Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN
Cincin api Indonesia merupakan bagian dari cincin api pasifik. Daerah ini berbentuk seperti
tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km, dan daerah ini juga sering disebut sabuk
gempa Pasifik. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.
Bumi kita walaupun padat, tetapi selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang
terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Menurut USGS (United
States Geological Survey) ada dua tipe gempa bumi, yaitu gempa bumi vulkanik dan tektonik.
Gempa bumi vulkanik terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung
api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan
yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi dan gempa bumi tersebut hanya terasa di
sekitar gunung api tersebut. Sedangkan gempa bumi tektonik disebabkan oleh adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan yang
sangat kecil hingga sangat besar.
Salah satu gempa bumi yang berada di sumatera barat adalah pada Maret 2007 adalah
serangkaian gempa Bumi berkekuatan 5,8-6,4 skala Richter yang melanda sejumlah kabupaten di
provinsi Sumatera Barat, Indonesia pada 6 Maret 2007 mulai pukul 10:49 WIB. Guncangan
gempa terasa hingga ke Singapura dan Malaysia. Sampai tanggal 7 Maret 2007 korban
meninggal akibat gempa ini dilaporkan sebanyak 52 orang
a. GEOGRAFI
Secara geografis Kota Bukittinggi membentang antara 10020' - 10025' Bujur Timur dan
antara 0016' - 00 20' Lintang Selatan. Posisi ini menjadikan iklim di Bukittinggi masuk
kedalam iklim tropis. Letak Bukittinggi pada ketinggian antara 780 - 950 meter diatas
permukaan laut, menyebabkan udara di Bukittinggi relatif sejuk dan cocok untuk tempat
peristirahatan dan tujuan wisata. Letak geografis ini cukup strategis, terutama bila dikaitkan
dengan posisi sentral Bukittinggi terhadap lintasan regional antar ibukota provinsi, seperti
lintasan dari Padang ke Medan, dan lintasan dari Padang ke Pekanbaru.
b. Topografi
Kota Bukittinggi terletak pada ketinggian antara 800-1.000 meter di atas permukaan laut, yang
memiliki kondisi topografi yang beragam yaitu relatif datar, berbukit-bukit dan di beberapa

kawasan memiliki keterjalan hampir vertikal seperti di kawasan sepanjang Ngarai Sianok.
Beberapa wilayah yang relatif berbukit terletak sekitar Kelurahan Benteng Pasar Atas, Kelurahan
Campago Ipuh, Kelurahan Kubu Gulai Bancah dan Kelurahan Pulai Anak Air. Wilayah yang
relatif curam terdapat di sepanjang Ngarai Sianok yang membentang dari Utara sampai bagian
Selatan di sebelah Barat Kota Bukittinggi. Daya dukung tanah di wilayah berbukit dan curam di
sekitar Ngarai ini relatif kurang stabil dan dapat menimbulkan longsor.
Tabel xxx Kemiringan Lahan/Lereng Wilayah Kota Bukittinggi
Kecamatan
N
o

Leren
g

Jumla
h (ha)

49,0
6

1384,2
6

54,5
9

71,47

5,88

256,74

9,79

7,75

180,63

14,8
6

259,18

10,6
0

23,66

3,46

94,74

7,79

128,13

5,27

0,78

29,93

4,38

73,75

6,07

108,54

4,37

66,22

10,5
9

110,0
9

16,12

210,75

17,3
4

387,05

15,3
8

625,2
0

100

683,1
0

100

1215,6
0

100

2523,9
0

100

ABT
B (ha)

GP
(ha)

02
%

430,2
2

68,8
1

38
%

88,57

9 15
%

4
5
6

MKS
(ha)

369,7
7

54,31
3

584,27

14,1
7

96,70

14,16

25,60

4,09

52,95

16
25%

9,73

1,56

26
40 %

4,86

> 40 %
Jumlah

Sumber: Kantor Cabang Dinas Pengairan Kota Bukittinggi, 2007

Keterangan : ABTB = Air Birugo Tigo Baleh


GP

= Guguk Panjang

MKS = Mandiangin Koto Selayan

c. PENDUDUK
Perkembangan penduduk Bukittinggi tidak terlepas dari berubahnya peran kota ini
menjadi pusat perdagangan di dataran tinggi Minangkabau. Hal ini ditandai dengan
dibangunnya pasar oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1890 dengan nama loods.
Masyarakat setempat mengejanya dengan loih, dengan atap melengkung kemudian
dikenal dengan nama Loih Galuang.
Saat ini Bukittingi merupakan kota terpadat di Provinsi Sumatera Barat, dengan
tingkat kepadatan mencapai 4.400 jiwa/km. Jumlah angkatan kerja sebanyak 52.631
orang dan sekitar 3.845 orang di antaranya merupakan pengangguran. Kota ini
didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Jawa, Tamil,
dan Batak.
Masyarakat Tionghoa datang bersamaan dengan munculnya pasar-pasar di
Bukittinggi. Mereka diizinkan pemerintah Hindia Belanda membangun toko/kios pada
kaki bukit Benteng Fort de Kock, yang terletak di bagian barat kota, membujur dari
selatan ke utara, dan saat ini dikenal dengan nama Kampung Cino. Sementara pedagang
India ditempatkan di kaki bukit sebelah utara, melingkar dari arah timur ke barat dan
sekarang disebut juga Kampung Keling.
II. REKAYASA KASUS
REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Gempa berkekuatan 4.0 Skala Richter (SR)
dirasakan oleh warga yang tinggal di daerah Bukittinggi dan Padang Panjang.
Gempa tersebut berlokasi di 0.35 LS - 100.43 BT dengan kedalaman 10 kilometer
(km) dan berpusat di delapan km sebelah tenggara Bukittinggi. Kemudian,
gempa susulan dengan kekuatan 3.0 SR kembali mengguncang daerah Padang
Panjang dan sekitarnya. Gempa tersebut berlokasi di 0.38 LS - 100.44 BT dengan
kedalaman 10 km dan berpusat 10 km sebelah Timur Laut Padang Panjang.
"Itu gempa patahan Sumatra di segmen sianok," kata Ketua Ahli Geologi
Indonesia Provinsi Sumatra Barat, Ade Edward, Sabtu (25/7).
Ia menjelaskan, gempa yang berturut-turut tersebut merupakan zona
patahan besar yang menyambung. Dikatakannya, karena menyambung itulah
sehingga dapat diperkirakan ke mana arah gempa tersebut berjalan. Hanya saja,

para peneliti tidak bisa memprediksi kapan waktu terjadinya gempa selanjutnya.
Ade mengatakan, kedua gempa yang baru saja terjadi berada pada satu jalur
dengan gempa yang pernah terjadi pada Maret 2007, yang dikenal dengan
gempa Solok.
Gempa delapan tahun silam, terjadi akibat dua segmen sekaligus, yaitu
segmen sianok dan segmen sumani. Sehingga, gempa berkekuatan 6,4 SR
tersebut mengguncang sepanjang, Solok Padang Panjang - Bukittinggi - Palupuh
(Agam) dan mengakibatkan kerusakan yang sangat besar. Menurut Ade, kawasan
segmen

sianok

dan

segmen

sumani

mempunyai

keunikan,

yaitu overlapping artinya ada bagian yang tumpang tindih. Segmen sianok
sampai ke segmen sumani dimulai dari Palupuh - Bukittinggi - Padang Panjang Batipuh (Tanah Datar) - Sumanik. Kemudian, ke selatannya, segmen sumani,
dimulai

dari

Batipuh

Sumanik

Solok

Alahan

Panjang

Gunung

Talang. "Sehingga ada yang overlapping antara Batipuh dan Sumanik, ada dua
patahan Sumatra. Satu di bagian barat Danau Singkarak, satu lagi bagian timur
Danau Singkarak. Itu lah yang membentuk Danau Singkarak, ada overlapping,"
tutur

Ade.

Dikatakannya, Batipuh dan Sumanik merupakan daerah yang berisiko tinggi


mengalami gempa. Periode ulang gempa merusaknya, yaitu lima hingga 10
tahun. "(Periodenya) singkat, karena banyak dilalui patahan-patahan," Sehingga,
lanjut Ade, pemerintah daerah setempat harus lebih mengenali karakteristik
daerahnya, mana yang beresiko tinggi bencana dan mana yang lebih aman.
Selain bangunan-bangunan di daerah-daerah tersebut harus siap menghadapi
gempa.

III. ANALISIS KOMPONEN BENCANA


KAWASAN RAWAN BENCANA
Tipologi Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah Menurut Pedoman Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah, No. 22 tahun 2007 dari Kementerian Pekerjaan
Umum, terdapat tiga tipe zona kawasan yang berpotensi longsor, sebagai berikut:
a. Zona Tipe A

Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung, lereng pegunungan, lereng bukit,
lereng perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng lebih dari 40%, dengan
ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut.
b. Zona Tipe B
Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki
perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai dengan
40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan 2000 meter di atas permukaan laut.

Anda mungkin juga menyukai