Mata Kuliah Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Mata Kuliah Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Disusun Oleh:
DISYA SYAHARANI
11160980000029
Teknik Pertambangan
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2016
ABSTRAK
Sebagai
salah
satu komoditas
terbesar
di
Indonesia.
Sektor
pertambangan terus
mengembangkan diri sebagai salah satu penyumbang dana terbesar bagi negara. Banyak
tercipta lahan perusahaan tambang yang baru. Hal ini membuat tingkat persaingan antara
perusahaan pertambangan semakin meningkat. Sehingga perusahaan pertambangan yang sudah
lama terbentuk diharuskan untuk semakin berkembang agar tidak kalah saing dengan
perusahaan yang baru. Sistem manajemen K3 menjadi salah satu tolak ukur bagi reputasi baik
suatu perusahaan. Dimana jika tingkat kecelakaan rendah maka perusahaan tersebut tergolong
didalam perusahaan yang sangat baik dalam tingkat keselamatan dan kesehatan kerja dan
sangat mementingkan para pekerja. Sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dengan
perusahaan pertambangan lainnya. Sedangkan dalam sistem manajemen K3, Alat Pelindung
Diri (APD) merupakan hal terpenting bagi seorang pekerja dikarenakan pekerjaan yang
dilakukan dalam sektor ini sangat berisiko kecelakaan. Maka dalam makalah ini akan dibahas
tentang ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) pada stockpile. Hal ini dikarenakan stockpile
bisa menjadi salah satu tempat yang berisiko menyebabkan kecelakaan disebabkan tempat ini
memiliki banyak alat angkut dan alat muat bagi material-material yang ditambang.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sumber daya alam Indonesia yang kaya tersebut dimanfaatkan untuk di eksplorasi
oleh para penambang. Baik oleh perusahaan maupun pertambangan rakyat yang
bekerja secara sederhana. Namun selain sebagai salah satu bidang pekerjaan yang
sangat menjanjikan, bidang pertambangan juga merupakan salah satu bidang
pekerjaan yang sangat berisiko. Baik dalam bagian ekonomi maupun keselamatan
kerja. Sehingga dalam menjalankan bisnis pertambangan, yang menjadi hal utama
tentunya adalah keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Keselamatan kerja dari para
pekerja menjadi tolak ukur bagi kesuksesan suatu perusahaan tambang. Hal ini dapat
dikatakan karena apabila kecelakaan kerja yang terjadi tingkatnya semakin kecil
maka perusahaan tersebut semakin baik track record nya.
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat bergantung pada sistem manajemen yang
dilaksanakan. Sistem manajemen yang diterapkan sangat berhubungan dengan
perlindungan diri dari pekerja. Alat pelindung diri menjadi aspek terpenting dalam
menerapkan sistem manajemen tambang. Sedangkan stockpile sebagai salah satu
bagian terpenting dalam penambangan, karena disetiap perusahaan membutuhkan
adanya stockpile sebagai tempat penyimpanan atau storage. Hal itu dikarenakan pada
tempat tersebut menggunakan banyak alat muat dan alat angkut yang sangat berisiko
untuk menyebabkan kecelakaan.
Sehingga penulis memiliki keinginan untuk membahas atau meninjau hal tersebut
secara lebih dalam melalui tugas makalah ini.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mencapai beberapa tujuan, diantaranya adalah:
1. Untuk menganalisa dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Untuk meninjau penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang diterapkan disuatu
perusahaan.
3. Untuk mengetahui kondisi tempat kerja dalam hal ini stockpile.
1.3 Objek Penelitian
Penulisan makalah ini dilakukan berdasarkan atas beberapa objek yang diteliti,
berikut diantaranya:
1. Alat Pelindung Diri (APD) pada suatu perusahaan
2. Sistem manajemen K3
3. Kondisi tempat kerja atau stockpile
1.4 Manfaat
Diharapkan dari penulisan makalah menghasilkan manfaat-manfaat bagi para
pembaca agar menambah pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dan agar mengurangi angka jumlah kecelakaan yang terjadi.
BAB II
DASAR TEORI
II. Dasar Teori
2.1 Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan daya upaya yang terencana untuk
mencegah terjadinya musibah kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan
oleh pihak perusahaan, karena dengan adanya jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja kinerja karyawan akan lebih meningkat.
1. Keselamatan Kerja
Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja
A. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan dimulai sejak perencanaan perusahaan dan pengaturan
proses produksi yang akan dicapai. Suatu prinsip penting pada semua
perencanaan adalah menekan kecelakaan sekecil mungkin dan menanggulanginya
seefektif mungkin. Dalam perencanaan harus menciptakan kondisi lingkungan
kerja yang aman sehingga pekerja akan merasa lebih aman, moral kerja lebih
baik, dan hubungan kerja lebih serasi. Selain itu, biaya perawatan akan lebih kecil
serta biaya asuransi mungkin relatif berkurang.
B. Pengawasan Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kecelakaan
Saat terbaik untuk menanggulangi kecelakaan adalah sebelum kecelakaan itu
terjadi. Usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dilakukan adalah
mengawasi tindakan dan kondisi tidak aman. Kepala Teknik Tambang dapat
mengangkat petugas pengawas untuk mengawasi dan memeriksa yang menjadi
tanggung jawabnya.
C. Sistem Tanda Bahaya Kecelakaan dalam Pertambangan
Pemakaian tanda peringatan, warna dan label sangat penting bagi keselamatan
para pekerja untuk megetahui bahaya kecelakaan. Di bawah ini diuraikan lebih
lanjut sebagai berikut:
Peringatan dan tanda-tanda
Peringatan dan tanda-tanda dapat juga digunakan untuk berbagai tujuan.
Peringatan dan tanda-tanda dapat membawakan suatu pesan instruksi,
pesan peringatan atau memberi keterangan secara umum. Peringatan dan
tanda-tanda tidak dapat dianggap sebagai pengganti bagi tindakan
Label
Bahan-bahan berbahaya dan wadahnya harus diberi label pada wadahwadah yang dipakai untuk bahan beracun, korosif dan dapat terbakar atau
lain-lainnya. Penggunaan lambang harus juga disertai dengan keterangan
sebagai penjelasan memuat:
Nama bahan
Uraian tentang bahaya utama dan bahaya lainnya
Penjelasan cara-cara pencegahan yang harus diambil
Jika perlu petunjuk tentang pertolongan pertama atau tindakantindakan lain yang sederhana dalam hal kecelakaan atau keadaan
darurat.
D. Perlengkapan Keselamatan Kerja
Pencegahan kecelakaan yang baik adalah peniadaan bahaya seperti pengamanan
mesin atau peralatan lainnya. Namun demikian harus dilengkapi juga
perlindungan diri pada para pekerja dengan memberikan alat perlindungan diri
yang disediakan oleh perusahaan.
E. Pelatihan dan Penyuluhan
Tingkat keselamatan tergantung dari sikap dan praktek semua orang yang terlibat
dalam perusahaan pertambangan. Maka dari itu, penyuluhan dan pelatihan sangat
penting peranannya bagi peningkatan penghayatan keselamatan kerja dan
pencegahan kecelakaan. Penyuluhan adalah pemberian informasi yang dapat
menimbulkan kejelasan pada orang-orang yang bersangkutan. Latihan lebih
khusus menyangkut keterampilan dalam keselamatan kerja dan pencegahan
kecelakaan.
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan hal yang sangat diharapkan oleh semua pekerja
selama bekerja di perusahaan pertambangan. Kesehatan kerja sebagai upaya untuk
mencegah dan memberantas penyakit serta memelihara, dan meningkatkan
kesehatan gizi para tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya
produktifitas tenaga manusia. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan faktor
penunjang untuk meningkatkan produktifitas seseorang dalam bekerja. Kesehatan
tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja,
bahkan sampai setelah berhenti bekerja. Kesehatan jasmani dan rohani bukan saja
pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga gambaran adanya keserasian
penyesuaian seseorang dengan pekerjaannya, yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya.
Lingkungan kesehatan tempat kerja yang buruk dapat menurunkan derajat
kesehatan dan juga daya kerja para pekerja. Gangguan pada kesehatan akibat
berbagai faktor pekerjaan bisa dihindari, asal para pekerja dan pihak pengelola
perusahaan punya kemauan untuk mengantisipasi adanya penyakit akibat kerja
supaya kesehatan para pekerja bisa ditingkatkan. Gangguan kesehatan para tenaga
kerja dapat dihindari apabila karyawan-karyawan dan pimpinan memiliki
kemauan untuk mencegahnya. Adapun cara-cara yang dapat mencegah gangguan
kesehatan yaitu sebagai berikut:
Subtitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan bahan yang lebih
aman.
Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang
membahayakan.
Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak mungkin (menurut
perhitungan) ke dalam ruangan kerja, dengan tujuan agar kadar bahaya
kepadanya.
Pemeriksaan kesehatan berkala, yaitu pemeriksaan kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor yang menyebabkan
d.
e.
f.
g.
h.
Sedangkan kerugian yang harus ditanggung oleh pekerja maupun pihak perusahaan
apabila terjadi kecelakaan adalah:
meninggal dunia.
Kerugian atas kerusakan fisilitas mesin dan yang lainnya.
Menurunnya efesiensi perusahaan.
Walaupun alat pelindung diri bukan alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi
fungsi dari alat ini sangat besar karena dapat mencegah penyakit akibat kerja
ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Namun pada kenyataannya banyak
pekerja yang masih belum menggunakan alat pelindung diri ini karena merasakan
ketidaknyamanan tersebut.
Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan dari alat pelindung diri (APD)
adalah diantaranya:
1. Kekurangan:
Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai
nyawa.
Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan karena hanya
kualitasnya buruk.
APD yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu.
APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter
(digunakan untuk menahan frekuensi tertentu pada tahanan yang
2. Kelebihan:
Mengurangi resiko akibat kecelakan kerja yang terjadi baik sengaja
9. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dan sejenisnya).
10. Pelindung Wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja
(misal pekerjaan menggerinda).
11. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat).
12. Rompi Keselamatan (Safety Vest)
Safety Vest atau Rompi Keselamatan adalah salah satu APD yang di
beberapa sisinya dirancang khusus dilengkapi dengan reflektor atau
pemantul cahaya. Safety vest sangat bermanfaat bagi pekerja yang bekerja
di luar perkantoran. Bilamana APD yang lain bermanfaat untuk
mengurangi dampak ketika terjadi kecelakaan akibat kontak dengan benda
lain yang berbahaya, maka Safety Vest bertujuan untuk mencegah
terjadinya kontak atau kecelakaan. Berikut adalah beberapa keuntungan
penggunaan safety vest:
Dilihat dari bentuknya, maka seorang pekerja di lapangan yang
memakai safety vest dengan benar, akan dengan mudah terlihat
oleh pengemudi kendaraan atau operator yang berada di
sekitarnya. Selanjutnya pekerja tersebut terhindar dari bahaya
melakukan maneuver.
Operator alat berat atau pengemudi kendaraan yang sedang melaju
di jalan akan dengan mudah melihat pekerja yang berada di pinggir
jalan dari arah kejauhan. Sehingga operator/ pengemudi segera
mengurangi kecepatannya dan atau membelokkan serta
menjauhkan arah unitnya. Dengan demikian maka operator unit
atau kendaraan akan menjalankan unitnya dengan pelan, sehingga
pekerja yang berada di pinggir jalan akan terhindar dari
III. Pembahasan
3.1 Ketersediaan Alat Pelindung Diri
Dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan bahwa pengurus
(pengusaha) diwajibkan untuk menyediakan secara cuma-cuma semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan pada pekerja yang berada dibawah pimpinannya
dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai
dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli-ahli keselamatan kerja.
APD harus tersedia sesuai dengan risiko bahaya yang ada di tempat kerja. Contohnya
di pengelasan risiko bahaya yang ada seperti infrared dan radiasi, maka APD yang
harus digunakan adalah face shield dan goggles untuk perlindungan mata dan wajah
(Wentz, 1998).
Berikut ketersedian alat pelindung diri (APD) yang dimiliki oleh suatu perusahaan
tambang sebagai berikut:
1. Safety Helmet
Berguna untuk melindungi kepala dari segala kemungkinan benda terjatuh dan
mengenai kepala kita secara langsung. Namun jumlahnya masih sangat kurang,
misalnya dari 23 karyawan hanya tersedia 15 helm keselamatan. Hal ini sangat
kurang baik dikarenakan berarti helm safety digunakan secara berganti-gantian
padahal jika kembali lagi kepada dasar teori. Salah satu prosedur penggunaan alat
pelindung diri yang baik adalah digunakan secara tidak bergantian.
2. Sabuk Keselamatan
Berguna sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun
peralatan lain yang serupa, alat pelindung diri ini sudah tersedia di mobil dan alat
berat.
3. Sepatu karet atau safety shoes
Berguna untuk alat pengaman pada tempat yang berlumpur atau mencegah
kecelakaan fatal yang menimpan kaki. Sepatu yang disediakan perusahaan sudah
terdapat lapisan khusus seperti metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia dan lain-lain.
4. Masker
Berguna untuk penyaring udara yang dihirup saat bekerja dengan kualitas udara
yang buruk seperti berdebu, beracun atau berbau tajam.
5. Jas Hujan
Berguna untuk melidungi diri dari percikan air hujan, sering digunakan bagi
karyawan yang bekerja dilapangan ketika cuaca sedang hujan dan bisa juga
digunakan bagi karyawan yang akan mencuci suatu alat dalam produksi
6. Rompi Keselamatan
Sangat berguna bagi karyawan dimana lokasi kerjanya yang berdekatan dengan
aktifitas lalu lalang kendaraan dan alat berat.
Jika ditinjau kembali dan mengacu kepada peraturan atau kewajiban alat pelindung
diri (APD) yang digunakan, perusahaan tersebut belum memenuhi kewajiban.
Dikarenakan menurut peraturan terdapat 12 macam APD yang wajib digunakan bagi
seorang pekerja. Sedangkan perusahaan tersebut hanya memiliki 6 macam APD saja.
Maka perusahaan dapat dikatakan masih sangat minim dalam upaya menjaga
keselamatan dan kesehatan dari pekerja. Sehingga perusahaan harus melengkapi
ketersediaan dari APD bagi para pekerja. Seiring dengan kurangnya dari ketersediaan
APD di perusahaan ini maka dapat dikatakan risiko tingkat kecelakaan masih sangat
tinggi dan harus segera di minimalisir.
3.2 Kondisi Tempat Kerja (Stockpile)
Stockpile sebagai tempat penyimpanan sementara bagi material baik yang sudah
diolah ataupun material Run Off Mine (ROM) tentunya memiliki banyak alat-alat
berat didalamnya misalnya adalah alat untuk pengangkutan serta alat untuk memuat
material hasil tambang. Selain itu risiko kecelakaan kerja tidak hanya disebabkan oleh
alat berat tersebut melainkan ada sumber bahaya yang lain seperti debu yang sangat
tebal serta noise yang dapat membuat telinga menjadi bising.
Alat-alat berat yang terdapat di stockpile perusahaan diantaranya adalah:
Belt conveyor
Loader
Crane
Excavator
Dump truck
Selain itu ditemukan debu dalam volume yang cukup besar pada stockpile perusahaan
tersebut. Namun untuk mengatasi hal ini perusahaan menerapkan sistem
penyemprotan dengan menggunakan media air sehingga debu yang ada akan terserap
oleh air dan mengurangi volume debu sehingga tidak terlalu banyak debu yang
terhiruop oleh sistem pernafasan para pekerja. Sehingga kondisi tempat kerja
tergolong cukup layak karena manajemen perusahaan selalu mempertimbangkan
kondisi tempat kerja yang tepat sehingga para pekerja dapat bekerja dengan baik.
3.3 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja
(accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan
terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan
kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda, tentunya hal
ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Dengan demikian
menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yang perlu diperhatikan :
Sedangkan penyebab dasarnya terdiri dari dua faktor manusia atau pribadi (personal
factor) dan faktor kerja atau lingkungan kerja.
1. Faktor manusia atau pribadi, meliputi; kurangnya kemampuan fisik, mental dan
psikologi, kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan atau keahlian,
stress, motivasi yang tidak cukup atau salah.
2. Faktor kerja atau lingkungan meliputi; tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan,
tidak cukup rekayasa (engineering), tidak cukup pembelian atau pengadaan barang,
tidak cukup perawatan (maintenance), tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan
barang-barang atau bahan-bahan, tidak cukup standar-standar, penyalahgunaan.
Sebab kecelakaan merupakan landasan dari manajemen K3, karena usaha K3 diarahkan
untuk mengendalikan sebab terjadinya kecelakaan. Untuk dapat memahami dengan baik
tentang konsep sebab kecelakaan kerja maka manajemen dituntut memahami sumber
penyebab terjadinya kecelakaan. Dalam kaitannya dengan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, sebab kecelakaan dapat bersumber dari empat kelompok besar, yaitu :
a. Faktor Lingkungan
Faktor ini berkaitan dengan kondisi fisik ditempat kerja yang meliputi:
Keadaan lingkungan kerja
Kondisi proses produksi Proses Produksi
b. Faktor Alat Kerja
Dimana bahaya yang ada dapat bersumber dari peralatan dan bangunan tempat kerja
yang salah dirancang atau salah pada saat pembuatan serta terjadinya kerusakankerusakan yang diakibatkan oleh salah rancang. Selain itu kecelakaan juga bisa
disebabkan oleh bahan baku produksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan, kesalahan dalam penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan.
c. Faktor Manusia
Faktor ini berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia didalam melakukan
pekerjaan, meliputi:
Kurang pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang kerjanya maupun dalam
secara mental.
Kurang motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja.
Tidak memahami dan menaati prosedur kerja secara aman.
Bahaya yang ada bersumber dari faktor manusianya sendiri yang sebagian
besar disebabkan tidak menaati prosedur kerja.
Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab dan
pelimpahan wewenang di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara
jelas.
Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas.
Tidak adanya standar atau kode Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat
diandalkan.
Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang kuang baik.
Tidak adanya monitoring terhadap sistem produksi.
Kelemahan Sistem manajemen ini mempunyai peranan yang sangat besar sebagai
penyebab kecelakaan, karena sistem manajemenlah yang mengatur ketiga unsur
produksi (manusia, peralatan, dan tempat kerja). Ketimpangan yang terjadi pada
sistem manajemen akan menimbulkan ketimpangan pada ketiga unsur sistem
produksi yang lain. Sehingga sering dikatakan bahwa kecelakaan merupakan
manifestasi dari adanya kesalahan manajemen dalam sistem manajemen yang
menjadi penyebab timbulnya masalah dalam proses produksi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan ada beberapa perlengkapan alat
pelindung diri (APD) yang belum tersedia seperti sarung tangan, tali pengaman, penutup
telinga dan kaca mata pengaman. Dimana hal ini berarti perusahaan dalam bidang
keselamatan dan kesehatan kerja masih tergolong sangat minim atau buruk. Karena
berdasarkaan kepada peraturan yang berlaku tentang alat pelindung diri (APD)
didapatkan kesimpulan bahwa setiap perusahaan harus memiliki 12 macam alat
pelindung diri. Sedangkan perusahaan hanya memiliki enam macam alat pelindung diri.
Padahal tempat dimana makalah ini membahas yaitu stockpile merupakan tempat yang
tergolong memiliki risiko yang tinggi terhadap kecelakaan kerja dikarenakan area
tersebut mempunyai beberapa sumber penyebab kecelakaan khususnya dalam dunia
pertambangan yaitu berupa alat berat, alat angkut dan debu yang berbahaya bagi indera
penglihatan maupun pernafasan para pekerja.
Kewajiban setiap perusahaan yang berkaitan dengan alat pelindung diri seperti
disebutkan dalam permenaker no.8 tahun 2010 ini harus dipenuhi. Karena hal ini
menyangkut legal compliance status dari perusahaan. Selain itu, bagi perusahaan yang
sudah menjalankan atau menerapkan sistem manajemen K3 atau OHSAS 18001, maka
sudah seharusnya peraturan ini masuk dalam daftar legal yang teridentifikasi.
4.2 Daftar Pustaka
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.
Depnakertrans. Intisari Permenaker No.08 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri
(APD).
Freddy Ekoyanto Perkoso. 2009. Pengertian Tentang Stockpile, Studi Kelayakan Proyek