Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

TINJAUAN K3 PADA STOCKPILE MELALUI KETERSEDIAAN ALAT PELINDUNG DIRI


(APD) BAGI PEKERJA

Disusun Oleh:
DISYA SYAHARANI
11160980000029

Teknik Pertambangan
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2016

ABSTRAK
Sebagai

salah

satu komoditas

terbesar

di

Indonesia.

Sektor

pertambangan terus

mengembangkan diri sebagai salah satu penyumbang dana terbesar bagi negara. Banyak
tercipta lahan perusahaan tambang yang baru. Hal ini membuat tingkat persaingan antara
perusahaan pertambangan semakin meningkat. Sehingga perusahaan pertambangan yang sudah
lama terbentuk diharuskan untuk semakin berkembang agar tidak kalah saing dengan
perusahaan yang baru. Sistem manajemen K3 menjadi salah satu tolak ukur bagi reputasi baik
suatu perusahaan. Dimana jika tingkat kecelakaan rendah maka perusahaan tersebut tergolong
didalam perusahaan yang sangat baik dalam tingkat keselamatan dan kesehatan kerja dan
sangat mementingkan para pekerja. Sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dengan
perusahaan pertambangan lainnya. Sedangkan dalam sistem manajemen K3, Alat Pelindung
Diri (APD) merupakan hal terpenting bagi seorang pekerja dikarenakan pekerjaan yang
dilakukan dalam sektor ini sangat berisiko kecelakaan. Maka dalam makalah ini akan dibahas
tentang ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) pada stockpile. Hal ini dikarenakan stockpile
bisa menjadi salah satu tempat yang berisiko menyebabkan kecelakaan disebabkan tempat ini
memiliki banyak alat angkut dan alat muat bagi material-material yang ditambang.

BAB I
PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sumber daya alam Indonesia yang kaya tersebut dimanfaatkan untuk di eksplorasi
oleh para penambang. Baik oleh perusahaan maupun pertambangan rakyat yang
bekerja secara sederhana. Namun selain sebagai salah satu bidang pekerjaan yang
sangat menjanjikan, bidang pertambangan juga merupakan salah satu bidang
pekerjaan yang sangat berisiko. Baik dalam bagian ekonomi maupun keselamatan
kerja. Sehingga dalam menjalankan bisnis pertambangan, yang menjadi hal utama
tentunya adalah keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Keselamatan kerja dari para
pekerja menjadi tolak ukur bagi kesuksesan suatu perusahaan tambang. Hal ini dapat
dikatakan karena apabila kecelakaan kerja yang terjadi tingkatnya semakin kecil
maka perusahaan tersebut semakin baik track record nya.
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat bergantung pada sistem manajemen yang
dilaksanakan. Sistem manajemen yang diterapkan sangat berhubungan dengan
perlindungan diri dari pekerja. Alat pelindung diri menjadi aspek terpenting dalam
menerapkan sistem manajemen tambang. Sedangkan stockpile sebagai salah satu
bagian terpenting dalam penambangan, karena disetiap perusahaan membutuhkan
adanya stockpile sebagai tempat penyimpanan atau storage. Hal itu dikarenakan pada
tempat tersebut menggunakan banyak alat muat dan alat angkut yang sangat berisiko
untuk menyebabkan kecelakaan.
Sehingga penulis memiliki keinginan untuk membahas atau meninjau hal tersebut
secara lebih dalam melalui tugas makalah ini.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mencapai beberapa tujuan, diantaranya adalah:
1. Untuk menganalisa dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Untuk meninjau penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang diterapkan disuatu
perusahaan.
3. Untuk mengetahui kondisi tempat kerja dalam hal ini stockpile.
1.3 Objek Penelitian

Penulisan makalah ini dilakukan berdasarkan atas beberapa objek yang diteliti,
berikut diantaranya:
1. Alat Pelindung Diri (APD) pada suatu perusahaan
2. Sistem manajemen K3
3. Kondisi tempat kerja atau stockpile
1.4 Manfaat
Diharapkan dari penulisan makalah menghasilkan manfaat-manfaat bagi para
pembaca agar menambah pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dan agar mengurangi angka jumlah kecelakaan yang terjadi.

BAB II
DASAR TEORI
II. Dasar Teori
2.1 Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan daya upaya yang terencana untuk
mencegah terjadinya musibah kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan
oleh pihak perusahaan, karena dengan adanya jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja kinerja karyawan akan lebih meningkat.
1. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah usaha melakukan pekerjaan tanpa ada kecelakaan.


Keselamatan kerja yang baik merupakan pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
Kecelakaan kerja selain menyebabkan hambatan-hambatan langsung juga
merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan
peralatan kerja terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada
lingkungan kerja, dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat kecelakaan kerja, baik
langsung maupun tindak langsung cukup atau kadang-kadang sangat atau terlampau
besar, sehingga bila diperhitungkan secara keseluruhan hal itu merupakan
kehilangan yang berjumlah besar.
Undang-Undang No. 1 tahun 1970 mengatur tentang Keselamatan Kerja. Undangundang ini dimaksudkan untuk menentukan standar yang jelas untuk keselamatan
kerja bagi semua karyawan sehingga mendapat perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produktifitas Nasional, memberikan dasar hukum agar setiap orang selain
karyawan yang berada di tempat kerja perlu dijamin keselamatannya dan setiap
sumber daya perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien dan membina
norma-norma perlindungan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik dan teknologi. Tujuan daripada UU Keselamatan Kerja
adalah:

Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja

selalu dalam keadaan selamat dan sehat.


Agar sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
Agar proses produksi dapat berjalan tanpa hambatan apapun.

Hakekat keselamatan kerja adalah mengadakan pengawasan terhadap 4M, yaitu


manusia (Man), alat-alat atau bahan-bahan (Materials), mesin-mesin (Machines),
dan metode kerja (Methods) untuk memberikan lingkungan kerja yang aman
sehingga tidak terjadi kecelakaan manusia atau tidak terjadi kerusakan/kerugian
pada alat-alat dan mesin.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam menciptakan keselamatan kerja adalah
sebagai berikut:

A. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan dimulai sejak perencanaan perusahaan dan pengaturan
proses produksi yang akan dicapai. Suatu prinsip penting pada semua
perencanaan adalah menekan kecelakaan sekecil mungkin dan menanggulanginya
seefektif mungkin. Dalam perencanaan harus menciptakan kondisi lingkungan
kerja yang aman sehingga pekerja akan merasa lebih aman, moral kerja lebih
baik, dan hubungan kerja lebih serasi. Selain itu, biaya perawatan akan lebih kecil
serta biaya asuransi mungkin relatif berkurang.
B. Pengawasan Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kecelakaan
Saat terbaik untuk menanggulangi kecelakaan adalah sebelum kecelakaan itu
terjadi. Usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dilakukan adalah
mengawasi tindakan dan kondisi tidak aman. Kepala Teknik Tambang dapat
mengangkat petugas pengawas untuk mengawasi dan memeriksa yang menjadi
tanggung jawabnya.
C. Sistem Tanda Bahaya Kecelakaan dalam Pertambangan
Pemakaian tanda peringatan, warna dan label sangat penting bagi keselamatan
para pekerja untuk megetahui bahaya kecelakaan. Di bawah ini diuraikan lebih
lanjut sebagai berikut:
Peringatan dan tanda-tanda
Peringatan dan tanda-tanda dapat juga digunakan untuk berbagai tujuan.
Peringatan dan tanda-tanda dapat membawakan suatu pesan instruksi,
pesan peringatan atau memberi keterangan secara umum. Peringatan dan
tanda-tanda tidak dapat dianggap sebagai pengganti bagi tindakan

tindakan keselamatan melainkan menunjang tindakan-tindakan tersebut.


Pemakaian warna
Aneka warna dipakai untuk maksud keselamatan. Contoh penggunaan
warna dalam keselamatan kerja:
Merah, untuk tanda berhenti, alat-alat yang memberikan pertanda
berhenti dan alat pemadan kebakaran.
Hijau, untuk jalan penyelamatan diri, tempat-tempat untuk PPPK
dan instalasi-instalasi keselamatan.
Jingga (orange) dipakai untuk menunjukkan adanya bahaya,
misalnya daerah yang harus disertai pagar pengaman.
Putih dipakai untuk garis-garis jalan.

Label
Bahan-bahan berbahaya dan wadahnya harus diberi label pada wadahwadah yang dipakai untuk bahan beracun, korosif dan dapat terbakar atau
lain-lainnya. Penggunaan lambang harus juga disertai dengan keterangan
sebagai penjelasan memuat:
Nama bahan
Uraian tentang bahaya utama dan bahaya lainnya
Penjelasan cara-cara pencegahan yang harus diambil
Jika perlu petunjuk tentang pertolongan pertama atau tindakantindakan lain yang sederhana dalam hal kecelakaan atau keadaan

darurat.
D. Perlengkapan Keselamatan Kerja
Pencegahan kecelakaan yang baik adalah peniadaan bahaya seperti pengamanan
mesin atau peralatan lainnya. Namun demikian harus dilengkapi juga
perlindungan diri pada para pekerja dengan memberikan alat perlindungan diri
yang disediakan oleh perusahaan.
E. Pelatihan dan Penyuluhan
Tingkat keselamatan tergantung dari sikap dan praktek semua orang yang terlibat
dalam perusahaan pertambangan. Maka dari itu, penyuluhan dan pelatihan sangat
penting peranannya bagi peningkatan penghayatan keselamatan kerja dan
pencegahan kecelakaan. Penyuluhan adalah pemberian informasi yang dapat
menimbulkan kejelasan pada orang-orang yang bersangkutan. Latihan lebih
khusus menyangkut keterampilan dalam keselamatan kerja dan pencegahan
kecelakaan.
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan hal yang sangat diharapkan oleh semua pekerja
selama bekerja di perusahaan pertambangan. Kesehatan kerja sebagai upaya untuk
mencegah dan memberantas penyakit serta memelihara, dan meningkatkan
kesehatan gizi para tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya
produktifitas tenaga manusia. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan faktor
penunjang untuk meningkatkan produktifitas seseorang dalam bekerja. Kesehatan
tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja,
bahkan sampai setelah berhenti bekerja. Kesehatan jasmani dan rohani bukan saja

pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga gambaran adanya keserasian
penyesuaian seseorang dengan pekerjaannya, yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya.
Lingkungan kesehatan tempat kerja yang buruk dapat menurunkan derajat
kesehatan dan juga daya kerja para pekerja. Gangguan pada kesehatan akibat
berbagai faktor pekerjaan bisa dihindari, asal para pekerja dan pihak pengelola
perusahaan punya kemauan untuk mengantisipasi adanya penyakit akibat kerja
supaya kesehatan para pekerja bisa ditingkatkan. Gangguan kesehatan para tenaga
kerja dapat dihindari apabila karyawan-karyawan dan pimpinan memiliki
kemauan untuk mencegahnya. Adapun cara-cara yang dapat mencegah gangguan
kesehatan yaitu sebagai berikut:
Subtitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan bahan yang lebih

aman.
Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang

membahayakan.
Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak mungkin (menurut
perhitungan) ke dalam ruangan kerja, dengan tujuan agar kadar bahaya

yang terjadi dalam ruangan kerja dapat menurun.


Ventilasi penyedotan, yaitu mengalirkan udara dari tempat kerja tertentu

agar bahaya yang terjadi dalam ruangan tersebut dapat berkurang.


Alat pelindung, yaitu alat yang melindungi tubuh atau bagian tubuh yang
wajib dipakai oleh setiap tenaga kerja menurut keperluannya seperti topi

pengaman, masker, kacamata, sarung tangan, sepatu dan lain-lain.


Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, yaitu pemeriksaan kesehatan
kepada calon pekerja untuk mengetahui baik fisik maupun mental apakah
calon karyawan tersebut cocok dengan pekerjaan yang diberikan

kepadanya.
Pemeriksaan kesehatan berkala, yaitu pemeriksaan kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor yang menyebabkan

gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan pada tubuh pekerja.


Penerangan sebelum kerja agar karyawan mengetahui, menaati peraturanperaturan dan lebih berhati-hati.

Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja berkelanjutan,


diberikan agar pekerja selalu waspada dalam pekerjaannya.

2.2 Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja


Berdasarkan Undang-undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu
diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik di darat,
di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Maka setiap pekerja di Indonesia
berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan
d. Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawaban.
2.3 Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja. Alat
pelindung diri adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh
bangunan yang bekerja disebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung,
diwajibkan menggunakannya. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan yaitu
tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
Alat Pelindung diri (APD) berperan penting terhadap Kesehatan dan Keselamatan
Kerja.
Bahaya yang mungkin terjadi pada saat melakukan pekerjaan adalah:
a. Tertimpa benda keras dan berat
b. Tertusuk atau terpotong benda tajam
c. Terjatuh dari tempat tinggi

d.
e.
f.
g.
h.

Terbakar atau terkena aliran listrik


Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan.
Pendengaran menjadi rusak karena suara kebisingan
Penglihatan menjadi rusak diakibatkan intensitas cahaya yang tinggi
Terkena radiasi dan gangguan lainnya.

Sedangkan kerugian yang harus ditanggung oleh pekerja maupun pihak perusahaan
apabila terjadi kecelakaan adalah:

Produktifitas pekerja berkurang selama sakit


Adanya biaya perawatan medis atas tenaga kerja yang terluka, cacat, bahkan

meninggal dunia.
Kerugian atas kerusakan fisilitas mesin dan yang lainnya.
Menurunnya efesiensi perusahaan.

Walaupun alat pelindung diri bukan alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi
fungsi dari alat ini sangat besar karena dapat mencegah penyakit akibat kerja
ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Namun pada kenyataannya banyak
pekerja yang masih belum menggunakan alat pelindung diri ini karena merasakan
ketidaknyamanan tersebut.

Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan dari alat pelindung diri (APD)
adalah diantaranya:
1. Kekurangan:
Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai

APD yang kurang tepat dan perawatannya yang tidak baik


Fungsi dari ADP ini hanya untuk menguragi akibat dari kondisi
yang berpotensi menimbulkan bahaya bukan untuk menyelamatkan

nyawa.
Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan karena hanya

melindungi bukan mencegah


Cara pemakaian APD yang salah karena kurangnya pengetahuan
tentang penggunaan APD yang baik dan benar, APD tak memenuhi

persyaratan standar karena perawatannya tidak baik dan

kualitasnya buruk.
APD yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu.
APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter
(digunakan untuk menahan frekuensi tertentu pada tahanan yang

berubahubah dan lain-lain) dan penyerap (cartridge).


APD dapat menularkan penyakit bila dipakai secara bergantian.

2. Kelebihan:
Mengurangi resiko akibat kecelakan kerja yang terjadi baik sengaja

maupun tidak sengaja


Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan
Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan

administrasi tidak berfungsi dengan baik.


Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja agar
terlindungi dari bahaya kerja.

Padahal disamping APD memiliki banyak kekurangan. Pemakaian atau


penggunaan APD ini tergolong dalam salah satu kewajiban dari tenaga kerja
untuk menggunakannya. Penggunaan Alat Pelindung Diri diatur dalam beberapa
peraturan, diantaranya dalam Pasal 14 Undang-undang Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dimana setiap pengusaha atau
pengurus perusahaan wajib menyediakan Alat Pelindung Diri secara cuma-cuma
terhadap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja. Berdasarkan
peraturan tersebut secara tidak langsung setiap pekerja diwajibkan untuk memakai
APD yang telah disediakan oleh perusahaan. Alat Pelindung Diri yang disediakan
oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan,
pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika
APD yang disediakan jika tidak memenuhi syarat.
Berikut merupakan macam-macam dari Alat Pelindung Diri (APD), yaitu:
1. Helm Keselamatan (Safety Helmet)
Safety Helmet merupakan alat pelindung kepala yang melindungi kepala
dari benda-benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
2. Tali Keselamatan (Safety Belt)

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi


ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, dan lainlain). Sehingga saat kita terjatuh, ada tali pengaman yang menyangga
tubuh kita.
3. Sepatu Karet (sepatu boot)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang tergenang air
ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi
kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan
sebagainya.
4. Sepatu Pelindung (safety shoes)
Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan
sejenisnya.
5. Sarung Tangan (safety gloves)
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung
tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
6. Tali Pengaman (Safety Harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan
menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter. Berguna untuk
melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada
pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler. Harus
dapat menahan beban sebesar 80 Kg. Memiliki beberapa jenis diantaranya:
Penggantung unifilar Penggantung berbentuk U
Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U Penunjang dada
(chest harness)
Penunjang dada dan punggung (chest waist harness)
Penunjang seluruh tubuh (full body harness)
7. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang
bising. Sumbat Telinga Sumbat telinga yang baik adalah menahan
frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya
(komunikasi) tak terganggu.
8. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas)
agar tidak terkena benda-benda.

9. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dan sejenisnya).
10. Pelindung Wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja
(misal pekerjaan menggerinda).
11. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat).
12. Rompi Keselamatan (Safety Vest)
Safety Vest atau Rompi Keselamatan adalah salah satu APD yang di
beberapa sisinya dirancang khusus dilengkapi dengan reflektor atau
pemantul cahaya. Safety vest sangat bermanfaat bagi pekerja yang bekerja
di luar perkantoran. Bilamana APD yang lain bermanfaat untuk
mengurangi dampak ketika terjadi kecelakaan akibat kontak dengan benda
lain yang berbahaya, maka Safety Vest bertujuan untuk mencegah
terjadinya kontak atau kecelakaan. Berikut adalah beberapa keuntungan
penggunaan safety vest:
Dilihat dari bentuknya, maka seorang pekerja di lapangan yang
memakai safety vest dengan benar, akan dengan mudah terlihat
oleh pengemudi kendaraan atau operator yang berada di
sekitarnya. Selanjutnya pekerja tersebut terhindar dari bahaya

terserempet dan tertabrak kendaraan yang beroperasi di dekatnya.


Pada saat pekerja berada di sekitar bongkar muat barang dengan
peralatan crane , maka pekerja tersebut akan terhindar dari bahaya
terjepit barang atau kejatuhan barang pada saat crane sedang

melakukan maneuver.
Operator alat berat atau pengemudi kendaraan yang sedang melaju
di jalan akan dengan mudah melihat pekerja yang berada di pinggir
jalan dari arah kejauhan. Sehingga operator/ pengemudi segera
mengurangi kecepatannya dan atau membelokkan serta
menjauhkan arah unitnya. Dengan demikian maka operator unit
atau kendaraan akan menjalankan unitnya dengan pelan, sehingga
pekerja yang berada di pinggir jalan akan terhindar dari

kemungkinan terkena lentingan batu yang terinjak ban kendaraan,


munculnya debu serta percikan air yang tersiram air akibat ban
kendaraan yang melaju menginjak genangan air di jalan.
Masing-masing macam APD mempunyai tingkat kenyamanan yang berbeda-beda.
APD adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya di tempat kerja.
Namun banyak alasan dari pekerja untuk tidak menggunakan APD, salah satunya
adalah karena faktor ketidaknyamanan. Misalnya adalah safety shoes yang terlalu
kebesaran atau kekecilan, tidak akan melindungi pekerja secara efektif namun
tidak menutup kemungkinan untuk muncul kejadian baru karena memakai safety
shoes yang tidak sesuai ukuran. Untuk memberikan perlindungan yang baik maka
APD harus pas dan sesuai.
BAB III
PEMBAHASAN

III. Pembahasan
3.1 Ketersediaan Alat Pelindung Diri
Dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan bahwa pengurus
(pengusaha) diwajibkan untuk menyediakan secara cuma-cuma semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan pada pekerja yang berada dibawah pimpinannya
dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai
dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli-ahli keselamatan kerja.
APD harus tersedia sesuai dengan risiko bahaya yang ada di tempat kerja. Contohnya
di pengelasan risiko bahaya yang ada seperti infrared dan radiasi, maka APD yang
harus digunakan adalah face shield dan goggles untuk perlindungan mata dan wajah
(Wentz, 1998).
Berikut ketersedian alat pelindung diri (APD) yang dimiliki oleh suatu perusahaan
tambang sebagai berikut:

1. Safety Helmet
Berguna untuk melindungi kepala dari segala kemungkinan benda terjatuh dan
mengenai kepala kita secara langsung. Namun jumlahnya masih sangat kurang,
misalnya dari 23 karyawan hanya tersedia 15 helm keselamatan. Hal ini sangat
kurang baik dikarenakan berarti helm safety digunakan secara berganti-gantian
padahal jika kembali lagi kepada dasar teori. Salah satu prosedur penggunaan alat
pelindung diri yang baik adalah digunakan secara tidak bergantian.
2. Sabuk Keselamatan
Berguna sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun
peralatan lain yang serupa, alat pelindung diri ini sudah tersedia di mobil dan alat
berat.
3. Sepatu karet atau safety shoes
Berguna untuk alat pengaman pada tempat yang berlumpur atau mencegah
kecelakaan fatal yang menimpan kaki. Sepatu yang disediakan perusahaan sudah
terdapat lapisan khusus seperti metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia dan lain-lain.
4. Masker
Berguna untuk penyaring udara yang dihirup saat bekerja dengan kualitas udara
yang buruk seperti berdebu, beracun atau berbau tajam.
5. Jas Hujan
Berguna untuk melidungi diri dari percikan air hujan, sering digunakan bagi
karyawan yang bekerja dilapangan ketika cuaca sedang hujan dan bisa juga
digunakan bagi karyawan yang akan mencuci suatu alat dalam produksi
6. Rompi Keselamatan
Sangat berguna bagi karyawan dimana lokasi kerjanya yang berdekatan dengan
aktifitas lalu lalang kendaraan dan alat berat.
Jika ditinjau kembali dan mengacu kepada peraturan atau kewajiban alat pelindung
diri (APD) yang digunakan, perusahaan tersebut belum memenuhi kewajiban.
Dikarenakan menurut peraturan terdapat 12 macam APD yang wajib digunakan bagi
seorang pekerja. Sedangkan perusahaan tersebut hanya memiliki 6 macam APD saja.
Maka perusahaan dapat dikatakan masih sangat minim dalam upaya menjaga
keselamatan dan kesehatan dari pekerja. Sehingga perusahaan harus melengkapi
ketersediaan dari APD bagi para pekerja. Seiring dengan kurangnya dari ketersediaan

APD di perusahaan ini maka dapat dikatakan risiko tingkat kecelakaan masih sangat
tinggi dan harus segera di minimalisir.
3.2 Kondisi Tempat Kerja (Stockpile)
Stockpile sebagai tempat penyimpanan sementara bagi material baik yang sudah
diolah ataupun material Run Off Mine (ROM) tentunya memiliki banyak alat-alat
berat didalamnya misalnya adalah alat untuk pengangkutan serta alat untuk memuat
material hasil tambang. Selain itu risiko kecelakaan kerja tidak hanya disebabkan oleh
alat berat tersebut melainkan ada sumber bahaya yang lain seperti debu yang sangat
tebal serta noise yang dapat membuat telinga menjadi bising.
Alat-alat berat yang terdapat di stockpile perusahaan diantaranya adalah:
Belt conveyor
Loader
Crane
Excavator
Dump truck
Selain itu ditemukan debu dalam volume yang cukup besar pada stockpile perusahaan
tersebut. Namun untuk mengatasi hal ini perusahaan menerapkan sistem
penyemprotan dengan menggunakan media air sehingga debu yang ada akan terserap
oleh air dan mengurangi volume debu sehingga tidak terlalu banyak debu yang
terhiruop oleh sistem pernafasan para pekerja. Sehingga kondisi tempat kerja
tergolong cukup layak karena manajemen perusahaan selalu mempertimbangkan
kondisi tempat kerja yang tepat sehingga para pekerja dapat bekerja dengan baik.
3.3 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja
(accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan
terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan
kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda, tentunya hal
ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Dengan demikian
menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yang perlu diperhatikan :

o Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak dikehendaki


o Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda
o Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang
melebihi ambang batas tubuh atau struktur.
Menurut Sumamur, secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
o Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.
o Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi
di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.
Penyebab kecelakaan kerja di tempat kerja pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi 2, yaitu :
1. Kondisi berbahaya yang selalu berkaitan dengan:
Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain
Lingkungan kerja: kebisingan, penerangan, dan lain-lain
Proses produksi: waktu kerja, sistem, dan lain-lain
Sifat kerja
Cara kerja
2. Tindakan berbahaya yang dalam beberapa hal dapat dilatarbelakangi oleh faktorfaktor:

Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan


Cacat tubuh yang tidak kelihatan
Keletihan dan kelelahan
Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.

Sedangkan penyebab dasarnya terdiri dari dua faktor manusia atau pribadi (personal
factor) dan faktor kerja atau lingkungan kerja.
1. Faktor manusia atau pribadi, meliputi; kurangnya kemampuan fisik, mental dan
psikologi, kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan atau keahlian,
stress, motivasi yang tidak cukup atau salah.
2. Faktor kerja atau lingkungan meliputi; tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan,
tidak cukup rekayasa (engineering), tidak cukup pembelian atau pengadaan barang,
tidak cukup perawatan (maintenance), tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan
barang-barang atau bahan-bahan, tidak cukup standar-standar, penyalahgunaan.

Sebab kecelakaan merupakan landasan dari manajemen K3, karena usaha K3 diarahkan
untuk mengendalikan sebab terjadinya kecelakaan. Untuk dapat memahami dengan baik
tentang konsep sebab kecelakaan kerja maka manajemen dituntut memahami sumber
penyebab terjadinya kecelakaan. Dalam kaitannya dengan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, sebab kecelakaan dapat bersumber dari empat kelompok besar, yaitu :
a. Faktor Lingkungan
Faktor ini berkaitan dengan kondisi fisik ditempat kerja yang meliputi:
Keadaan lingkungan kerja
Kondisi proses produksi Proses Produksi
b. Faktor Alat Kerja
Dimana bahaya yang ada dapat bersumber dari peralatan dan bangunan tempat kerja
yang salah dirancang atau salah pada saat pembuatan serta terjadinya kerusakankerusakan yang diakibatkan oleh salah rancang. Selain itu kecelakaan juga bisa
disebabkan oleh bahan baku produksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan, kesalahan dalam penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan.
c. Faktor Manusia
Faktor ini berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia didalam melakukan
pekerjaan, meliputi:
Kurang pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang kerjanya maupun dalam

bidang keselamatan kerja.


Kurang mampu secara fisik (karena cacat atau kondisi yang lemah) atau

secara mental.
Kurang motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja.
Tidak memahami dan menaati prosedur kerja secara aman.
Bahaya yang ada bersumber dari faktor manusianya sendiri yang sebagian
besar disebabkan tidak menaati prosedur kerja.

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk


mengenal dan menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk
kemudian sedapat mungkin dikurangi atau dihilangkan. Setelah ditentukan sebabsebab terjadinya kecelakaan atau kekurangan-kekurangan dalam sistem atau proses
produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara pengendalian yang tepat.

Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja


dalam industri pertambangan khususnya diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal
seperti kondisi kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan,
pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan industri, kewajibankewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan,
pertolongan pertama dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi, ataupun
tidak resmi.
3. Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yang
harus dipatuhi.
4. Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri dari
bahan berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin, pengujian masker
pernapasan, penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas dan debu
dan pencarian bahan-bahan yang paling cocok serta perancangan tali kerekan
dan alat kerekan lainya.
5. Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis dari faktorfaktor lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang amat
merangsang terjadinya kecelakaan.
6. Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologis yang
dapat menyebabkan kecelakaan.
7. Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, berapa
banyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalam
kegiatan seperti apa dan apa saja yang menjadi penyebab.
8. Pendidikan, meliputi subyek keselamatan sebagai mata ajaran dalam akademi
teknik, sekolah dagang ataupun kursus magang.
9. Pelatihan, sebagai contoh yaitu pemberian instruksi-instruksi praktis bagi para
pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal keselamatan kerja.
10. Persuasi, sebagai contoh yaitu penerapan berbagai metode publikasi dan
imbauan untuk mengembangkan kesadaran akan keselamatan.
11. Asuransi, yaitu merupakan usaha untuk memberikan perlindungan dengan
memberikan jaminan terhadap kecelakaan yang terjadi.
12. Tindakan-tindakan pengamanan yang dilakukan oleh masing-masing individu

Namun demikian, teknik pengendalian, pencegahan dan penanggulangan terhadap


kecelakaan kerja maupun bahaya-bahaya harus berpangkal dari dua faktor
penyebab yaitu perbuatan berbahaya maupun kondisi berbahaya dan untuk
mengatasinya diperlukan usaha-usaha keselamatan da kesehatan kerja. Adapun
usaha-usaha tersebut meliputi:

Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan, kebakaran, peledakan,

dan penyakit akibat kerja.


Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, peralatan kerja, bahan baku dan
bahan hasil produksi. Sehingga nyaman, sehat, dan terdapat penyesuaian
antara pekerjaan dengan manusia dan sebaliknya manusia dengan pekerjaan.

Pencegahan kecelakaan pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manajer


lini, penyelia, mandor kepala, dan kepala urusan. Fungsionaris lini wajib
memelihara kondisi kerja yang selamat sesuai dengan ketentuan pabrik. Di lain
pihak, para kepala urusan wajib senantiasa mencegah jangan sampai terjadi
kecelakaan. Pemeliharaan keadaaan selamat dan pencegahan kecelakaan adalah
satu fungsi yang sama. Teknik pelaksanaan pencegahan kecelakaan harus didekati
dari dua aspek di atas, yakni aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan,
mesin, letak, dan sebagainya) dan perangkat lunak (manusia dan segala unsur
yang berkaitan).
3.4 Manajemen K3
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari proses
manajemen keseluruhan mempunyai peranan penting di dalam pencapaian tujuan
perusahaan melalui pengendalian rugi perusahaan tersebut. Alasan ini adalah tepat
mengingat penerapan K3 dalam suatu perusahaan betujuan mencegah, mengurangi
dan menanggulangi setiap bentuk kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugiankerugian yang tidak dikehendaki. Keberhasilan penerapan K3 dalam suatu industri
sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap K3 itu sendiri. Hal tersebut
didasarkan pada kenyataan dimana masih banyak terdapat perusahaan yang
berpandangan bahwa penerapan K3 dalam kegiatannya akan mengurangi perolehan
keuntungan perusahaan. Namun pandangan ini sama sekali tidak dapat dibenarkan,
karena pada hakekatnya penerapan K3 justru akan melipatgandakan keuntungan

melalui pencegahan kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian dan peningkatan


produktifitas. Bahkan tidak berlebihan apabila suatu industri yang memiliki resiko
tinggi seperti industri pertambangan berpandangan bahwa pelaksanaan K3 merupakan
tanggung jawab seluruh pekerja dan tidak semata-mata tanggung jawab suatu bagian
atau pimpinan perusahaan. Hal ini dimungkinkan mengingat adanya pernyataan
manajemen yang mengidentikkan masalah K3 dengan produk yang dihasilkan. Oleh
karena itu segala perlakuan terhadap produk tidak dapat dibedakan dengan perlakuan
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Kerangka dasar manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat disusun sebagai
berikut:
Fungsi utama manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Contoh dari kelima fungsi
ini ditentukan oleh konsep dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

dianut industri tersebut.


Kegiatan utama manajemen yang meliputi pembiayaan dan pelaporannya,
pengoperasian, produk pemasaran dan penjualan serta sistem komunikasi dan
informasi. Kegiatan-kegiatan ini merupakan sasaran dan tujuan yang ingin

dicapai oleh perusahaan.


Sumber daya dan pembatas yang meliputi manusia, materialisme dan
peralatan, kebutuhan konsumen, kondisi ekonomi, masyarakat dan lingkungan
kerja serta peraturan pemerintah dapat merupakan masukan kegiatan

manajemen dan fungsi manajemen.


Dengan melandaskan pada kerangka dasar manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja tersebut diatas maka tujuan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah melakukan pencegahan kecelakaan atau kerugian perusahaan dengan
merealisasikan setiap fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan yang dibatasi
oleh sumber atau masukan yang dimiliki.
Namun manajemen K3 ini memiliki beberapa kelemahan dimana faktor ini berkaitan
dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan dari pucuk pimpinan untuk
menyadari peran pentingnya masalah K3, meliputi:
Sikap manajemen yang tidak memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di tempat kerja.

Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab dan
pelimpahan wewenang di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara

jelas.
Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas.
Tidak adanya standar atau kode Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat

diandalkan.
Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang kuang baik.
Tidak adanya monitoring terhadap sistem produksi.

Kelemahan Sistem manajemen ini mempunyai peranan yang sangat besar sebagai
penyebab kecelakaan, karena sistem manajemenlah yang mengatur ketiga unsur
produksi (manusia, peralatan, dan tempat kerja). Ketimpangan yang terjadi pada
sistem manajemen akan menimbulkan ketimpangan pada ketiga unsur sistem
produksi yang lain. Sehingga sering dikatakan bahwa kecelakaan merupakan
manifestasi dari adanya kesalahan manajemen dalam sistem manajemen yang
menjadi penyebab timbulnya masalah dalam proses produksi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan ada beberapa perlengkapan alat
pelindung diri (APD) yang belum tersedia seperti sarung tangan, tali pengaman, penutup
telinga dan kaca mata pengaman. Dimana hal ini berarti perusahaan dalam bidang
keselamatan dan kesehatan kerja masih tergolong sangat minim atau buruk. Karena
berdasarkaan kepada peraturan yang berlaku tentang alat pelindung diri (APD)
didapatkan kesimpulan bahwa setiap perusahaan harus memiliki 12 macam alat

pelindung diri. Sedangkan perusahaan hanya memiliki enam macam alat pelindung diri.
Padahal tempat dimana makalah ini membahas yaitu stockpile merupakan tempat yang
tergolong memiliki risiko yang tinggi terhadap kecelakaan kerja dikarenakan area
tersebut mempunyai beberapa sumber penyebab kecelakaan khususnya dalam dunia
pertambangan yaitu berupa alat berat, alat angkut dan debu yang berbahaya bagi indera
penglihatan maupun pernafasan para pekerja.
Kewajiban setiap perusahaan yang berkaitan dengan alat pelindung diri seperti
disebutkan dalam permenaker no.8 tahun 2010 ini harus dipenuhi. Karena hal ini
menyangkut legal compliance status dari perusahaan. Selain itu, bagi perusahaan yang
sudah menjalankan atau menerapkan sistem manajemen K3 atau OHSAS 18001, maka
sudah seharusnya peraturan ini masuk dalam daftar legal yang teridentifikasi.
4.2 Daftar Pustaka
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Penerbit

Graha Ilmu.
Depnakertrans. Intisari Permenaker No.08 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri

(APD).
Freddy Ekoyanto Perkoso. 2009. Pengertian Tentang Stockpile, Studi Kelayakan Proyek

Perbaikan Stockpile di PT. SRT.


Heinrich W.W. 1960. Industrial accident Prevention a Safety Management Approach

fifth edition. New York.


Pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kewajiban dan

hak tenaga kerja.


Sumamur P.K, Dr. Msc. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:
Gunung Agung.

Anda mungkin juga menyukai