Perbaikan Case Morbili Selvi Dan Alin
Perbaikan Case Morbili Selvi Dan Alin
MORBILI
Oleh :
Selvi Indriani Nasution
Nurfazlina
1010311002
1110312157
Pembimbing :
Dr. Eva Chundrayetti, Sp. A (K)
BAB I
PENDAHULUAN
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3
stadium yaitu (1) Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah
pajanan pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak
bergejala,
(2)Stadium
prodromal
yang
menunjukkan
gejala
demam,
konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya eritem pada
mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya
ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan.1
Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Di
Indonesia masih terdapat kantong-kantong penyakit campak sehingga tidak jarang
terjadi KLB. Kepada responden yang menyatakan tidak pernah di diagnosis
campak oleh tenaga kesehatan, ditanyakan apakah pernah menderita gejala
demam tinggi dengan mata merah dan penuh kotoran, serta ruam pada kulit
terutama di leher dan dada. Prevalensi nasional campak (berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 1,18%. Sebanyak 13 provinsi
mempunyai prevalensi Campak diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh
Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jambi, DKI Jakarta, Banten, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo,
Papua Barat dan Papua. Prevalensi campak tertinggi pada anak balita (3,4%) dan
masih cukup tinggi ditemukan pada usia di bawah 15 tahun. Prevalensi relatif
sama pada laki-laki dan perempuan demikian pula di perdesaan dibandingkan
dengan di perkotaan. Prevalensi campak lebih tinggi pada kelompok pendidikan
rendah dibandingkan dengan pendidikan tinggi, dan relatif sama menurut tingkat
pengeluaran RT per kapita.2
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui
droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala.
Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan
hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan
seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFENISI
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium
yaitu stadium inkubasi, stadium prodromal, dan stadium erupsi.1
1.2 ETIOLOGI
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus
Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan
virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring,
darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah
ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan
tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5
hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam
pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu
dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH
rendah.4
1.3 PATOLOGI
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit., membran mukosa nasofaring,
bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat
serosa dan proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear.
Karakteristik patologi dari campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel
raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe
utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley yang
ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan
timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas.
Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel
rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang
meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial.
Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan terbentuknya sel
Manifestasi
Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel
nasofaring atau kemungkinan konjungtiva infeksi pada sel epitel
1-2
2-3
3-5
5-7
7-11
infeksi pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh
Viremia sekunder
Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk
saluran nafas
11-14
Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17
Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
Sumber :Feiginet al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang
ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit,
konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan
virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan
kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama
infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit,
dan makrofage.5
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan
kesempatan
serangan
infeksi
bakteri
sekunder
berupa
tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum,
juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari
sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam
kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi
hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokan.
c. Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi
yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan
pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai
makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan
garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke
seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama.
Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan
terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di
kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai
dengan urutan munculnya.1
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan
tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak
berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa
penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi.
Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada
infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian
kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak
sehingga sulit dikenali.1
1.6 DIAGNOSIS
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat
ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi
dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-Inhibition
(HI),
complementfixation
(CF),
neutralization,
immuneprecipitation,
1.8 KOMPLIKASI
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur
lebih kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh
bakteri. Beberapa penyulit campak adalah :
a) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat
disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh
bakteri (Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus
influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya
frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus campak
akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama.
Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri
yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak.
Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
b) Encephalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala
encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset
penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul
pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah
kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas, twitching dan
disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya
proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.
c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan
karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang
diikuti kejang. Merupakan penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru
muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki
3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000
kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum
mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE
dibandingkan dengan anak yang telah mendapat vaksinasi.4
d) Konjungtivitis
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
:
a. Nama/Kelamin/Umur
b. Pekerjaan/Pendidikan
c. Alamat
Rp.
penduduk
Lingkungan sekitar cukup bersih
4. Keluhan Utama
-
Teman bermain pasien ada yang menderita sakit seperti ini dan
sering bermain ke rumah pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Komposmentis
Frekuensi Nadi
: 87 x/menit
Nafas
: 20 x/menit
Suhu
: 38,20 C
Berat Badan
: 33 kg
Tinggi Badan
: 135 cm
Status Gizi
Kesan
: Gizi Baik
Kulit
Mata
Telinga
Hidung
Tonsil
Leher
Dada
:
Paru : I
: Simetris
: Sonor
Jantung I
P
: Eritem (-)
: Darah rutin
Pemeriksaan Serologi
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
: Rubella
MANAJEMEN TERAPI
Preventif:
1. Istirahat cukup minimal 8 jam sehari
2. Makan makanan yang bergizi, perbanyak makan buah dan
sayur untuk meningkatkan daya tahan tubuh
3. Minum air putih yang cukup 4-5 gelas sehari
4. Pisahkan pasien dengan saudaranya atau anak kecil lainnya
Kuratif
1. Vitamin A 200.000 IU 1 x 1 per hari diberikan hari pertama,
kedua dan pada minggu ke-2
2. Paracetamol tab 500 mg 3 x 1/2 tab
3. Ambroxol tab 30 mg 3 x 1 tab
Rehabilitatif: PROGNOSIS
-
GAMBAR
Quo ad vitam
Quo ad functional
Quo ad sanationam
: Bonam
: Bonam
: Bonam
Pro: An. N
Umur : 11 tahun 2 bulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson
Textbook of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743
2. Riskesdas. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
3. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90
4. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. PoorwoSoedarmo,
dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 125
5. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds)
TextbookofPediatricsInfectiousDisease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia.
Saunders. p.2283 2298
6. Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut
dalam: Sumarmo S. PoorwoSoedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal.
113
7. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed)
Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Hal. 105