Anda di halaman 1dari 21

Case Report Session

MORBILI

Oleh :
Selvi Indriani Nasution
Nurfazlina

1010311002
1110312157

Pembimbing :
Dr. Eva Chundrayetti, Sp. A (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS


PUSKESMAS NANGGALO
PADANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3
stadium yaitu (1) Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah
pajanan pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak
bergejala,

(2)Stadium

prodromal

yang

menunjukkan

gejala

demam,

konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya eritem pada
mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya
ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan.1
Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Di
Indonesia masih terdapat kantong-kantong penyakit campak sehingga tidak jarang
terjadi KLB. Kepada responden yang menyatakan tidak pernah di diagnosis
campak oleh tenaga kesehatan, ditanyakan apakah pernah menderita gejala
demam tinggi dengan mata merah dan penuh kotoran, serta ruam pada kulit
terutama di leher dan dada. Prevalensi nasional campak (berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 1,18%. Sebanyak 13 provinsi
mempunyai prevalensi Campak diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh
Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jambi, DKI Jakarta, Banten, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo,
Papua Barat dan Papua. Prevalensi campak tertinggi pada anak balita (3,4%) dan
masih cukup tinggi ditemukan pada usia di bawah 15 tahun. Prevalensi relatif
sama pada laki-laki dan perempuan demikian pula di perdesaan dibandingkan
dengan di perkotaan. Prevalensi campak lebih tinggi pada kelompok pendidikan
rendah dibandingkan dengan pendidikan tinggi, dan relatif sama menurut tingkat
pengeluaran RT per kapita.2
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui
droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala.
Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan

hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan
seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFENISI
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium
yaitu stadium inkubasi, stadium prodromal, dan stadium erupsi.1
1.2 ETIOLOGI
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus
Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan
virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring,
darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah
ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan
tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5
hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam
pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu
dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH
rendah.4
1.3 PATOLOGI
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit., membran mukosa nasofaring,
bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat
serosa dan proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear.
Karakteristik patologi dari campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel
raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe
utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley yang
ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan
timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas.
Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel
rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang
meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial.
Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan terbentuknya sel

raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi


sekunder oleh bakteri.5
Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di otak
dan medula spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan substansia alba dengan
inclusion body intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing
panencephalitis.6
1.4 PATOGENESIS
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit
virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi
utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus
pertama pada saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah
penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang
menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi
multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik
regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak
juga terjadi di lokasi pertama infeksi.
Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit
Hari
0

Manifestasi
Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel
nasofaring atau kemungkinan konjungtiva infeksi pada sel epitel

1-2
2-3
3-5

dan multiplikasi virus.


Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
Viremia primer
Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat

5-7
7-11

infeksi pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh
Viremia sekunder
Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk

saluran nafas
11-14
Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17
Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
Sumber :Feiginet al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang
ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit,
konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan
virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan
kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama
infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit,
dan makrofage.5
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan

kesempatan

serangan

infeksi

bakteri

sekunder

berupa

bronkopneumonia, otitis media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus


dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.4
1.5 MANIFESTASI KLINIS
a. Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari).
Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif,
penderita tidak menampakkan gejala sakit.
b. Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium
prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala
klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi
konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak
Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtiva dapat menjadi
penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang
bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang.
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul
pada hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar
butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat
hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah

tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum,
juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari
sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam
kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi
hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokan.
c. Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi
yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan
pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai
makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan
garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke
seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama.
Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan
terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di
kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai
dengan urutan munculnya.1
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan
tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak
berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa
penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi.
Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada
infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian
kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak
sehingga sulit dikenali.1

1.6 DIAGNOSIS
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat

ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi
dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-Inhibition
(HI),

complementfixation

(CF),

neutralization,

immuneprecipitation,

hemolysininhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescentantibody (FA).


Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut
pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 10 hari setelah pengambilan
sampel serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer
sebanyak 4x atau lebih (Cherry, 2004). Serum IgM merupakan tes yang berguna
pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9
minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada
pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi
lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan
protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal.1
1.7 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah
menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.
Gejala yang timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum
ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen.
Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis
eksudativa atau membranosa.6

1.8 KOMPLIKASI
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur
lebih kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh
bakteri. Beberapa penyulit campak adalah :

a) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat
disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh
bakteri (Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus
influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya
frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus campak
akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama.
Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri
yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak.
Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
b) Encephalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala
encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset
penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul
pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah
kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas, twitching dan
disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya
proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.
c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan
karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang
diikuti kejang. Merupakan penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru
muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki
3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000
kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum
mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE
dibandingkan dengan anak yang telah mendapat vaksinasi.4
d) Konjungtivitis

Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi


infeksi sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis
dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
e) Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium
erupsi.
f) Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna
sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya
tahan penderita campak.4
g) Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga
dibutuhkan tindakan trakeotomi.
h) Jantung
Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun
jantung seringkali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat gejala
kliniknya.
i) Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak
yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita
menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi
perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi
intravaskuler diseminata.5
1.9 IMUNITAS
a. Struktur antigenik

Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak.


Kemudian IgM menghilang dengan cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi)
sedangkan IgG tinggal tak terbatas dan jumlahnya dapat diukur. IgM
menunjukkan baru terkena infeksi atau baru mendapat vaksinasi. IgG menandakan
pernah terkena infeksi. IgAsekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan hanya
dapat dihasilkan oleh vaksinasi campak hidup yang dilemahkan, sedangkan
vaksinasi campak dari virus yang dimatikan tidak akan menghasilkan IgA
sekretori.4
b. Imunitas transplasental
Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena
campak. Antibodi akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 6 bulan dan
kadarnya akan menurun dalam jangka waktu yang bervariasi. Level antibodi
maternal tidak dapat terdeteksi pada bayi usia 9 bulan, namun antibodi tersebut
masih tetap ada. Janin dalam kandungan ibu yang sedang menderita campak tidak
akan mendapat kekebalan maternal dan justru akan tertular baik selama kehamilan
maupun sesudah kelahiran.1
c. Imunisasi
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
dapat berasal dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan.
Vaksin dari virus yang dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu
yang lama dan protektif meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20% dari
antibodi yang terbentuk karena infeksi alamiah. Pemberian secara sub kutan
dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut sensitif terhadap cahaya dan panas, juga
harus disimpan pada suhu 4C, sehingga harus digunakan secepatnya bila telah
dikeluarkan dari lemari pendingin.
Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak
digunakan lagi. Respon antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak
dapat merangsang pengeluaran IgA sekretori. Kontra indikasi pemberian
imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi,

sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang


memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.7
Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili.
Dosis serum dewasa 0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah
terinfeksi, tetapi semakin cepat semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau
10 hanya akan sedikit mengurangi gejala dan demam dapat muncul meskipun
tidak terlalu berat.
1.10 PENATALAKSANAAN
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi
infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan
vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit
untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan
epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna
untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.5
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang,
asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan
dengan penyulit yang timbul.4
1.11 PENCEGAHAN
Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi
Campak di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap
anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke
dalam program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi campak dapat pula
diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang
telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6
tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna karena
transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.4
1.12 PROGNOSIS

Campak merupakan penyakit selflimiting sehingga bila tanpa disertai


dengan penyulit maka prognosisnya baik.3

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
:
a. Nama/Kelamin/Umur
b. Pekerjaan/Pendidikan
c. Alamat

: An. N/Perempuan/ 11 tahun 2 bulan


: - / SMP
: Gurun Laweh RT2/RT3, Nanggalo

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan
: Belum menikah
b. Jumlah saudara
: 2 orang
c. Status Ekonomi keluarga :cukup,
penghasilan
ayah

Rp.

2.500.000/bulan sebagai seorang wiraswasta


d. KB
: tidak ada
e. Kondisi Rumah
:
- Rumah permanen, pekarangan sempit, kamar 3 buah
- Lantai rumah di semen, ventilasi dan sirkulasi udara cukup baik,
-

pencahayaan cukup, kamar pasien dan abang pasien cukup lapang


Listrik ada
Sumber air sumur
Jamban 1 buah di dalam rumah
Septik Tank di luar rumah
Sampah dibakar
Jumlah penghuni 4 orang

Kesan: higiene dan sanitasi cukup baik

f. Kondisi lingkungan keluarga


- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat
-

penduduk
Lingkungan sekitar cukup bersih

3. Aspek Psikologis keluarga


- Pasien disayangi oleh orangtua dan saudaranya
-

Hubungan dengan keluarga baik

4. Keluhan Utama
-

Demam sejak 5 hari yang lalu

5. Riwayat Penyakit Sekarang


- Demam Sejak 5 hari yang lalu, demam tinggi, hilang timbul, tidak
-

menggigil, tidak berkeringat malam


Batuk pilek sejak 5 hari yang lalu
Ruam kemerahan ada, di mulai dari belakang telinga hingga leher,

menyebar hingga hampir keseluruh tubuh.


Sariawan sejak 1 hari yang lalu
Mata kanan merah, berair, disertai bengkak pada daerah sekitar

mata sejak 2 hari yang lalu


Buang air besar dan kecil biasa

Teman bermain pasien ada yang menderita sakit seperti ini dan
sering bermain ke rumah pasien.

6. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
7. Riwayat penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
8. Riwayat Imunisasi
BCG : 2 bulan
Polio : 2,3,4 bulan
DPT : 2,3,4 bulan
Hepatitis B : 2,3,4 bulan
Campak
: 9 bulan
Riwayat imunisasi dasar lengkap

9. Riwayat tumbuh kembang


Tengkurap
: 4 bulan
Duduk
: 6 bulan
Berdiri
: 9 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Kesan: Pertumbuhan dan perkembangan normal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Komposmentis

Frekuensi Nadi

: 87 x/menit

Nafas

: 20 x/menit

Suhu

: 38,20 C

Berat Badan

: 33 kg

Tinggi Badan

: 135 cm

Status Gizi

: BB/U = 33/37,5 x 100% = 88% (Gizi Baik)


TB/U = 135/144 x 100% = 93,75% (Tinggi Normal)
BB/TB = 33/31 x 100% = 106,45% (Gizi Baik)

Kesan

: Gizi Baik

Kulit

: Turgor Kulit Baik, terdapat ruam kemerahan pada hampir


seluruh tubuh.

Mata

: Konjungtiva kanan dan kiri hiperemis, kiri normal, sklera


tidak ikterik, terdapat pembengkakan pada jaringan lunak di
sekitar mata.

Telinga

: Terdapat ruam kemerahan di belakang telinga kiri dan


kanan. Keluar cairan dari telinga tidak ada, nyeri telinga
tidakada.

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Tonsil

: Tidak Hiperemis, T1-T1

Gigi dan Mulut

: Mukosa mulut hiperemis, caries (+)

Leher

: Tidak teraba pembesaran KGB

Dada

:
Paru : I

: Simetris

: Fremitus sama kiri dan kanan

: Sonor

: Nafas vesikuler, Rh -/-, wh -/-

Jantung I
P

: Iktus tidak terlihat


: Iktus teraba di LMCS RIC V

: Batas jantung dalam batas normal

: Bunyi jantung murni, irama reguler, bising tidak ada

Abdomen I : tidak membuncit


P : Hepar dan lien tidak teraba
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal
Anus

: Eritem (-)

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik


LABORATORIUM ANJURAN

: Darah rutin
Pemeriksaan Serologi

DIAGNOSIS KERJA

: Susp. Morbili stadium erupsi

DIAGNOSIS BANDING

: Rubella

MANAJEMEN TERAPI

Preventif:
1. Istirahat cukup minimal 8 jam sehari
2. Makan makanan yang bergizi, perbanyak makan buah dan
sayur untuk meningkatkan daya tahan tubuh
3. Minum air putih yang cukup 4-5 gelas sehari
4. Pisahkan pasien dengan saudaranya atau anak kecil lainnya

agar tidak menularkan penyakit.


Promotif:
o Memberi edukasi kepada ibu pasien bahwa pasien
menderita penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit
ini banyak terjadi pada anak-anak dan sangat menular oleh
karena itu sebaiknya anak diisolasi terlebih dahulu minimal
5 hari setelah gejala kulit muncul untuk mencegah
penularan terhadap orang lain. Penyakit ini dapat sembuh
sendiri asalkan daya tahan tubuh anak bagus. Oleh karena
itu beri makanan yang bergizi dengan pola seimbang,
perbanyak makan sayur dan buah, cukupi kebutuhan cairan
dengan minum air putih 4-5 gelas sehari dan istirahat yang
cukup 8 jam sehari.

Kuratif
1. Vitamin A 200.000 IU 1 x 1 per hari diberikan hari pertama,
kedua dan pada minggu ke-2
2. Paracetamol tab 500 mg 3 x 1/2 tab
3. Ambroxol tab 30 mg 3 x 1 tab
Rehabilitatif: PROGNOSIS
-

GAMBAR

Quo ad vitam
Quo ad functional
Quo ad sanationam

: Bonam
: Bonam
: Bonam

Dinas Kesehatan Kota Padang


Puskesmas Nanggalo
Dokter : dr. Selvi Indriani Nasution dan dr. Nurfazlina
Tanggal : 21 Desember 2016

R/ Paracetamol tab 500 mg No. X


S. 3 dd tab 1/2
R/ Vitamin A. 200.000 IU No III
S 1 dd 1 (hari ke-1,2, dan 14)
R/ Ambroxol tab 30 mg No. X
S. 3 dd tab
1 pengobatan
Lampiran:
resep

Pro: An. N
Umur : 11 tahun 2 bulan

DAFTAR PUSTAKA

1. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson
Textbook of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743
2. Riskesdas. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
3. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90
4. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. PoorwoSoedarmo,
dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 125
5. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds)
TextbookofPediatricsInfectiousDisease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia.
Saunders. p.2283 2298
6. Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut
dalam: Sumarmo S. PoorwoSoedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal.
113
7. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed)
Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Hal. 105

Anda mungkin juga menyukai