Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN CONGESTIVE HEARTH FAILURE

(CHF) DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM


BANYUMAS

AGUS KURNIAWAN
G4D014015
STASE KEPERAWATAN DEWASA I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2014

A.

Latar Belakang

Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas & mortalitas yang
paling sering ditemukan. Akhir- akhir ini insiden gagal jantung mengalami
peningkatan. Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung
dan merupakan masalah kesehatan dunia. Di Asia, terjadi perkembangan
ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup,
peningkatan konsumsi kalori, lemak dan garam, peningkatan konsumsi rokok,
dan penurunan aktivitas. Akibatnya terjadi peningkatan insiden obesitas,
hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit vaskular yang berujung pada
peningkatan insiden gagal jantung.
Gagal jantung adalah penyakit klinis yang sering terjadi. Hasil Survey
Kesehatan Rumah Tangga kontribusi penyakit jantung terhadap kematian 19,8%
pada tahun 1993 menjadi 24,4% pada tahun 1998. Sementara hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga tahun 1986 dan 2001 terlihat adanya kecenderungan
peningkatan

proporsi

angka

kesakitan

pada

penyakit

kardiovaskuler. Berdasarkan perkiraan tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta


penderita gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah dengan 400.000 orang.
Walaupun angka-angka pasti belum ada untuk seluruh Indonesia, tetapi dengan
bertambah majunya fasilitas kesehatan dan pengobatan dapat di perkirakan
jumlah penderita gagal jantung akan bertambah tiap tahunnya (Sitompul &
Sugeng, 2003).
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa jumlah penderita mengalami
peningkatan, oleh karena itu semua usaha yang dapat dilakukan dengan
membantu upaya promotif tentang cara/pola hidup sehat, serta menerapkan ilmu
pengetahuan yang meningkat tentang kardiovaskuler dan faktor-faktor resiko
sehingga mampu menunjang para pemberi pelayanan kesehatan dalam meraih
dan melestarikan kesehatan yang optimal.
B.

Definisi

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa


darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat

jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme


jaringan dan atau kemampuannya hanya ada jika disertai peninggian tekanan
pengisian ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
C. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2001) penyebab kegagalan jantung yaitu :
1. Kelainan oto jantung. Gagal jantung paling sering terjadi pada kelainan oto
jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.
2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung.
3.

Hipertensi sistemik atau pulmonal meningkatkan


beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut
otot jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.

4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal


jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, dan
menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain. Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit
jantung yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung.
6. Faktor

sistemik.

Terdapat

sejumlah

faktor

yang

berperan

dalam

perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme


(demam, tirotoksikosis), hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
D. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme yang menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk
mempertahankan kardiak output. Ini mungkin meliputi: respons sistem syaraf
simpatetik terhadap baro reseptor atau kemoreseptor, pengencangan dan
pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap peningkatan volume,
vasokonstyrinksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta respon
terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah
sirkulasi yang di pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler

oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendeka waktu pengisian


ventrikel dan arteri koronaria, menurunnya kardiak ouput menyebabkan
berkurangnya oksigenasi pada miokard.
Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan
peningkatan tunutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada
jantung iskemik atau kerusakan, yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.
E. Tanda dan Gejala
Menurut Mansjoer (2001) kriterianya gagal jantung kongestif ada 2 kriteria
yaitu kriteria mayor dan kriteria minor.
Kriteria mayor terdiri dari:
1.

Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea

2. Peningkatan vena jugularis


3. Ronchi basah tidak nyaring
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Irama derap S3
7. Peningkatan tekanan vena > 160 cm H2O
8. Refluks hepatojugular
Kriteria minor terdiri dari:
1. Edema pergelangan kaki
2. Batuk malam hari
3. Dyspnea
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Kapasitas vital berkurang menjadi ? maksimum
7. Takikardi (>120 x/ menit)
Gejala Gagal Jantung Kiri : Keluhan berupa perasaan badan lemah, cepat
lelah, berdebar-debar, sesak napas, batuk, anoreksia, dan keringat dingin, batuk
dan atau batuk berdarah, fungsi ginjal menurun.
Gejala gagal jantung kanan: Edema, anoreksia, mual, asites, sakit daerah
perut.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Dongoes (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk menegakkan diagnosa CHF yaitu :
1. Elektrokardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia,
takikardi, fibrilasi atrial.

Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan

gambaran abnormal pada hampir seluruh penderita dengan gagal jantung,


meskipun gambaran normal dapat dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang
sering didapatkan antara lain gelombang Q, abnormalitas ST T, hipertrofi
ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran EKG
dan foto dada keduanya menunjukkan gambaran yang normal, kemungkinan
gagal jantung sebagai penyebab dispneu pada pasien sangat kecil
kemungkinannya.
2. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding .
3. Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram doppler)
Dapat

menunjukkan

dimensi

pembesaran

bilik,

perubahan

dalam

fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktili tas ventrikular.


Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna
pada gagal jantung. Ekokardiografi dapat menunjukkan gambaran obyektif
mengenai struktur dan fungsi jantung.

Penderita yang perlu dilakukan

ekokardiografi adalah : semua pasien dengan tanda gagal jantung,susah


bernafas yang berhubungan dengan murmur,sesak yang berhubungan dengan
fibrilasi atrium, serta penderita dengan risiko disfungsi ventrikel kiri (infark
miokard anterior, hipertensi tak terkontrol,atau aritmia). Ekokardiografi dapat
mengidentifikasi gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolik,mengetahui
adanya gangguan katup, serta mengetahui risiko emboli.
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
5. Rongent dada

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi


atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal. Pada
pemeriksaan foto dada dapat ditemukan adanya pembesaran siluet jantung
(cardio thoraxic ratio > 50%), gambaran kongesti vena pulmonalis terutama
di zona atas pada tahap awal, bila tekanan vena pulmonal lebih dari 20mmHg
dapat timbul gambaran cairan pada fisura horizontal dan garis Kerley B pada
sudut kostofrenikus. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran
batwing pada lapangan paru yang menunjukkan adanya udema paru
bermakna. Dapat pula tampak gambaran efusi pleura bilateral, tetapi bila
unilateral, yang lebih banyak terkena adalah bagian kanan.
6. Enzim hepar
Meningkat dalam gagal/kongesti hepar.
7. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
8. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

G. Pathway
-Penyakit arteri koroner
-Hipertensi
-Kelainan klep jantung

Beban sistol
Kebutuhan metabolisme
Preload
Suplai darah ke
Gangguan pertukaran
Kelebihan volume
Tekanan
vena
pulmo
jaringan
sel
gas paru
cairan
Nutrisi
Metabolisme
Lemah
dan
dan
Oletih
Curah
Forward
jantung
failure
(COP)
Retensi
Pelepasan
Renal
Hambatan
Edema
Na
flow
Gagal
dan
RAA
Jantung
air
pompa
ventrikel
Back
Edema
ward
kapiler
failure
paru
jantung
Gagal
Beban
pengosongan
jantung
Kongestif
ventrikelTekanan
Beban
kerja
jantung
2 sel
Intoleransi
aktivitas
Penurunan
curah

H. Pengkajian
Pengkajian Primer
a. Airways
Sumbatan atau penumpukan secret
Wheezing atau krekles
b. Breathing
Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal

Ronchi, krekles
Ekspansi dada tidak penuh
Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
Nadi lemah , tidak teratur
Takikardi
TD meningkat / menurun
Edema
Gelisah
Akral dingin
Pengkajian Sekunder
a. Keluhan
Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
Palpitasi atau berdebar-debar.
sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus
pakai bantal lebih dari dua buah.
Kaki bengkak dan berat badan bertambah
b. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis,
diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
c. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
d. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu.
I. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.

Penurunan curah jantung


Gangguan pertukaran gas
Kelebihan volume cairan
Intoleransi aktivitas

J. Fokus Intervensi
No
.
1.

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Keperawata
Hasil
n
Penurunan
NOC :
NIC :
curah jantung
Cardiac Pump
Cardiac Care
effectiveness
Evaluasi
adanya
nyeri
dada
Circulation Status
( intensitas,lokasi, durasi)
Vital Sign Status
Catat adanya disritmia jantung
Kriteria Hasil:
Catat adanya tanda dan gejala

anda Vital dalam


rentang normal
(Tekanan darah,
Nadi, respirasi)

apat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan

T
idak ada edema
paru, perifer, dan
tidak ada asites

T
idak ada
penurunan
kesadaran

penurunan cardiac output


Monitor status kardiovaskuler
Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
Monitor abdomen sebagai indikator
penurunan perfusi
Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan tekanan
darah
Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor
suhu,
warna,
dan
kelembaban kulit

2.

Gangguan
pertukaran
gas

Monitor sianosis perifer


Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

NOC :
NIC :
Respiratory Status : Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan teknik
Gas exchange
chin lift atau jaw thrust bila perlu
Respiratory Status :
Posisikan
pasien
untuk
ventilation
memaksimalkan ventilasi
Vital Sign Status
Identifikasi
pasien
perlunya
Kriteria Hasil :
pemasangan alat jalan nafas buatan

Mende
Pasang mayo bila perlu
monstrasikan
peningkatan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
ventilasi
dan Keluarkan sekret dengan batuk atau
oksigenasi
yang
suction
adekuat
Auskultasi suara nafas, catat adanya

Memeli
suara tambahan
hara kebersihan paru
Lakukan suction pada mayo
paru dan bebas dari
Berika bronkodilator bial perlu
tanda tanda distress
Barikan pelembab udara
pernafasan
Atur
intake
untuk
cairan
Mendemonstrasikan
mengoptimalkan keseimbangan.
batuk efektif dan
suara nafas yang Monitor respirasi dan status O2
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu Respiratory Monitoring
Monitor rata rata, kedalaman,
(mampu
irama dan usaha respirasi
mengeluarkan
pergerakan
dada,amati
sputum,
mampu Catat
bernafas
dengan
kesimetrisan,
penggunaan
otot
mudah, tidak ada
tambahan,
retraksi
otot
pursed lips)
supraclavicular dan intercostal
Tanda tanda vital Monitor suara nafas, seperti dengkur
dalam
rentang Monitor pola nafas : bradipena,
normal
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot

Catat lokasi trakea


Monitor kelelahan otot diagfragma
( gerakan paradoksis )
Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
Uskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya

Acid Base Managemen


Monitro IV line
Pertahankanjalan nafas
paten
Monitor AGD, tingkat
elektrolit
Monitor status
hemodinamik (CVP, MAP,
PAP)
Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
Monitor pola respirasi
Lakukan terapi oksigen
Monitor status neurologi
Tingkatkan oral hygiene
3.

Kelebihan
volume
cairan

NOC :
Electrolit and acid
base balance
Fluid balance
Kriteria Hasil:
Terbebas dari
edema, efusi
Bunyi nafas
bersih, tidak ada
dyspneu/ortopneu

NIC :
Fluid management
Timbang
popok/pembalut
jika
diperlukan
Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Pasang urin kateter jika diperlukan
Monitor hasil lAb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin )
Monitor
status
hemodinamik

Terbebas dari
distensi vena
jugularis, reflek
hepatojugular (+)
Memelihara
tekanan vena
sentral, tekanan
kapiler paru,
output jantung dan
vital sign dalam
batas normal
Terbebas dari
kelelahan,
kecemasan atau
kebingungan
Menjelaskan
indikator
kelebihan cairan

4.

Intoleransi

NOC :

termasuk CVP, MAP, PAP, dan


PCWP
Monitor vital sign
Monitor indikasi retensi / kelebihan
cairan (cracles, CVP , edema,
distensi vena leher, asites)
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
Monitor status nutrisi
Berikan diuretik sesuai interuksi
Batasi masukan cairan pada keadaan
hiponatrermi dilusi dengan serum Na
< 130 mEq/l
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk

Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
Tentukan kemungkinan faktor resiko
dari ketidak seimbangan cairan
(Hipertermia,
terapi
diuretik,
kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit urine
Monitor serum dan osmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik
infasif
Catat secara akutar intake dan output
Monitor adanya distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari edema
NIC :

aktivitas

Energy
Energy Management
Observasi adanya pembatasan klien
conservation
dalam melakukan aktivitas
Self Care : ADLs

Dorong anal untuk mengungkapkan


Kriteria Hasil :
perasaan terhadap keterbatasan
Berpartisipasi

Kaji adanya faktor yang


dalam aktivitas
menyebabkan kelelahan
fisik tanpa
Monitor nutrisi dan sumber energi
disertai
yanga dekuat
peningkatan
Monitor pasien akan adanya
tekanan darah,
kelelahan fisik dan emosi secara
nadi dan RR
berlebihan
Mampu
Monitor respon kardiovaskuler
melakukan
terhadap aktivitas
aktivitas sehari
Monitor pola tidur dan lamanya
hari (ADLs)
tidur/istirahat pasien
secara mandiri
Activity Therapy
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang
tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi

yang aktif beraktivitas


Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, social
dan spiritual

K. Daftar Pustaka
Dochterman, J. M. & Bulechek, G. M. (2000). Nursing interventions classification
(NIC). United States of America : Mosby.
Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana asuhan keperawatan :pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H. (2012). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, A., Suprohita., Wardani, W.I., & Setiowulan, W. (2000). Kapita selekta
kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Price, A & Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit
(Vol 2). Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah (8 ed)
(Vol 2). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai