LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE (GASTROENTERITIS)
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Anak
Pembimbing Klinik :
NOOR FAIZAH, S. Kep.
Pembimbing Akademik:
Ns. Elsa Naviati, M.Kep, Sp.Kep.An
Disusun oleh :
ROSSI ANITA SARI
22020111130089
A. DEFINISI
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak
biasa (lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi
(feses cair). Hal ini biasanya berkaitan dengan dorongan, rasa tak nyaman
pada area perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari faktor ini. Tiga faktor
yang menentukan keparahannya : sekresi intestinal, perubahan penyerapan
mukosa, dan peningkatan motilitas. Diare dapat akut atau kronis. (Baughman,
2000)
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam. Definisi lain
memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar tersebut dapat / tanpa disertai lendir dan darah.
Diare kronis didefinisikan sebagai suatu peningkatan frekuensi
defekasi dan keenceran tinja yang berlangsung selama lebih dari 2 minggu
(Schwartz, 2004). Diare kronik ini disertai kehilangan berat badan atau tidak
bertambah berat badannya selama masa tersebut.
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : (Sudoyo Aru, dkk 2009)
1. Lama waktu diare :
- Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu.
- Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu.
2. Mekanisme patofisiologi : osmotik atau skretorik dll
3. Berat ringan diare : kecil atau besar.
4. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi.
5. Penyebab organik atau tidak : organik atau fungsional.
Kebutuhan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada anak
(Djuanda Adhi)
Kebutuhan cairan rehidrasi oral selama 4 jam pertama menurut usia
USIA
S/D 4 bulan 4-12 bulan
12 bulan s/d 2 th 2-5 tahun
BB
< 6 kg
6-<12 kg
10-<12 kg
12-19 kg
Jumlah
200-400 mL 400-700 mL 700-900 mL
900.1400
cairan
rehidrasi oral
B. ETIOLOGI
Behrman (1999), menerangkan bahwa penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
(virus
ECHO,
cakseaclere,
Diare osmotic
Diare sekretorik
Diare karena gangguan motilitas
Diare inflamatorik
Malabsorbsi
Infeksi kronik
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
1 Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
2
pankreas.
10. Diare nokturnal mungkin merupakan manifestasi neuropati diabetik.
(Baughman, 2000)
Manifestasi klinis berdasarkan lamanya diare (akut dan kronis) :
1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang takterduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
-
perut.
- Demam
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
- Penurunan BB dan nafsu makan.
- Demam indikasi terjadi infeksi.
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah
(Yuliana elin, 2009)
Bentuk klinis diare
Diagnose
Diare cair akut
Kolera
berat, atau
Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi
Disentri
Diare persisten
lebih
Diare apapun yang disertai gizi buruk
Mendapat pengobatan antibiotik oral
(Antibiotic
Diarrhea)
Invaginasi
Associated
spectrum luas
Klasifikasi
Dehidrasi
berat
Letargis/tidak sadar
Mata cekung
dirumah
untuk
sakit
di
diare
bab
perut
Dehidrasi
ringan
kulit
atau :
Rewel,gelisah
Mata cekung
Minum dengan lahap,haus
Cubitan kulit kembai
sedang
denga lambat
anak
makanan
cairan
untuk
dengan
dehidrasi
Tanpa
dehidrasi
untuk
diklasifikasikan untuk
menangani
diare
A)
Nasehati ibu kapan kembali
segera
Kunjungan
waktu
ulang
hari
jika
dalam
tidak
membaik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis
mengarahkan dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah
bisa menjadi patokan untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak
spesifik.
menyingkirkan giardiasis.
Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel
tinja dengan Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Pada kasus yang lebih sulit, kadar lemak tinja harus diukur,
pankras,
sebainya
diperiksa
dengan
endoscopic
pankreas.
Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan
kolitis kolagenosa).
Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan
diare sekretorik.
Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi
hormonharus dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.
Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut
tunggal dan belum mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan
pemeriksaan berikut:
a Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah
untuk Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya
b
F. PATHWAY
Pathway diare
Infeksi
Makanan
Psikologi
Berkembang di usus
Ansietas
Isi usus
Hiperperistaltik
Penyerapan makananKetidakseimbangan
di
nutrisi:
kurang dari
Resiko
syok
Gangguan
keseimbangan
Hilang
cairan
&volume
elektrolit
Kerusakan integritas usus
Kekurangan
Dehidrasi
Frekuensi BAB
Distensi
Nafsu
Mual abdomen
muntah
makan
kebutuhan
tubuh
Diare
(hipovolemik)
cairan
dan elektrolit
berlebihan
kulit
cairan
non-infeksius.
Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau
diare memburuk.
Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat
muda atau lansia.
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare
f. Hygine
Personal hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara kuku
anak, cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Sedangkan menurut Supartini (2004), hal hal yang perlu dikaji adalah
riwayat diare, status dehidrasi, tinja (warna, jumlah, bau), konsistensi dan
frekuensi BAB, intake dan output, tingkat aktivitas anak dan yang
terakhir kaji tanda-tanda vital anak.
2. Masalah yang lazim muncul
a. Diare b.d proses infeksi,inflamasi diusus
b. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
c. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi / BAB sering
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan intake makanan
e. Resiko syok (hipovolemi)
f. Gangguan pertukaran gas
g. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3. Discharge planning
a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian
makanan dan minuman (misal oralit).
b. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun dan mata
cekung,turgor kulit tidak elastis,membran mukosa kering) dan segera
dibawa ke dokter.
c. Jelaskan obat-obatan yang diberikan,efek samping dan kegunaannya.
d. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan
gangguan gizi yang terjadi.
e. Banyak minum air.
f. Hindari konsumsi minuman bersoda/minuman ringan yang banyak
mengandung glukosa karena glukosa/gula dapat menyebabkan air
terserap ke usus sehingga memperberat kondisi diare.
g. Biasakan cuci tangan seluruh bagian dengan sabun dan air tiap kali
sesudah buang air besar atau kecil dan sebelum menyiapkan
makanan untuk mencegah penularan diare.
h. Hindari produk susu dan makanan berlemak, tinggi serat atau sangat
manis hingga gejala diare membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan medikal-bedah : buku saku dari
Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC
Djuanda Adhi, Azwar Azrul, dkk. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi
2011/2012 Ed : 11. Jakarta : BIP
Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, Ed : 4.
Jakarta : Internal Publishing
Yuliana elin, Andradjati Retnosari, dkk. 2011. ISO Farmakoterapi 2. Jakarta : ISFI