3sukamto PDF
3sukamto PDF
48-55
ISSN 1829-6289
PENDAHULUAN
ABSTRACT
Prospects of Patchouli to Produce Essential Oil;
Development through Cropping Pattern
System
Essential oils are complex mixtures of volatile organic compound produced as secondary metabolites in plants. Essential oils
are usually responsible for the distinctive odor of plants.
Approximately 3,000 essential oils have been known and 10% of
them have commercial importance in the cosmetics, food, and
pharmaceutical industries. Most of the essential oils cultivated by
farmers in Indonesia are export oriented and for domestic demand.
Besides cultivation and post harvest handling, other important
problem, especially for patchouli oil, is frequently price fluctuation.
Marketing of essential oils is not easy, especially in the international market, it often has been linked by a variety of marketing
network or trading unions, so new exporters are not easy to enter
the international market. Essential oil (especially patchouli oil)
prices fluctuate from time to time. This causes many farmers to
apply crop diversification or rotation system in essential oil plant
cultivation. Cultivation development of some important crops such
as patchouli oil is done by applying the cropping pattern system
(mixed cropping, inter cropping, multiple cropping, alley cropping)
with annual or seasonal crops.
Keyword : Essential oil, Pogostemon cablin, cropping pattern
48
Sukamto: Prospek tanaman nilam penghasil minyak atsiri; Pengembangannya melalui sistem pola tanam
lain-lain. Sedangkan di Indonesia diperkirakan ada sebanyak 12 jenis minyak atsiri yang diekspor ke pasar dunia.
Jenis-jenis minyak atsiri Indonesia yang telah memasuki
pasaran internasional antara lain minyak nilam (patchouli
oil), akar wangi (vetiver oil), pala (nutmeg oil), cengkeh
(cloves oil), serai wangi (citronella oil), kenanga (cananga
oil), kayu putih (cajeput oil), kayu cendana (sandal wood
oil), kayu manis (cinamon oil), lawang dan masoi. Minyak
atsiri yang diproduksi oleh petani di Indonesia sebagian
besar untuk diekspor, walaupun kebutuhan industri dalam negeri cukup besar. Pangsa pasar beberapa komoditas aromatik seperti nilam (64%), kenanga (67%), akar
wangi (26%), serai wangi (12%), pala (72%), cengkeh
(63%), jahe (0,4%), dan lada (0,9%) dari ekspor dunia
(Ditjenbun 2004; FAO, 2004). Tahun 2007, nilai ekspor
atsiri mencapai US$ 101.140.080, namun di sisi lain Indonesia juga mengimpor minyak atsiri pada tahun 2007
mencapai nilai US$ 381.940.000 (Data BPS, Imp dari US
Comtarade, 2007) (Gambar 1). Di antara minyak atsiri
yang diimpor, terdapat tanaman yang sebenarnya dapat
diproduksi di Indonesia seperti menthol (Mentha
arvensis) dan minyak anis (Clausena anisata). Oleh sebab itu keanekaragaman minyak atsiri Indonesia yang
bertujuan untuk ekspor maupun berfungsi sebagai substitusi impor harus ditingkatkan. Tulisan ini merupakan
uraian ringkas tentang peluang dan pengembangan serta
keuntungan tanaman penghasil minyak atsiri yang
dibudidayakan dengan berbagai sistem tumpangsari.
Indonesia kaya akan keanekaragaman/plasma nutfah tanaman aromatik yang menghasilkan minyak atsiri, diperkirakan 160-200 jenis. Pada dunia perdagangan telah
beredar 80 jenis minyak atsiri. Di Indonesia jenis minyak atsiri dapat dikategorikan menjadi 3 kondisi yaitu
sudah berkembang, sedang berkembang, dan potensial
dikembangkan (Tabel 1). Untuk minyak atsiri yang sudah
berkembang (nilam, akar wangi, serai wangi, dan kenanga), pengembangannya diarahkan pada peningkatan
volume produksi dan mutu dengan menggunakan benih
unggul dan cara pengolahan (penanganan bahan tanaman dan penyulingan) yang tepat. Selain itu dukungan
teknologi budidaya yang direkomendasikan, dengan SOP
(Standar Operasional Prosedur) akan meningkatkan usahatani minyak atsiri yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing minyak atsiri Indonesia di pasar dunia.
Potensi Pasar Dalam dan Luar Negeri
Peluang pengembangan minyak atsiri hanya dengan meningkatkan produksi suatu komoditas secara
maksimal dengan menambah luas areal pertanaman dan
memacu adanya keanekaragaman jenis minyak atsiri
(diversifikasi horizontal). Prospek pengembangan tanaman aromatik sebagai penghasil minyak atsiri sebaiknya
perlu didukung seperti data pasar dalam dan luar negeri
serta tingkat penawaran dan permintaan pasar yang
luas. Hal ini diharapkan mampu memberikan data yang
lebih akurat untuk memperkirakan prospek pengembangan di masa datang. Berbagai kemungkinan yang mempengaruhi tingkat penawaran dan permintaan termasuk
persaingan di antara negara produsen seharusnya juga
dijadikan tolok ukur.
Kebutuhan minyak atsiri dalam negeri cukup besar
baik dari volume maupun jenisnya makin beragam karena kebutuhan industri juga makin pesat dan berkembang
ragamnya seperti akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan
untuk aromaterapi, spa dan lain sebagainya. Dari segi kebutuhan baik untuk ekspor maupun impor masih akan
meningkat terus sehingga peluang pengembangan minyak atsiri baik yang telah berkembang maupun minyak
atsiri baru masih terbuka luas. Peluang pasar minyak atsiri dalam maupun luar negeri sangat besar. Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan apabila Indonesia mampu
mengembangkan dan meningkatkan produksi dengan
memperhatikan permintaan dan penawaran.
Potensi Kesesuaian Lahan (Lingkungan)
Potensi keanekaragaman tanaman penghasil minyak atsiri yang dimiliki Indonesia akan dapat dimanfaatkan apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai.
Indonesia mempunyai wilayah yang luas dengan ragam
tanah dan iklim yang berbeda-beda. Hal ini memungkinkan untuk pengembangan suatu komoditas minyak atsiri
49
Sedang
Berkembang
Nama Minyak
Nama Dagang
Nama Tanaman
Nilam
Serai wangi
Akar wangi
Kenanga
Cendana
Kayu putih
Daun cengkeh
Gagang cengkeh
Bunga cengkeh
Pala
Lada
Jahe
Masoi
Kulit manis
Daun kayu manis
Ylang-ylang
Serai dapur
Patchouli oil
Citronella oil
Vetiver oil
Cananga oil
Sandalwood oil
Cajeput oil
Clove leaf oil
Clove stem oil
Clove bud oil
Nutmeg oil
Black pepper oil
Ginger oil
Massoi oil
Cinnamon Bark
Cinnamon leaf oil
Ylang-ylang oil
Lemon Grass oil
(East India)
Lemon Grass oil
(West Indian)
Agarwood oil
Clausena/Anis oil
Pogestemon cablin
Andropogon nardus
Vetiveria zizanoides
Canangium odoratum
Santalum album
Melaleuca leucadendron
Syzygium aromaticum
Syzygium aromaticum
Syzygium aromaticum
Myristica fragrans
Piper nigrum
Zingiber officinale
Criptocaria massoia
Cinnamomum burmanii
Cinnamomum casea
Canangium odoratum
Cymbopogon flexyosus
Parfum, sabun
Parfum, sabun
Parfum, sabun
Parfum, sabun
Parfum, sabun
Farmasi
Parfum, farmasi, makanan, rokok
Idem
Idem
Makanan, rokok
Makanan, minuman
Makanan, minuma
Makanan
Makanan, farmasi
Makanan, farmasi
Parfum, sabun
Makanan, farmasi
Cymbopogon alcohol
Makanan, farmasi
Aquilaria sp
Clausena anisata
Cormint oil
Cubeb oil
Cinnamon Bark oil
Cinnamon leaf oil
Cinnamon leaf oil
Cinnamon leaf oil
(Ceylon)
Mace oil
Cormint oil
Mentha arvensis
Piper cubeba
Cinnamomum casea
Cinnamomum casea
Cinnamomum zeylanicum
Cinnamomum zeylanicum
Parfum
Farmasi, minuman, parfum,
rokok
Farmasi, rokok, makanan
Makanan, farmasi
Makanan, farmasi
Makanan, farmasi
Makanan, farmasi
Mkanan, farmasi
Palmarosa oil
Tea tree oil (Black)
Tea tree oil (White)
Curcuma oil
Cardamon oil
Cardamon oil
Native myrthle oil
Fennel oil Bitter
type
Cubeb oil
Ginger Grass oil
Thymus oil
Proseres oil
Rosemari oil
Geranium oil
Basil oil
(Reunion type)
Basil oil
(Eugenol type)
Litsea oil
Calamus oil
E. citriodora oil
Spearmint oil
Curcuma oil
Lime oil
Coriander oil
Gaultheria oil
Cassummunas oil
Cymbopogon martini
Melaleuca bracteata
Melaleuca alternifolia
Curcuma xanthorriza
Amomum cardamomum
Elletaria cardamomum
Backhousia citriodora
Foenicullum vulgare
Makanan, farmasi
Makanan, minuman, farmasi,
rokok
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi, minuman
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Piper cubeba
Cymbopogon martini
Thymus vulgaris
Andropogon procerus
Rosmarinus officinale
Pelargonium graveolens
Ocimum basillicum
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Parfum, sabun
Farmasi
Farmasi
Farmasi, pestisida nabati
Ocimum grattisimum
Farmasi, makanan
Litsea cubeba
Acarus calamus
Eucalyptus citriodora
Mentha spicata
Curcuma domestica
Citrus hystrix
Coriandrum sativum
Gaultheria fragrantissima
Zingiber cassummunar
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Farmasi, minuman
Makanan, parfum
Makanan, farmasi
Farmasi
Farmasi
Serai dapur
Gaharu
Klausena
Potensi
dikembangkan
Permen
Kemukus
Kayu manis
Daun kayu manis
Kulit manis
Daun manis
Fuli pala
Permen
Palmarosa
The pohon (hitam)
The pohon (putih)
Temulawak
Kapol
Kapolaga
Surawung pohon
Adas
Kemukus
Serai ginger
Time
Proseres
Rosemari
Keranyam
Basil
Selasih Mekah
Krangean
Jeringau
E. Citriodora
Spearmin
Kunyit
Jeruk purut
Ketumbar
Gandapura
Bangle
50
Myristica fragrans
Mentha arvensis
Kegunaan
Sukamto: Prospek tanaman nilam penghasil minyak atsiri; Pengembangannya melalui sistem pola tanam
Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Lampung
Bengkulu
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
DI Yogyakarta
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Maluku
Papua
Jumlah
Sentra
10
11
6
2
4
7
12
4
2
4
2
28
3
51
52
Satuan
cm
cm
helai
buah
t/ha
l/ha
Pola Tanam
Monokultur
Budidaya
Lorong
34,62
28,91
5,70
5,01
92,35
55,23
27,15
21,00
2,56
1,99
62,57
48,61
Kemampuan nilam beradaptasi pada kondisi naungan, pada tahap awal pertumbuhan merupakan salah
satu sifat keunggulan nilam sehingga dapat dimasukkan
dalam program pola tanam campuran dengan tanaman
tahunan sebagai tanaman sela. Tanaman nilam yang
ditanam dengan sistem naungan biasanya menghasilkan
daun yang agak lebar, tipis, dan lebih hijau, namun sedikit menurunkan kadar minyak. Untuk menjaga agar
kandungan minyak tidak terlalu rendah, sebaiknya dua
bulan sebelum panen nilam, cabang-cabang tanaman tahunan sebagian dipangkas sehingga sinar matahari dapat menembus tanaman nilam. Tanaman nilam dapat
diusahakan secara penuh dengan tanaman tahunan
sebagai tanaman sela saat awal pertumbuhan tanaman
Sukamto: Prospek tanaman nilam penghasil minyak atsiri; Pengembangannya melalui sistem pola tanam
Rendemen minyak
(%)
Daun
Ranting
1,88
Naungan
1,92
(tanaman sela)
Sumber : Handayani et al. (2006)
Patchouli alcohol
(%)
Daun
Ranting
0,85
33,3
28,6
0,73
30,0
25,7
Gambar 3.
53
54
Sukamto: Prospek tanaman nilam penghasil minyak atsiri; Pengembangannya melalui sistem pola tanam
Phipps, PM., SH. Deck, D.R. Walker. 1997. Weatherbased crop and disease advisories for peanuts in
Virginia. Plant Disease 81:236-244.
Saccketti, G., S. Maietti. M. Muzzoli, M. Scaglianti, S.
Manfredini, M. Radice, and R. Bruni. 2005.
Comparative evaluation of 11 essential oils of
different origin as functional antioxidants, antiradicals, and antimicrobials in food. Food Chemistry
91:621-632.
Stone, A.G., S.J. Scheuerell, and H.M. Darby. 2004.
Supression of soilborne diseases in field agricultural
system: organic matter management, cover cropping
and other cultural practices. In Magdoff, F. and R.
Weil. (Eds) Soil Organic Matter in sustainable
agriculture. CRC Press Boca Raton: 131-177.
Sukamto. 2009. Pengendalian penyakit budok pada
tanaman nilam dengan efektifitas 60-70%. Laporan
Hasil Penelitian APBN 2009. 20 p (tidak dipublikasikan)
Wrather, J.A. and S.R. Kending. 1998. Tillage effect on
Macrophoma phaseolina population density and
soybean yield. Plant Disease 82:247-250.
55