Anda di halaman 1dari 16

RANGKAIAN SETARA THEVENIN NORTON

Rifaatul Mahmudah*) Muhammad Yusuf, Apryeni Pakiding,


Nur Auliya Fitriani Syarifuddin
Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi
Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar
Tahun 2015

LATAR BELAKANG
Disekeliling kita dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai barang-barang
elekronik. Barang elektronik tersusun atas rangkaian elektronik yang diaman dapat
menhantarkan arus listrik, mempunyai tegangan, serta hambatan, hal inilah yang bekerja
dalam suatu rangkaian suatu barang elektronik sehingga barang tersebut dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Jika kita berbicara tentang barang elektronik, maka hal itu tidak lepas kaitannya dengan
berbagai jens rangkaian elektronik, hal ini merupakan kaidah mutlak dalam sebuah barang
yang membutuhkan arus listrik untuk pengoprasiannya disebabkan sebuah komponen
elektrolit tidak dapat berdiri dengan sendirinya disisi lain arus listrik yang mengalir tidak
dapat dikontrol kapasitasnya tanpa adanya komponen komponen elektronik baik itu
komponen aktif, komponen pasif dan komponen penunjang. Sangat banyak rangkaian listrik
yang berkembang pesat saat ini mulai dari rangkaian sederhana elektronik yang hingga
rangkaian eletronik yang lebih kompleks. Rangkaian elektronika yang sederhana yaitu
rangkaian seri dan paralel.
Rangkaian elektronika yang kompleks merupakan rangkaian elektronika yang sulit
untuk dilakukan pengukuran terhadap rangkaian tersebut karena rangkaiannya yang rumit.
selain itu, untuk mampu melakukan pengukuran membutuhkan analisis dan penerapan
beberapa teori untuk bisa menyelesaikan pengukuran pada rangkaian tersebut. hal tersebut
akan menyebabkan proses pengukuran terhadap rangkaian menjadi lebi sulit untuk dianalisis.
Akan tetapi, hal tersebut tidaklah menjadi sebuah permasalahan lagi sebab suatu
rangkaian yang kompleks, sudah dapat dilakukan pengukuran dengan melakukan
penyederhanaan rangkaian namun tidak mengubah esensi dan nilai dari rangkaian tersebut.
Sebuah penyederhanaan rangkaian dari rangkaian yang rumit menjadi rangkaian yang lebih
sederhana, memudahkan untuk melakukan pengukuran, serta tingkat kesalah relatifnya pun
lebih kecil. Rangkaian sederhana dengan hasil pengukuran yang sama dengan rangkaian
aslinya tersebut disebut sebagai rangkaian setara.
Dalam hal rangkaian setara dikenal rangkaian setara Thevenin dan Norton. Rangkaian
setara Thevenin merupakan rangkaian setara dengan hambatan yang disusun seri dengan
sumber tegangan. Sedangkan rangkaian setara Norton merupakan rangkaian setara dengan
hambatan yang disusun paralel dengan sumber arus. Dengan rangkaian setara tersebut kita
dapat melakukan pengukuran pada keluaran suatu rangkaian kompleks. Oleh karena itu, pada
percobaan ini akan dilakukan percobaan tentang rangkaian setara Thevenin dan Norton.

TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan pengukuran tegangan Thevenin, hambatan Thevenin dan arus Norton dari
rangkaian-rangkaian sederhana.
2. Menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output rangkaian
elektronik dengan menggunakan teorema Thevenin dan Norton.
KAJIAN TEORI
Teorema Thevenin
Terkadang seseorang membuat suatu terobosan dalam bidang sains dan teknik dan
membawa kita menuju sesuatu yang baru. Seorang Insinyur Perancis, ML.Thevenin,
membuat suatu loncatan saat dia menemukan teorema yang diberi nama teorema Thevenin
(Bakri, 2008:39).
Tegangan Thevenin

V TH , didefinisikan sebagai tegangan yang melewati terminal

beban saat hambatan beban terbuka. Karena ini, tegangan Thevenin terkadang disebut
dengan tegangan rangkaian terbuka. Definisinya:

V TH =V OC

(1.1)

Hambatan Thevenin didefinisikan sebagai hambatan yang diukur antar terminal beban saat
seluruh sumber dibuat nol (dihubungsingkat) dan hambatan beban terbuka. Definisinya:

RTH =R OC

(1.2)

(Bakri, 2008:39).
Gambar 1.1 memperlihatkan sebuah kotak hitam (black box) yang mengandung
rangkaian dengan sumber searah (DC) dan hambatan linier (hambatan yang tidak berubah
dengan naiknya tegangan).
a
a

Rangkaian dengan sumber DC dan Tahanan Linier

RL

+
VTH
_

RTH
RL
b

(b)
(a)
Gambar 1.1 (a) kotak hitam yang mengandung rangkaian linier di dalamnya, (b)
Rangkaian setara Thevenin
Theorema Thevenin merupakan alat bantu aplikatif dalam dunia elektronika. Theorema
ini tidak hanya menyederhanakan perhitungan, tetapi juga memungkinkan kita untuk
menjelaskan operasi rangkaian yang tidak mampu dijelaskan hanya dengan menggunakan
persamaan Kirchhoff.
Teorema Norton
Suatu piranti atau rangkaian dengan hambatana keluaran yang amat besar berperilaku
seperti suatu sumber arus tetap yaitu suatu piranti yang menghasilkan arus keluaran yang

tidak bergantung pada hambatan beban yang dipasang. Rangkaian ini terdiri dari suatu
sumber arus tetap paralel dengan suatu hambatan

Ro ( Sutrisno,1986:9).

Definisi Arus dan Hambatan Norton


Arus Norton, IN, didefinisikan sebagai arus beban saat hambatan beban dihubung
singkat. Karena ini, arus Norton terkadang disebut juga dengan arus hubung singkat (Short
Circuit Current, ISC). Sebagai definisi :
Arus Norton : IN = ISC
(1. 3)
Hambatan Norton, RN, adalah hambatan yang diukur oleh ohmmeter pada terminal
beban saat seluruh sumber diturunkan menjadi nol dan hambatan beban dibuka (dilepas).
Sebagai definisi Hambatan Norton : RN = ROC .. . . (1.4)
Karena hambatan Thevenin dan hambatan Norton memiliki definisi yang sama, maka
dapat dituliskan : RN = RTH. Penurunan ini menunjukkan bahwa hambatan Thevenin sama
dengan hambatan Norton. Apabila kita menghitung hambatan Thevenin sebesar 10 k, maka
hambatan Norton juga sebesar 10 k.
Gambar 1.2 memperlihatkan sebuah kotak hitam (Black Box) yang mengandung
rangkaian apa saja dengan sumber searah dan hambatan linier.
a

Rangkaian dengan sumber DC dan Tahanan Linier

RL
b
(a)

IN

a
RL

RN

(b)

Gambar 1.2 (a) kotak hitam yang mengandung rangkaian linier di dalamnya, (b) Rangkaian
setara Norton
Norton membuktikan bahwa rangkaian dalam kotak hitam pada seperti pada Gambar
1.2(a) di atas akan menghasilkan tegangan beban yang sama dengan rangkaian sederhana
Gambar 1.2(b). Sebagai penurunan, theorema Norton terlihat sebagai berikut.
VL = IN (RN | | RL) ..
(1.5)
Dengan kata lain, tegangan beban sama dengan arus Norton dikalikan dengan hambatan
Norton yang paralel dengan hambatan beban.
Sebelumnya kita definisikan hambatan Norton setara dengan hambatan Thevenin.
Tetapi perhatikan perbedaan posisi hambatan : hambatan Thevenin selalu diseri dengan
sumber tegangan, sedangkan hambatan Norton selalu paralel dengan sumber arus. (Dasar,
2013)

Baik rangkaian ekivalen sumber tegangan ataupun rangkaian ekivalen sumber arus,
keduanya menggambarkan sumber yang sama, sumber yang tidak ideal yang mempunyai
watak volt-ampere seperti pada gambar di bawah ini

Gambar 1.3 Grafik hubungan antara arus dan tegangan


Penyederhanaan rangkaian diperlukan untuk memudahkan perhitungan pada rangkaian
tahanan seri dan paralel digantikan dengan tahanan pengganti atau tahanan ekivalennya
(Purwadi,)
METODE PERCOBAAN :
-Alat dan bahan
a) Resistor, 3 buah
: penghambat dalam sebuah rangkaian
b) Potensiometer, 1 buah
: mengatur besarnya hambatan
c) Power Supply 0 12 VDC, 1 buah
: suber tegangan
d) Voltmeter 0 10 VDC, 1 buah
: untuk mengukur besar tegangan
e) Amperemeter 0 1 ADC, 1 buah
: untuk mengukur besar arus
f) Papan Kit, 1 buah.
: mediauntuk merangkai komponen
g) Kabel penghubung.
: untuk menghubungkan komponen
-Identifikasi Variabel
Kegiatan 1. Hubungan antara tegangan sumber terhadap tegangan thevenin dan
arus norton
1. Variabel manipulasi : tegangan sumber (Vs, Volt)
2. Variabel kontrol
: resistansi resistor ( R, )
3. Variabel respon

: tegangan thevenin (

V oc , Volt

dan arus norton (

I N , mA
Kegiatan 2. Hubungan antara tegangan keluaran dengan arus beban
1. Variabel manipulasi : tegangan keluaran (Vout, Volt)
2. Variabel kontrol
: resistansi resistor( R, )
3. Variabel respon

: arus beban ( I L , mA

-Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1
1. Tegangan sumber adalah perbedaan beda potensial yang dihasilkan oleh sumber
(power supply)
2. Resistansi resistor adalah nilai dari resistor yang digunakan sebagai penghambat arus
berdasarkan spesifikasi cincin warna pada resistor dengan satuan ohm
3. Tegangan Thevenin adalah tegangan yang diukur pada saat hambatan beban dibuka,
diukur dengan menggunakan voltmeter dengan satuan volt
Arus norton adalah besarnya arus yang melewati terminal pada saat hambatan beban
dibuka, diukur dengan menggunakan amperemeter dengan satuan mA

Kegiatan 2
1. Tegangan keluaran adalah tegangan yang diukur pada saat potensiometer mengalami
perubahan untuk mencapai tegangan maksimumnya dengan satuan volt
2. Resistansi resistor adalah nilai dari resistor yang digunakan sebagai penghambat arus
berdasarkan spesifikasi cincin warna pada resistor dengan satuan ohm
3. Arus beban adalah besarnya arus listrik yang mengalir melewati beban ketika
potensiometer mengalami perubahan, diukur menggunakan amperemeter dengan
satuan mA
-Prosedur Kerja
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Setelah itu, mencatat spesifikasi yang tertera pada resistor dan potensiometer
yang digunakan. Kemudian, merangkai alat dan bahan yang akan digunakan seperti pada
gambar di bawah ini.

Sebelum melakukan kegiatan pertama, terlebih dahulu kita mengukur hambatan


thevenin pada rangkaian. Untuk kegiatan pertama, kita mengukur besar tegangan
thevenin dan arus norton yang dihasilkan oleh rangkaian dengan mengubah-ubah sumber
tegangan yang dimulai dari 2 volt, 4 volt, 6 volt, 8 volt, 10 volt dan 12 volt. Mencatat
hasil pengukuran tegangan dan kuat arus pada tabel pengamatan.
Untuk kegiatan kedua, kita merangkai alat dan bahan yang digunakan seperti pada
gambar di bawah ini
R2
R2

R3

Kemudian, melakukan pengecekan apakah rangkaian bekerja dengan baik. Setelah


itu, memulai melakukan pengukuran dengan memutar potensiometer dan memperhatikan
tegangan yang dihasilkan pada multimeter. Tegangan yang digunakan mulai dari 0 V
sampai 4,0 V serta mencatat kuat arus yang dihasilkan pada tabel hasil pengamatan.
HASIL DAN ANALISIS
-Tabel Pengamatan
Kegiatan 1. Hubungan antara tegangan sumber dengan tegangan thevenin dan arus
norton

R1=56 . 102 5
R2=33 . 102 5

R3=22 . 10 5
potensiometer=B 5 K

Tabel.1 Hubungan
norton
N
Vs
o
(volt)
1
2
2
4
3
6
4
8
5
10

antara tegangan sumber dengan tegangan thevenin dan arus

Vo

IN (

(volt)
0,668
1,462
2,163
2,933
3,671

mA)
0,15
0,33
1,51
0,68
0,84

Kegiatan 2. Hubungan antara tegangan dengan arus beban

V s=10V
Tabel 2. Hubungan antara tegangan dengan arus beban
No
V o (volt)
I L (mA)
1
2
3
4
5
6

0,40
0,45
0,50
0,55
0,60
0,65

0,74
0,70
0,69
0,69
0,68
0,67

-Analisis Data
a) Analisis perhitungan
Menentukan Rth Secara Teori

RTH =R 3+

1 1
+
R1 R2

RTH =22. 102 +

56 .10 2 x 33 . 102
56 . 102 +33 .102

RTH =22. 102 + 20,76 .102


RTH =42,76 . 102
Menentukan Rth Secara Praktikum

RTH =42,5 .10 2

Perbandingan hasil

| praktikumteori
ratarata |

%diff =

%diff=

RTH secara teori dengan


x100%

42,5 . 102 42,76. 102


42,5. 102 +42,76 . 102
2

% diff =

RTH secara praktikum

42,5 .10 2 42,76 . 102


2
42,63 . 10

x100%

x100%

% diff = 0,6%
Kegiatan 1
Menentukan

V TH =V OC
V TH =V OC Secara teori V s=2V

a. Menentukan

V TH =

R2
xV s
R1 + R 2
2

33 .10
V TH =
x2V
2
2
33 . 10 +56 . 10
V TH =

33
x 2V
89

V TH =0,740V
V TH =V OC Secara praktikum V s=2V

Menentukan

V TH =0,668V
Perbandingan hasil

V TH secara teori dengan V TH secara praktikum

% diff =

| praktikumteori
ratarata |

x 100%

% diff =

x 100%

% diff =

V
|0,690V0,7040,770
|
V

x 100%

0,668V 0,740 V
0,668V + 0,74 V
2

% diff = 10 %

V TH =V OC Secara teori V s=4 V

b. Menentukan

V TH =

R2
xV s
R1 + R2

V TH =

33 .102
x2V
33 . 102 +56 . 102

V TH =

33
x 4V
89

V TH =1,480
V TH =V OC Secara praktikum V s=4 V

Menentukan

V TH =1,462 V
Perbandingan hasil

V TH secara teori dengan V TH secara praktikum

% diff =

| praktikumteori
ratarata |

x 100%

% diff =

x 100%

% diff =

|1,462V1,4711,480V
|
V

x 100%

1,462V 1,480 V
1,462 V +1,480V
2

% diff = 1,2%

V TH =V OC Secara teori V s=6 V

c. Menentukan

V TH =

R2
xV s
R1 + R2

V TH =

33 .10
x6V
33 . 102 +56 . 102

V TH =

33
x 6V
89

V TH =2,224 V
Menentukan

V TH =V OC Secara praktikum V s=6 V

V TH =2,163 V
Perbandingan hasil

V TH secara teori dengan V TH secara praktikum

% diff =

| praktikumteori
ratarata |

x 100%

% diff =

x 100%

% diff =

V
|2,163V2,1932,224
|
V

x 100%

2,163 V 2,224 V
2,163 V +2,224 V
2

% diff = 2,7%

V TH =V OC Secara teori V s=8 V

d. Menentukan

V TH =

R2
xV s
R1 + R2

V TH =

33 .102
x8V
33 . 102 +56 . 102

V TH =

33
x 8V
89

V TH =2,970 V
V TH =V OC Secara praktikum V s=8 V

Menentukan

V TH =2,933 V
Perbandingan hasil

V TH secara teori dengan V TH secara praktikum

% diff =

| praktikumteori
ratarata |

x 100%

% diff =

x 100%

% diff =

V
|2,163V2,5662,224
|
V

x 100%

2,933 V 2,970 V
2,933 V +2,970 V
2

% diff = 2,3%
e. Menentukan

V TH =

V TH =V OC Secara teori V s=10V

R2
xV s
R1 + R2

33 .10
V TH =
x 10 V
33 . 102 +56 . 102
V TH =

33
x 10V
89

V TH =3,710 V
V TH =V OC Secara praktikum V s=8 V

Menentukan

V TH =3,671 V
Perbandingan hasil

V TH secara teori dengan V TH secara praktikum

% diff =

| praktikumteori
ratarata |

x 100%

% diff =

x 100%

% diff =

|3,671V3,6903,710V
|
V

x 100%

3,671V 3,710 V
3,671 V +3,710V
2

% diff = 1,0%
Menentukan

In
I n secara teori dengan V s=2V

a. Menentukan

IN=

V TH
RTH

IN=

0,740 V
42,76 .102

I N =0,170 mA

Menentukan

IN

I N secara praktikum dengan V s=2V

secara praktikum = 0,150 mA

Perbedaan nilai

IN

% diff =

secara teori dengan

| praktikumteori
ratarata |

IN

secara praktikum

x 100%

% diff =

x 100%

% diff =

mA0,170 mA
|0,150 0,160mA
|

x 100%

0,150 mA 0,170 mA
0,150 mA + 0,170 mA
2

% diff = 12,5%

I N secara teori dengan V s=4 V

b. Menentukan

IN=

V TH
RTH

IN=

1,480V
2
42,760 .10

I N =0,350 mA
Menentukan

IN

I N secara praktikum dengan V s=4 V

secara praktikum = 0,370 mA

Perbedaan nilai

IN

secara teori dengan

IN

secara praktikum

% diff =

| praktikumteori
ratarata |

x 100%

% diff =

x 100%

% diff =

mA0,350 mA
|0,370 0,360mA
|

x 100%

0,370 mA 0,350 mA
0,370 mA + 0,350 mA
2

% diff = 5,5%
c. Menentukan

I n secara teori dengan V s=6 V

IN=

V TH
RTH

IN=

2,220V
42,760 .102

I N =0,520 mA
Menentukan

I N secara praktikum dengan V s=6 V

IN

secara praktikum = 0,510 mA

Perbedaan nilai

IN

secara teori dengan

IN

secara praktikum

% diff =

| praktikumteori
ratarata |

x 100%

% diff =

x 100%

% diff =

mA0,520 mA
|0,510 0,515mA
|

x 100%

0,510 mA 0,520 mA
0,510 mA + 0,520 mA
2

% diff = 1,9%

I n secara teori dengan V s=8 V

d. Menentukan

IN=

V TH
RTH

IN=

2,97 V
42,76 .102

I N =0,690 mA
Menentukan

IN

I N secara praktikum dengan V s=8 V

secara praktikum = 0,680 mA

Perbedaan nilai

IN

secara teori dengan

IN

secara praktikum

% diff =

| praktikumteori
ratarata |

x 100%

% diff =

x 100%

% diff =

mA0,690 mA
|0,680 0,685mA
|

x 100%

0,680 mA 0,690 mA
0,680 mA + 0,690 mA
2

% diff = 1,4%
e. Menentukan

IN=

V TH
RTH

I n secara teori dengan V s=10V

IN=

3,710 V
42,76 .102

I N =0,870 mA
Menentukan

IN

I N secara praktikum dengan V s=10V

secara praktikum = 0,840 mA

Perbedaan nilai

IN

secara teori dengan

IN

secara praktikum

% diff =

| praktikumteori
ratarata |

x 100%

% diff =

x 100%

% diff =

mA0,870 mA
|0,840 0,855mA
|

x 100%

0,840 mA 0,870 mA
0,840 mA + 0,870 mA
2

% diff = 3,5%

Analisis secara grafik


Secara teori

RTH =R 3+

( R1 + R1 )
1

RTH =22. 102 +

56 .10 2 x 33 . 102
2
2
56 . 10 +33 .10

RTH =22. 102 + 20,76 .102


RTH =42,76 . 102
Secara grafik

y=mx +c

m=

y
x

m=

V
I

m=R
Sehingga

y=3,4746 x+ 2,9388

m=3,4746 k
m=3,4746 k

m=R=3,4746 k
Persentase perbedaan nilai resistansi secara teori dan secara grafik
% diff =

praktek
|teori
ratarata |

% diff =

% diff =

0,802 k
|3,875
k |

% diff =

20,69

x 100%

4,276 k3,474 k
4,276 k+ 3,474 k
2

PEMBAHASAN

x 100%

x 100%

Pada percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan pengukuran tegangan


Thevenin, hambatan Thevenin dan arus Norton dari ranngkaian-rangkaian sederhana, serta
menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output rangkaian elektronik
dengan menggunakan teorema Thevenin dan Norton.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, disini kita menggunakan 3 buah
resistor cincin dengan spefisikasi R 1, R2, dan R3

|33 .10 2 5 |,

dan

|22 .102 5 |

dan

RTH

teori

42,76 x 10 2

|56 . 102 5 |

. Potensiometer dengan spesifikasi B5K. Percobaan

ini terdiri dari 2 kegiatan. Kegiatan pertama yakni


Thevenin serta arus Norton. Adapun

masing-masing

RTH

mengukur tegangan dan hambatan

praktikum yang diperoleh

34,74 x 10

sehingga %diff yang didapat sebesar 20,69% (nilai

%diff yang tinggi menndakan bahwa pada praktikum ini terdapat kesalahan kesalahan
yang terjadi, baik itu kesalahan pada saat kalibrasi alat, kesalahan pengamatan, maupun
komponen yang dalam kondisi tidak baik saat praktikum berjalan.
Pengukuran tegangan Thevenin dan arus Norton dilakukan dengan mengubah-ubah
tegangan sumber yang diberikan mulai dari 2 volt sehingga diperoleh nilai secara praktikum

V TH

0,668 volt dan IN 0,150 mA dan secara teori

V TH =0,740 volt, IN=0,170 mA. Jadi

%diff yang didapat sebesar 10%(tegangan) dan 12,5%(arus).


Untuk tegangan sumber 4 volt, secara praktikum diperoleh
IN=0,370 mA. Sedangkan secara teori

V TH =1,480 volt, IN=0,350 mA. Jadi %diff yang

didapat sebesar 1,2%(tegangan) dan 5,5%(arus).


Untuk tegangan sumber 6 volt, secara praktikum diperoleh
IN=0,510 mA. Sedangkan secara teori

Untuk tegangan sumber 8 volt, secara praktikum diperoleh

V TH =2,933 volt,

V TH =2,970 volt, IN=0,690 mA. Jadi %diff yang

didapat sebesar 2,3%(tegangan) dan 1,4%(arus).


Untuk tegangan sumber 10 volt, secara praktikum diperoleh
IN=0,840 mA. Sedangkan secara teori

V TH =2,163 volt,

V TH =2,224 volt, IN=0,520 mA. Jadi %diff yang

didapat sebesar 2,7%(tegangan) dan 1,9%(arus).

IN=0,680 mA. Sedangkan secara teori

V TH =1,462 volt,

V TH =3,671 volt,

V TH =3,710 volt, IN=0,870 mA. Jadi %diff yang

didapat sebesar 1,0%(tegangan) dan 3,5%(arus).


Dari semua data yang diperoleh, kita dapat melihat bahwa %diff dari tegangan
rentangnya mulai dari 1,0%-10%(jika dirata-ratakan %diff=3,44%). Adapun %diff dari arus
rentangnya mulai dari 1,4%- 12,5%(jika dirata-ratakan %diff=4,96%). Sehingga percobaan
kami pada tegangan Thevenin dan arus Norton ini kurang tepat. Adanya perbedaan tersebut
disebabkan karena kurangnya ketelitian dari praktikan serta kabel penghubung yang kurang
memadai. Namun pada dasarnya %diff yang tidak terlalu besar tersebut dapat dikatakan
bahwa antara teori dan praktikum memiliki hasil yang hampir sama.

Untuk kegiatan kedua, yakni menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan dan
kuat arus output rangkaian dengan menggunakan teorema Thevenin dan Norton. Pertamatama kita memanipulasi tegangan hambatan bebannya pada potensiometer mulai dari 0,40
vol t- 0,65 volt(dengan selisih setiap 0,5 volt). Dari hasil percobaan setelah melakukan
analisis grafik dengan membuat kurva hubungan antara arus beban dan tegangan keluaran
diperoleh

nilai

resistansi

sebesar

34,476 x 102 .

Sedangkan

secara

teori

42,76 x 10 2 . Jadi %diff yang diperoleh 20,69%. Adanya perbedaan tersebut


disebabkan kurang ketelitian dari praktikan, utamanya kesalahan dalam proses pengamatan
serta alat alat yang digunakan dalam keadaan kurang baik.
KESIMPULAN
a. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tegangan
Thevenin dan arus Norton dapat diukur pada saat tegangan melewati terminal ketika
hambatan beban terbuka. Sedangkan hambatan beban diukur ketika seluruh sumber
dibuat nol dan hambatan beban terbuka.
b. Pengaruh beban terhadap tegangan berbanding lurus artinya pada saat hambatan
beban diubah resistansinya maka tegangan keluarannya akan sebanding dengan
besar resistansi hambatan beban tersebut. Adapun pengaruh beban terhadap kuat arus
output rangkaian berbanding terbalik artinya pada saat hambatan beban diubah
resistansinya maka arus akan mengecil dengan besar resistansi hambatan beban
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Bakri, Abdul Haris, Martawijaya, dan Muh.Saleh. 2008. Dasar-Dasar Elektronika.
Makassar: Penerbit UNM.
Malvino, A.P. 2003. Prinsip-prinsip Elektronika, Buku 1. Jakarta: Salemba Teknika.
Purwadi, Bambang dan Fadeli Abdulrahman. Elektronika 1. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Sutrisno.1986. Elektronika Teori dan Penerapannya Jilid 1. Bandung: Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai