PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel
2
dengan presentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan presentase kematian tertinggi
(12,9%) pada perempuan di dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun
2013, prevalensi kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan.
(Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun
2010, kanker payudara adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan maupun
rawat inap mencapai 12.014 orang (28,7%) (Kemenkes RI, 2014b).
Berdasarkan data Subdit Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular (PPTM) Kemenkes RI, jumlah perempuan seluruh Indonesia umur 30-50
tahun adalah 36.761.000. Sejak tahun 2007-2013 deteksi dini yang telah dilakukan
oleh perempuan sebanyak 644.951 orang (1,75%) dengan penemuan suspek benjolan
(tumor) payudara 1.682 orang (2,6 per 1000 penduduk) (Kemenkes RI, 2014a).
Terjadinya metastatis karsinoma belum dapat ditentukan secara pasti, namun para ahli
membuktikan bahwa ukuran tumor berkaitan dengan kejadian metastatis yaitu
semakin kecil tumor maka semakin kecil juga kejadian metastatisnya. Apabila
penyakit kanker payudara dapat dideteksi secara dini, maka proses pengobatan lebih
mudah dan murah serta peluang sembuh lebih besar dibandingkan kanker payudara
yang ditemukan pada stadium lanjut.
Angka ketahanan hidup lima tahun akan semakin tinggi pada pasien kanker
payudara yang telah mendapatkan serangkaian pengobatan tepat pada stadium awal
(Mulyani, 2013). Berdasarkan Perhimpunan Onkologi Indonesia (2010) dalam
Megawati (2012), menyatakan bahwa menurut asosiasi ahli bedah onkologi di
indonesia prognosis kanker payudara berdasarkan diagnosa stadiumnya antara lain:
stadium 1 (85%); stadium II (60-70%); stadium III (30-50%); dan stadium IV (15%).
Namun di negara berkembang penderita biasanya memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan sudah dalam keadaan stadium lanjut (stadium III-IV), dibandingkan negara
3
maju penderita datang pada stadium awal (stadium I-II). Kejadian keterlambatan
pemeriksaan diri kanker payudara ke pelayanan kesehatan di Indonesia mencapai lebih
dari 80% sehingga ditemukan pada stadium lanjut, yang dapat memperburuk prognosis
penderita. Bila dilihat Case Fatality Rate kasus kanker payudara yang ditemukan pada
satdium awal hanya 7,2%.
Hasil penelitian Taha (2010) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan, menunjukkan tingginya presentase penderita kanker payudara stadium lanjut
yang datang pertama kali untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan yaitu
stadium IV sebesar 39,7% dan stadium IIIB sebesar 34,2% dengan kelompok umur
terbanyak < 50 tahun sebesar 61,6%. Begitu pula pada hasil penelitian Hartarningsih
dan Sudarsa (2012) di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, menunjukkan
presentase penderita kanker payudara stadium lanjut pada wanita usia muda (<40
tahun) tahun 2002-2012 sebesar 79,5% (158 orang) dan bila dilihat dari keseluruhan
kelompok umur terbanyak yaitu 40-50 tahun sebsar 45,2% (396 orang).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kanker payudara
di Provinsi Bali mencapai 0,6 per 1000 perempuan. Jumlah pasien kanker payudara
terbanyak di Provinsi Bali yang tercatat sebagai pasien rawat jalan dan rawat inap
terdapat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. RSUP Sanglah Denpasar adalah Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan serta merupakan rumah sakit terbesar dan rujukan utama di Provinsi Bali.
Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2011, presentase
penderita kanker payudara dengan diagnosis awal stadium lanjut mencapai 75%, dan
stadium awal 25% (Mediasta, 2012).
4
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka perlu dilakukan
1.3
Tujuan Penelitian
5
5. Menganalisis hubungan keterjangkauan biaya dengan keterlambatan
penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke
pelayanan kesehatan.
6. Menganalisis hubungan keterpaparan informasi/media massa dengan
keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan
awal ke pelayanan kesehatan.
7. Menganalisis hubungan dukungan suami/keluarga dengan keterlambatan
penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke
pelayanan kesehatan.
8. Menganalisis hubungan dukungan teman dengan keterlambatan penderita
kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke pelayanan
kesehatan.
9. Menganalisis hubungan perilaku deteksi dini dengan keterlambatan
penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke
pelayanan kesehatan.
1.4
Manfaat Penelitian
6
1.4.2 Manfaat teoritis
Dapat memberikan informasi secara lengkap dari segi faktor predisposisi,
pendukung, pendorong, dan perilaku deteksi dini terhadap determinan keterlambatan
penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke pelayanan
kesehatan.
1.4.3 Manfaat penelitian selanjutnya
Memberikan kontribusi melalui informasi yang lengkap mengenai determinan
keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan
kesehatan.
1.5