Anda di halaman 1dari 14

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

MAKALAH
PENGEMBANGAN SISTEM

ANGGOTA KELOMPOK 5 :

AYU BELLA M
(8105141500)
IKA TRI WAHYUNI
(8105141475)
NARITHA WAHYU LARASATI
(8105141519)
SITI LIZA RUSTIKA
(8105141535)
SITI NUR CHOLIFAH
(8105142666)

PENDIDIKAN AKUNTANSI A
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
PENDEKATAN SISTEM

Pencarian asal muasal proses pemecahan masalah secara sistematis mengarah pada John
Adewey, seorang profesor ilmu filosofi di Columbia University. Dalam sebuah buku di tahun
1910, Dewey mengidentifikasikan tiga rangkaian pertimbangan yang terlibat dalam
pemecahan sebuah kontroversi secara memadai, yakni:
Mengenali kontroversi
Mempertimbangkan klaim-klaim alternatif
Membentuk satu pertimbangan
Dewey tidak menggunakan istilah pendekatan sistem, namun ia menyadari adanya sifat
berurutan dari pemecahan masalah, mengidentifikasi suatu masalah, mempertimbangkan
berbagai cara untuk memecahkannya, dan terakhir memilih solusi yang terlihat paling baik.
Urut-urutan Langkah
Upaya persiapan menyiapkan pemecahan masalah dengan memberikan suatu orientasi
sistem. Upaya definisi terdiri atas pengidentifikasian masalah untuk dipecahkan dan
kemudian memahaminya. Seperti figur di bawah ini:

1.
Upaya Persiapan
Tiga langkah persiapan tidak harus dikerjakan secara berurutan, yakni
Langkah 1 (MELIHAT PERUSAHAAN SEBAGAI SUATU SISTEM)
Anda harus dapat memandang perusahaan anda sebagai suatu sistem dan harus dapat

melihat bagaimana perusahaan atau unit organisasi sesuai dengan model.


Langkah 2 (MENGENAL SISTEM LINGKUNGAN)
Hubungan perusahaan atau organisasi dengan lingkungannya juga merupakan suatu
hal yang penting. Delapan unsur lingkungan yang telah kita bahas pada bab 2
memberikan suatu cara yang efektif dalam memosisikan perusahaan sebagai suatu

sistem dalam lingkungannya.


Langkah 3 (MENGIDENTIFIKASI SUBSISTEM PERUSAHAAN)
Subsistem utama perusahaan dapat mengambil beberapa bentuk. Bentuk termudah
yang dapat dilihat oleh manajer adalah area-area bisnis.Seperti pada gambar dibawah
ini:

2.
Upaya Definisi
Upaya definisi biasanya dirangsang oleh suatu pemicu masalah (problem trigger). Pada
kebanyakan kasus, pemicunya adalah respons terhadap gejala suatu masalah dan biasanya
lebih jelas dari pada akar permasalah itu sendiri. Gejala (symptom) adalah suatu kondisi
yang ditimbulkan oleh masalah dan biasanya lebih jelas dari pada akar masalah tersebut.
Manajer atau seseorang yang ada didalam unit manajer mengidentifikasikan masalah atau
gejalanya. Setelah masalah teridentifikasi, manajer dapat menghubungi seorang analis sistem

untuk membantunya dalam menghadapi masalah.


Langkah 4 (MELANJUTKAN TINGKAT SISTEM KE TINGKAT SUBSISTEM)
Ketika manajer mencoba untuk memahami masalah, analis akan memulai pada sistem
yang menjadi tanggung jawab manajer tersebut. Analisis kemudian dilanjutkan
menuju ke bawah hierarki sistem, tingkat demi tingkat. Selanjutnya manajemen
menganalisis sistem dilihat dari subsistem-subsistemnya. Tujuannya adalah untuk

mengidentifikasi tingkat sistem dimana terdapat penyebab terjadinya masalah.


Langkah 5 (MENGANALISIS BAGIAN SISTEM DALAM URUTAN TERTENTU)
Seiring dengan manajer yang mempelajari masing-masing tingkat sistem, unsur-unsur
sistem juga dianalisis secara berurutan. Urut-urutan unsur sistem seperti gambar
dibawah ini.

3.
Upaya Solusi
Langkah 6 (MENGIDENTIFIKASIKAN SOLUSI-SOLUSI ALTERNATIF)
Manajer mengidentifikasi cara-cara yang berbeda untuk memecahkan masalah yang
sama. Terdapat tiga solusi alternatif yang diidentifikasi: (1) menambahkan lebih
banyak alat ke komputer yang sudah ada untuk meningkatkan kapasitas dan
kecepatannya; (2) mengganti komputer yang ada dengan komputer yang lebih besar;

(3) mengganti komputer yang ada dengan LAN komputer-komputer yang lebih kecil.
Langkah 7 (MENGEVALUASI SOLUSI-SOLUSI ALTERNATIF)
Semua alternatif harus dievaluasi dengan menggunakan kriteria evaluasi yang sama,

yang mengukur seberapa satu alternatif akan memecahkan masalah.


Langkah 8 (MEMILIH SOLUSI YANG TERBAIK)
Setelah mengevaluasi alternatif-alternatif, Henry Mintzberg seorang teoritikus
manajemen, mengidentifikasikan tiga cara yang dilakukan oleh manajer dalam

memilih alternatif yang terbaik, yakni: Analisis, Pertimbangan, Tawar-menawar.


Langkah 9 (MENGIMPLEMENTASIKAN SOLUSI)
Masalah tidak akan terpecahkan hanya dengan memilih solusi yang terbaik. Kita
perlu mengimplementasikan solusi tersebut. Dalam contoh, perlu dilakukan

pemasangan peralatan komputasi yang dibutuhkan.


Langkah 10 (MENINDAKLANJUTI UNTUK MEMASTIKAN KEEFEKTIFAN
SOLUSI)
Manajer dan para pengembang hendaknya tetap mengawasi situasi untuk memastikan
bahwa solusi yang dipilih telah mencapai hasil yang direncanakan. Ketika solusi tidak
mampu mencapai harapan, kita perlu melaksanakan kembali langkah-langkah
pemecahan masalah untuk mengetahui di mana letak kesalahan. Selanjutnya
dilakukan uji coba kembali proses ini dilakukan berulang-ulang sampai manajer
merasa puas dengan pemecahan masalah.

SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM


Pendekatan sistem merupakan sebuah metodelogi. Metodelogi adalah salah satu cara
yang direkomendasikan dalam melakukan sesuatu. Siklus hidup pengembangan sistem
(System development life cycle-SDLC) adalah aplikasi dari pendekatan sistem bagi
pengembangan suatu sistem informasi.
PROTOTYPING
Prototyping adalah proses pembuatan prototipe. Prototipe merupakan satu versi dari
sebuah sistem potensial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna,
bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk yang telah selesai.

Jenis-jenis Prototipe
1. Prototipe Evolusioner (Evolutionary Prototype)
Prorotipe evolusioner ini terus menerus disempurnakan sampai memiliki
seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari sitem yang baru. Prototipe ini
kemudian dilanjutkan produksi. Jadi, satu prototipe evolusioner akan menjadi sistem
aktual.
2. Prototipe Persyaratan (Requirement Prototype)
Protoripe persyaratan ini dikembangjan sebagai salah satu cara untuk
mengidentifikasikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem baru ketika

pengguna tidak mampu mengungkapkan dengan jelas apa yang mereka inginkan.
PENGEMBANGAN PROTOTIPE
1. Pengembangan Prototipe Evolusioner
a. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna
Pengembang mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa
yang diminta dari sitem.
b. Membuat satu prototipe
Pengembang mempergunakan satu alat prototyping atau lebih untuk
membuat prototipe.
c. Menentukan apakah prototipe dapat diterima
Pengembang mendemonstrasikan prototipe kepada para pengguna untuk
mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan.
d. Menggunakan prototipe
Prototipe menjadi sistem produksi.
2. Pengembangan Prototipe Persyaratan
a. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna
Pengembang mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa
yang diminta dari sitem.
b. Membuat satu prototipe
Pengembang mempergunakan satu alat prototyping atau lebih untuk
membuat prototipe.
c. Menentukan apakah prototipe dapat diterima
Pengembang mendemonstrasikan prototipe kepada para pengguna untuk
mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan.
d. Membuat kode sistem baru
Pengembang menggunakan prototipe sebagai dasar untuk pengkodean sistem
yang baru.
e. Menguji sistem baru
Pengembangan menguji sistem.
f. Menentukan apakah sistem yang baru dapat diterima
Pengguna memberitahukan kepada pengembang apakah sistem dapat
diterima. Jika ya, langkah 7 akan diambil. Jika tidak, langkah 4 dan 5 diulang
kembali.
g. Membuat sistem baru menjadi sistem produksi
Daya Tarik Protopyping
Pengguna maupun pengembang menyukai prototyping karena alasan-alasan dibawah
ini :
1. Membaiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna.
2. Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menentukan

kebutuhan pengguna.
3. Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem.
4. Pengembang dan pengguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih sedikit dalam
mengembangkan sistem.
5. Implementasi menjadi jauh lebih mudah karena pengguna tahu apa yang
diharapkannya.
Potensi Kesulitan dari Prototyping
1. Terburu-buru dalam menyerahkan prototipe dapat menyebabkan diambilnya jalan
pintas dalam definisi masalah, evaluasi alternatif, dan dokumentasi. Jalan pintas ini
akan meciptakan usaha-usaha yang cepat dan kotor.
2. Pengguna dapat terlalu gembira dengan prototipe yang diberikan, yang mengarah
pada ekspetasi yang tidak realistis sehubungan dengan siste, produksi lainnya.
3. Prototipe evalusioner bisa jadi tidak efisien.
4. Antarmuka komputer-manusia yang diberikan oleh beberapa alat prototyping tertentu
kemungkinan tidak mencerminkan teknik-teknik desain yang baik.
PENGEMBANGAN APLIKASI CEPAT
Konsep pengembangan Aplikasi cepat RAD ( Rapid Application Development )
dipelopori oleh konsultan computer dan penulis James Martin. Konsep ini diterapkan pada
daur hidup pengembangan sistem dengan tujuan untuk mempercepat pengembangan sistem
dan pengembangan hasil dengan kualitas yang lebih baik daripada daur hidup pengembangan
sistem tadisional. RAD adalah sekumpulan strategi, metodologi danperangkat yang terpadu
yang ada dalam suatu kerangka kerja yang disebut rekayasa informasi / Information
Engineering. Rekayasa informasi (Information EngineeringIE) adalah nama yang diberikan
martin kepada keseluruhan pendekatan pengembangan sistemnya, yang ia perlakukan suatu
aktivitas perusahaan secara menyeluruh.
RAD membutuhkan empat unsur penting yaitu manajemen, orang, metodologi, dan
alat :

Manajemen
Khususnya

manajemen

puncak,

hendaknya

menjadi

penguji

coba

(experimenter) yang suka melakukan hal-hal dengan cara baru atau pengadaptasi
awal (early adapter) yang dengan cepat mempelajari bagaimana cara menggunakan

metodologi baru.
Orang
Daripada hanya memanfaatkan satu tim untuk melakukan seluruh aktivitas
SDLC, RAD menyadari adanya efesiensi yang dapat dicapai melalui penggunaan tim
khusus. Anggota dari tim ini adalah para ahli dalam metodologi dan alat yang

dibutuhkan untuk melakukan tugas melakukan tugas mereka masing-masing. Martin


menggunakan istilah tim SWAT yang merupakan singkatan dari Skilled with

advanced tools ( ahli dengan alat-alat canggih).


Metodologi
Metodologi dasar RAD adalah siklus dasar RAD.
Alat- alat
Alat-alat RAD terutama terdiri atas bahasa generasi keempat dan alat-alat
rekayasa perangkat lunak dengan bantuan computer ( computer-aided software
engineering- CASE) yang memfasilitasi prototyping dan penciptaan kode. Alat-alat
CASE menggunakan computer untuk membuat dokumentasi yang dapat diubah
menjadi peranti lunak dan basis data operasional.
Dari semua komponen rekayasa informasi,RAD mungkin telah mendapat dukungan

yang terbesar. Meskipun metodoligi ini mungkin tidak diterapkan persis sama dengan yang
dibayangkan oleh Martin,penekanan yang diberikannya pada keterlibatan pengguna dan
kecepatan membuatnya menjadi sangat menarik.
PENGEMBANGAN BERFASE
Satu metodologi pengembangan sistem yang dewasa ini digunakan oleh banyak
perusahaan adalah kombinasi dari SDLC tradisional, prototyping, dan RAD- dengan
mengambil fitur yang terbaik dari masing-masing metodologi. SDLC tradisional
menyumbangkan urutan tahapan yang logis, prototyping menyumbangkan pengumpulan
iterative dari umpan balik pengguna, dan RAD menyumbangkan pemikiran bahwa
keterlibatan pengguna meliputi partisipasi di dalam pengembangan,
nama yang kita berikan adalah pengembangan berfase (phased development). Pengembangan
berpase adalah suatu pendekatan bagi pengembangan sistem informasi yang terdiri atas enam
tahap investigasi awal, analisis, desain, konstruksi awal, konstruksi akhir, serta pengujiann
dan pemasangan system. Tahap-tahap analisis, desain, dan konstruksi awal dilaksanakan
untuk setiap modul sistem.
Tahap- Tahap Pengembangan Berfase :

Investigasi Awal
Para pengembang, termasuk pengguna dan juga spesialis informasi melakukan
analisis usaha dengan tujuan untuk mempelajari tentang organisasi dengan masalah
sistemnya; mendefenisikan tujuan, hambatan, resiko, dan ruang lingkup sistem yang

baru; mengevaluasi proyek maupun kelayakan sistem; melakukan subdivisi sistem

menjadi komponen besar, dan mendapatkan umpan balik pengguna.


Analisis
Pengembang menganalisis persyaratan fungsional pengguna untuk masingmasing modul sistem dengan menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan
informasi dan kemudian mendokumentasikan temuannya dalam bentuk model proses,

data , dan objek.


Desain
Pengembang merancang komponen dan antarmuka dengan sistem lain untuk
setiap modul sistem yang baru dan kemudian mendokumentasikann desain dengan

menggunakan berbagai jenis teknik pemodelan.


Konstruksi Awal
Pengembang membuat dan menguji peranti lunak dan data untuk setiap modul
sistem dan mendapatkan umpan balik dari pengguna. Untuk setiap modul yang tidak
menerima persetujuan dari pengguna, tahap analisis, desain, dan konstruksi awal

akan diulangi kembali.


Konstruksi Akhir
Peranti lunak modul diintegrasikan untuk membentuk sistem yang lengkap,
yang diuji bersama-sama dengan datanya. Selain itu, setiap peranti keras yang
dibutuhkan dibeli dan diuji, fasilitas-fasilitas dibuat, dan para pengguna dilatih.
Pelatihan meliputi prosedur yang harus diikuti oleh para pengguna dalam
menggunakan sistem dan sering kali prosedur yang harus diikuti dalam pemasangan

sistem pada stasiun kerja mereka.


Pengujian dan Pemasangan Sistem
Pengembang merancang dan melaksanakan uji sistem yang tidak hanya
mencakup peranti lunak dan data, melainkan juga sumber daya informasi lainnyaperanti keras, fasilitas, personel, dan prosedur. Komponen-komponen sistem
dipasang dan dilakukan uji penerimaan pengguna. Penerimaan oleh pengguna akan
menjadi tanda persetujuan untuk melanjutkan ke tahap serah terima. Setelah sistem
digunakan beberapa waktu, mungkin selama beberapa minggu atau beberapa bulan,
suatu tinjauan pasca implementasi dilakukan untuk memastikan bahwa sistem telah
memenuhi persyaratan fungsionalnya.
Urutan tahap ini tidaklah berbeda dengan SDLC tradisional. Hal yang membedakan

metodologi pengembangan berfase dengan cara bagaimana analisis, desain, dan konstruksi
awal diulang kembali untuk setiap modul sistem secara terpisah, daripada untuk keseluruhan

sistem. Ketika tahap tersebut diulang untuk setiap modul, mereka akan disebut fase-fase,
itulah mengapa metodologi ini bernama pengembangan berfase.
Fase-Fase Modul
Dalam contoh ini, sistem telah dibagi kedalam tiga modul utama; pembuat laporan,
basis data, dan antarmuka web. Jumlah modul akan bervariasi untuk masing-masing sistem,
mulai dari satu hingga sekitar selusin. Anda dapat melihat dalam figure tersebut bahwa anlisis
desain, konstruksi awal, dan tinjauan pengguna dilaksanakan secara terpisah untuk masingmasing modul. Lebih jauh lagi, ketiga fase ini dapat diulang kembali jika diminta oleh
tinjauan pengguna- yang mencerminkan pengaruh dari prototyping. Jika prototyping paling
sesuai digunakan untuk sistem kecil, metodologi RAD paling sesuai untuk sistem besar, maka
pengembangan berfase dapat digunakan untuk pengembangan segala jenis ukuran sistem.
Kuncinya adalah bagaimana sistem dibagi menjadi modul yang masing-masing akan
dianalisis, dirancang, dan dibuat secara terpisah.
DESAIN ULANG PROSES BISNIS
Proses pengerjaan ulang system disebut dengan istilah Rekayasa Ulang atau disebut juga
dengan istilah Desain Ulang Proses Bisnis (Business Process Reengineering). BPR
memengaruhi operasi TI perusahaan. TI dapat menerapkan BPR untuk mendesain ulang
sistem - sistem informasi yang hidupnya tidak dapat dipertahankan lagi dengan pemeliharaan
biasa.

Inisiasi Strategis Proyek-proyek BPR


BPR memiliki potensi pengaruh dramatis pada perusahaan dan operasinya hingga proyekproyek seperti ini biasanya dicetuskan di tingkat manajemen strategis.Manajemen strategis
memutuskan bahwa BPR layak untuk dilakukan dan menyetujui proses-proses fisik didesain
ulang. Proses-proses fisik itu meliputi logistik sumber daya fisik yang masuk, operasi-operasi
yang menghasilkan produk atau jasa perusahaan, dan logistik keluar.

Rekayasa Terbalik
Rekayasa terbalik (reverse engineering) berasal dari intelejen bisnis. Perusahaan sejak dulu
selalu mengikuti produk-produk para pesaingnya dengan cara membeli sampel dan
membongkarnya untuk melihat bagaimana produk tersebut bekerja.
Rekayasa terbalik adalah proses menganalisis sistem yang sudah ada untuk mengidentifikasi

unsur-unsur dan saling keterhubungan di antara unsur-unsur tersebut sekaligus untuk


membuat dokumentasi pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi daripada yang telah ada saat
ini.
Titik awal dalam rekayasa terbalik sebuah sistem adalah kode komputernya, yang diubah
menjadi dokumentasi. Dokumentasi ini kemudian dapat diubah ke dalam uraian-uraian yang
menjadi lebih abstrak, seperti diagram arus data, kasus-kasus penggunaan, dan diagram relasi
entitas.
Oleh sebab itu, rekayasa terbalik akan mengikuti suatu jalur mundur ke belakang sepanjang
siklus hidup sistem, merekonstruksikan desain dan perencanaan sistem yang dilakukan dalam
usaha pengembangan awal.

Rekayasa Ulang
Adalah merancang ulang sebuah sitem seluruhnya dengan tujuan mengubah
fungsionalitasnya. Akan tetapi ini bukanlah pendekatan yang bersifat bersih, karena
pengetahuan dari sitem yang ada saat ini tidak sepenuhnya di abaikan.

Pemilihan Komponen-Komponen BPR


Komponen BPR dapat di terapkan secara terpisah atau di gabung, tergantung pada tingkat
kemungkinan yang di cari dan dapat dilihat dari 2 segi, yaitu :
Segi Mutu Fungsionalitas adalah ukuran dari apa yang di kerjakan oleh sistem
Segi Mutu Teknis adalah ukuran dari seberapa baik sistem tersebut melaksanakan
Namun jika di suatu kondisi, ketika mutu fungsional maupun teknis sama-sama buruk maka
akan di butuhkan suatu proyek rekayasa ke depan.

MENEMPATKAN
SDLC
TRADISIONAL,
PROTOTYPING,
PENGEMBANGAN BERFASE DAN BPR DALAM PERSPEKTIF

RAD,

SDLC Tradisional, Prototyping, RAD, Pengembangan Berfase dan BPR dalam Perspektif
adalah metodologi. Semuanya adalah cara cara yang direkomendasikan dalam
mengembangkan sistem informasi.
*) Pengertian
SDLC Tradisional adalah suatu penerapan pendekatan sistem terhadap masalah
pengembangan sistem, dan memiliki seluruh unsur-unsur pendekatan sistem dasar, diawali
dari identifikasi masalah dan di akhiri dengan penggunaan sistem.
Prototyping adalah bentuk singkatan dari pendekatan sistem yang berfokus pada definisi dan

pemenuhan kebutuhan pengguna.


RAD adalah suatu pendekatan alternatif terhadap fase-fase desain dan implementasi SDLC
dan kecepatan untuk dapat menggunakan sistem yang tercapai terutama melalui penggunaan
alat-alat berbasis komputer dan tim-tim proyek khusus.
Pengembangan berfase menggunakan SDLC tradisional sebagai kerangka kerja dasar dan
menerapkan pada sebuah proyek dengan cara modular yang menggunakan alat dan konsep
tim khusus yang sama dengan yang di lakukan RAD.
BPR digunakan untuk pendekatan yang memanfaatkan penggunaan teknologi sepenuhnya.
*) Prototyping, RAD, Pengembangan Berfase dapat di gunakan di dalam suatu proyek
BPR untu memenuhi kebutuhan pengguna dengan cara terbuka.

ALAT-ALAT PENGEMBANGAN SISTEM


Pendekatan sistem dan berbagai siklus hidup pengembangan sistem adalah metodelogi cara
yang di rekomendasikan dalam memecahkan masalah sistem.

PEMODELAN PROSES
Pemodelan proses pertama kali dilakukan dengan menggunakan diagram alur (flowchart).
Diagram ini mengilustrasikan aliran data melalui system dan program. Internasional
organization for standardization(ISO) menciptakan standar untuk bentuk-bentuk symbol
flowchart,memastikan penggunaannya diseluruh dunia. Standar flowchart ISO menentukan
spesifikasi penggunaan lebih dari 20 simbol, dan penggunaan symbol ini secara tepat bahkan
dirasakan sulit bagi spesialis informasi yang paling ahli sekali pun.
Diagram arus data sangat baik untuk membuat model proses pada tingkat ringkasan. Akan
tetapi, diagram arus data kurang baik dalam menangkap detail-detail pemrosesan.
DIAGRAM ARUS DATA
Suatu diagram arus data (data flow diagram-DFD) adalah penyajian grafis dari sebuah system
yang mempergunakan empat bentuk symbol untuk mengilustrasikan bagaimana data mengalir
melalui proses-proses yang saling tersambung. Symbol-simbol tersebut mencerminkan
1. Unsur-unsur lingkungan dengan system berinteraksi
2. Proses

3. Arus data dan


4. Penyimpanan data
Unsur-unsur lingkungan, unsur-unsur lingkungan berada diluar batas system. Unsur-unsur ini
memberikan input data kepada system dan menerima output data dari system. Proses, proses
adalah sesuatu yang mengubah input menjadi output proses dapat digambarkan dengan
sebuah lingkaran, sebuah persegi panjang horizontal, atau sebuah persegi panjang tegak
bersudut melingkar.
Arus data, arus data terdiri atas sekumpulan unsur-unsur data yang berhubungan secara logis
(mulai dari satu unsur data tungal hingga satu file atau lebih) yang bergerak dari satu titik
atau proses ke titik atau proses yang lain. Penyimpanan data, ketika kita perlu menyimpan
data karena suatu alasan tertentu, maka kita akan menggunakan penyimpanan data. Dalam
terminology DFD, penyimpanan data adalah suatu gudang.
Diagram arus data bertingkat (LEVELED DATA FLOW DIAGRAM)
Sebuah diagram yang mendokumentasikan dengan tingkat yang lebih ringkas disebut
diagram konteks (conteks diagram). Sebuah diagram yang memberikan lebih banyak detail
disebut diagram nomor n ( figure n diagram).
Diagram konteks, diagram konteks (context diagram) menempatkan sistem dalam suatu
konteks lingkungan. Diagram ini terdiri atas satu simbol proses tunggal yang melambangkan
keseluruhan sistem. Ketika meenggambarkan sebuah diagram konteks, anda:
1.
2.
3.
4.
5.

Hanya menggunakan satu symbol proses saja.


Memberikan label pada simbol proses untuk mencerminkan keseluruhan system.
Jangan memberikan nomor pada sistem proses tunggal.
Memasukan seluruh terminator untuk sistem.
Menunjukan seluruh arus data yang terjadi antara terminator dan system.

KASUS PENGGUNAAN
Kasus penggunaan( use case) adalah suatu uraian naratif dalam bentuk kerangka dari dialog
yang terjadi antara sistem primer dan sekunder. Sistem primer adalah program computer dan
system sekunder adalah orang yang berinteraksi dengan program komputer.
Kapan Menggunakan Diagram Arus Data dan Kasus Penggunaan

Diagram arus data dan kasus pengunaan sering kali dibuat selama tahap-tahap investigasi
awal dan analisis dari metodelogi pengembangan berfase. DFD mengilustrasi kan suatu
tinjauan atas pemprosesan, dan kasus penggunaan memberikan detailnya.

Anda mungkin juga menyukai