I.
TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat mengenal sifat-sifat bahan kimia masing-msaing
kemasan
II.
III.
DASAR TEORI
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk
wadah atau tempat dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya.
Adanya kemasan dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakkan, melindungi
bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan,
benturan atau getaran. Dari segi promosi kemasan dapat berfungsi sebagai perangsang
atau daya tarik pembeli (Esti, 2007).
Jenis-Jenis Kemasan
1.
2.
Kemasan plastik kaku (Kemasan primer & sekunder, perkembangan relatif stabil)
3.
4.
5.
6.
konsumen dengan kuantitas dan kualitas yang tetap terjaga baik. Fungsi pengemasan
makanan adalah untuk memberikan proteksi sehingga lebih awet, mempermudah
penyimpanan, distribusi, promosi, dan sekaligus jaminan kepada konsumen serta
berwawasan lingkungan (Syarief, R., 1989).
Pengemasan juga merupakan suatu sistem terkoordinasi dalam menyiapkan
peralatan untuk transportasi, distribusi, penyimpanan, retailing, dan penggunaan akhir.
Pengemasan juga merupakan sebuah fungsi tekno-komersial yang ditujukan untuk
mengotimalkan harga pengiriman dan memaksimalkan penjualan
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang.
Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu,
compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga
pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan
memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang
memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman
sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan
botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang
tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes
membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A
(Rachmawan, 2001).
Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik
juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita
harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai. Jenis-jenis plastik yaitu
sebagai berikut :
1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang
jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua
botol minuman lainnya. Botol-botol dengan bahan 1 dan 2 direkomendasikan hanya untuk
sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama
atau terlihat baret-baret.
2. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih
susu. Sama seperti 1 PET, 2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.
3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini
bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari
PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke
makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan
berat badan.
4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol
yang lembek. Barang-barang dengan kode 4 dapat di daur ulang dan baik untuk barangbarang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan 4 bisa dibilang tidak
dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.
5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang
berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol
minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol
transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan
plastik.
6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum
sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan
ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem
syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap
kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak di negara
bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styorofoam
termasuk nergara china.
7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti
botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu
Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon.
Hindari bahan plastik Polycarbonate (Millati, 2010).
Plastik mempunyai berbagai sifat yang menguntungkan, diantaranya:
1. Umumnya kuat namun ringan.
2. Secara kimia stabil (tidak bereaksi dengan udara, air, asam, alkali dan berbagai zat kimia
lain).
3. Merupakan isolator listrik yang baik.
4. Mudah dibentuk, khusunya dipanaskan.
5. Biasanya transparan dan jernih.
6.
Dapat diwarnai.
7. Fleksibel/plastis
8. Dapat dijahit.
9. Harganya relatif murah
Saat ini banyak sekali ditemukan kemasan dengan berbagai bahan, tetapi pada umumnya
kemasan yang digunakan untuk benih tanaman pangan khususnya kedelai berupa
plastikpolyetheline dengan ketebalan bervariasi antara 0,05 0,08 mm. Bahan ini biasanya
berciri lentur (elastis), buram (tidak bening) dan tidak kaku sehingga diharapkan tidak mudah
pecah saat benih dalam kemasan tersebut ditransportasikan serta dapat mempertahankan mutu
benih yang ada didalamnya. Lombok Barat yang merupakan daerah sentra produksi kedelai di
Nusa Tenggara Barat, menggunakan jenis kemasan yang lebih kreatif lagi yaitu
plastik polyethelineberlapis kertas semen didalamnya sehingga lebih menjamin keamanan
benih baik dari segi mutu maupun transportasi
Persyaratan dari suatu pengemasan :
1. Kemasan harus bisa mewadahi produk
Bentuk fisik dari suatu bahan kemasan, harus didesain sedemikian rupa agar mudah diisi,
dan memenuhi persyaratan hokum dan ekonomi serta dapat ditutup secara efektif.
Kemasan yang dikapalkan dalam fungsi sebagai pengemasan luar agar dimensinya
konsisten sesudah diwadahi dan dikemas agar selama pengapalan tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan.
Penambahan bahan promosi ataupun bahan suplemen lainnya perlu diwaspadai agar tidak
terjadi bentuk yang kurang menarik. Pengisian kedalam wadah harus diperhatikan jangan
sampai terjadi terlalu penuh ataupun kurang. Bahan kemasan harus didesain, mampu
menahan tekanan maupun vibrasi selama dalam perjalanan.
Pengisian bahan yang agak berdebu, seringkali membuat masalah pada pengisian dan
penutupan wadah, sehingga bahan ataupun media adhesive, haruslah dipilih secara
selektif. Melalui bahan pengemasan dan produk tertentu bisa terjadi muatan elektrastatik
dalam melengkapi static elimination pada mesin pengemasan.
Produk cair yang dikemas, umumnya memiliki berat jenis yang bervariasi, viscositas,
penguapan, serta pembentukan gelombang udara dan sebagainya. Akibat dari adanya
fenomena tersebut perlu diwaspadai agar diperoleh hasil yang optimal dalam proses
pengemasan, baik wadah kemasan maupun mesin pengemasan didesain spesifik. Sifat
stretching dari material tertentu, agar diperhatikan dalam perencanaan, misalnya dalam
proses produk barang dari polyethilen film. Untuk pekerjaan shrink film diperlukan alat
khusus untuk pengaplikasiannya.
Daya tahan tehadap thermal shock, untuk industri tertentu harus diperhitungkan sebagai
contoh dalam pasteurisasi produk retort serta pendinginan cepat pada produk can.
Kemasan harus didesain untuk bisa menghindari terjadinya pengrusakan ataupun
pencurian, selama proses distribusi. Disainnya sedemikian rupa dapat memenuhi
fungsinya dan tidak berbahaya bagi konsumen.
Dapat disimpulkan bahwa proteksi tersebut meliputi proses produk yang bersangkutan
selama transit, pergudangan, retail sale, dan yang terpenting selama digunakan oleh
konsumen.
Proteksi diperlukan juga terhadap kondisi udara, pencurian, cahaya, panas, serta akibat
kerusakan mekanis.
Dalam keadaan tertentu diperlukan pula proteksi terhadap serangga, dan micro organics
lainnya. Efek dari fabrikasi, menyebabkan kelemahan pada bagian tertentu dari bahan
kemasan, seperti creasing dari bag, kelemahan bagain film yang berdekatan dengan seal
line, perforasi pada karton, tear strips pada kemas corrugated box, bahu dari blown bottle
dan sebagainya. Kemasan perlu ditest pada bagian yang lemah. Kerusakan oleh
lingkungan, umumnya disebabkan karena sempurna barrier propertisi dari kemasan.
Material yang digunakan harus mampu menahan keluarnya uap air kedalam kemasan.
Untuk material tertentu, penetrasi dari uap air masih ditoleransi pada keadaan tertentu,
tetapi menghambat penetrasi gas ataupun bahan yang mudah menguap. Glass dan logam
praktis tak dapat dipenetrasi oleh gas maupun uap air, tetapi dalam praktek seringkali sifat
tersebut bisa diperoleh melalui kombinasi material fleksible (kemasan fleksibel).
3. Kemasan harus bisa menjual produk
Yang terutama, kemasan harus bisa menunjukkan identitas dari produk. Sistim distribusi
serta
teknik
perdagangan
yang
modern
mempersayratkan
agar
produk
bisa
Biaya kemasan yang minimal secara keseluruhan tidak hanya mencakup biaya kemasan
saja. Waktu, biaya kerja, biaya material, dan biaya transportasi adalah keseluruhan yang
mencakup over all cost.
Disamping itu termasuk biaya dari produk yang gagal mencapai tujuan dalam kondisi
memuaskan akibat kemasan yang tidak efektif. Sebagai contoh dalam pengepakan dan
pengangkutan dari barang keramik. Bisa saja nilai kerusakan yan terjadi, bisa melampaui
biaya yang dihemat karena tidak menggunakan kemasan yang tidak semestinya.
Penggunaan bahan kemasan yang berlebihan tidak juga disarankan, karena akan
meningkatkan biaya. Tetapi selanjutnya penggunaan bahan kemasan yang tidak memadai
akan merugikan, karena produk yang diwadahi bisa rusak dalam pengangkutan dan
penyimpanan.
Bila produk tersebut sudah sampai ke tangan konsumen dan terjadi hal tersebut, akan
merusak citra dari produk dan perusahaan yang bersangkutan.
Klasifikasi Bahan Pengemasan
Bahan pengemasan klasifikasinya lebih dititik beratkan pada bahan bakunya yang dipergunakan
untuk membuatnya. Bahan baku yang dipergunakan untuk membentuknya adalah terutama,
kertas, paperboard, cellophane, plastic, logam, glass, kayu, tekstil, dll.
Bahan baku tersebut tidak selalu dipergunakan dalam bentuk tunggal, tetapi sering dalam bentuk
kombinasi seperti kertas dilapisi plastik, cellophane dengan plastik dan aluminium foil, dan lain
sebagainya. Sering juga klasifikasi didasarkan pada bentuk seperti flexible packaging ataupun
rigid packaging.
Cellophane merupakan produk lama yang digunakan sebagai bahan pengemasan, dan banyak
digunakan dengan dikombinasikan dengan bahan plastik lainnya. Sebagai akibat pertimbangan
ekonomis, pemakaian cellophane, makin berkurang dan digantikan bahan plastik lainnya antara
lain adalah Oriented Polypropylene Film.
Synthetic Plastic pemakainya terus meningkat dalam bentuk film, sheet, blow molded bottles,
injection molded container, produk extrusion laminasi, stretch film and foam product.
Logam digunakan dalam bentuk two pieces dan three pieces steel dan aluminium can, tube
logam, aluminium foil drum, dan lain-lain. Produk kayu digunakan dalam pengemasan dalam
bentuk carton boxes, barrel dan frame kayu.
Tekstil digunakan dalam bentuk kantong dari kain dan kantong anyaman dari jute atau kapas.
Sering juga masih digunakan komposite material yang agak sulit diklasifikasikan.
Kertas dan paper board serta logam masih memiliki peran yang stabil dibidang pemasaran bahan
pengemasan. Plastics mulai meningkat perannya sedang glass agak berkurang aplikasinya.
Sebagai referensi dapat dilihat pada table terlampir perkembangan penggunaan bahan
pengemasan pada tahun 1983 s/d 1986.
Table Material pengemasan di Pasaran Jepang (dalam ribuan ton)
Packaging
1983
1984
1985
1986
8866.1 (52.7)a
9399.5 (52.9)
9641.7 (53.7)
9960.2 (54.5)
Cellophane
59.4 (0.4)
56.4 (0.3)
50.2 (0.3)
43.2 (0.2)
Plastics
1924.8 (11.4)
2184.7 (12.3)
2322.3 (12.9)
2374.7 (13.0)
Metals
1663.5 (9.9)
1763.3 (9.9)
1798.9 (10.0)
1802.6 (9.9)
Glass
2301.0 (13.7)
2394.6 (13.5)
2222.7 (12.4)
2159.8 (11.8)
Wood
1668.5 (10.1)
1660.0 (9.4)
1629.5 (9.1)
1646.0 (9.0)
Textiles
223.9 (1.3)
219.5 (1.2)
211.6 (1.1)
204.8 (1.1)
Others
86.0 (0.5)
83.5 (0.5)
82.0 (0.5)
96 (0.5)
Total
16,793.2
17,761.5
17,958.9
18,271.3
Materials
Paper and
paperboard
Menurut penelirian tentang pemakaian bahan pengemasan di Indonesia ditinjau dari nilai kertas,
paperboard dan plastic memiliki saham sebanyak dibandingkan bahan baku lainnya, dan
komposisi ini hampir stabil selama 5 tahun.
IV.
LANGKAH KERJA
1. Menggunting masing-masing bahan pengemasan fleksibel sebanyak 2 buah
masing-masing berukuran 1 cm x 6 cm
2. Menimbang masing-masing dan memasukkan ke tes tube
3. Menuang masing-masing pelarut ke tes tube sampai bahan tersebut terendam,
kemudian membiarkan selama 24 jam
4. Mengangkat bahan yang direndam dan mencuci dengan air (bagi bahan yang
direndam dengan larutan minyak dan sabun), sedangkan bagi larutan minyak,
setelah bahan tersebut dibersihkan dengan kertas, mencelupkan dengan alcohol
untuk menghilangkan sisa-sisanya dan membiarkan pengemas. Menimbang
kembali.
V.
DATA PENGAMATAN
No
1
Perlakuan
Memotong plastic kiloan dan kantong
Pengamatan
Terdapat plastic kiloan dan kantong
Larutan
Minyak
Sabun
Asam sitrat
VI.
Plastik kiloan
Sebelum
Sesudah
Direndam
0,0144 gram
0,0145 gram
0,0178 gram
Direndam
0,0185 gram
0,0159 gram
0,0256 gram
Direndam
0,0141 gram
0,0132 gram
0,0088 gram
DATA PERHITUNGAN
Banyaknya larutan yang terserap = X
A. Plastik kiloan
1. Minyak
X
= Plastik sesudah direndam plastic sebelum direndam
= 0,0185 gram - 0,0144 gram
= 0,0041 gram
2. Sabun
X
= Plastik sesudah direndam plastic sebelum direndam
= 0,0159 gram - 0,0145 gram
= 0,0014 gram
3. Asam sitrat
X
= Plastik sesudah direndam plastic sebelum direndam
= 0,0256 gram - 0,0178 gram
= 0,0078 gram
B. Kantong plastic hitam
1.
Minyak
X
= Kantong sesudah direndam kantong sebelum direndam
= 0,0141 gram - 0,0075 gram
= 0,0066 gram
2.
Sabun
X
= Kantong sesudah direndam Kantong sebelum direndam
= 0,0132 gram - 0,0077 gram
= 0,0058 gram
3.
Asam sitrat
VII.
ANALISA PERCOBAAN
VIII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/ polyprophylene.
Coles, Richard, McDowell, Kirwan, M.J., 2003. Food Packaging Technology, page
68-194, CRC Press,
Esti Rahayu1, Eny Widajati2*. 2007. Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan
Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin. Jurnal Penelitian Pertanian. Bul.
Agron. (35) (3) 191 196 (2007).
Julianti, E dan Mimi, N. 2006. Teknologi Pengemasan. Laporan Penelitian.Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Timpenyusun.2016.Penuntun Praktikum teknologi pengolahan pangan.Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya
LAMPIRAN
Gelas kimia
Labu takar
Gelas ukur
Corong gelas
Plastik hitam
Plastik kiloan