Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI PENUNJANG: SHARF, WADIAH, DAN WAKALAH

Oleh: Nur Khasanatun Nafiah (145020301111007)


SHARF
Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi
jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta asing dengan valuta lainnya.
Transaksi jual beli atau pertukaran mata uang dapat dilakukan baik dengan mata
uang yang sejenis (misal rupiah dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya
rupiah dengan dolar atau sebaliknya).
Skema Sharf

Sumber Hukum
Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak
tunai).
Umar bin Khattab mendengar seseorang menukarkan emas sambil berkata ketika
menerima tukarannya: Tunggulah penjagaku pulang dari hutan.

Lalu Umar

berkata Demi Allah, janganlah engkau berpisah dengannya sehingga terjadi proses
pertukarannya. Aku mendengar Rasulullah bersabda, tukar menukar emas dengan

emas itu adalah riba, kecuali dilakukan dengan kontan. Kurma dengan kurma juga
adalah riba, kecuali kontan dengan kontan. (HR. Bukhari)
Emas, perak, kurma, gandum, anggur kering, dan garam adalah contoh barangbarang ribawi atau barang yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan.
Berdasarkan hadits di atas, dapat diartikan kalau terjadi pertukaran sesama barang
sejenis harus sama jumlahnya dan harus dari tangan ke tangan (tunai). Impikasinya
adalah bahwa pertukaran untuk mata uang yang berbeda, misal ringgit Malaysia
dengan rupiah dibolehkan jumlahnya berbeda (Contoh: RM 1 dengan Rp 2.500)
asalkan dilakukan secara tunai/tidak boleh utang.
Menurut ajaran islam, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan
merupakan komoditas. Artinya tanpa didayagunakan, uang tidak dapat
menghasilkan pendapatan atau keuntungan dengan dirinya sendiri.
Terdapat 4 (empat) jenis transaksi pertukaran valuta asing, adalah sebagai berikut:
1. Transaksi spot. Transaksi pembelian dan penjualan valas dan penyerahannya
pada saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu dua hari,
transaksi ini dibolehkan secara syariah karena dianggap tunai. Fleksibelitas
waktu 2 hari adalah proses yang tidak bisa dihindari dan merupakan batas
normal suatu transaksi internasional
2. Transaksi forward. Transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya
ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan
datang. Jenis transaksi ini tidak diperbolehkan syariah karena ada unsur
ketidakpastian/gharar.
3. Transaksi swap. Kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot
yang dikombinasikan dengan pembelian atau penjualan valas yang sama
dengan

harga

forward,

hukumnya

haram

karena

ada

unsur

spekulasi/judi/maysir
4. Transaksi option. Kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli
(call option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan
atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal tertentu.
Hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maysir.

Kesimpulannya, secara syariah transaksi pertukaran valuta asing dibolehkan


sepanjang dilakukan secara tunai dan tidak digunakan untuk tujuan spekulasi.
Apabila tujuannya untuk tabungan atau keperluan transaksi misalnya ingin pergi haji
atau anak kuliah di luar negeri, boleh saja ia menyimpan dalam bentuk valas.
Sedangkan transaksi pertukaran valas tidak tunai tidak diperbolehkan dengan alasan
apapun sesuai dengan hadits yang telah dijelaskan di atas.
Rukun dan Ketentuan Syariah
a. Pelaku, antara lain pembeli dan penjual
b. Objek akad berupa mata uang
c. Ijab kabul/serah terima
Perlakuan Akuntansi Akad Sharf
Saat membeli valuta asing
Kas (Dolar)
Kas (Rp)
Saat menjual valuta asing
Kas (Rp)
Kerugian
Keuntungan
Kas (Dolar)
Untuk tujuan laporan keuangan di akhir periode, aset moneter (piutang dan utang)
dalam satuan valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan
nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan. Jurnal
penyesuaiannya adalah sbb:
Kerugian
Piutang (valas)
Utang (valas)
Keuntungan
Jika nilai kurs tengah BI lebih besar dari nilai kurs tanggal transaksi,
jurnalnya:
Piutang (valas)
Keuntungan

Kerugian
Utang (valas)
WADIAH
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain yang
bukan pemiliknya untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak
yang mempunyai uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan
kapan pun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali
uang/barang titipan tersebut dan yang dititipi menjadi penjamin pengembalian barang
titipan.
Dalam akad h
endaknya dijelaskan tujuan wadiah, cara penyimpanan, lamanya waktu penitipan,
biaya yang dibebankan pada pemilik barang dan hal-hal lain yang dianggap penting.
Jenis akad wadiah
1. Wadiah amanah. Wadiah dimana uang/barang yang dititipkan hanya boleh
disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Si penerima titipan tidak
bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang
titipan selama hal ini bukan akibat kelalaian atau kecerobohan penerima
titipan dalam memelihara titipan tersebut.
2. Wadiah yadh dhamanah. Wadiah dimana

penerima

titipan

dapat

memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemilik dan menjamin


untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, saat pemilik
menghendakinya.
Sumber Hukum
1. Al-Quran
sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya... (QS. 4:58)
2. As-Sunah
tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepadamu dan
jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu (HR. Abu Dawud
dan Al Tirmidzi).

Rukun dan Ketentuan Syariah


1. Pelaku yang terdiri atas pemilik barang/pihak yang menitip (muwaddi) dan
pihak yang menyimpan (mustawda)
2. Objek wadiah berupa barang yang dititipkan
3. Ijab kabul/serah terima
Perlakuan Akuntansi Wadiah

Saat

Pemilik Barang
menyerahkan Beban Wadiah

barang
Jika biaya penitipan

Kas

belum dibayar
Saat mengembalikan Utang
barang dan menerima

Kas

Penyimpan Barang
Kas
Pendapatan Wadiah
Piutang
Pendapatan wadiah
Kas
Piutang

pembayaran
kekurangan
WAKALAH
Al Wakalah atau Al Wikalah atau At Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian,
atau pemberian mandat (Sabiq, 2008). Akad wakalah adalah akad pelimpahan
kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.

Wakalah dalam pendelegasian pembelian barang, terjadi dalam situasi dimana


seseorang (perekomendasi) mengajukan calon atau menunjuk orang lain untuk

mewakili dirinya membeli sesuatu. Orang yang meminta diwakilkan (muwakkil)


harus menyerahkan sejumlah uang secara penuh sejumlah harga barang yang akan
dibeli kepada agen/pihak yang mewakili (wakil) dalam suatu kontrak wadiah. Agen
(wakil) membayar pihak ketiga dengan menggunakan titipan muwakkil untuk
membeli barang.
Agen (wakil) boleh menerima komisi (al-ujr) dan boleh tidak menerima komisi
(hanya mengharap ridha Allah/tolong menolong). Tetapi bila ada komisi atau upah
maka akadnya seperti akad ijarah/sewa menyewa. Wakalah dengan imbalan disebut
dengan wakalah bil ujrah, bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara
sepihak.
Sumber Hukum
1. Al-Quran
maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu itu..
jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah
orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman
...Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji

itu

pasti

diminta

pertanggungjawabannya
2. As-Sunnah
Diriwatkan dari Busr bin ibn Sadiy al Maliki berkata: Umar
mempekerjakan saya untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan
sesudah saya menyerahkan zakat kepadanya, memerintahkan agar saya
diberi imbalan (fee). Saya berkata: Saya bekerja hanya karena Allah
Umar menjawab: Ambillah apa yang kamu beri, saya pernah bekerja
(seperti kamu) pada masa Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; saya pun
berkata seperti apa yang kamu katakan. Kemudian Rasul bersabda kepada
saya: Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta: makanlah (terimalah)
dan bersedekahlah. (HR. Bukhori Muslim)

Rukun dan Ketentuan Syariah


Rukun wakalah ada 3 (tiga), yaitu sebagai berikut:

1. Pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakkil dan pihak yang
diberi kuasa/wakil
2. Objek akad berupa barang atau jasa
3. Ijab kabul/serah terima
Berakhirnya Akad Wakalah
1. Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal, karena jika terjadi
2.
3.
4.
5.

salah satu syarat wakalah tidak terpenuhi


Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai
Pemutusan oleh orang yang mewakilkan
Wakil mengundurkan diri
Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu
yang diwakilkan

Perlakuan Akuntansi Al-Wakalah


1. Bagi Pihak yang mewakilkan/Wakil/Penerima Kuasa
a. Saat menerima imbalan
Kas
Pendapatan Wakalah
b. Saat membayar beban
Beban Wakalah
Kas
c. Saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka
Kas
Pendapatan Wakalah Diterima di Muka
d. Saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode
Pendapatan Wakalah Diterima di Muka
Pendapatan Wakalah

2. Bagi Pihak yang Meminta Diwakilkan


Saat membayar ujr/komisi
Beban Wakalah
Kas

Anda mungkin juga menyukai