup

penyelenggaraan

kehutanan,

pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta


penyuluhan dan pengawasan. Adapun tujuan dari dilaksanakan kegiatan ini adalah :
a.

Mengetahui dan menganalisis semua data dasar yang dipergunakan dalam


proses perencanaan terkait dengan pengelolaan kawasan hutan di KPHP Model
Mandailing Natal.

b.

Mengevaluasi efektivitas tata guna kawasan hutan di KPHP Model Mandailing


Natal dan kemungkinan untuk menggali potensi kawasan hutan lainnya yang
dikembangkan.

c.

Membuat arahan terbentuknya blok pengelolaan/resort yang baru sesuai dengan


potensi di KPHP Model Mandailing Natal.

d.

Menganalisis kinerja organisasi KPHP Model Mandailing Natal di tingkat tapak


(Blok dan tapak) dan dinamika kelembagaan KPHP Model Mandailing Natal

O. Pengembangan Investasi
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni

kerjasama dan

kemitraan dan misi 4 Pemanfaatan HHK dan HHBK. Untuk pencapaian tujuan
terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU
dan tujuan berproduksinya penangkaran rusa seluas 4 (empat) Ha serta tujuan
termanfaatkannya HHBK sarang walet, rotan, lebah madu, gaharu, getah/resin,
palem hutan, bambu, anggrek, damar, kayu manis, durian, dan aren, dll seluas +
300 Ha, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a.

Pembangunan hutan karet

b.

Pembangunan Penangkaran Rusa.

c.

Pengembangan budidaya rotan, palem hutan, bambu, dan aren.

d.

Pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH).


68

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
e.

Pengembangan pariwisata alam.

f.

Pemanfaatan tanaman hias, anggrek, kantong semar dan obat.

g.

Pengembangan budidaya lebah madu.

h.

Pengembangan budidaya gaharu, damar, durian, dan kayu manis.

i.

Pemanfaatan sarang burung walet.

j.

Pemanfaatan sumber-sumber mata air

k.

Usaha air minum kemasan.

l.

Pengusahaan dan pemanfaatan hasil hutan kayu

69

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN


PENGENDALIAN
A. Pembinaan
B. Pengawasan
C. Pengendalian

70

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

BAB VI
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
A. Pembinaan
Pembinaan dilakukan terhadap sumberdaya manusia pelaksana pengelolaan
dan masyarakat di sekitar kawasan KPH. Dalam rangka pembinaan tersebut perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pengelola KPHP Model
Mandailing Natal dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan kawasan, baik
berupa pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi maupun pendidikan non
formal berupa pendidikan dan pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian guna mendukung jalannya
pengelolaan.
2. Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat
kerjasama diantara pihak pengelola, pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, mitra
dan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolan KPHP Model Mandailing Natal.
3. Pengembangan sistem informasi baru dan bermanfaat bagi semua pihak.
4. Pembinaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
mengenai arti pentingnya pengelolaan kawasan KPHP Model Mandailing Natal,
mengingat masyarakat di sekitar kawasan KPH merupakan bagian dari
pengelolaan.

Pembinaan internal KPHP Model Mandailing Natal :


a. Kepala KPHP bertanggungjawab membina berhasilnya pengelolaan KPHP mulai
dari tingkat operasional kantor KPHP, operasional kantor Resort KPHP,
pelaksanaan program dan kegiatan sampai pada pencapaian visi pengelolaan.
b. Pembinaan dilakukan terhadap petugas di kantor KPHP, kantor Resort KPHP,
petugas di lapangan, masyarakat sekitar, kelompok tani hutan, usaha
pemanfaatan HHBK oleh masyarakat, dan pemegang ijin di wilayah KPHP.

71

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
B. Pengawasan
Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan KPHP Model Mandailing
Natal dilakukan oleh pihak internal pengelola maupun para pihak yang berkompeten
dan dilakukan secara langsung agar pelaksanaan pengelolaan sesuai dengan
perencanaan yang dibuat. Maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk menjamin
kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pengelolaan.
Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi
yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian kawasan KPHP Model
Mandailing Natal serta perubahan pada sosial ekonomi masyarakat. Disamping
sebagai penghimpun informasi, pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan
terhadap ketepatan dan kesesuaian sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan
dimungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program
yang tidak tepat.

Pengawasan internal KPHP Model Mandailing Natal :


a. Kepala KPHP bertanggungjawab mengawasi berhasilnya pengelolaan KPHP
mulai dari tingkat operasional kantor KPHP, operasional kantor Resort KPHP,
pelaksanaan program dan kegiatan sampai pada pencapaian visi pengelolaan.
b. Pengawasan dilakukan terhadap petugas di kantor KPHP, kantor Resort KPHP,
petugas di lapangan, masyarakat sekitar, kelompok tani hutan, usaha
pemanfaatan HHBK oleh masyarakat, dan pemegang ijin di wilayah KPHP.

C. Pengendalian
Untuk menjadikan pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal berjalan
dengan baik sesuai dengan perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada
tingkat manajemen Balai KPHP Model Mandailing Natal, mitra pengelolaan,
pemerintah daerah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pengendalian pada unit
pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai dan menjamin seluruh proses
pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Lingkup pengendalian
dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen Balai KPHP Model Mandailing Natal
sampai kepada pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab didalam
pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja
organisasi Unit Pelaksana Teknis Balai KPHP Model Mandailing Natal.
72

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
Pengendalian internal KPHP Model Mandailing Natal :
a. Kepala KPHP bertanggungjawab mengendalikan berhasilnya pengelolaan KPHP
mulai dari tingkat operasional kantor KPHP, operasional kantor Resort KPHP,
pelaksanaan program dan kegiatan sampai pada pencapaian visi pengelolaan.
b. Pengendalian dilakukan terhadap petugas di kantor KPHP, kantor Resort KPHP,
petugas di lapangan, masyarakat sekitar, kelompok tani hutan, usaha
pemanfaatan HHBK oleh masyarakat, dan pemegang ijin di wilayah KPHP.

73

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB VII PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN


PELAPORAN
A. Pemantauan dan Evaluasi
B. Pelaporan

74

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB VII
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan pemantauan yang dilanjutkan dengan evaluasi dilakukan oleh unsur
internal Balai KPHP Model Mandailing Natal maupun unsur eksternal baik oleh
instansi pemerintah maupun masyarakat. Pemantauan atau monitoring terhadap
jalannya pengelolaan kawasan dilaksanakan oleh Balai KPHP Model Mandailing
Natal bersama-sama dengan instansi terkait dan pihak lembaga swadaya
masyarakat (LSM) sebagai mitra.
Pemantauan dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap seluruh
komponen pengelolaan. Hasil yang diperoleh dari pemantauan akan dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi pengelolaan.

Jangka waktu

pemantauan dapat dilakukan secara berkala.


Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup :
1. Pemantauan dan evaluasi oleh internal KPHP Model Mandailing Natal.
2. Pemantauan dan evaluasi oleh institusi lain.
3. Pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat.
Evaluasi keberhasilan program pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal
dapat diukur dari :
1. Tingkat perambahan terhadap kawasan KPHP Model Mandailing Natal semakin
menurun.
2. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang
disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi kawasan KPHP Model
Mandailing Natal dari gangguan keamanan kawasan serta berkembangnya nilainilai kearifan lokal masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan.
3. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai
upaya alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat.
4. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang
memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHP Model Mandailing Natal yang
dimulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, KPHP Model Mandailing
Natal sebagai Unit Pelaksana Teknis pengelolaan dan pihak mitra pendukung.
75

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
5. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan
6. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan KPHP Model Mandailing
Natal.

C. Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi
pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja
dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi
pemerintah dalam satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan
dan sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang memiliki hak
atau yang berkewenangan meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Laporan rutin secara berkala yakni laporan bulanan, triwulan dan tahunan,
sedangkan untuk hal-hal yang sangat urgen dan mendesak dapat dilaporkan setiap
saat.
Laporan disampaikan secara berjenjang mulai dari Kepala Resort KPHP,
Kepala KPHP Model Mandailing Natal. dan Kepala KPHP membuat laporannya
kepada:
a. Bupati Mandailing Natal
b. Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan
c.

Sekretaris Daerah Kabupaten Mandailing Natal

d. Pusat

Pengendalian

Pembangunan

Kehutanan

Regional

Kementerian

Kehutanan
e. Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara
f.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Mandailing Natal

g. BAPPEDA Kab. Mandailing Natal


h. Inspektorat Daerah Kab. Mandailing Natal
i.

BPKH Wilayah I

j.

BBKSDA Sumatera Utara (Selaku Korwil. UPT Kementerian Kehutanan).

76

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB VIII PENUTUP

77

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB VIII
PENUTUP
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Model
Mandailing Natal ini merupakan pedoman dan arahan pelaksanaan pengelolaan
hutan masigh perlu dijabarkan ke dalam rencana-rencana yang lebih rinci dan
cakupan masa perencanaannya pendek.
Rencana pengelolaan yang telah disusun ini diharapkan dapat, diaplikasikan
secara konsisten serta terus dimonitor pencapaian pelaksanaanya. Perlu disadari
bahwa masa perencanaan ini cukup panjang sedangkan kebijakan pemerintah akan
terus berubah dan mengarah kepada perbaikan-perbaikan di masa yang akan
datang. Review terhadap rencana ini perlu terus dilakukan agar tetap sinkron dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Perencanaan

dan

implementasi

pelaksanaan

kegiatan

KPHP

Model

Mandailing Natal berbasis spasial mengacu pada : (1) Peta Delineasi Wilayah
Tertentu KPHP Model Mandailing Natal

dan (2) Peta Tata Hutan KPHP Model

Mamdailing Natal. Selain itu, sebagai pelengkap dan dalam dokumen ini dilengkapi
dengan data dan informasi spasial berupa peta-peta lainnya, yaitu : (1) peta wilayah
KPHP Model Mandailing Natal,
(2) peta penutupan lahan, (3) peta DAS,(4) peta sebaran potensi wilayah KPHP
Model Mandailing Natal dan aksesibilitas, (5) peta penataan hutan dalam bentuk
zonasi, blok dan petak, (6) peta penggunaan lahan, (7) peta keberadaan ijin
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, (8) peta tanah, iklim dan
geologi.

78

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

DAFTAR PUSTAKA
BPKH. 2010. Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Potensi Wilayah
Pengelolaan Unit KPHP Model Mndailing Natal (Unit XXIX KPHP
Model Mandailing Natal) di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi
Sumatera Utara. Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal
Palnologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah
I. Medan.
BPKH. 2012. Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Wilayah
Pengelolaan KPH Model Madina Kabupaten Madina (Unit KPHP
Model Mandailing Natal) tahun 2012. Kementerian Kehutanan
Direktorat Jenderal Palnologi Kehutanan Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah I. Medan.
BPKH. 2012. Laporan Hasil Inventarisasi Sosial Budaya Dalam Rangka
Fasilitasi Tata Hutan di Unit KPHP Model Mandailing Natal.
Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Palnologi Kehutanan
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I. Medan.
BPKH. 2013. Laporan Penyusunan Rencana Penataan Hutan KPHP
Model Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara. Kementerian
Kehutanan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I. Medan.
Balai KPHL Model Rinjani Barat. 2012. Rencana Pengelolaan Hutan
(RPH) Jangka Panjang KPHL Model Rinjani Barat Periode 2012
s/d 2021. Mataram.
Balai KPHL Model Rinjani Barat. 2012. Rencana Pengelolaan Jangka
Panjang KPHL Pohuwato. Gorontalo.
BPS. 2012. Mandailing Natal dalam Angka 2012. BPS Kabupaten
Mandailing Natal.

79

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

LAMPIRAN

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
Tabel Lampiran 1. Daftar Nama Pohon yang ditemukan dalam Pelaksanaan Kegiatan
Inventarisasi Potensi Wilayah Pengelolaan Unit KPHP Model Mandailing Natal
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Nama Lokal

Nama Latin

Akarodon/Antarodan
Andarasi
Andulpak
Antarsa
Balam
Balik angin
Balun ijuk
Bangle
Bania
Bantunan
Barangan
Basung
Bayur
Berumbung
Bintangur
Binuang
Bodar-bodar
Bonggang
Cengal
Cengkawan
Dammar
Dara-dara
Dedap
Dondong air
Durian
Embacang
Geronggang
Goring-goring
Goti
Hapas-hapas
Hatapang
Haundolok
Hayu hara
Hayu rata
Horsik
Hoting
Ingor-ingor
Jailan
Jambu-jambu
Jelutung
K. Minyak
Kapur
Kase
Katuko
Kayu manis
Kemenyan
Kempas
Kenanga
Keruing

Artocarpus kemende mig.ver.(1)


Wainmennia lelumliplanok
Sapium baccatum Roxb.
Canarium litore BL.
Palagium aboratum engil
Aglaia argentea BL.
Diospyrus baloen idjoek Bakh.
Tristanis (9)
Shorea platyclados Bsi.
Koilodepas (3)
Costanopsis inermis Jack.
Alstonia anguistiloba Miq.
Pterospermum polyanta Hassk.
Sonneratia caseolaris Engl.
Calopyllum sp.
Oktomeles sumatrana
Dysexylum
Neesla glabra Becc.
Hopea sangal Kort.
Dipleroe arpaelal sp.
Dacryodes rostrata H.J.L
Knema mandarahan Warb.
Erythrina fusca Lour
Dacryodesa angulata H.J.L
Durio graveolens Becc.
Mangifera foetida Laur.
Cratoxylon arboresen BL.
Glochidion abscurum Hook.f
Alstoma meumatophala Bakh.
Exbucklandia populnea R.W.Bown
Terminalia copelandil Elm.
Eugenia sp.
Ficus procera Reinw.
Quercus gamellifora BL.
Caslanopsis javanica A.DC
Parinari sumatrana Bent.
Terhetiayanamea BL.
Euganis sp.
Dyera coslulata Hook.f
Dipterocarpus apterus Fexw.
Dryobalanops aromatica Gaertn.
Pometia alnifofia Radlk.
Shorea platyclados V.Si
Subelia sp.
Styrak benzoil Dryand.
Koompassia malaccensis maing
Cananga odorata Hk.F
Dipterocarpus cemutus Dyer.

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
No.

Nama Lokal

Nama Latin

50
Laban
Vitex pubescens Vahl.
51
Lagan
Hastixia trichotoma BL
52
Lampisi
Macaranga hypholeuca Muell.
53
Lancat bodi
Aglaia guisdermexl houk
54
Lempayan
Eugenia sp.
55
Lesi-lesi
Tarretia (9)
56
Loba-loba
Engenia sp.
57
Longgang
Commersonia bartramia Merr.
58
Malutua
Eugenla sp.
59
Mayang
Palaquium sp.
60
Medang
Litsia sp.
61
Meranti
Shorea sp.
62
Murak
Dracontomelon mangiferum BL.
63
Ombu
64
Parak
Beilschmiedia dichtyeneura Kosterm
65
Pasak bumi
Eurycoma longifolla
66
Petal
Parkia speciosa Hassk.
67
Pisang-pisang
Kandalia candal Drues.
68
Pulai
Alstonia pnematophora Back
69
Rambutan
Nephelium eriopetalum Miq.
70
Rao
Ficus variegata BL.
71
Raru manisan
Tarrietia rubiginosa Kosterm
72
Rengas
Mangifera (1)
73
Resak
Vatica songa V.Sl
74
Ronge
Melanorrhoea sp.
75
Ronggang
Cratoxylon arborescens BL.
76
Ruam
Podocarous sp.
77
Sampinur
Podocarpus imbicatus BL.
78
Sapot
Glochidon
79
Sarung kulit
Eugenia sp.
80
Sengon
Paraserianthes falcataria
81
Sijingkal
Xylopia (2)
82
Simarhonongan
Dipterocarpus crinitus Dyer.
83
Simartanaon
Schima sp.
84
Simartolu
Schima wallichii Korth
85
Simpur
Dillenia excelsa Gilg.
86
Sitarak
Artocarpus elasticus Rainw.
87
Songal
Shorea sp.
88
Surian
Parishia mangayi Hook.f
89
T. Kuda
Endospermum malacuesi Muell.
90
Tampui
Macaranga javanica Muell.
91
Tapis
Polyathia hypoleuca Hook.f
92
Tempayang
Anthocephalus cadamba Miq.
93
Terentang
Caupnosperma auriculata Hook.f
94
Tinggiran
Carallia brachiata Merr.
95
Torop
Artocarpus elasticus Rainw.
96
Ubar
Tryslaniaoboutma
Sumber: Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Wilayah Pengelolaan KPH Model Madina
Kabupaten Madina (Unit KPH Madina) Tahun 2012.

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
Tabel Lampiran 2. Daftar Jenis Pohon yang ditemukan pada Kegiatan Inventarisasi Hutan di
Wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
No

Nama
Nama Daerah
Pedagangan
I. Kelompok Jenis Meranti/ Kelompok Komersial Satu
1
Balau
Damar laut, Semantok (Aceh),
Selangan Batu, Anggelam, Amperok
2
Balau merah
Balau laut, Batu tuyang, Damar laut
merah, Putang, Lempung abang
3
Dammar
Damar
4
Durian
Durian burung, Lahong, layung, Apun,
Begurah, Punggal, Durian hantu,
Enggang
5
Giam/Resak
Resak batu, Resak gunung
6
Jelutung
Pulai nasi, Pantung gunung, Melabuai
7
Kenari
Keranti, Ki tuwak, Binjau, Asamasam, Kedondong, Resung, Bayung,
Ranggorai, Mertukul
8
Keruing
Tempuran,
Lagan,
Merkurang,
Kawang, Apitong
9
Medang
Sintuk, Sintok lancing, Kitteja, Ki
tuha, Ki sereh
10 Meranti kuning
Damar tanduk, Damar buah, Damar
hitam, Damar kelepek

11

Merati merah

12

Merawan

Bania, Seraya merah, Kontoy bayor,


Campaga,
Lempong,
Kumbang,
Majau, Meranti ketuko, Ketrahan,
Ketir, Cupang

Nama Ilmiah

Shorea spp; Parashorea


spp
Shorea spp.
Araucaria spp.
Durio carinatus Mast;
Durio spp.;Coelostegia spp.
Cotylelobium spp.
Dyera spp.
Canarium spp.; Dacryodes
spp.; Trioma spp.; Santria
spp.
Dipterocarpus spp.
Cinnamomum spp.
Shorea acuminatissima
Sym, Shorea
balanocarpoides Sym,
Shorea fguetiana Heim,
Shorea scollaris V.Sloot,
Shorea gibbosa Brandis.
Shorea palembanica Miq,
Shorea lepidota BI, Shorea
ovalis Bl, Shorea
johorensis Foxw, Shorea
leptoclados Sym, Shorea
leprosula Miq, Shorea
platyclados sloot.Ex foxw.
Hopea spp. ; Hopea dyeri;
Hopea sangal Kort.
Anisoptera spp.

Ngerawan, Cengal, Amang besi,


Cengal balaw, Emang, Tekam
13 Mersawa
Damar kunyit, Masegar, Ketimpun,
Tabok, Tahan, Cengal padi
14 Nyatoh
Suntai, Nalam, Jongkong, Hangkang, Palaquium spp.; Payena
Katingan, Mayang batu, Bunut, spp.; Madhuca spp.
Kedang, Bakalaung, Ketiau, Jengkot,
Kolan
15 Pulai
Kayu gabus, Rita, Gitoh, Bintau, Alstona spp.
Basung, Pule, Pulai miang
16 Rasamala
Tulasan (Sumatera), Mala (Jawa), Altingia excelsa Noronha
Mandung (Mnkb)
17 Resak
Damar along, Resak putih
Vatica spp.
II. Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/ Kelompok Komersil Dua
1
Bayur
Walang, wayu, Balang, Wadang
Pterospermum spp.
2
Bintangur
Bunoh, Nyamplung, Penaga
Calophyllum spp.
3
Gopasa
Teraut, laban
Vitex spp.
4
Gerunggang
Madang baro, Adat, Temau, Mampat, Cratoxylum ispp.
Butun, Kemutul

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
No
5
6
7

Nama
Pedagangan
Jabon
Jambu-jambu
Kempas

8
9

Mahang
Medang

10

Mempisang

11

Rengas

12

Sesendok

13
14
15
16
17

Simpur
Tembesu
Terap
Terentang
Terentang ayam

Nama Daerah
Kelampayan, Laran, Semama
Kelat, Ki tembaga, jambu
Impas, Tualang ayanm, Hampas

Anthocephalus spp.
Eugenia spp.
Koompassia malaccensis
Miiang.
Markubung, Mara, Benua
Macaranga spp.
Manggah, Huru kacang, Kelaban, Litsea firma Hook.f;
Wuru, Kunyit
Dehassia spp.
Mahabal, Hakai rawang, Empunyit, Mezzetti parviflora Becc;
Jangkang, Banitan, Pisang-pisang
Xylopia spp.; Alphonsea
spp.; Kandelia candell
Druce
Rengas tembaga, Rangas
Gluta aptera (King) Ding
Hou
Kayu bulan, Sendok-sendok, kayu raja, Endospermum spp.
Garung, Kayu labu
Sempur, Segel, Janti, Dongi
Dilenia spp.
Tomasu, Kulaki, Malbira, Kitandu
Fragraea spp.
Tara, Cempedak, Kulur, Teureup
Artocarpus spp.
Tumbus, Pauh lebi
Campnosperma spp.
Pauhan, Antumbus, Talantang
Buchanania spp.

III. Kelompok Jenis Kayu Indah/ Kelompok Indah Dua


Membacang
Limus
plit,
Ambacang,
Wani,
Mampelam, Asam, Mangga
2
Pasang
Mempeniang, Baturua, Kasunu, Triti
3
Raja bunga
Segawe, Klenderi, Saga
4
Rengas
Ingas, Suloh, Rangas, Rengas burung
1

Nama Ilmiah

Mangifera spp.
Quercus spp.
Adenanthera spp.
Gluta spp.; Melanorrhoea
spp.

Sumber: Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Wilayah Pengelolaan KPH Model Madina
Kabupaten Madina (Unit KPH Madina) Tahun 2012.

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
Tabel Lampiran 3. Daftar Jenis Tumbuhan Di Hutan KPHP Model Mandailing Natal
NO.

NAMA SUKU

1.
2.
3.

Actinidiaceae
Alangiaceae
Anacardiace

4.

Annonaceae

5.
6.

Apocynaceae
Arecaceae

7.
8.

Asteraceae
Bombacaceae

9.

Burseraceae

10.
11.

Celastraceae
Clusiaceae

NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

NAMA JENIS
Saurauia pendula Bl.
Alangium javanicum (Bl.) Wang.
Buchanania sessilifolia Bl.
Mangifera swintonioides Kosterm.
Mangifera laurina Bl.
Melanochyla caesia (Bl.) Ding Hou
Melanochyla bracteata King
Swintonia glauca Engl.
Annonaceae 1
Annonaceae 2
Cyathocalyx biovulatus Boerl.
Cyathocalyx sp.1
Melodorum kentii Hook. f. & Thoms.
Mezzetia parviflora Becc.
Polyalthia cauliflora Hook. f. & Thoms.
Polyalthia lateriflora (Bl.) King
Polyalthia sumatrana King
Polyalthia subcordata Bl
Popowia pisocarpa Endl.
Polyalthia spp.
Sageraea elliptica Hook. f & Thoms
Sageraea lanceolata Miq.
Xylopia malayana Hook. f et Th.
Unidentified.
Alstonia angustiloba Miq
Oncosperma horridum Scheff.
Pinanga sp
Vernonia arborea Buch.-Ham.
Durio malaccensis Planch. & Mast.
Durio oxleyanus Griff.
Durio zibethinus Murray
Neesia altissima (Bl.) Bl.
Canarium littorale Bl.
Canarium patentinervium Miq.
Dacryodes laxa (Benn.) H.J. Lam
Dacryodes incurvata (Engl.) Lam
Dacryodes rostrata (Bl.) Lam
Dacryodes sp.1
Santiria apiculata Benn.
Santiria laevigata Bl.
Santiria tomentosa Bl.
Kokoona littoralis Laws.
Calophyllum sp
Calophyllum rigidum Miq.
Cratoxylon arborescens Bl.
Garcinia gaudichaudii Planch. & Triana
Garcinia havilandii Stapf.

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
NO.

NAMA SUKU

12.
13.
14.
15.

Cornaceae
Convolvulaceae
Crypteroniaceae
Dipterocarpaceae

16.

Ebenaceae

17.

Elaeocarpaceae

18.

Euphorbiaceae

NO.
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
99
100
101
102

NAMA JENIS
Garcinia parvifolia Miq.
Garcinia sp. 1
Mesua coriacea Stevens
Mesua ferrea L.
Mesua sp.1
Mastixia trichotoma Bl.
Erycibe sp
Crypteronia sp.
Anisoptera costata Korth. *
Dipterocarpus palembanicus Sloot.
Hopea beccariana Burck *
Hopea nigra Burck *
Shorea acuminata Dyer *
Shorea exelliptica Meijer
Shorea gibbosa Brandis *
Shorea parvifolia Dyer
Shorea platyclados Sloot. ex Foxw. *
Shorea sp.1
Shorea sp. 2
Shorea sp. 3
Shoreasp.4
Vatica mangachapoi Blco. *
Vatica micrantha Sloot.
Vatica perakensis King *
Diospyros pseudo-malabarica Bakh.
Diospyros frutescens Bl
Diospyros sp. 1
Diospyros sp. 2
Diospyros sumatrana Miq.
Elaeocarpus mastersii King
Elaeocarpus parvifolius Wall.
Aporusa antennifera (Airy Shaw) Airy Shaw
Aporusa cf. prainiana King ex Gage
Aporusa falcifera Hook.f.
Aporusa grandistipula Merr
Aporusa maingayi Hook.f.
Aporusa symplocoides (Hook.f.) Gage
Baccaurea brevipes Hook.f.
Baccaurea dulcis Merr.
Baccaurea javanica Muell. Arg
Baccaurea minutiflora Muell. Arg.,
Baccaurea multiflora Burck ex J.J. Smith
Blumeodendron tokbrai (Bl.) Kurz
Drypetes longifolia (Bl.) Pax. ex Hoffm.
Glochidion sp
Macaranga gigantea (Reichb. f. & Zoll.)
Muell. Arg.
Macaranga hosei King ex Hook.f.

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
NO.

NAMA SUKU

NO.
103
104
105
106
107
108

19.

Fabaceae

20.

Fagaceae

21.
22.
23.

Flacourtiaceae
Icacinaceae
Lauraceae

109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146

NAMA JENIS
Macaranga hypoleuca (Reichb. f. & Zoll.)
Muell. Arg.
Macaranga lowii King ex Hook. f.
Mallotus macrostachyus Muell. Arg
Mallotus penangensis Muell. Arg.
Neoscortechinia kingii (Hook.f.) Pax. ex
Hoffm.
Pimeleodendron griffithianum (Muell. Arg.)
Hook.f.
Ptychophyxis kingii Ridley
Sapium baccatum Roxb.
Sauropus rhamnoides Bl
Trigonostemon serratus Bl
Archidendon sp. 1
Archidendron bubalinum (Jack) Nielsen
Dialium indum L
Fabaceae (Liana)
Koompassia malaccensis Maing.
Ormosia sumatrana Prain. ex King
Parkia speciosa Hassk.
Castanopsis sp. 1
Castanopsis sp. 2
Lithocarpus bennetii (Miq.) Rehd.
Lithocarpus cyclophorus (Endl.) A. Camus
Lithocarpus elegans (Bl. ) Hatus.
ex
Soepadmo
Lithocarpus hystrix (Korth.) Rehd.
Lithocarpus lucidus (Roxb.) Rehd.
Lithocarpus sp. 1
Lithocarpus sp. 2
Quercus argentata Korth.
Quercus gemellifloraBl.
Quercus subsericea A. Camus
Ryparosa caesia Bl.
Platea excelsa Bl.
Alseodaphne peduncularis Hook.f.
Actinodaphne sp
Beilschmiedia dictyoneura Kosterm.
Beilschmiedia madang Bl.
Cinnamomum cuspidatum Miq
Cryptocarya ferrea Bl.
Cryptocarya sp. 1
Lindera caesia Reinw. ex Villar
Litsea firma Hook. f.
Litsea lanceolata (Bl.) Kosterm
Litsea odorifera Valeton
Litsea oppositifolia Gibbs
Litsea pedunculata (Diels) Yang & Huang

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
NO.

NAMA SUKU

24.

Melastomataceae

25.

Meliaceae

26.

Moraceae

27.

Myristicaceae

28.

Myrsinaceae

29.

Myrtaceae

NO.
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193

NAMA JENIS
Litsea resinosa Bl.
Litsea sp. 1
Litsea sp. 2
Litsea sp. 3
Litsea sp. 4
Litsea sp. 5
Memecylon oligoneurum Bl.
Pternandra azurea (DC.) Burkill
Pternandra cordata Baill.
Pternandra rostrata (Cogn.) Nayar
Pternandra sp. 1
Aglaia ganggo Miq.
Aglaia odoratissima Bl.
Aglaia palembanica Miq
Aglaia sp. 1
Chisocheton patens Bl.
Dysoxylum cauliflorum Hiern.
Dysoxylym sp.
Lansium domesticum Corr
.Reinwardtiodendron humile (Hassk.) Mabb
Sandoricum koetjape Merr.
Artocarpus kemando Miq.
Artocarpus nitida Trec.
Ficus drupacea Thunb.
Ficus uncinulata Corner
Ficus sp
Horsfieldia polyspherula (Hook.f.) Sinclair
Knema cinerea (Poir.) Warb.
Knema latericia Elmer
Knema laurina (Bl.) Warb
Myrtistica iners Bl.
Ardisia nagelii Mez
Ardisia sanguinolenta Bl
Embelia sp. 1
Rhodamnia cinerea Jack,
Syzygium acuminatum Miq.
Syzygium antisepticum (Bl.) Merr. & Perry.
Syzygium chloranthum (Duthie) Merr. & Perry
Syzygium confertum (Korth.) Merr. Perry.
Syzygium cymosum DC.
Syzygium fastigiatum (Bl. ) Merr. & Perry
Syzygium flosculifera (M.R. Hend.)
Sreekumar
Syzygium griffithii (Duthie) Merr. & Perry
Syzygium racemosum DC.

Syzygium spicatum DC
Syzygium sp. 1
Syzygium sp. 2

P.V.

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
NO.

30.
31.
32.
33.

NAMA SUKU

Olacaceae
Oleaceae
Podocarpaceae
Polygalaceae

34.
35.

Proteaceae
Rosaceae

36.

Rubiaceae

37.
38.

Rutaceae
Santalaceae

39.

Sapindaceae

40.

Sapotaceae

41.

Sterculiaceae

42.
43.
44.

Stryracaceae
Symplocaceae
Theaceae

45.

Thymelaeaceae

46.
47.
48.

Tiliaceae
Verbenaceae
Unidentified family

NO.
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240

NAMA JENIS
Syzygium sp. 3
Syzygium sp. 4
Syzygium sp. 5

Strombosia ceylanica Gardn.


Chionanthus nitens K. et V.
Podocarpus neriifolius D.Don
Xanthophyllum affine Korth. ex Miq
Xanthophyllum rufum A.W. Benn.

Helicia serrata Bl.


Atuna racemosa Rafin.
Prunus arborea(Bl.) Kalkman
Prunus grisea ( Bl. ex C. Muell.) Kalkman
Aidia racemosa (Cav.) Tirveng.
Canthium glabrum Bl.
Ixora pseudojavanica Bremek.
Lasianthus stipularis Bl
Saprosma arboreum Bl
Urophyllum glabrum Jack ex Wall
Tricalysia singularis K. Schum
Unidentified
Euodia glabra Bl
Scleropyrum wallichianum (Wight & Arn.)
Arn.
Nephelium chryseum Bl.
Nephelium cuspidatum Bl.
Nephelium lappaceum L.
Xerospermum laevigatum Radlk.
Palaquium gutta Burck
Palaquium hexandrum Engl.
Palaquium quercifolium Burck
Palaquium rostratum Burck.
Payena leerii Kurz
Planchonella nitida Dubard
Pouteria malaccensis (Clarke) Baehni
Heritiera sumatrana (Miq.) Kosterm.
Sterculia urceolata Sm.
Stryrax paralleloneurus Perk.
Symplocos sp. 1
Adinandra dasyantha Choisy
Gordonia singaporioana Wall.
Pyrrenaria serrata Bl.
Ternstroemia sp
Thea sp. 1
Aquilaria malaccensis Lam.
Gonystylus forbesii Gilg.
Microcos crassifolia Burret.
Vitex quinata (Lour.) F.N. Will.
Unidentified species

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
Keterangan :

*:

kritis atau mendekati terancam punah secara global, berdasarkan IUCN Red List tahun
2004
Sumber Data : Conservation International Indonesia dan LIPI.

Lampiran 4. Daftar Jenis Mamalia dan Status Keterancamannya


`

Ordo

Famili

Nama Ilmiah

Nama Indonesia

IUCN

CITIE
S

Status
Perlindungan

EN

App I

Dilindungi

Artiodactyla

Bovidae

Naemorhedus
sumatraensis

Kambing hutan

Artiodactyla

Cervidae

Cervus unicolor

Rusa sambar

Dilindungi

Artiodactyla

Cervidae

Muntiacus
muntjak

Kijang muncak

Dilindungi

Artiodactyla

Suidae

Sus scrofa

Babi

Artiodactyla

Tragulidae

Tragulus
javanicus

Pelanduk kancil

Dilindungi

Artiodactyla

Tragulidae

Tragulus napu

Pelanduk napu

Dilindungi

Carnivora

Canidae

Cuon alpinus

Anjing
hutan/Ajak

VU

App II

Dilindungi

Carnivora

Felidae

Kucing emas

LR

App I

Dilindungi

Carnivora

Felidae

App I

Dilindungi

10

Carnivora

Felidae

11

Carnivora

Felidae

12

Carnivora

Felidae

13

Carnivora

Mustelidae

14

Carnivora

15
16

Catopuma
temminckii
Felis
bengalensis
Felis marmorata

Kucing kuwuk
Kucing batu

DD

App I

Dilindungi

Macan dahan

VU

App I

Dilindungi

Harimau
Sumatera

CR

App I

Dilindungi

Aonyx cinerea

Sero ambrang

LR

App II

Mustelidae

Lutra
perspicillata

Carnivora

Mustelidae

Martes flavigula

EN

Carnivora

Mustelidae

Mustela nudipes

Berang-berang
wregul
Musang leherkuning
Musang kepalaputih

Neofelis
nebulosa
Panthera tigris
sumatrae

Rencana Pengelolaan Hutan


KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
`

Ordo

Famili

Nama Ilmiah
Helarctos
malayanus
Arctictis
binturong
Arctogalidia
trivirgata
trivirgata

Nama Indonesia

17

Carnivora

Ursidae

18

Carnivora

Viverridae

19

Carnivora

Viverridae

20

Carnivora

Viverridae

21

Chiroptera

Pteropodidae

22

Dermoptera

Cynocephali
dae

Pteropus
vampyrus
Cynocephalus
variegatus

23

Perissodactyl
a

Tapiridae

Tapirus indicus

24

Pholidota

Manidae

Manis javanica

25

Primata

26

Primata

27

Primata

28

Primata

Cercopitheci
dae
Cercopitheci
dae
Cercopitheci
dae
Cercopitheci
dae

Macaca
fascicularis
Macaca
nemestrina
Presbytis
cristata
Presbytis
melalophos

29

Primata

Hylobatidae

Hylobates agilis

30

Primata

Hylobatidae

Hylobates lar

31

Primata

Hylobatidae

32

Primata

Lorisidae

33

Rodentia

Hystricidae

34

Rodentia

Muridae

35

Rodentia

Muridae

Maxomys rajah

Tikus-duri coklat

36

Rodentia

Muridae

Maxomys
whiteheadi

37

Rodentia

Muridae

Niviventer rapit

38

Rodentia

Muridae

Tikus-duri ekorpendek
Tikus-pohon
ekor-panjang
Tikus-besar
lembah

39

Rodentia

Sciuridae

40

Rodentia

Sciuridae

41

Rodentia

Sciuridae

Lariscus insignis

Bajing-tanah
bergaris-tiga

42

Rodentia

Sciuridae

Ratufa affinis

Jelarang bilalang

Paguma larvata

Symphalangus
syndactylus
Nycticebus
coucang
Hystrix
brachyura
Leopoldamys
sabanus

Sundamys
muelleri
Callosciurus
prevostii
Dremomys
everetti

Beruang madu

IUCN

CITIE
S

Status
Perlindungan

DD

App I

Dilindungi

Binturong

Dilindungi

Musang akar
Musang galing
Kalong besar

App II

Kubung
Tapir
Trenggiling
peusing
Monyet ekorpanjang
Monyet beruk

Dilindungi
VU

App I

Dilindungi

LR

App II

Dilindungi

LR

App II

VU

App II

Lutung kelabu
Lutung simpai
Ungko tanganhitam
Ungko tanganputih
Siamang

App II
LR

App I

Dilindungi

LR

App I

Dilindungi

LR

App I

Dilindungi

App II

Dilindungi

Kukang
bukang+D56
Landak raya

VU

Dilindungi

Tikus-raksasa
ekor-panjang

Bajing tiga-warna
Bajing gunung
Dilindungi
App II

Keterangan:
IUCN : CR = Kritis; DD = Kekurangan Data; EN = Genting; LR = Resiko rendah; VU = Rentan;
Info : Infomasi Masyarakat; Literatur : Rijksen (1999);
Survey terkini : Survey lapangan yang dilakukan CI , Balitbang Kehutanan & Konservasi, LIPI, Pemkab Madina
pada tahun 2004

Anda mungkin juga menyukai