SKRIPSI
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun
: 12030110141013
Fakultas / Jurusan
: Ekonomi / Akuntansi
Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
Dosen Pembimbing,
ii
Nama Penyusun
: 12030110141013
Fakultas / Jurusan
: Ekonomi / Akuntansi
Tim Penguji
(......................)
(......................)
iii
ABSTRACT
This study aims to determine the current behavior often happens that if any
company experiencing financial distress will always do the shopping opinion,
which the company intends to avoid going concern audit opinion from the auditors.
With the change of auditors as an indicator maketh the practice opinion shopping,
companies are experiencing financial difficulties or financial distress can avoid
going concern audit opinion from the auditors. Or received an unqualified audit
opinion from the auditors. By making the change of auditors as a proxy in the
practice of opinion shopping look of a previous study conducted by lennox (2000).
This study was conducted with a purposive sampling method, in which the
annual financial statements published by the company to be a reference in the data
collection, and data will be processed into secondary data. The population in this
study is a manufacturing company that consistently publish in IDX (Indonesia Stock
Exchange) of the study or observations from 2006 to 2013 and the result obtained
168 observations. The method used to analyze hypothesis this research is logistic
regression analysis method.
The results showed that there is a positive relationship between the
companies that are experiencing financial difficulties (financial distress) to
practice the turn of the auditor (opinion shopping). However, the relationship
between the auditor replacement practices (opinion shopping) does not affect the
provision of non-going-concern audit opinion by the auditors. This is because the
company is not replacing any auditor can avoid giving going concern audit opinion
by the auditor. The existence of a clear action plan, financial structure replacement,
and improvement of financial condition so that the auditor believes will be the
future viability of the company (going concern).
Keywords : Audit opinion, auditor switching, corporate financial difficulty
(financial distress), the practice of buying and selling opinion (opinion
shopping).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku yang sekarang sering
terjadi yaitu apakah setiap perusahaan yang mengalami financial distress akan
selalu melakukan opinion shopping dimana perusahaan bermaksud untuk
menghindari penerimaan opini audit going concern dari auditor. Dengan
dijadikannya pergantian auditor sebagai indikator dalam melakukan praktik opinion
shopping, perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress
dapatkah menghindari opini audit going concern dari auditor. Atau mendapat opini
audit wajar tanpa pengecualian dari auditor. Dijadikannya pergantian auditor
sebagai proxy dalam praktik opinion shopping melihat dari penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh lennox (2000).
Penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, dimana laporan
keuangan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan menjadi acuan dalam
pengumpulan data, dan data akan diolah menjadi data sekunder. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang konsisten publish di BEI (Bursa
Efek Indonesia) dari tahun penelitian atau pengamatan 2006 hingga tahun 2013 dan
hasilnya diperoleh 168 observasi. Metode yang digunakan untuk menganalisis
hipotesis penelitian ini adalah metode analisis regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) dengan praktik
pergantian auditor (opinion shopping). Namun demikian, hubungan antara praktik
pergantian auditor (opinion shopping) tidak mempengaruhi pemberian opini audit
non going concern oleh auditor. Ini dikarenakan perusahaan yang tidak mengganti
auditornya pun dapat terhindar dari pemberian opini audit going concern oleh
auditor. Adanya action plan yang jelas, penggantian struktur keuangan, dan
peningkatan kondisi keuangan sehingga auditor yakin akan kelangsungan hidup
perusahaan kedepan (going concern).
Kata kunci : Opini audit, pergantian auditor, kondisi kesulitan keuangan perusahaan
(financial distress), praktik jual beli opini (opinion shopping).
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
OPINION
PADA
PERUSAHAAN
YANG
Dalam proses penyusunan skripsi ini segala hambatan yang ada dapat teratasi
berkat dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak hingga akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan
ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Kedua orang tua tersayang : Papa H. Sugiharto dan Mama Sobikha, Spd.Ag
yang selalu berdoa, mencurahkan rasa cinta dan kasih sayang serta memberikan
dukungan baik moril dan materiil sehingga penulis bersemangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2.
Drs. Sudarno, M.Si., Akt., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu membimbing dan memberikan dukungan serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
3.
Marsono, S.E., M.Adv., Acc., Akt selaku dosen wali yang telah memberikan
perhatian dan bimbingan selama penulis menjalani proses belajar di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
4.
Prof. Drs. H. Mohamad Nasir, M.Si., Ph.D., Akt selaku Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
5.
6.
7.
Seluruh Karyawan dan Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang yang telah membantu dalam kelancaran
administrasi.
8.
9.
Eyang Kakung dan Eyang Putri (alm) yang selalu memberi semangat,
dukungan dan doa kepada penulis.
10. Keluarga penulis atas restu, dukungan, dan motivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi.
11. Diniar Rahmawaty, sosok perempuan yang selalu berada disamping penulis
ketika penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Atas doa, motivasi,
viii
ix
18. Teman-teman Fakultas Ekonomika dan Bisnis baik kakak maupun adik-adik
angkatan yang memberikan warna warni dalam hidup saya selama mengikuti
perkuliahan di kampus FEB UNDIP tercinta.
19. Teman-teman Akuntansi angkatan 2010 atas hubungan dan kebersamaan yang
terjalin, sukses untuk kita semua.
20. Sahabat-sahabat Akuntansi Reguler II angkatan 2010 yang telah bersama-sama
berbagi suka-duka, canda, tawa, kebersamaan dan berbagi dalam menjalani
perkuliahan dikampus tercinta.
21. Sahabat-sahabat Akuntansi Reguler II angkatan 2010 kelas A. Especially for
Ardi, Atta, Fian, Niko, Ardian, Teguh yang telah memberikan warna sukaduka, semangat, bantuan dan dukungan. Terima kasih atas persahabatan dan
kekeluargaannya selama dibangku kuliah dan semoga seterusnya kita bisa tetap
menjalin silahturahmi.
22. Teman-teman Keluarga Mahasiswa Akuntansi (KMA) Fakultas Ekonomika
dan Bisnis atas pelajaran dan pengalaman yang telah diberikan dalam
berorganisasi, sehingga penulis dapat lebih berkembang lagi.
23. Teman-teman Badminton FEB yang menemani penulis dalam mengisi waktu
olahraga, berbagi informasi, dan pengalaman selama ini.
24. Teman-teman Basket FEB yang telah berkerja sama, berbagi, dan berkerja
keras selama ini dalam mengikuti kompetisi bersama penulis.
25. Tim II KKN Kecamatan Rowosari Kabupaten kendal yang telah bersama-sama
mensukseskan kegiatan KKN. Terutama bagi panitia Expo KKN Kecamatan
Rowosari Alvin, Rahmat, Lukman, Abel, Adam, Amanda, Brian, Ulin, Dira,
Nelfa, Rini, Tami, dan Mas Dzikri, yang telah berkerja keras dan kerja sama
dengan baik. Begitu pula untuk teman-teman KKN Desa Kebon Sari : Alfa,
Aldi, Ghani, Nia, Dita, Adhis, dan Isti yang telah memberi kenangan,
dukungan, dan persahabatan dan menjadi keluarga baru bagi penulis selama
menjalankan kegiatan 35 hari disana.
26. Teman-teman seperjuangan dan sebimbingan skripsi : Ega, Agnes, dan Galih
yang telah memberikan dukungan dan informasi selama penyusunan skripsi.
27. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih atas
semua bantuan dan dukungan yang diberikan. Semoga kebaikan kalian dibalas
oleh Allah SWT. Amin
Akhir kata dengan segala keterbukaan, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
xi
KUNCI SUKSES
KESUKSESAN = Berusaha keras + Doa
Tenang no lan ojo kesusu, kabeh kuwi wis ono wayahe, wis ono
dalanne, dadi lakok ana sing kudu dilakoke sing bener lan
setiti
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................
ii
iii
iv
ABSTRACT ..................................................................................................
ABSTRAK .................................................................................................
vi
vii
xii
xvi
xvii
xviii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................
23
23
24
27
28
28
28
29
32
33
35
37
43
45
46
xiii
50
50
50
51
52
53
54
55
55
56
57
57
58
59
60
60
60
61
62
64
64
64
64
68
71
78
81
82
PENUTUP ...................................................................................
86
86
BAB V
xiv
87
88
89
LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................................
93
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
42
Tabel 2.2
43
64
66
68
71
72
73
74
75
75
Tabel 4.2.3.6 Hasil Matrik Korelasi pada Analisi Regresi Logistik ..........
77
77
79
80
xvi
81
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ..............................................
45
81
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Daftar Perusahaan Sampel Penelitian ...................................
93
94
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dalam menjaga keberlangsungan hidup (going concern) perusahaan,
pada opini audit adalah adanya pengaruh kelangsungan hidup (going concern)
perusahaan atas pemberian opini audit oleh auditor kepada perusahaan auditee,
dimana sebagian besar perusahaan klien menginginkan untuk mendapat opini
audit wajar tanpa pengecualian dari auditor.
Menurut Halim (2003) dalam Setiawan (2006) terdapat lima jenis
pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu antara lain pendapat wajar
tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian
dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku
(unqualified opinion with modified wording or explanatory paragraph),
pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar
(adverse opinion), dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of
opinion atau no opinion ). Auditor selain memberi kesimpulan atas audit laporan
keuangan perusahaan berupa opini audit juga dituntut untuk memberikan
pernyataan mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya. Apabila ada keraguan mengenai kelangsungan
hidup suatu perusahaan, maka auditor perlu mengungkapkannya dalam laporan
opini audit (going concern audit report). Menurut SPAP (2001) dalam Saifudin
dan Pamudji (2004) opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan
opini audit yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau
ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam
menjalankan operasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Dalam laporan
keuangan dengan modifikasi opini audit going concern harus disajikan secara
Motor yang menjadi korban dari kasus tersebut (Gani, Venus.2009). Dengan
adanya masalah internal KAP membuat kualitas audit yang dilakukan oleh
auditor buruk, sehingga kinerja dari pada auditor mengalami penurunan. Ini
menyebabkan berkurangnya kompetensi dan independensi dalam diri auditor
sehingga terjadi praktik opinion shopping yang mengakibatkan kesalahan dalam
pemberian opini. Menurut Barnes dan Huan (1993) dalam Saifudin & Pamudji
(2004) menyebutkan bahwa pemberian opini tergantung pada faktor kompetensi
dan independensi dalam diri auditor.
Kasus serupa juga dialami oleh perusahaan yang ada di Indonesia, yaitu
PT. Kimia Farma Tbk, PT. Indofarma, dan PT. KAI. Pada tahun 2002 PT. Kimia
Farma Tbk terbukti melakukan salah saji laporan keuangan akibat adanya mark
up pencatatan persediaan senilai Rp 32,7 milyar. Kemudian PT. Indofarma
melakukan praktik earning management dengan menyajikan overstated laba
bersih senilai Rp 28,870 milyar, sebagai dampak dari penilaian persediaan
barang dalam proses yang lebih tinggi dari yang seharusnya, sehingga harga
pokok penjualan tahun tersebut understated. Sedangkan pada tahun 2005 PT.
KAI juga terbukti melakukan salah saji laporan keuangan akibat pelanggaran
kode etik yang dilakukan oleh auditor yang memberikan opini audit wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion), padahal pada waktu itu PT. KAI mengalami
kerugian sebesar Rp 63 milyar. Terdapat indikasi bahwa perusahaan-peruahaan
diatas melakukan opinion shopping guna mendapat pernyataan wajar tanpa
pengecualian dari auditor. Apabila pemberian opini audit atas laporan keuangan
tidak sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan atau yang seharusnya, maka
10
diketahui tentang baik atau buruknya kinerja suatu perusahaan yang kemudian
dijadikan acuan dalam memprediksi kebangkrutan.
Salah satu indikator yang banyak digunakan auditor dalam memberikan
keputusan atas opini audit terutama tentang kelangsungan hidup perusahaan
(going concern) yang menyangkut tentang keuangan perusahaan adalah tentang
permasalah perusahaan yang gagal dalam memenuhi kewajiban utangnya
(default). Debt default sendiri didefinisikan sebagai kegagalan debitor
(perusahaan) untuk membayar utang pokok dan/atau bunganya pada waktu jatuh
tempo (Chen dan Church (1992) dalam Ramadhany (2004)). Menurut
Praptitorini dan Januarti (2007) serta Ramadhany (2004) dalam Susanto (2009)
menunjukkan bahwa variabel debt default signifikan berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern. Ini terbukti dari seringnya auditor yang
cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini going concern
setelah peristiwa-peristiwa yang menunjukkan indikator dalam kegagalan
pembiayaan ketika perusahaan dalam keadaan default. Disarankan agar auditor
meningkatkan pengeluaran laporan opini going concern setelah auditee
mendapat status default. Pernyataan diatas didukung dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Chen dan Church (1992), Mutchler et al. (1997), serta
Carcello et al. (1992) dalam Kurnia (2009) dimana dalam penelitian Chen dan
Church (1992) menemukan bukti yang kuat antara pemberian status debt default
dengan masalah going concern.
Selain itu ada beberapa faktor diluar keuangan perusahaan atau non
keuangan yang mendasari auditor dalam mengeluarkan opini audit going
11
concern kepada perusahaan yaitu antara lain kualitas audit yang dilakukan,
pemberian opini audit oleh auditor pada tahun sebelumnya, dan kegagalan
ekonomi (economic distress). Menurut DeAngelo (1981) dalam Herusetya
(2009) audit quality (kualitas audit) didefinisikan sebagai probabilitas gabungan,
bahwa kesalahan material yang ada pada laporan keuangan dapat dideteksi dan
dilaporkan oleh seorang auditor. Jadi kualitas audit yang dihasilkan berupa
laporan keuangan perusahaan tergantung dari pada kompetensi auditor itu
sendiri. Dan ada beberapa proksi untuk kualitas audit dalam penentu
kelangsungan hidup perusahaan, yaitu antara lain skala auditor, reputasi nama
auditor (brand name), dan industry specialization. Ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya tentang kualitas audit bahwa pada umumnya menggunakan ukuran
auditor atau reputasi auditor sebagai proksi dari kualitas audit (DeAngelo 1981,
Klien dan Leffer 1981 dalam Balsem et al. 2003 dalam Herusetya (2009)). Skala
auditor meliputi Kantor Akuntan Publik (KAP) dimana auditor tersebut bekerja.
Selama ini terdapat beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP), dan yang terbesar
yaitu Kantor Akuntan The Big 4, Kantor Akuntan The Big 5, Kantor Akuntan
The Big 6, Kantor Akuntan The Big 8, dan lain sebagainya. Ini dilihat dari
seberapa banyak perusahaan yang menjadi klien dari pada kantor akuntan
tersebut. Semakin besar perusahaan audit atau kantor akuntan publik maka akan
semakin memiliki tingkat insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan
masalah going concern kliennya. Ini sesuai dengan pernyataan Mutchler et al.
(1997) dalam Ramadhany (2004) tentang penemuan bukti univariate bahwa
auditor Big 6 lebih cenderung mengeluarkan opini going concern pada
12
13
14
Ramadhany (2004). Opini audit sangat penting bagi auditor khususnya sebagai
acuan dalam pemberian opini audit pada audit laporan keuangan auditee pada
tahun berjalan. Hasil penelitian Setyarno et al. (2007), Santoso dan Wedari
(2007), Rahayu (2007) dan Ramadhany (2004) dalam Susanto (2009)
mengemukakan apabila pada tahun sebelumnya suatu perusahaan mendapat
opini audit berupa opini going concern dari auditor, maka besar kemungkinan
pada audit tahun berjalan perusahaan tersebut akan mendapat opini audit going
concern kembali dari auditor. Ini karena adanya hubungan positif yang
signifikan antara opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya
dengan opini audit going concern tahun berjalan. Hasil penelitian diatas
didukung oleh penelitian Muthcler (1984) dalam Ramadhany (2004) yang
melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa
perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih
cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Hal ini juga
didukung penelitian dari Nogler (1995) dalam Ramadhany (2004) yang
menemukan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan opini going concern,
perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk
memperoleh opini bersih pada tahun berikutnya, jika tidak maka pengeluaran
opini going concern dapat diberikan kembali. Dan hasil temuan Carcello dan
Neal (2000) dalam Ramadhany (2004) memperkuat bukti mengenai opini going
concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini going concern tahun
berjalan memiliki hubungan positif yang signifikan di antara keduanya.
15
Selanjutnya salah satu faktor yang bersifat diluar keuangan atau non
keuangan perusahaan yang mendasari auditor dalam mengeluarkan opini audit
going concern yang mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan (going
concern) yang bersifat tidak dapat dikendalikan (uncontrol) adalah masalah
kegagalan ekonomi (economic distress). Menurut Martin (1995) di dalam
Supardi dan Mastuti (2003) dalam Ramadhany (2004) definisi mengenai
kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan sehingga tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat
labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan
lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari
perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan
dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya
lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah
investasi tersebut. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh perusahaan ketika
kondisi ekonomi suatu negara sedang mengalami krisis. Ini diperkuat dengan
pendapat Lenard et al. (1998) dalam Praptitorini dan Januarti (2011) bahwa
kondisi ekonomi mempengaruhi perusahaan. Ketika terjadi krisis ekonomi
disuatu negara, dampaknya ini langsung sangat dirasakan oleh perusahaan
khususnya mengenai masalah going concern. Menurut Juniarti (2000) dalam
Praptitorini dan Januarti (2011) hal-hal yang memicu going concern pada saat
krisis adalah perusahaan-perusahaan memiliki rasio utang terhadap modal yang
tinggi, saldo utang jangka pendek dalam jumlah besar yang segera jatuh tempo,
mengalami penurunan modal (capital deficiency) yang signifikan, kerugian
16
beberapa
faktor-faktor
yang
mendasari
auditor
dalam
mengeluarkan opini audit going concern kepada perusahaan baik yang bersifat
keuangan maupun diluar atau non keuangan perusahaan, opini audit going
concern juga memiliki hubungan erat dengan masalah financial distress atau
kegagalan keuangan. Sebelumnya telah dibahas mengenai rasio-rasio keuangan
dan kondisi keuangan yang mempengaruhi penerimaan opini audit going
concern. Ini dapat menggambarkan tingkat financial distress perusahaan.
Dimana kondisi keuangan didefinisikan sebagai tingkatan yang dapat
menggambarkan kesehatan perusahaan sesungguhnya. Dan kondisi ini
digambarkan dari rasio-rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah
perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk (sakit). Apabila
perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik atau sehat maka akan
memperoleh opini standard atau unqualified. Pernyataan tersebut diperkuat
dengan bukti empiris bahwa semakin kondisi keuangan perusahaan terganggu
atau memburuk, akan semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini
going concern (McKeown et al. 1991, Krishnan dan Krishnan 1996, Carcello
dan Neal 2000 dalam Ramadhany (2004)). Maksudnya apabila perusahaan tidak
17
18
negatif tiga tahun berturut-turut sebelum bangkrut, dan 4. mengalami rugi bersih
dalam tiga tahun terakhir sebelum kebangkrutan. Jadi terdapat hubungan positif
antara financial distress yang dialami perusahaan terhadap prediksi
kebangkrutan dimasa yang akan datang, sehingga auditor memberikan
peringatan (early warning) berupa opini audit going concern untuk dijadikan
acuan bagi berbagai pihak dalam pengambilan keputusan.
Financial distress atau kesulitan keuangan yang dialami oleh
perusahaan membuat pihak manajemen untuk melakukan tindakan dan langkah
kedepan guna memperbaiki keadaan khususnya dalam sektor keuangan
perusahaan. Apabila pendanaan dalam kegiatan operasional perusahaan
mengalami kesulitan bahkan kegagalan, maka kelangsungan hidup (going
concern) perusahaan kedepan dapat diragukan. Apabila masa depan perusahaan
kedepan tidak dapat dipastikan atau hal-hal yang menyangkut keberlangsungan
perusahaan kedepan tidak pasti, maka ketika perusahaan diaudit oleh auditor
akan terancam mendapat opini audit going concern. Dalam masalah ini
manajemen berusaha untuk keluar dari keadaan kesulitan keuangan yang bisa
mengakibatkan ketidakjelasan hidup perusahaan kedepan bahkan perusahaan
dapat mengalami kebangkrutan. Untuk meyakinkan semua pihak atas kondisi
perusahaan yang sedang dialami yaitu berupa kesulitan keuangan (financial
distress) maka manajemen akan membuat laporan keuangan yang baik untuk
meyakinkan auditor atau dengan cara melakukan pergantian auditor (auditor
switching) dengan harapan bahwa auditor yang baru tidak memberikan opini
going concern. Hal ini dilakukan oleh manajemen untuk dapat tetap
19
20
masyarakat dan berbagai pihak bahwa perusahaan dalam kondisi sehat atau tidak
mengalami financial distress. Sehingga kelangsungan hidup perusahaan
kedepan tidak diragukan atau perusahaan masih bisa melakukan aktivitasnya
dalam kurun waktu 1 tahun kedepan atau dengan kata lain tidak akan mengalami
kebangkrutan. Maka dapat dikatakan secara langsung terdapat keterkaitan antara
perusahaan yang mengalami financial distress dengan langkah perusahaan
melakukan opinion shopping.
Opini audit merupakan salah satu hasil laporan audit yang sangat
penting dalam proses audit. Laporan audit yang negatif pasti akan berdampak
buruk bagi perusahaan. Dampak tersebut dapat mempengaruhi kemampuan
perusahaan bertahan di pasar modal, dan nilai return dari saham yang dimiliki
perusahaan. Pentingnya opini audit terdapat dalam laporan audit yang memiliki
dampak bagi perusahaan dapat dilihat dari opini yang diperoleh perusahaan
terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditor. Apabila perusahaan tidak
mendapat unqualified opinion dari auditor, maka besar kemungkinan akan
berdampak pada kelangsungan hidup auditee kedepan. Hal ini yang dapat
mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor agar mempertimbangkan
pemberian opini audit qualified going concern karena akan menimbulkan
konsekuensi negatif. Dengan cara membuat dan menyediakan laporan keuangan
yang baik, manajemen berharap supaya auditor memberi opini audit unqualified
kepada perusahaan. Agar kelangsungan hidup (going concern) perusahaan
kedepan dapat lebih pasti dan jelas. Namun apabila auditor tetap memberikan
opini audit going concern kepada perusahaan, yang dapat mengancam
21
keberlangsungan hidup perusahaan kedepan, maka salah satu cara yang dapat
dilakukan manajemen yaitu dengan melakukan pergantian auditor (auditor
switching). Dengan mengganti auditor, berharap supaya perusahaan terhindar
dari pemberian opini audit going concern. Dengan tujuan untuk dapat tetap
mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Hal seperti
ini
sering
disebut
dengan praktik
untuk
22
1.2
PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah penelitian ini apakah opinion shopping mempunyai
pengaruh sebagai variabel intervening dalam penelitian ini ? Dan apakah benar
perusahaan yang mengalami financial distress akan melakukan opinion
shopping sehingga terhindar dari opini going concern ? Atas penjelasan yang
ada pada latar belakang, masalah yang akan difokuskan pada penelitian ini
adalah :
1. Apakah opinion shopping berpengaruh sebagai variabel intervening
dalam penelitian ini ?
2. Apakah
dengan
melakukan
praktik
opinion
shopping
dapat
23
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Pada rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah :
Bahwa penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu untuk mengetahui
perilaku yang sekarang sering terjadi yaitu apakah setiap perusahaan yang
mengalami financial distress akan selalu melakukan opinion shopping, dimana
perusahaan bermaksud untuk menghindari penerimaan opini audit going
concern dari auditor. Dan penelitian ini mempunyai tujuan khusus yaitu antara
lain :
1. Untuk menemukan bukti empiris apakah opinion shopping berpengaruh
sebagai variabel intervening dalam penelitian ini.
2. Untuk menemukan bukti empiris apakah dengan melakukan praktik
opinion shopping dapat menghindari pemberian opini going concern
pada perusahaan yang mengalami financial distress.
1.4
KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Untuk mengembangkan teori akuntansi atas fenomena yang
terjadi dilingkungan sekitar pada bidang auditing khususnya pada
pemberian opini atas laporan keuangan.
2. Manfaat Praktis
a. Pemberian Pinjaman (kreditur)
24
25
26
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan disusun sebagai berikut :
BAB I
BAB II
BAB III Metode Penelitian, berisi tentang variabel penelitian dan definisi
operasional variabel, populasi dan penentuan sampel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.
BAB IV Hasil dan Analisis, berisi tentang penjelasan setelah diadakan
penelitian. Hal tersebut mencakup gambaran umum objek penelitian,
hasil analisis data, dan hasil analisis perhitungan atau interpretasi
hasil serta pembahasan.
BAB V
27
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori dan pembahasan mengenai penelitianpenelitian sebelumnya yang sejenis. Dalam bab ini juga dibahas mengenai
gambaran kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis. Secara lebih rinci,
landasan teori, penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran dan pengembangan
hipotesis akan dijelaskan sebagai berikut.
2.1
LANDASAN TEORI
Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau
mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu juga deskripsi
dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini. Dan berikut masingmasing penjelasannya ada dibawah ini.
29
30
Penyimpangan
tersebut
dapat
berupa
31
32
bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu
yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggungjawab serta aktivitasaktivitasnya yang tiada henti. Dan berdasarkan PSA No. 30 paragraf 01 dalam
Setiawan (2006), going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan
keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang
berlawanan (contraty information). Apabila terdapat informasi yang dianggap
berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha entitas maka menurut PSA No.
30 (didalam Setyarno et al., 2006 dalam Herusetya (2008)) hal tersebut adalah
berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajiban pada
saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva, retrukturisasi
hutang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang
lain. Jadi apabila perusahaan terindikasi mengalami masalah going concern,
maka auditor wajib mengungkapkannya melalui opini audit dengan modifikasi
going concern.
33
yang
disampaikan
oleh
auditor
ini
harus
dapat
34
kemampuan
perusahaan
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya.
35
36
37
38
Keterangan :
Z = bancrupcy Index
X1 = working capital (current asset-current liabilities) / total assets
X2 = retained earning / total assets
X3 = earning before interest and taxes / total assets
X4 = book value of equity / total liabilities
X5 = sales / total assets
Zscore yang dikembangkan Altman ini dapat digunakan untuk
menentukan kecenderungan kebangkrutan dan juga dapat digunakan sebagai
ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Zscore ini menjadi
menarik dikarenakan keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan
bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun bila sebuah perusahaan sangat
makmur, namun jika Zscore mulai turun dengan tajam, maka mengindikasikan
adanya bahaya kebangkrutan. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Zscore
39
bisa digunakan sebagai alat bantu dalam melihat dampak yang telah
diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan.
Definisi dari kelima rasio yang dikembangkan Altman tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
40
41
Nilai Z
2,99
dari (>)
1,81
1,81 2,99
42
2.2
PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu tentang perusahaan yang mengalami financial
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Variabel
Penelitian
(tahun)
Dependen
Independen
Ramadhany penerimaan Komisaris
(2004)
opini audit
independen pada
going
komite audit
concern
(OUTSIDE), default
hutang (DEFAULT),
kondisi keuangan
(ZSCORE), opini
pada tahun
sebelumnya
(OPINI), ukuran
perusahaan (SIZE),
skala auditor (KAP).
43
Alat
Analisis
Regresi
Logistik
Hasil Penelitian
Komisaris
Independen pada
komite audit
berpengaruh positif
pada penerimaan
opini going concern,
default hutang
berpengaruh positif
pada penerimaan
opini going concern,
kondisi keuangan
berpengaruh negatif
pada penerimaan
opini going concern,
opini pada tahun
sebelumnya
berpengaruh positif
pada penerimaan
opini going concern,
ukuran perusahaan
berpengaruh negatif
pada penerimaan
opini going concern,
skala auditor
berpengaruh positif
pada penerimaan
opini going concern
Setiawan
(2006)
Opini Going
Concern
Prediksi
Kebangkrutan
Susanto
(2009)
Opini Going
Concern
Kondisi Keuangan,
Regresi
Current Ratio, Quick Logistik
Ratio, Cash Flow
From Operation,
Return On Assets,
Debt to Equity, Long
Term Debt to Total
Assets, Debt to Total
Asset, Kualitas
Audit, Opini Audit
Tahun Sebelumnya,
Debt Default,
Opinion Shopping
44
Studi
Kepustakaan
Pengeluaran opini
going concern
berpengaruh terhadap
prediksi
kebangkrutan
Kondisi keuangan
berpengaruh positif,
Current Ratio
berpengaruh negatif,
Quick Ratio
berpengaruh negatif,
Cash Flow From
Operation
berpengaruh negatif,
Return On Assets
berpengaruh positif,
Debt to Equity
berpengaruh negatif,
Long Term Debt to
Total Assets
berpengaruh negatif,
Debt to Total Asset
berpengaruh positif,
Kualitas Audit
berpengaruh negatif,
Opini Audit Tahun
Sebelumnya
berpengaruh positif,
Debt Default
berpengaruh negatif,
& Opinion Shopping
berpengaruh negatif
terhadap opini going
concern
2.3
Debt Default,
Kualitas Audit, &
Opinion Shopping
Regresi
Logistik
Debt default
berpengaruh positif,
Kualitas audit
berpengaruh negatif,
& Opinion Shopping
berpengaruh negatif
terhadap Opini going
concern
KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan urutan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Financial Distress
Opinion Shopping
(Kondisi Keuangan)
(Pergantian Auditor)
Variabel Intervening
45
2.4
PERUMUSAN HIPOTESIS
Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari telaah
pustaka (yaitu landasan teori dan penelitian terdahulu) serta merupakan jawaban
sementara terhadap masalah yang diteliti.
Kondisi keuangan perusahaan digambarkan dengan rasio keuangan
yang dapat memberikan indikasi bahwa perusahaan dalam keadaan baik atau
buruk. Baik atau buruknya kondisi keuangan sangat mempengaruhi auditor
dalam pemberian hasil proses audit berupa opini audit oleh auditee. Apabila
kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan baik, maka dapat dikatakan auditee
akan mendapat unqualified opinion dari auditor. Sedangkan apabila kondisi
keuangan perusahaan dalam keadaan buruk (financial distress), besar
kemungkinan auditee akan mendapat opini audit going concern dari auditor.
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
McKeown et al. (1991), Krishnan dan Krishnan (1996), Carcello dan Neal
(2000) dalam Ramadhany (2004) bahwa semakin kondisi keuangan perusahaan
terganggu atau memburuk (financial distress), akan semakin besar probabilitas
perusahaan menerima opini going concern. Penerimaan opini audit going
concern akan berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan. Dimana hal
tersebut akan menimbulkan konsekuensi negatif bagi perusahaan. Hal ini
mendorong manajemen untuk menghindari penerimaan opini audit going
concern tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan manajemen untuk dapat
menghindari penerimaan opini audit going concern adalah melakukan
pergantian auditor (auditor switching). Dengan melakukan pergantian auditor
46
47
akan berusaha untuk mendapat opini yang diinginkan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan perusahaan untuk mendapat opini tersebut yaitu dengan cara
melakukan pergantian auditor (auditor switching). Diharapkan dengan
melakukan pergantian auditor (auditor switching), auditor baru bisa memberikan
opini yang diinginkan oleh perusahaan. Pernyataan tersebut sama dengan hasil
penelitian Lennox (2000) dalam Praptitorini dan Januarti (2011) dalam bahwa
perusahaan yang mengganti auditor (auditor switching) kemungkinan akan
memperoleh opini yang lebih baik dibanding dengan perusahaan yang tidak
mengganti auditornya. Fenomena keinginan perusahaan untuk mendapat opini
yang diharapkan dengan cara melakukan pergantian auditor (auditor switching)
sering disebut dengan opinion shopping.
Perusahaan pasti menginginkan mendapat opini audit wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion) dari auditor. Dan auditee pasti menghindari
pemberian opini audit going concern oleh auditor. Itu karena penerimaan opini
audit going concern akan berdampak buruk atau negatif terhadap kelangsungan
hidup perusahaan. Apabila perusahaan terancam mendapat opini audit going
concern oleh auditor, maka menurut Teoh (1992) dalam Praptitorini dan Januarti
(2011) ada dua cara yang akan dilakukan perusahaan untuk menghidari
penerimaan opini tersebut. Pertama, mengancam auditornya untuk tidak
mengeluarkan opini going concern, sehingga auditor tersebut menjadi tidak
independen karena takut diganti (ancaman pergantian auditor). Kedua, apabila
auditor tetap independen sehingga tetap mengeluarkan opini going concern,
maka perusahaan akan menggantinya dengan auditor baru yang tidak memberi
48
opini going concern. Terlebih apabila auditee pada tahun sebelumnya telah
mendapat opini audit going concern, maka tahun berikutnya akan berupaya
untuk memperoleh opini yang lebih bagus. Perusahaan yang berhasil melakukan
praktik opinion shopping dengan mengganti auditornya mempunyai harapan
untuk mendapat unqualified opinion dari auditor baru. Dari uraian penjelasan
diatas maka dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0
H1
49
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi uraian variabel penelitian dan definisi operasionalnya,
populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta
metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan lebih rinci akan
dijelaskan sebagai berikut.
3.1
50
(SPAP, 2001 dalam Saifudin dan Pamudji (2004)). Variabel ini diukur dengan
menggunakan variabel dummy, dimana kategori 1 diberikan kepada perusahaan
yang terhindar atau tidak menerima opini audit going concern sedangkan
kategori 0 diberikan kepada perusahaan yang masih menerima opini audit going
concern. Opini audit going concern terdapat pada unqualified opinion with
modified wording or explanatory paragraph, qualified opinion, adverse opinion,
dan disclaimer of opinion atau no opinion. Sedangkan non opini audit going
concern terdapat pada unqualified opinion.
51
Keterangan :
Z = bancrupcy Index
52
b.
Jika nilai 1,81 < Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan
apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).
c.
3.2
Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2006 2013. Dalam penelitian ini
hanya satu kategori sektor industri saja, yaitu industri manufaktur. Hal ini
diperlukan untuk
menghindari
adanya
industrial
effect,
yang
dapat
53
2.
3.
Auditee tidak keluar (delisting) dari BEI selama periode penelitian (20062013).
4.
5.
3.3
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data yang telah diolah
54
terlebih dahulu. Pada penelitian ini sumber data diambil dari laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs
resmi www.idx.co.id. dan data yang ada di Pojok Bursa Efek Indonesia
Universitas Diponegoro Semarang pada periode 2006 2013 yang meliputi
laporan keuangan independen dan laporan keuangan perusahaan yang telah
diaudit. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan-perusahaan manufaktur
sebagai sampel untuk menjaga homogenitas data.
3.4
3.5
METODE ANALISIS
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
55
56
57
58
59
yang
60
Konstanta
1 ZScr
61
a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka koefisien regresi tidak signifikan. Ini
berarti bahwa secara parsial, variabel independen tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka koefisien regresi signifikan. Ini
berarti bahwa secara parsial, variabel independen mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
62
a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak ada hubungan atau pengaruh,
yang berarti tidak ada pengaruh mediasi atas variabel independen
terhadap variabel dependen melalui variabel intervening. Jadi hipotesis
nol (H0) ditolak atau hipotesis satu (H1) diterima, berarti bahwa secara
parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen melalui variabel intervening.
b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka ada hubungan atau pengaruh, yang
berarti ada pengaruh mediasi atas variabel independen terhadap
variabel dependen melalui variabel intervening. Jadi hipotesis nol (H0)
diterima atau hipotesis satu (H1) ditolak, berarti bahwa secara parsial
variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen melalui variabel intervening.
63